
Sarung tampaknya sudah ,enjadi bagian dari identitas Muslim di Indonesia. Bahka, sarung juga identik dengan santri yang mondok di pesantren. Mereka sering di sebut sebagai "kaum sarungan". Hampir disemua pesantren tradisional, para santri menggunakan sarung untuk kegiatan ngajar mengajar maupun aktifitas sehari-hari. Sarung juga telah menjadi simbol perlawanan. Sebagai sebuah wilayah yang mayoritas islam, sarung sudah menjadi sebuah simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda yang terbiasa baju modern seperti jas.
Para santri di zaman kolonial Belanda menggunakan sarung sebagai simbol perlawanan terhadap budaya barat yang dibawa kaum penjajah. Kaum santri merupakan masyarakat yang paling konsisten menggunakan sarung dimana pun nasionalis abangan telah hampir meninggalkan sarung.
Itulah yang membuat sarung batik dengan budaya Islam di Nusantara. Sejumlah bukti sejarah juga menunjukkan para aktivis kemerdekaan awal yang berasal dari kalangan santri menggunakan sarung untuk melakukan berbagai macam aktivitas, baik aktivitas kenegaraan maupun ibadah.
Sikap konsisten penggunaan sarung juga di jalankan oleh salah seorang pejuang Muslim Nusantara yakni KH. Abdul Wahab Chasbullah, seorang tokoh Central Nahdhatul Ulama (NU). Abdul Wahab merupakan kiai merdeka, sedab sejarah perjuangannya, kiai asal Jombang itu memang cenderung berjiwa bebas, berpendirian merdeka, tidak mudah terpengaruh lingkungan sekeliling.
Sumber : Republika