Ribuan Warga Gaza Gunakan Facebook Bangkitkan Intifada

jmw01

New member
YERUSALEM (Berita SuaraMedia) – Puluhan ribu warga Palestina di Facebook menginginkan intifada ketiga.

anak-palestina_dmt.jpg

Seorang anak Palestina dengan menggunakan bendera negaranya,
turut serta dalam pawai yang mendesak bersatunya
Hamas & Fatah yg digelar di Kota Gaza pada 11 Maret 2011.
(Foto: Demotix)

"Intifada Palestina Ketiga" memiliki lebih dari 80.000 pendukung pada hari Jumat (11/3), hampir dua kali lipat dari hari sebelumnya. Laman itu dibuat pada hari Minggu (6/3).

"Setelah intifada Tunisia, Mesir, dan Libya, sekarang saatnya untuk intifada Palestina," ujar laman tersebut. "Sekarang saatnya untuk membebaskan Palestina."

Intifada, atau pemberontakan, secara harfiah berarti "mengusir" dalam bahasa Arab. Rakyat Palestina telah meluncurkan dua intifada dalam tiga dekade terakhir, yang pertama adalah di tahun 1987. Pemberontakan kedua, dan jauh lebih mematikan, dimulai tahun 2000.

Total 6.200 warga Palestina tewas dalam intifada pertama kedua, yang dua-duanya mendapat perlawanan sengit dari Israel.

Mereka juga menyerukan gerak jalan ke Palestina pada tanggal 15 Mei, hari peringatan pendudukan Israel atas tanah mereka di tahun 1948. Tahun di mana Israel memalsukan keberadaannya dalam serangan militer skala penuh terhadap dunia Arab.

Operasi itu memaksa 711.000 warga Palestina untuk meninggalkan tanah air mereka. Estimasi tahun 2008 meletakkan jumlah pengungsi Palestina sebesar 4.6 juta jiwa lebih.

Pemimpin Fatah, Mahmoud Abbas telah bersumpah bahwa area-area di bawah kendalinya tidak akan kembali ke perlawanan bersenjata saat dia masih berkuasa. Otoritas Palestina menghalangi demonstrasi, saat mereka menyibukkan diri mengumpulkan dukungan internasional untuk status negara. Sejumlah negara telah mengakui Palestina dalam beberapa bulan terakhir.

Tapi itu cukup bagi pendiri laman Facebook tersebut, atau pemimpin dari gerakan 15 Maret, yang anggotanya berharap untuk mengembalikan kesatuan politik ke wilayah Palestina.

Sementara itu, militer Israel mengawasi ketat berbagai peristiwa terbaru di negara-negara Arab dan menyesuaikan rencana untuk memerangi demonstrasi besar menyusul revolusi populer di Tunisia dan Mesir.

Komando sentral dan divisi "Yudea dan Samaria" juga mengubah protokol untuk bertindak bijaksana melawan ribuan demonstran tanpa kekerasan, menurut laporan di harian Israel Haaretz.

Petinggi militer telah menekankan bahwa mereka tidak akan berusaha mencegah demonstrasi besar, bahkan jika jumlah peserta mencapai ribuan warga sipil, selama mereka tidak memasuki pemukiman.
 
Mahmoud Abbas banci. Dari dulu kebijakannya terlalu moderat. Hal moderat begini nggak akan bisa digunakan untuk melawan Israel yang licik.
 
Back
Top