Bls: Trinitas
Sumbang Saran tentang Doktrin "Trinitas".....
Doktrin Trinitas pada dasarnya adalah misteri, karena logika atau cara berpikir manusia sangat jauh dengan logika cara berpikir Allah yang menciptakan manusia ! Oleh karena itu untuk memahami Doktrin "Trinitas".., mau tidak mau adalah kita "back to the Bible " ketimbang mencari berbagai contoh atau similiarisme yang bukan bisa menjelaskan tetapi malah bisa bikin kita bingung dan keblinger !
Doktrin Tritunggal, mungkin sulit dipahami oleh logika kita yang sangat terbatas, tetapi yang sulit dipahami bukan berarti sulit dirasakan ! Dan disinilah memang kita selaku orang kristen membutuhkan "iman" agar dapat merasakan bagaimana Allah Tritunggal bekerja dalam hidup kita !
Selanjutnya dibawah ini saya mencoba untuk menjelaskan doktrin Tritunggal yang bersifat misteri dengan melihat kepada Alkitab saja ketimbang mencari berbagai similiarisme ! semoga bermanfaat !
DOKTRIN TRINITAS
Soal ajaran Trinitas atau Tritunggal yang dipercayai umat Kristen sering dijadikan batu sandungan. Sejak kehadiran Yesus, agama Yahudi menolak dengan tegas ke’tuhan’an maupun ke’alah’an Yesus, Arius pada abad ke-4 menolak menyetarakan Yesus dengan Allah, dan pada akhir abad ke-19 ajaran anti-trinitarian Arianisme muncul kembali dalam Saksi-Saksi Yehuwa yang bukan hanya sangat anti-trinitarian, namun juga menganggapnya sebagai ajaran yang dipengaruhi dewa-dewi Babel & Mesir, Plato, bahkan disebut sebagai berasal dari setan, dan dikembangkan oleh susunan Kristen pada abad ke-4. Benarkah bahwa ajaran Trinitas itu baru muncul di abad ke-4? Kelihatannya soal ini cukup simpang siur karena orang-orang lebih menilainya dari sudut prasangka. Bila kita menyimak ajaran gereja sejak awalnya, ajaran mengenai Tuhan yang esa (shema) yang menyatakan diri dalam Bapa, Anak dan Roh Kudus, sebenarnya sudah ada sejak Perjanjian Lama sekalipun tidak diungkapkan sebagai suatu rumusan doktrin tertentu, lagipula istilah Trinitas tidak ada dalam Alkitab baik PL maupun PB. Kalau begitu, mengapa soal ini kemudian berkembang dan memuncak di abad ke-4 sebagai suatu doktrin yang disebut Trinitas?
Bila kita mempelajari Alkitab Perjanjian Lama dengan hati terbuka, memang disitu keesaan Allah jelas ditekankan, namun di banyak bagian dapat dilihat adanya ungkapan pernyataan lainnya selain Allah Bapa, misalnya Malaekat Allah, firman Allah dan juga Roh Allah. Dalam Perjanjian Baru pernyataan mengenai keesaaan Allah juga masih terus didengungkan, namun sejalan dengan itu soal penyataan Allah dalam firman (Logos) maupun Roh Kudus (Parakletos) makin jelas terungkap. Jadi, sekalipun dalam PL maupun PB tidak dirumuskan dalam bentuk doktrin Trinitas, keyakinan mengenai Tuhan yang Esa yang menyatakan diri itu menjadi bagian pengakuan iman umat percaya sejak awalnya.
Sebenarnya untuk mengetahui kepercayaan mengenai hakekat Allah, kita harus menerima dulu kenyataan bahwa Alkitab adalah firman yang penulisannya diilhami Allah, maka dengan dasar kepercayaan demikian, kita dapat menggali apa yang dikatakan oleh Alkitab sebagai penyataan Allah itu mengenai hakekat diri Allah sendiri.
Sebenarnya, pengertian Trinitas/Tritunggal mengungkapkan bahwa Allah Itu Esa (Shema, Ul.6:4; Gal.3:20), namun dalam keesaanNya itu menyatakan diri dalam Tiga pribadi. Sekalipun demikian ke tiga pribadi itu sehakekat dalam kesatuan pemeliharaan Allah.
Dalam Kej.1:26;3:22;11:7, kita melihat TUHAN menyebut dirinya dalam bentuk jamak (Kita). Kej.1:1-2 menunjuk Allah Bapa dengan Roh terlibat dalam penciptaan sedangkan Yoh.1:1 menunjukkan Allah Bapa dan Logos terlibat pada peristiwa yang sama. Jadi baik Roh maupun Yesus sudah ada sejak awal sama halnya dengan Bapa dan ketiganya bersatu dalam penciptaan.
Kejadian 1 menunjukkan bahwa Elohim atau Allah Bapa itulah pencipta, namun kita melihat Mzm.33:8 menyebut bahwa “oleh firman TUHAN langit telah dijadikan” sedangkan Yesus disebut sebagai firman yang menciptakan segala sesuatu (Yoh.1:1-18), jadi kedua penyataan itu identik menunjuk pada yang Esa. Yesus juga disamakan dengan YHWH sebagai ‘Alpha dan Omega’ (Why.22:13;band.1:8;21:6) dan ‘Awal dan Akhir’ (Why.1:17; 2:8; band.21:6;Yes.44:6;48:12), jadi Yesus bukan ciptaan tetapi sama-sama pencipta sejak awal.
Sekalipun disebutkan bahwa tidak seorangpun melihat Allah, TUHAN menyatakan diri sebagai Malaekat TUHAN (Malak Yahweh) yaitu tiga orang yang berrtemu Abraham (Kej.18:1-22). Yesus juga mengatakan bahwa Ia ada sebelum Abraham ada (Yoh.8:58). Ayat terakhir ini sebenarnya berkata bahwa sebelum Abraham lahir Yesus itu ‘Ada’ (‘ego eimi’ yang artinya sama dengan ‘Aku adalah Aku’ dalam Kel.3:14). Dalam kitab Hakim-Hakim kita melihat ke tiga oknum TUHAN, Malaekat Allah dan Roh Tuhan bekerja bersama atas diri Simson. (Hak.13)
Yesaya menyebut mengenai keesaan Allah (Yes.44:6;45:5,22;46:9), namun dalam surat yang sama kita melihat ketritunggalan itu hadir bersama (Yes.40;48:16-17). Juga difirmankan bahwa YHWH tidak akan memberikan kemuliaan kepada yang lain (Yes.42:8;48:11), tetapi dalam inkarnasinya Yesus minta Bapa agar mempermuliakan Anak (Yoh.17:1,5;Why.14:7;15:4) ini menunjukkan bahwa keduanya sama-sama dipermuliakan.
Petrus mengaku Yesus sebagai Messias dan Anak Allah (Mat. 16:16). Thomas memanggil Yesus Tuhan dan Allah (Yoh.20:28) suatu pengakuan yang kelihatannya sudah menjadi pengakuan jemaat awal mengacu pada pengakuan pemazmur (35:32).
Paulus dalam salamnya menyebut dua oknum Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus sebagai kesatuan terkait (1Kor.1:3). Demikian juga Yoh.14-16 menyebutkan oknum Roh Kudus sebagai pribadi yang menyatu dalam ke’Allah’an, justru karena pribadi, Roh Kudus disetarakan dengan pribadi Bapa dan Anak dalam rumus baptisan (Mat.28:19).
Ke’Tuhan’an Yesus sudah nyata sebab sejak kebangkitan, pengakuan bahwa ‘Yesus adalah Tuhan’ sudah diucapkan jemaat, namun Saksi-Saksi Yehuwa selalu menerjemahkan ‘Kurios = Tuhan’ yang terkait dengan ‘Yesus’ sekedar sebagai Tuan, padahal kalau terkait Bapa selalu diterjemahkan Yehuwa. Perendahan demikian juga berlaku dalam jabatan Allah yang terkait Yesus yang diusahakan diterjemahkan menjadi ‘suatu allah’ (a god, Yoh.1:1), namun dalam ayat lain yang tidak dapat dicari dalihnya diberi pengertian lain.
Sebagai contoh ayat Yes.9:5 jelas menunjukkan bahwa “Allah yang Perkasa, Bapa yang kekal, dan Raja Damai” ditujukan kepada Yesus, namun SSY berdalih bahwa Yesus bukan Allah Yang Mahakuasa, padahal pada Yes.10:21 dan Yer.32:18, YHWH juga disebut sebagai Allah Yang Perkasa, bahkan sekalipun ‘Tidak Ada Allah lain’ (Yes.44:44:6;45:5,22;46:9), dua kali disebutkan bahwa Bapa mengatakan Anak sebagai ‘Allah’ yang diurapi ‘Allah’ (Ibr.1:8,9) dan bukan hanya Bapa tetapi Anak pun disembah oleh malaekat dan dimuliakan (Ibr.1:6; band. Why.1:17;4:10-11;14:7;15:4; dan 19:10;22:8-9). Yesus juga disebut “Imanuel” yaitu ‘Allah menyertai kita’ (Yes.7:14;Mat.1:23). Ayat-ayat di atas cukup jelas mengenai ke’Allah’an Yesus.
dan kepribadian ‘Roh Kudus’ juga banyak dibuktikan dalam Alkitab, bagaimana kita bisa diyakinkan bahwa ‘Roh Kudus adalah Allah’? Sekalipun tidak secara eksplisit disebutkan, kehadirannya selalu dikaitkan dengan Allah (Roh Allah & Roh TUHAN). Roh Kudus juga terlibat dalam penciptaan sejak awalnya (Kej.1:1-2). Juga disebut agar ‘Jangan Mendukakan Roh Kudus’ dan ‘yang menghujat tidak akan diampuni’ (Mat.12:31). Menghujat Allah adalah sifat si Dajal (Why.13:5,6) dan ‘neraka adalah tempat hukuman mereka yang menghujat Allah’ dan tidak bertobat (Why.16:9). SSY mempersoalkan Mat.12:32 yang diartikan bahwa Anak manusia lebih rendah dari Roh Kudus. Tentunya tidak karena ‘Anak manusia’ adalah Yesus dalam status inkarnasi yang memang lebih rendah (Flp.2:5-11;Ibr.2:9).
Sekalipun dalam Perjanjian Baru istilah Tritunggal tidak ada, petunjuk ke arah situ sangat jelas, seperti dalam peristiwa pembaptisan Yesus (Mat.3:16-17) dimana ketiga oknum itu menyatakan diri, demikian juga perintah agung penginjilan (Mat. 28:19) dengan jelas menyebutkan ke tiga oknum Allah dalam kesatuan. Ketritunggalan itu juga tercermin dalam pengurapan ‘Yesus yang berinkarnasi’ (Luk.4:18-19;Yes.61:1,2). Salam Paulus mengungkapkan keesaan tiga oknum (2Kor.13:14). Petrus menyebut Allah Bapa sebagai perencana, Roh sebagai pengudus, dan Yesus sebagai penebus (1Pet.1:2;band.Yes.48:16-17). Jadi, ketritunggalan Allah berkaitan dengan pemeliharaan dan penebusan Allah yang menyeluruh kepada manusia. Yes.48:16-17 mengungkapkan ketiga oknum Allah bersama-sama dalam karya keselamatan (band.1Kor.12:3-6), dan ‘jalan keselamatan’ yang digenapi oleh Yesus yang dirintis jalannya oleh Yohanes Pembaptis merujuk nubuatan Yesaya tentang ‘jalan keselamatan YHWH/El’ (Luk.3:4-6;Yes.40:3-5).
Dari beberapa contoh ayat di atas kita dapat melihat bahwa pengertian Trinitas/Tritunggal sudah tersirat baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, dan sekalipun tidak dirumuskan dalam suatu rumusan doktrin tertentu, dapat dilihat bahwa disadari atau tidak, jemaat pada masa Yesus dan para Rasul sebenarnya sudah mengakui ketritunggalan Allah dan karena sudah jelas tidak perlu ada perumusan sebagai suatu doktrin.
Timbulnya doktrin pada abad ke-IV adalah suatu langkah situasional yang diusahakan dalam rangka menghadapi penyesatan Arius. Pengembangan doktrin ini pada abad ke-4 bukanlah merupakan perumusan doktrin baru, namun merupakan upaya memperjelas apa yang sudah dipercayai gereja secara umum menghadapi pandangan Gnostik, Platonis dan Arianisme yang menyimpang.
Sebaiknya penjelasan soal Trinitas tidak perlu disertai perumusan yang bisa menimbulkan penafsiran yang keliru, sebab tidak ada perumusan manusia yang bisa sempurna menggambarkan trinitas Allah, sebab sebenarnya Alkitab sendiri cukup banyak contohnya. Karena itu marilah kita membuka diri kepada penyataan Alkitab sendiri dan berdoa dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Amin!
“Di seluruh Alkitab kita melihat Roh Kudus sebagai pribadi yang nyata, melakukan hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh pribadi. Kita melihatNya dengan pikiran, itelegensia, dan pengetahuan (Rm.8:27;1Kor.2:11). Ia memiliki kemauan (1Kor.12:1). Ia menunjukkan cinta dan kasih-sayang (Rm.15:30). Ia berbicara kepada Filipus (Kis.8:29). Ia menyuruh Petrus (Kis.11:12). Ia menyuruh jemaat untuk mengkhususkan Paulus dan Barnabas untuk tugas pelayanan untuk mana mereka telah dipanggil (Kis.13:2,4). Pada satu kesempatan Ia melarang Paulus berbicara di propinsi Asia (Kis.16:6-7). Ia berbicara kepada sidang jemaat (Why.2:7,11,17,29). Ia bergabung dengan gereja untuk mengundang yang lainnya untuk datang (Why.22:7).
Kita melihat juga bahwa Roh Kudus dapat dijadikan sedih atau duka (Yes.63:10;Ef.4:30), dihujat atau dihina (Mat.12:31;Ibr.10:29), dibohongi (Kis.5:3), dan dicobai atau diuji (Kis.5:9). Tidak ada tenaga tak berpribadi seperti cahaya atau listrik yang menunjukkan kesedihan atau cinta-kasih demikian. Orang-orang dalam Alkitab dapat menyambutNya atau menolakNya, namun mereka menerimanya sebagai Roh Allah (Kej.6:3;Kel.31:3;Hak.6:34;Yes.61:1;Rm.8:9;2Kor.3:3). Ia adalah Roh dari Bapa (Mat.10:30) dan Roh dari Anak (Gal.4:6). Ia Allah yang benar, sama halnya dengan Bapa adalah Allah dan Anak adalah Allah, seperti mereka, ia memiliki sifat-sifat ilahi. Ia mahahadir (Mzm.139:7-8). Ia mahatahu (Yes.40:13;1Kor.2:10-11). Ia mahakuasa (Za.4:6). Ia kekal (Ibr.9:14).
Ia juga baik sama halnya Allah adalah baik (Neh.9:20;Mzm.143.10).
Fakta bahwa ia adalah pribadi yang jelas terlihat juga dalam ayat-ayat seperti Yes.48:16, “Dan sekarang, Tuhan Allah mengutus aku dengan Roh-Nya”. Yesus menyebutkan Roh sebagai pribadi yang jelas ketika mengutip Yes.61:1, “Roh Tuhan Allah ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku.” Lalu Ibr.9:14 menyatakan bahwa Kristus “yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat.” (lihat Bickersteth, 1959,58-59). Yesus kemudian menunjuk Roh Kudus sebagai “Penolong Yang Lain” (Yoh.14:16;15:26;16:7).
Banyak ayat-ayat lainnya menunjukkan keesaan dan kerjasama yang sempurna. 1Kor.12:4-6 menunjukkan bahwa Roh, Tuhan Yesus, dan Allah Bapa adalah sejajar. Ef.4:4-6 mengungkapkan mereka sebagai kordinasi yang sempurna. Mereka semua tinggal di Bait sebagai Allah (1Kor.3:16;6:19;Kol.1:27). Pengajaran ini sering dipertentangkan selama abad-abad awal gereja. Beberapa penganut Gnostik menganggap Roh Kudus hanya sekedar pancaran atau radiasi. Pada abad ke-3 Origen menempatkan Roh dalam status yang lebih rendah. Kultus Makedonia menganggap Roh sebagai mahluk yang tidak diciptakan namun tidak memanggilnya Allah. Pada abad ke-4 orang-orang Arian, yang mengajar Yesus sebagai mahluk ciptaan, tidak menerima ketuhanan Roh. Tidak sulit bagi pengikut-pengikut demikian untuk menganggap Roh sekedar tenaga atau pengaruh yang tidak berpribadi.
Yang lain, seperti Sabellius pada abad ke-3, mennyangkal Trinitas dengan cara lain. Ia mengajar bahwa Tuhan yang satu menyatakan dirinya dalam bentuk, cara, atau kapasitas yang berbeda-beda.
Bagian terbesar orang Pentakosta melihat bahwa Alkitab mengajar ketritunggalan dengan tiga pribadi yang jelas yang perbedaannya tidak melanggar keesaan keberadaan Allah. Mereka akan setuju, misalnya dengan yang disebut Kredo Athanasius, yang secara eksplisit menyatakan: “Kami menyembah Allah yang esa dalam Tritunggal, dan Tritunggal dalam Keesaan, tanpa pengaburkan masing-masing Pribadi, juga tidak membagi-bagi hakekatNya. Karena ada satu pribadi Bapa, yang lain dari Anak, dan lainnya dari Roh; Namun keAllahan dari Bapa, dari Anak dan dari Roh Kudus semuanya adalah satu, kemuliaannya sama, dan keagungan-Nya kekal.” Orang-orang Pantakosta biasanya menerima Roh Kudus sebagai pribadi dan memberi perhatian lebih pada karyanya.”