Administrator
Administrator
Bls: Mojave Wara-wiri
Bangga juga dibilang Roro Mendut Jeng. Nih artikel tentang beliau :
JOGJA – Pagelaran teater berjudul Roro Mendut Poliandri Sabtu (25/7) malam lalu, digelar di Gedung Society, Taman Budaya Jogja. Pagelaran teater yang disutradarai oleh seniman perempuan Jogja , Si Thenk, mengangkat polemic yang selalu tertutup oleh polemic poligami. Poligami selalu dipertentangkan dan selalu menjadi controversial, sedangkan keberadaan poliandri tak terjamah sama sekali dalam ruang public.
Proses pembuatan naskah ini dilakukan Si Thenk selama satu setengah tahun, hingga dia berani untuk menampilkan naskah ini di atas panggung teater. Si Thenk menganggap Roro Mendut sebagai tokoh legenda jawa memiliki simbol yang kuat di mata masyarakat. Sesosok wanita yang sangat menjaga kehormatan dan harga dirinya sebagai perempuan di jamannya.
“Roro Mendut adalah tokoh yang saya pinjam, dia merupakan perempuan yang luar biasa. Perempuan-perempuan dalam legenda itu kan banyak digilai oleh laki-laki,” terangnya. Dalam karyanya ini Si Thenk ingin membawa Roro Mendut ke jaman ini. “Roro Mendut di jaman ini, mungkin akan berpoliandri,” ujar Si Thenk saat ditemui di sela-sela pertunjukan.
Polemik poligami yang berkembang saat ini, membuatnya terinspirasi bahwa tidak hanya kaum laki-laki yang dapat berperan tetapi wanita pun juga dapat berperan.
Sebelas tahun dia berkarya, menjadikan pagelaran demi pagelarannya sebagai sebuah perayaan ulang tahunnya tentunya juga atas dukungan dari teman-temannya. “Setiap mau ulang tahun, saya selalu mengadakan suatu acara. Saya menghadiahi diri saya dan teman-teman saya dengan suatu karya,” ujar wanita yang akan genap menginjak usia 32 tahun pada 31 Juli ini.
Pagelaran yang berdurasi 3 jam ini, diperankan oleh berbagai teater kampus dari beberapa perguruan tinggi yang ada di Jogja diantaranya UGM, UPN UII, STIE YKPN, AMIKOM dan AKAKOM.
Para mahasiswa ini butuh waktu 3 bulan latihan untuk dapat mementaskan teater tanpa dialog ini. “Mereka juga butuh waktu untuk penyesuaian diri dan saling mengenal satu sama lain,” terang Si Thenk. Iringan music dan koreografi menjadikan pagelaran teater ini menjadi berbeda dibandingkan teater lain, meski tanpa dialog diantara para pemainnya. Dia juga ingin mengenalkan pagelaran dan karyanya ke seluruh Indonesia. “Banyak planning, ini adalah titik-titik balik ke depannya akan bagaimana, tergantung dari apresiasi penonton, apakah mereka menolak, menerima atau akan cuek saja terhadap karya saya,” tambah Si Thenk
www.radarjogja.co.id
Bangga juga dibilang Roro Mendut Jeng. Nih artikel tentang beliau :
JOGJA – Pagelaran teater berjudul Roro Mendut Poliandri Sabtu (25/7) malam lalu, digelar di Gedung Society, Taman Budaya Jogja. Pagelaran teater yang disutradarai oleh seniman perempuan Jogja , Si Thenk, mengangkat polemic yang selalu tertutup oleh polemic poligami. Poligami selalu dipertentangkan dan selalu menjadi controversial, sedangkan keberadaan poliandri tak terjamah sama sekali dalam ruang public.
Proses pembuatan naskah ini dilakukan Si Thenk selama satu setengah tahun, hingga dia berani untuk menampilkan naskah ini di atas panggung teater. Si Thenk menganggap Roro Mendut sebagai tokoh legenda jawa memiliki simbol yang kuat di mata masyarakat. Sesosok wanita yang sangat menjaga kehormatan dan harga dirinya sebagai perempuan di jamannya.
“Roro Mendut adalah tokoh yang saya pinjam, dia merupakan perempuan yang luar biasa. Perempuan-perempuan dalam legenda itu kan banyak digilai oleh laki-laki,” terangnya. Dalam karyanya ini Si Thenk ingin membawa Roro Mendut ke jaman ini. “Roro Mendut di jaman ini, mungkin akan berpoliandri,” ujar Si Thenk saat ditemui di sela-sela pertunjukan.
Polemik poligami yang berkembang saat ini, membuatnya terinspirasi bahwa tidak hanya kaum laki-laki yang dapat berperan tetapi wanita pun juga dapat berperan.
Sebelas tahun dia berkarya, menjadikan pagelaran demi pagelarannya sebagai sebuah perayaan ulang tahunnya tentunya juga atas dukungan dari teman-temannya. “Setiap mau ulang tahun, saya selalu mengadakan suatu acara. Saya menghadiahi diri saya dan teman-teman saya dengan suatu karya,” ujar wanita yang akan genap menginjak usia 32 tahun pada 31 Juli ini.
Pagelaran yang berdurasi 3 jam ini, diperankan oleh berbagai teater kampus dari beberapa perguruan tinggi yang ada di Jogja diantaranya UGM, UPN UII, STIE YKPN, AMIKOM dan AKAKOM.
Para mahasiswa ini butuh waktu 3 bulan latihan untuk dapat mementaskan teater tanpa dialog ini. “Mereka juga butuh waktu untuk penyesuaian diri dan saling mengenal satu sama lain,” terang Si Thenk. Iringan music dan koreografi menjadikan pagelaran teater ini menjadi berbeda dibandingkan teater lain, meski tanpa dialog diantara para pemainnya. Dia juga ingin mengenalkan pagelaran dan karyanya ke seluruh Indonesia. “Banyak planning, ini adalah titik-titik balik ke depannya akan bagaimana, tergantung dari apresiasi penonton, apakah mereka menolak, menerima atau akan cuek saja terhadap karya saya,” tambah Si Thenk
www.radarjogja.co.id