RI Masih Impor Ubi dari Tiongkok

spirit

Mod
singkong2.jpeg

Indonesia harus mengimpor produk ubi dan olahannya seperti ubi jalar dan ubi kayu dari berbagai negara. Penyebabnya masa panen tanaman ubi bersifat temporal sedangkan kebutuhan ubi terjadi sepanjang tahun.

Ketua Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) Marwah Daud menjelaskan Indonesia merupakan produsen ketiga di dunia produk ubi-ubian khususnya singkong. Sayangnya impor harus tetap dilakukan untuk mengisi kekosongan pasokan di bulan-bulan tertentu.

"Tanaman ubi ini bersifat temporal. Pada saat panen raya, produksinya cukup tinggi tetapi setelah panen dan musim tanam pasokan tidak ada sama sekali. Ini yang menyulitkan industri pengolahan mendapatkan bahan baku sehingga harus impor," kata Marwah kepada detikFinance, Selasa (6/05/2014).

Ia mencontohkan pada 2013, produksi singkong mencapai 22 juta ton atau meningkat dari tahun 2012 lalu yang hanya 20 juta ton. Dengan produksi yang cukup besar ini, Indonesia menempati posisi ketiga produsen singkong terbesar setelah Nigeria dan Thailand.

Tidak hanya itu, data MSI menunjukkan, ekspor singkong Indonesia tahun lalu mencapai 600.000 ton. Sementara tahun ini, ekspor singkong diperkirakan meningkat dua kali lipat menjadi 1,2 juta ton. Singkong diekspor ke berbagai negara produsen bioetanol seperti di China, Jepang, dan Korea. Untuk pasar Tiongkok, singkong harus diolah menjadi gaplek, sedangkan Jepang, singkong harus diolah menjadi pelet atau chip.

"Kalau kita impor produk ubi dari Tiongkok, justru kita juga ekspor produk serupa ke sana. Singkong yang diekspor dalam bentuk olahan kering (gaplek)," imbuhnya.

MSI menghitung tahun ini diperkirakan akan ada penambahan luas perkebunan singkong menjadi 1,25 juta hektar, naik 4,1% dibanding tahun lalu yang hanya 1,2 juta hektar.

Perluasan lahan diharapkan mampu mengembalikan produksi yang sempat merosot tahun 2012 lalu yaitu 4,7%. Beberapa sentra produksi singkong antara lain Lampung, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten. Lampung masih menjadi produsen singkong terbesar Indonesia hingga 20% total produksi nasional. Kini singkong juga banyak dikembangkan di wilayah timur Indonesia seperti di Sulawesi.

Menurutnya Kementerian Pertanian dan Kementerian Perindustrian harus memberikan perhatian khusus dan membuat sebuah roadmap penanaman singkong berkelanjutan. Caranya cukup mudah yaitu dengan membuat kluster-kluster penanaman singkong yang tersebar di seluruh Indonesia. Sehingga ketergantungan impor bisa ditekan.

"Produk ubi ini cocok dengan lahan kita, tinggal pemerintahnya saja yang membuat pogram komprehensif jika mau menekan impor. Caranya ini yang sudah dilakukan Thailand dan Tiongkok untuk meningkatkan produksi ubi mereka," jelasnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor ubi jalar dari Tiongkok pada Maret 2014 sebesar 6,209 ton atau menurun dari bulan sebelumnya yang sempat mencapai 7,961 ton, turun 22%.

Nilai impor ubi jalar dari Tiongkok tersebut pada Maret mencapai US$ 10.380, sedangkan bulan sebelumnya mencapai US$ 15.315.

Pada Januari juga tercatat impor ubi jalar dari sebanyak 7,219 ton atau setara dengan nilai US$ 12.135. Sedangkan pada bulan Desember 2013 tak ada impor ubi jalar dari negara yang sama. Total impor ubi jalar selama Januari-Maret 2014 mencapai 21,389 ton setara dengan US$ 37.830.

~detik.com
 
ga masalah. ngabisin devisa d/p ga terpakai. lagian ngasih kerja-an staf mentri perdagangan.

- n1 -
kalo ga kerja ntar dibilang kementrian ga aktif/nganggur minta trima gaji....
 
Back
Top