Pamor Klub Serie- A di Eropa Kian Meredup
Setelah wasit Mark Clattenburg asal Inggris meniupkan peluit panjangnya di Stadion Juventus Arena Jum’ at (2/5/2014) dini hari WIB, para pemain Bianconeri tertunduk diam. Meski laga berkesudahan 0-0,sudah cukup bagi Benfica menghempaskan perlawanan Juventus di pentas Liga Eropa. Ya tim Zebra asal negeri pizza kalah dengan agregat 2-1 pada babak semifinal Europa League musim ini.
Artinya, dengan kekalahan Juve berakhir sudah kiprah klub-klub Serie-A diajang kompetisi Eropa, baik UCL ataupun Europa League. Juventus yang begitu superior di Liga domestik harus Tersingkir , dan melengkapi derita kegagalan klub Italia sebelumnya Milan dan Napoli yang harus kandas lebih dulu.
Meredupnya pamor klub di negeri Piizza sejak beberapa tahun terakhir ,tidak lepas dari banyaknya berbagai skandal (mafia) yang meruntuhkan citra Italia sebagai barometer sepakbola dunia. Seperti dikutip Reuters, .Direktur Milan Umberto Gandini melihat penampilan negatif tim-tim Italia dalam beberapa tahun terakhir."Sepakbola Italia punya masalah besar," ungkapnya.
Bahkan Gandini menyebut, Performa tim-tim Italia dikancah UCL ataupun Europa sangat miris dan mengkhawatirkan.”Dengan kondisi saat ini, Mungkin Italia harus siap mengubah perannya dan menjadikan dirinya sebagai kompetisi kelas dua di benua biru,” ungkapnya.
Italia benar-benar harus berbenah jika ingin mengembalikan kejayaannya di kompetisi Eropa. Tentunya hal ini sangat miris karena sampai saat ini Italia adalah pemegang gelar Liga Champions terbanyak bersama Spanyol dengan 12 gelar. Di Liga Europa atau Piala UEFA, klub-klub Italia juga masih tercatat sebagai pengumpul gelar terbanyak, sebanyak 9 gelar.
Pemain Muda Minim dan Marak Skandal
Bagaikan roda yang berputar, secara kualitas Serie A Italia mengalami penurunan secara bertahap. Banyak masalah yang menghinggapi sepakbola di Serie A terus datang bertubi-tubi. Gagalnya Regenerasi pemain, buruknya keuangan klub, serta yang mencengangkan dunia sepak bola adalah skandal-skandal kecurangan oleh aktor-aktor dari dunia sepakbola.
Skandal sepak bola Italia bermula pada 2006, ketika menyebarnya skandal Calciopoli, yang menyeret nama Luciano Moggi Mantan master transfer Juventus dihukum tidak boleh aktif lagi di dunia sepakbola Negeri Spaghetti seumur hidup dan ditambah hukuman penjara selama lima tahun empat bulan.
Setelah Calciopoli , muncul lagi skandal terbaru, Scomessopoli. Skandal terbaru ini bahkan telah menyeret nama kapten Lazio Stefano Mauri, mantan kapten Atalanta Cristiano Doni, dan legenda Italia Giuseppe Signori sebagai tersangka.
Skandal demi skandal yang datang seakan menutupi realita buruk lainnya bahwa jatah Liga Champions Serie A telah direbut Bundesliga Jerman, sehingga mulai musim 2012/13 kemarin Serie A hanya bisa diwakili tiga tim saja. Kenyataan ini hadir akibat menurunnya prestasi klub Italia di kompetisi Eropa. Skandal-skandal ini juga menurunkan minat penggila bola di Italia dan juga Dunia terhadap Serie A.
Contoh nyata ialah makin kosongnya bangku penonton di stadion pada setiap pertandingan Serie A, tercatat di musim 2011/12 hanya AC Milan, Internazionale, dan Juventus yang mencatat rata-rata di atas 35 ribu penonton di setiap laga kandang yang mereka lakoni. Selain itu, meski Dunia tengah dilanda krisis ekonomi, namun tim-tim Eropa lainnya tetap mampu jor-joran di jendela transfer.
Hal ini tak lepas dari hadirnya investor-investor baru yang mau membenahi skuad klub hingga membentuk ‘dream team’. Skandal yang silih berganti hadir di dalam tubuh persepakbolaan Italia membuat Serie A tidak menjadi sasaran para saudagar asal Timur Tengah atau para penguasa minyak Rusia untuk bermain-main dengan uang yang mereka miliki seperti di Inggris, Spanyol, ataupun Prancis. Oleh karena itu, hingga detik ini sebagian besar klub di Italia masih dimiliki oleh dinasti keluarga, yang berlatar belakang sebagai pengusaha dan telah menguasai klub secara turun-temurun.
Ya Pamor Serie A tengah mencapai titik nadir terendah dalam 20 tahun terakhir. Sudah sepatutnya FIGC dan Lega Calcio, selaku otoritas penyelenggara Serie A, mulai memikirkan solusi bagaimana menghilangkan intrik dan kepicikan segelintir pihak di sepakbola Negeri Pizza.
Dengan modal basis tifosi yang kuat di seluruh dunia, bahkan beberapa tahun silam Juventus dan Milan sempat menjadi tim setelah Manchester United yang memiliki tifosi terbanyak di muka bumi. Kedepan saat yang tepat bagi Serie A untuk membentuk kembali kejayaannya, agar tak semakin tertinggal dengan gemerlap Liga Premier Inggris, rivalitas El Clasico di La Liga Spanyol, dan sepakbola menyerang yang penuh kejutan ala Bundesliga Jerman.
Bravo Serie A..!!!
Sumber :
Cahaya.co