Sebuah Kepastian

singthung

New member


Sebuah Kepastian


YE KECI OSADHA LOKE
VIJJANTI VIVIDHA BAHU
DHAMMOSADHASAMAM NATTHI
ETAM PIVATHA BHIKKHAVO

Dari semua obat di dunia,yang banyak dan beraneka jenis,
tidak ada satu pun yang menyamai obat Dhamma.
Karena itu, O para bhikkhu, minumlah obat ini.
(Milinda Panha 335)

Oleh: Bhikkhu Abhayanando


Pernahkah kita merenung tentang kehidupan ini? Kehidupan yang selalu berubah dan selalu tidak memuaskan kita. Apa yang manusia harapkan terkadang tidak menjadi kenyataan. Manusia dibelenggu oleh ketidakpuasan batiniah. Kehidupan manusia menjadi tidak bahagia. Batin manusia terkoyak oleh realita kehidupan yang tidak terbantahkan.

Manusia tenggelam pada lamunan dan hayalan. Manusia berontak tatkala realita ada dihadapannya. Ada sebagian orang yang mencari sumber dari segala ketidakpuasan batin namun terkadang mereka salah melakukan tindakan hingga mereka terus terjerumus pada ketidakpuasan batiniah. Banyak orang berpikir dan bertanya dalam dirinya sendiri, “untuk apa saya hidup dan kemana saya harus melangkah?” Manusia berada dipersimpangan jalan dan selalu berhadapan dengan ketidakpastian.

Ada yang menarik yang terjadi ribuan tahun yang lalu, tepatnya di Taman Rusa Isipatana di dekat Kota Baranasi pada hari purnama di bulan Asalha. Pada waktu itu, setelah Sang Bhagava mencapai penerangan sempurna Beliau memutar Dhamma untuk pertama kalinya kepada lima orang pertapa. Kelima orang pertapa ini adalah kawan Beliau saat melakukan peryapaan menyiksa diri. Sang Buddha menguraikan Empat Kebenaran Mulia yaitu: Hidup ini dukkha, Sumber dari dukkha, Lenyapnya dukkha, Jalan menuju lenyapnya dukkha.

Setelah Sang Buddha menguraikan Empat Kebenaran Mulia ini, kelima orang pertapa memahami dan mencapai tingkat kesucian, dan kemudian ditahbiskan menjadi bhikkhu. Pada saat itulah Mustika Sangha muncul untuk pertama kalinya. Pemahaman yang luar biasa dan tidak sembarang orang memperoleh Mata Dhamma seperti kelima orang pertapa tersebut. Kelima orang pertapa adalah manusia yang memiliki potensi dan kualitas batin yang tinggi. Dengan dasar itulah kelima orang pertapa mudah memahami empat kebenaran mulia.

Dengan dibabarkannya Dhamma untuk pertama kalinya di Taman Rusa Isipatana dan dapat dipahami oleh lima orang pertapa berarti ada sebuah kepastian bahwa manusia bisa terbebas dari belenggu ketidakpuasan batiniah. Ketenangan, kedamaian, dan kebahagian yang diharapkan bisa dicapai. Sebuah kepastian yang memberikan secercah harapan bagi manusia bak mentari pagi yang memberikan terang dan kehangatan dalam kehidupan ini. Untuk mencapai harapan itu tentunya tidak semudah membalikan telapak tangan. Semua orang harus bekerja keras dalam berjuang.

Secara sepintas, apa yang disampaikan oleh sang Buddha kepada lima orang pertapa sangat sulit dimengerti dan bahkan bisa disalahartikan. Sang Buddha adalah seorang tokoh yang dengan terang-terangan menyatakan bahwa kehidupan ini adalah dukkha. Banyak orang yang beranggapan bahwa ajaran Buddha adalah ajaran yang mengajak umatnya untuk pesimis. Anggapan bahwa ajaran Buddha adalah pesimis, loyo, dan hanya mengajarkan kepasrahan tentunya tidak benar. Mereka hanya sepintas dan tidak memahami lebih mendalam dan kemudian mengklaim secara membuta. Pernyataan bahwa kehidupan ini adalah dukkha tentunya bukan tanpa dasar. Pernyataan Beliau juga tidak berhenti pada pernyataan yang pertama tetapi disusul dengan pernyataan berikutnya. Sang Buddha tidak hanya mengajarkan tentang dukkha saja tetapi juga mengajarkan bahwa dukkha itupun ada sumbernya, dukkha bisa dilenyapkan dan ada jalan menuju lenyapnya dukkha.

Jika kita telusuri dan pahami dengan benar empat kebenaran mulia adalah solusi untuk menghadapi kehidupan ini. Metode yang luar biasa dan sangat jitu untuk menghadapi permasalahan kehidupan yang semakin hari semakin komplek. Hanya saja banyak orang yang enggan dan merasa sulit memahami empat kebenaran mulia. Banyak orang yang masih beranggapan bahwa hidup ini adalah untuk menikmati keduniawian. Manusia tenggelam dalam kenikmatan duniawi dan seolah-olah duniawi ini kekal. Pandangan seperti ini seharusnya dihapus karena akan semakin menjerumuskan manusia.

Kehidupan yang serba cepat dan praktis sangat mempengaruhi pola pikir manusia. Manusia menginginkan yang serba cepat dan mudah. Dalam bidang spiritual pun mereka berharap sesuatu yang serba cepat dan praktis. Banyak orang yang akhirnya terjebak oleh promosi ajaran yang serba cepat dan praktis. Untuk merubah pola pikir dan mendapatkan kualitas batin tidak bisa instant. Semuanya harus dicapai dengan perjuangan. Dalam berjuang seseorang juga akan berhadapan dengan berbagai tantangan dan kesulitan. Hal inilah yang membuat manusia terkadang jenuh meniti kehidupan spiritual dan lebih memilih sesuatu yang dianggapnya bisa menyembuhkan penyakit mentalnya secara instan. Kenikmatan duniawi lebih dipilih dibandingkan kehidupan spiritual.

Tidak heran jika penyakit mental kian membelenggu manusia. Banyak orang yang menderita stress, depresi, dan putus asa menghadapi kehidupan ini. Hal ini terjadi karena manusia sering melupakan kebenaran dan mencari kebenaran menurut dirinya sendiri. Bukanya solusi yang didapatkan tetapi dukkha yang didapatkannya. Manusia seringkala mempermasalahkan masalah dibandingkan menyikapi masalah. Manusia tidak lagi menggunakan kebenaran dalam mengatasi permasalahan kehidupan tetapi menggunakan pembenaran. Harapan untuk hidup tenang, damai, dan bahagia tidak kunjung mereka dapatkan karena ulah mereka sendiri.

Sang Buddha sudah menemukan obat untuk menyembuhkan manusia dari belenggu dukkha. Kita diajak untuk memahami empat kebenaran mulia. Cara berpikir dalam melihat kehidupan harus lebih obyektif, bahwa segala sesuatu yang muncul karena perpaduan faktor pembentuk sewajarnya mengalami kehancuran. Untuk bisa memahami realita kehidupan ini memang tidak mudah tetapi harus berusaha memahaminya. Banyak hal yang harus dilakukan untuk bisa memahami empat kebenaran mulia. Dengan belajar dan praktek Dhamma maka kita akan menembus empat kebenaran. Sebuah kepastian yang telah disampaikan oleh Sang Buddha hendaknya dapat dijadikan sebagai bahan untuk memotivasi dalam berjuang. Obat sudah ada tinggal kita yang harus meminumnya. Jalan sudah dituhjukan tinggal bagaimana kita melaluinya. Rakit sudah ada dihadapan kita tinggal bagaimana kita menggunakannya. Sebuah kepastian yang seharusnya jangan disia-siakan. Jika kita terus membuang waktu maka hidup kita akan berakhir sia-sia tanpa sebuah kepastian.


 
Back
Top