Ekspedisi/kurir laut, tmsk u minyak bumi
Jd pny kapal/truk dulu
Dari nol, tanpa warisan, tak berpendidikan tinggi, hanya mengandalkan insting
akhir 1960-an, saat Fredriksen berusia 20-an tahun, ia hijrah ke Beirut, Lebanon, yang kala itu jadi pusat penting dalam perdagangan minyak Timur Tengah. Coba-coba menjadi trader minyak mentah.
Pekerjaan trader dipilih lantaran ia tak punya modal besar. Bisa dibilang, ia menjadi calo (middleman) yang mendapat komisi kalau sukses menggolkan transaksi perdagangan minyak. Berbekal insting, ia belajar seluk-beluk logistik pengiriman, membaca pasar hingga bernogesiasi.
Lompatan penting dalam karir bisnisnya baru terjadi 20 tahun kemudian, saat perang Iran-Irak meletus sekitar tahun 1980-an. Fredriksen membeli kapal tanker tua dengan harga murah. Armada usang itu disewakan untuk mengangkut minyak selama perang berlangsung.
Gurita bisnis John Fredriksen mencakup sektor energi, logistik maritim, agribisnis dan perikanan. Orang terkaya Siprus ini ditaksir berharta Rp280 triliun. (Foto: Basith Subastian/CNNIndonesia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dari nol, tanpa warisan, tak berpendidikan tinggi, hanya mengandalkan insting dan kini menjadi raja kapal tanker dunia. Itulah kisah John Fredriksen membangun kerajaan bisnisnya.
Fredriksen punya portofolio bisnis beragam di berbagai perusahaan. Mayoritas gurita bisnisnya mencakup sektor energi dan logistik maritim, meski ia juga 'bermain' di agribisnis dan perikanan.
Namanya tercatat di jajaran orang terkaya dunia. Bahkan, ia pernah menjadi orang paling berduit di Siprus meski kini terlempar ke peringkat dua.
Forbes menaksir harta kekayaan Fredriksen tembus US$17,3 miliar. Angka ini setara Rp280 triliun (asumsi kurs Rp16.190 per dolar AS).
Lihat Juga :
TAIPAN
Stewart Resnick, Petani Terkaya AS yang Berharta Rp101,93 T
John Fredriksen lahir pada 10 Mei 1944 di Oslo, Norwegia. Ia berasal dari keluarga kelas pekerja. Ayahnya bekerja sebagai pegawai kas di perusahaan asuransi.
Beranjak dewasa, Fredriksen bekerja sebagai clerk di perusahaan perkapalan Norwegia. Clerk adalah sebutan bagi pegawai administrasi tingkat dasar. Tugasnya tak jauh-jauh dari pembukuan. Namun, 'posisi rendahan' jadi pintu pembuka Fredriksen mengenal industri pengapalan dan perdagangan. Ia mempelajari banyak hal sembari bekerja.
Pada akhir 1960-an, saat Fredriksen berusia 20-an tahun, ia hijrah ke Beirut, Lebanon, yang kala itu jadi pusat penting dalam perdagangan minyak Timur Tengah. Coba-coba menjadi trader minyak mentah.
Pekerjaan trader dipilih lantaran ia tak punya modal besar. Bisa dibilang, ia menjadi calo (middleman) yang mendapat komisi kalau sukses menggolkan transaksi perdagangan minyak. Berbekal insting, ia belajar seluk-beluk logistik pengiriman, membaca pasar hingga bernogesiasi.
Lompatan penting dalam karir bisnisnya baru terjadi 20 tahun kemudian, saat perang Iran-Irak meletus sekitar tahun 1980-an. Fredriksen membeli kapal tanker tua dengan harga murah. Armada usang itu disewakan untuk mengangkut minyak selama perang berlangsung.
Saat it, banyak pengusaha yang ciut melintas di zona perang, Fredriksen justru melihat ini peluang. Dengan berani, kapal tankernya melayari Teluk Persia yang dibayangi ancaman rudal dan ranjau. Karena berisiko tinggi, Fredriksen mematok bayaran sangat mahal, dan laku!
Buy when there's blood in the water. Itulah salah satu motonya yang terkenal. Ia juga percaya pada teori High Risk, High Reward. Tak heran, ia sampai dijuluki The Big Wolf dan The Viking Raider.
Langkah berani saat perang Irak-Iran rupanya menjadi 'jalan pintas' menuju kesukseskan. Kekayaannya bertambah dalam waktu relatif cepat. Ia meraup untung besar, dan akhirnya menjadi pemilik kapal tanker terbesar di dunia dengan lebih dari 70 armada.
Perang Irak-Iran menjadi momentum Fredriksen melebarkan sayap bisnis. Tak puas mendulang cuan dari bisnis kapal tanker minyak, ia merambah berbagai sektor lain.
Sumber https://www.cnnindonesia.com/ekonom...ja-kapal-tanker-minyak-dunia-berharta-rp280-t
Jd pny kapal/truk dulu
Dari nol, tanpa warisan, tak berpendidikan tinggi, hanya mengandalkan insting
akhir 1960-an, saat Fredriksen berusia 20-an tahun, ia hijrah ke Beirut, Lebanon, yang kala itu jadi pusat penting dalam perdagangan minyak Timur Tengah. Coba-coba menjadi trader minyak mentah.
Pekerjaan trader dipilih lantaran ia tak punya modal besar. Bisa dibilang, ia menjadi calo (middleman) yang mendapat komisi kalau sukses menggolkan transaksi perdagangan minyak. Berbekal insting, ia belajar seluk-beluk logistik pengiriman, membaca pasar hingga bernogesiasi.
Lompatan penting dalam karir bisnisnya baru terjadi 20 tahun kemudian, saat perang Iran-Irak meletus sekitar tahun 1980-an. Fredriksen membeli kapal tanker tua dengan harga murah. Armada usang itu disewakan untuk mengangkut minyak selama perang berlangsung.
Gurita bisnis John Fredriksen mencakup sektor energi, logistik maritim, agribisnis dan perikanan. Orang terkaya Siprus ini ditaksir berharta Rp280 triliun. (Foto: Basith Subastian/CNNIndonesia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dari nol, tanpa warisan, tak berpendidikan tinggi, hanya mengandalkan insting dan kini menjadi raja kapal tanker dunia. Itulah kisah John Fredriksen membangun kerajaan bisnisnya.
Fredriksen punya portofolio bisnis beragam di berbagai perusahaan. Mayoritas gurita bisnisnya mencakup sektor energi dan logistik maritim, meski ia juga 'bermain' di agribisnis dan perikanan.
Namanya tercatat di jajaran orang terkaya dunia. Bahkan, ia pernah menjadi orang paling berduit di Siprus meski kini terlempar ke peringkat dua.
Forbes menaksir harta kekayaan Fredriksen tembus US$17,3 miliar. Angka ini setara Rp280 triliun (asumsi kurs Rp16.190 per dolar AS).
Lihat Juga :
TAIPAN
Stewart Resnick, Petani Terkaya AS yang Berharta Rp101,93 T
John Fredriksen lahir pada 10 Mei 1944 di Oslo, Norwegia. Ia berasal dari keluarga kelas pekerja. Ayahnya bekerja sebagai pegawai kas di perusahaan asuransi.
Beranjak dewasa, Fredriksen bekerja sebagai clerk di perusahaan perkapalan Norwegia. Clerk adalah sebutan bagi pegawai administrasi tingkat dasar. Tugasnya tak jauh-jauh dari pembukuan. Namun, 'posisi rendahan' jadi pintu pembuka Fredriksen mengenal industri pengapalan dan perdagangan. Ia mempelajari banyak hal sembari bekerja.
Pada akhir 1960-an, saat Fredriksen berusia 20-an tahun, ia hijrah ke Beirut, Lebanon, yang kala itu jadi pusat penting dalam perdagangan minyak Timur Tengah. Coba-coba menjadi trader minyak mentah.
Pekerjaan trader dipilih lantaran ia tak punya modal besar. Bisa dibilang, ia menjadi calo (middleman) yang mendapat komisi kalau sukses menggolkan transaksi perdagangan minyak. Berbekal insting, ia belajar seluk-beluk logistik pengiriman, membaca pasar hingga bernogesiasi.
Lompatan penting dalam karir bisnisnya baru terjadi 20 tahun kemudian, saat perang Iran-Irak meletus sekitar tahun 1980-an. Fredriksen membeli kapal tanker tua dengan harga murah. Armada usang itu disewakan untuk mengangkut minyak selama perang berlangsung.
Saat it, banyak pengusaha yang ciut melintas di zona perang, Fredriksen justru melihat ini peluang. Dengan berani, kapal tankernya melayari Teluk Persia yang dibayangi ancaman rudal dan ranjau. Karena berisiko tinggi, Fredriksen mematok bayaran sangat mahal, dan laku!
Buy when there's blood in the water. Itulah salah satu motonya yang terkenal. Ia juga percaya pada teori High Risk, High Reward. Tak heran, ia sampai dijuluki The Big Wolf dan The Viking Raider.
Langkah berani saat perang Irak-Iran rupanya menjadi 'jalan pintas' menuju kesukseskan. Kekayaannya bertambah dalam waktu relatif cepat. Ia meraup untung besar, dan akhirnya menjadi pemilik kapal tanker terbesar di dunia dengan lebih dari 70 armada.
Perang Irak-Iran menjadi momentum Fredriksen melebarkan sayap bisnis. Tak puas mendulang cuan dari bisnis kapal tanker minyak, ia merambah berbagai sektor lain.
Sumber https://www.cnnindonesia.com/ekonom...ja-kapal-tanker-minyak-dunia-berharta-rp280-t