spirit
Mod
Masih ingatkah dukun cilik bernama Ponari? Bocah kelas IV SD ini pernah menghebohkan Indonesia 2009 lalu.
Di ii ada threadnya dibuat non delapanjagad DISINI
Ponari, bocah ajaib asal Dusun Kedungsari, Desa Balungsari, Kecamatan Megaluh, Jombang, Jawa Timur, dulu kerap didatangi banyak orang untuk berobat.
Bocah tersebut menjadi terkenal setelah tak sengaja menemukan batu "ajaib" di tengah badai. Batu berwarna cokelat tersebut dipercayai bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
Setelah menjadi terkenal dan banyak didatangi pasien, Ponari menjadi kaya mendadak. Rumahnya yang dulu berlantai tanah disulap menjadi rumah besar berlatai keramik.
Namun, kini seiring berjalannya waktu, pamor batu ajaib Ponari kian redup.
“Sekarang tak menentu. Kadang ada satu orang, kadang sepi pasien,” ujar nenek Ponari, Mbok Legi dikutip Tribun Timur.
Menurut Mbok Legi, setiap tamu yang datang, meski tak pernah diminta dan dipatok tarif, rata-rata memberikan uang Rp 20.000.
GAMBAR: Sejumlah pasien pengobatan tradisional di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Minggu (1/2/2009), menunggu giliran untuk berobat pada tabib cilik, M Ponari (9). Dalam tiga pekan terakhir ini ribuan orang dari sejumlah daerah, bahkan negara tetangga, datang ke sini, berharap Ponari mampu menyembuhkan penyakit mereka.
Sejak pasien mulai sepi, kini Ponari lebih fokus sekolah. Ponari meneruskan pendidikan yang sempat tertunda 3 tahun lamanya. Kesibukan Ponari menjadi "dukun cilik" membuatnya tak lulus ujian nasional saat kelas VI SD.
Setelah secara ekonomi keluarganya naik drastis dari hasil pengobatan Ponari, dukun cilik itu justru enggan ke sekolah, hingga akhirnya tidak mengikuti ujian nasional beberapa waktu lalu.
“Tahun kemarin ikut ujian di program paket A alhamdulillah lulus. Sekarang melanjutkan lagi ke sekolah Tsanawiyah (sekolah Islam setingkat SMP). Baru kelas satu,” tuturnya beberapa waktu lalu.
Keluarga menyebut hasil dari pengobatan Ponari sempat terkumpul uang Rp 1 miliar lebih.
Dengan uang sebanyak itu, dia mampu membangun rumah yang sangat layak, membeli 2 bidang sawah seluas 2 hektar, sepeda motor, dan perabotan rumah tangga.
Namun kini, uang tersebut sudah habis. Kondisi ekonomi keluarganya pun kembali seperti semula.
Bahkan, ibunda Ponari, Mukaromah mengalami kesulitan keuangan untuk melahirkan putra keduanya.
Sempat heboh
Pada 2011 lalu menjelang ujian nasional (unas) SMP, rumah bocah kelas V SD yang biasanya 'mengobati' orang sakit dengan batu sakti yang dicelupkan air ini, didatangi para pelajar SMP calon peserta unas.
Tujuan para siswa untuk meminta air yang sudah dicelup dengan batu pipih milik Ponari. Mereka berharap setelah minum air yang dicelup batu 'sakti', pikiran bisa tenang dan lancar dalam mengerjakan soal ujian.
"Kami tetap rajin belajar. Ini (minta air celupan batu Ponari) hanya tambahan ikhtiar saja, agar lebih tenang dan lancar, baik dalam belajar maupun dalam mengerjakan soal," kata Syaiful, pelajar SMP di Kecamatan Megaluh.
Syaiful datang ke rumah Ponari tidak sendirian, melainkan bersama 10 teman sekelasnya. Mereka datang membawa sebotol air kemasan. Mereka juga membawa pensil 2B yang akan digunakan untuk unas.
Begitu sampai di rumah Ponari, air yang dibawa para pelajar dipindah ke ember plastik. Selanjutnya, pensil untuk unas itu diceburkan ke ember. Tak berapa lama, Ponari muncul dari dalam rumah. Di tangan anak pasangan Khomsin-Mukharomah ini tergenggam batu 'ajaib' yang konon ditemukan saat hujan lebat bersamaan sambaran geledek.
Ember berisi air yang berjajar di teras rumah hasil dirinya berpraktik sebagai dukun cilik itu lantas ia celupi batu secara bergantian. Selesai melakukan pencelupan batu, Ponari buru-buru kembali ke dalam rumah.
sumber:
Di ii ada threadnya dibuat non delapanjagad DISINI
Ponari, bocah ajaib asal Dusun Kedungsari, Desa Balungsari, Kecamatan Megaluh, Jombang, Jawa Timur, dulu kerap didatangi banyak orang untuk berobat.
Bocah tersebut menjadi terkenal setelah tak sengaja menemukan batu "ajaib" di tengah badai. Batu berwarna cokelat tersebut dipercayai bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
Setelah menjadi terkenal dan banyak didatangi pasien, Ponari menjadi kaya mendadak. Rumahnya yang dulu berlantai tanah disulap menjadi rumah besar berlatai keramik.
Namun, kini seiring berjalannya waktu, pamor batu ajaib Ponari kian redup.
“Sekarang tak menentu. Kadang ada satu orang, kadang sepi pasien,” ujar nenek Ponari, Mbok Legi dikutip Tribun Timur.
Menurut Mbok Legi, setiap tamu yang datang, meski tak pernah diminta dan dipatok tarif, rata-rata memberikan uang Rp 20.000.
GAMBAR: Sejumlah pasien pengobatan tradisional di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Minggu (1/2/2009), menunggu giliran untuk berobat pada tabib cilik, M Ponari (9). Dalam tiga pekan terakhir ini ribuan orang dari sejumlah daerah, bahkan negara tetangga, datang ke sini, berharap Ponari mampu menyembuhkan penyakit mereka.
Sejak pasien mulai sepi, kini Ponari lebih fokus sekolah. Ponari meneruskan pendidikan yang sempat tertunda 3 tahun lamanya. Kesibukan Ponari menjadi "dukun cilik" membuatnya tak lulus ujian nasional saat kelas VI SD.
Setelah secara ekonomi keluarganya naik drastis dari hasil pengobatan Ponari, dukun cilik itu justru enggan ke sekolah, hingga akhirnya tidak mengikuti ujian nasional beberapa waktu lalu.
“Tahun kemarin ikut ujian di program paket A alhamdulillah lulus. Sekarang melanjutkan lagi ke sekolah Tsanawiyah (sekolah Islam setingkat SMP). Baru kelas satu,” tuturnya beberapa waktu lalu.
Keluarga menyebut hasil dari pengobatan Ponari sempat terkumpul uang Rp 1 miliar lebih.
Dengan uang sebanyak itu, dia mampu membangun rumah yang sangat layak, membeli 2 bidang sawah seluas 2 hektar, sepeda motor, dan perabotan rumah tangga.
Namun kini, uang tersebut sudah habis. Kondisi ekonomi keluarganya pun kembali seperti semula.
Bahkan, ibunda Ponari, Mukaromah mengalami kesulitan keuangan untuk melahirkan putra keduanya.
Sempat heboh
Pada 2011 lalu menjelang ujian nasional (unas) SMP, rumah bocah kelas V SD yang biasanya 'mengobati' orang sakit dengan batu sakti yang dicelupkan air ini, didatangi para pelajar SMP calon peserta unas.
Tujuan para siswa untuk meminta air yang sudah dicelup dengan batu pipih milik Ponari. Mereka berharap setelah minum air yang dicelup batu 'sakti', pikiran bisa tenang dan lancar dalam mengerjakan soal ujian.
"Kami tetap rajin belajar. Ini (minta air celupan batu Ponari) hanya tambahan ikhtiar saja, agar lebih tenang dan lancar, baik dalam belajar maupun dalam mengerjakan soal," kata Syaiful, pelajar SMP di Kecamatan Megaluh.
Syaiful datang ke rumah Ponari tidak sendirian, melainkan bersama 10 teman sekelasnya. Mereka datang membawa sebotol air kemasan. Mereka juga membawa pensil 2B yang akan digunakan untuk unas.
Begitu sampai di rumah Ponari, air yang dibawa para pelajar dipindah ke ember plastik. Selanjutnya, pensil untuk unas itu diceburkan ke ember. Tak berapa lama, Ponari muncul dari dalam rumah. Di tangan anak pasangan Khomsin-Mukharomah ini tergenggam batu 'ajaib' yang konon ditemukan saat hujan lebat bersamaan sambaran geledek.
Ember berisi air yang berjajar di teras rumah hasil dirinya berpraktik sebagai dukun cilik itu lantas ia celupi batu secara bergantian. Selesai melakukan pencelupan batu, Ponari buru-buru kembali ke dalam rumah.
sumber: