anak_dumai
New member

Merupakan salah satu kawasan pelestarian alam di Bali yang memiliki ekosistem asli
dan merupakan habitat terakhir bagi burung Curik Bali/ Jalak Bali (Leucopsar rothschildi, streesman 1912)
Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.493/Kpts-II/1995 tanggal 15 September 1995
telah ditunjuk Taman Nasional Bali Barat dengan luas kawasan 19.002,89 Ha yang terdiri dari 15.587,89 Ha berupa wilayah daratan dan
3.415 Ha berupa perairan yang secara administratif terletak di Kabupaten Jembrana dan Kab. Buleleng Prov. Bali
SEJARAH KAWASAN
Untuk melindungi keberadaan spesies yang sangat langka yaitu burung Jalak Bali dan Harimau Bali
berdasarkan SK Dewan Raja-Raja di Bali No.E/I/4/5/47 tanggal 13 Agustus 1947 menetapkan kawasan hutan Banyuwedang dengan luas 19.365,6 Ha
sebagai Taman Pelindung Alam / Natur Park atau sesuai dengan Ordonansi Perlindungan Alam 1941
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bali No. 58/Skep/EK/I.C/1977 tanah Swapraja Sombang seluas 390 Ha
ditambahkan ke dalam kawasan sebagai pengganti kawasan yang terpakai untuk pembangunan Propinsi Bali
dan kemudian SK Menteri Pertanian No. 169/Kpts/Um/3/1978 tanggal 10 Maret 1978 menetapkan Suaka Margasatwa Bali Barat
Pulau Menjangan, Pulau Burung, Pulau Kalong dan Pulau Gadung sebagai Suaka Alam Bali Barat seluas 19.558,8 Ha
![]()
EKOWISATA TNBB
TNBB memiliki jenis ekosistem yang unik yaitu perpaduan antara ekosistem darat dan ekosistem laut
Di kawasan in, wisatawan dapat menjelajahi ekosistem daratan mulai dari hutan musim, hutan hujan dataran rendah, savana, hingga hutan pantai
Sementara pada ekosistem perairan wisatawan dapat menyaksikan hijaunya hutan mangrove, keelokan pantai, ekosistem coral, padang lamun, serta perairan laut dangkal dan dalam
Selain menikmati ekosistem daratan dan perairan, wisatawan juga dapat menjelajahi pulau-pulau kecil yang menjadi bagian
dari TNBB antara lain Pulau Menjangan, Pulau Gadung, Pulau Burung, serta Pulau Kalong
Wisatawan juga dapat melakukan wisata ziarah ke makam I Wayan Jayaprana
Jayaprana adalah seorang pemuda tampan yang dalam Babad Bali dikisahkan telah dibunuh oleh Patih Sawunggaling utusan Raja Kalianget
karena sang raja menginginkan istri Jayaprana yang cantik jelita, Ni Nyoman Layonsari
Petilasan lainnya yaitu makam Mbah Temon Dinamai Mbah Temon karena petilasan ini baru ditemukan
setelah Mat Yamin (sesepuh masyarakat sekitar yang menemukan makan Mbah Temon pada tahun 1954) melakukan olah semedi
![]()
![]()
![]()