Sori klo panjang... ayo pak SBY... kita LANJUTKAN!!!
Sumber : http://kampungtki.com/baca/1486
Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono membantah tudingan kemenangan Partai Demokrat terkait kecurangan dalam pelaksanaan pemilu. Ia menganggap wajar kenaikan pesat suara 300 persen. “Saya punya pendapat dalam perjalanan dari satu Pemilu ke Pemilu yang lain, asalkan `fair` dan tidak ada rekayasa, ada `up and down`,” katanya pada acara silaturahmi dengan wartawan di kediamannya Puri Cikeas Indah, Bogor, Minggu.
Partai Demokrat hanya meraih 7,5 persen suara pada Pemilu 2004 yang jauh berada di bawah perolehan Golkar dan PDIP. “Sekarang naik menjadi 23 persen. Barangkali rakyat sekarang ini ingin memilih Partai Demokrat. Lima tahun lagi bisa saja berubah semua, kita tidak tahu seperti apa,” ujarnya.
Yudhoyono menepis tudingan bahwa kemenangan Partai Demokrat pada Pemilu Legislatif 2009 merupakan hasil kecurangan yang sistematis. Ia menantang pihak yang menuduh curang untuk melaporkan Partai Demokrat ke Badan Pengawasan Pemilu (Bawaslu) apabila ditemukan bukti-bukti pelanggaran Pemilu. “Bagaimana sih caranya curang, andaikata Partai Demokrat mau curang? Tidak pernah terlintas kok caranya. Bagaimana caranya? Kalau bisa tunjukkan dengan bukti, masukan ke Bawaslu,” ujarnya.
Yudhoyono meminta peserta Pemilu untuk bersikap sportif apabila mengalami kekalahan dalam kompetisi dan meminta petinggi parpol tidak cepat menuduh terjadi kecurangan dalam pemilu apabila perolehan suara mereka jauh lebih kecil dari yang diharapkan. “Hati-hati untuk mengklaim karena anggotanya besar, maka perolehan suaranya pasti juga besar. Belum tentu itu. Hati-hati untuk mengklaim, apalagi lantas menuduh pasti curang karena hasilnya meleset,”katanya.
Susilo Bambang Yudhoyono juga menyatakan dia hampir pasti berkompetisi kembali dengan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri pada Pemilihan Presiden 2009. “Hampir pasti Ibu Megawati akan berkompetisi kembali dengan saya, hampir pasti. Hampir pasti mungkin dengan calon presiden dan calon wakil presiden yang lain juga,” ujarnya.
Yudhoyono mengatakan, Partai Demokrat sudah menjalin komunikasi politik dengan cukup banyak partai politik guna menjajaki kemungkinan koalisi. Komunikasi politik dengan Partai Golkar, menurut dia, juga terus dilakukan secara intensif seperti halnya dengan partai-partai lain.
Susilo Bambang Yudhoyono menyebut lima kriteria calon wakil presiden (cawapres) untuk mendampinginya pada pemilu 8 Juli 2009. Lima kriteria itu dikumpulkan dari masukan berbagai pihak termasuk pesan pendek dari masyarakat luas yang ia terima secara langsung. Lima kriteria cawapres yang disebutkan oleh SBY adalah, pertama, harus memiliki integritas kepribadian yang baik, yang ditandai oleh kekuatan moral, termasuk moral berpolitik.
Kedua, kapabilitas. Ketika menjelaskan kriteria itu, Yudhoyono menekankan peran wakil presiden sebagai seorang pembantu presiden sesuai pasal UUD 1945. “Dalam UUD pasal 4 jelas sekali Presiden memegang jabatan kepala pemerintahan dan dalam menjalankan tugas dibantu oleh seorang wakil presiden. Tapi meski hanya membantu, wapres ini lain karena dipilih rakyat. Dan harus punya kecakapan tinggi untuk mengkoordinasikan dan mensinergikan para menteri kabinet segaris dengan kebijakan presiden,” tuturnya.
Kriteria ketiga yang disebut Yudhoyono adalah loyalitas harus sepenuhnya kepada presiden sebagai kepala pemerintahan dan bukan sebagai pribadi. Untuk itu, Yudhoyono menginginkan cawapres yang mendampinginya nanti bebas dari segala kepentingan selama memegang jabatan.
Kriteria keempat adalah harus bisa diterima oleh masyarakat luas. “Tentu harus diterima oleh publik, oleh rakyat, diterima mayoritas rakyat,” ujarnya. Ia juga menekankan, nantinya presiden dan wakil presiden berada dalam satu perahu dan yang berperan sebagai nakhoda adalah presiden. “Sehingga chemistry-nya harus bagus, dalam arti itu sebetulnya cocok satu sama lain,” katanya.
Sementara kriteria kelima, cawapres harus meningkatkan kekokohan dan efektivitas dari koalisi yang terbangun pada pemerintahan berikut. “Saya selalu berbaik sangka dengan semua orang, kita cocokkan nanti siapa yang sesuai dengan kriteria itu,” ujarnya.
Berkaitan dengan rencana diteruskannya pasangan SBU-JK, tokoh senior Partai Golkar Siswono Yudhohusodo meminta partainya untuk tidak mengajukan nama calon wakil presiden sebagai pasangan calon presiden yang akan mengikuti Pilpres mendatang.
Jika Golkar mengajukan nama calon wakil presiden dan ternyata ditolak capres yang akan didampingi maka hal itu justru akan merendahkan martabat Golkar. “Golkar tak perlu ajukan nama (cawapres) kalau tidak diterima (calon) presiden akan merendahkan partai. Semua serahkan saja ke presiden,” katanya kepada wartawan.
Menurut dia, kriteria seorang cawapres harus bisa bekerjasama dengan capres yang menjadi pasangannya sementara penilaian itu tergantung capres. “Bagaimana kalau kita mengajukan sederet nama namun ditolak presiden. Kalau Partai Demokrat butuh, pasti akan datang,” katanya.
Sementara itu, dalam pertemuan Ketua Majelis Penasihat Partai (MPP) DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais dengan pengurus DPW PAN se-Indonesia sempat muncul dua nama kader yang akan diusulkan sebagai cawapres dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 2009. “Memang sempat muncul suara dari peserta pertemuan untuk menyodorkan dua nama, yakni Wakil Ketua MPP Hatta Radjasa dan Ketua Umum DPP PAN Soetrisno Bachir yang diusulkan menjadi cawapres,” kata Amien Rais di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Minggu.
Menurut dia, nama Hatta Radjasa dan Sutrisno Bachir memang sempat disebut dalam pertemuan untuk diusulkan menjadi cawapres. Namun demikian, hasil pertemuan hanya memutuskan untuk cawapres harus dari kader PAN sesuai dengan aspirasi seluruh peserta rapat. Hasil keputusan itu memang tidak menyebutkan nama kader yang secara resmi akan menjadi cawapres dari partai berlambang matahari bersinar itu. Mengenai nama-nama kader PAN yang akan menjadi cawapres nanti ditentukan dan diputuskan dalam rapat pleno DPP PAN di Jakarta, 27 April 2009.*
Sumber : http://kampungtki.com/baca/1486