Mari Belajar Menikmati,... [maaf, kalau post yg ini kepanjangan ya
]
Pernah merasakan keadaan saat membuat hati benar-benar terpuruk, benar-benar sangat hancur. Di tingkat kehancuran yang sehancur-hancurnya?
Dengarlah, aku pernah merasakannya.. Dan siapapun mengakui, semua orang pernah merasakan itu.
Awan biru jadi kelihatan abu-abu, laut terasa gurun pasir. Manusia-manusia yang berkeliaran di depan matapun terlihat seperti kertas yang beterbangan tak karuan.
Ingin marah, tapi ingin menangis, ingin menggigit, mengoyak, memecahkan, menghancurkan, melemparkan, menendang.. semua hal yang bisa membuat hati kembali reda. Kembali tenang. Kembali merasa nyaman. Tapi banyak dari kita yang hanya bisa terduduk lesu memeluk kepala dan menunduk dalam-dalam karena tidak tau apa yang harus dilakukan.
Ayo, kemarilah, duduk bersamaku...
Tak perlu mengatakan apa-apa, tak perlu menceritakan apa-apa,
Tidak usah menjelaskan apa-apa
aku juga tidak ingin menyalahkan siapa-siapa.
Biarkan ku rengkuh bahumu, lihat tanganku menunjuk kupu-kupu
Lihat dia, dia terbang bebas, menari dengan senang hati meskipun dia tau dia bisa mati kapan saja.
Lihat dia.... apakah pernah dia membenci dirinya sendiri saat masih dalam bentuk ulat? seekor ulat yang menggidikkan dan [mungkin] menjijikkan. Coba bandingkan dengan diri kita sendiri.
Alihkan tatapanmu kebawah, lihat tanganku juga beralih, bermain bersama semut.
Perhatikan mereka, selalu berkelompok dan berhenti ketika berjumpa teman sesama semutnya, seakan mereka berhenti sejenak hanya sekedar untuk saling sapa. Ingatkan diri kita juga, bahwa betapa banyaknya orang-orang yang sangat mengharapkan kita. Menyayangi kita. Bahkan orang yang tidak kenal sama sekali dengan kita. Masihkan perlu berpikiran bahwa kita adalah mahluk tak berguna saat sedang melakukan kesalahan? atau mendapatkan kegagalan? Semut menyatukan dirinya bersama kelompoknya, lalu mengapa harus kita berpikiran harus mengasingkan diri dan lari dari semua kepenatan yang datang? Benarkah kesendirian itu menyelesaikan masalahmu??
Bisakah kau tersenyum sekarang?
Betapa luput kita karena tidak menyadari banyak hal kecil yang ternyata sangat-sangat-sangat berarti dan punya makna besar.
Teman, ini adalah hidup.
Ada banyak yang hidup bersama kehidupan kita.
Ada asam, ada manis, asin, hambar, pahit, asam manit, semu pahit, sepah sekalipun kita mestinya bisa belajar menikmati semua rasa itu.
Ayolah tersenyum, kau akan merasa jauh lebih baik saat mau tersenyum dan menertawakan diri sendiri dalam hati karena sudah bersedih.
Lihat betapa bodoh kita? mengapa sampai bisa merasakan kesedihan? Padahal masih ada waktu yang dianugerahkan Tuhan kepada kita untuk memperbaiki, masih diberi mulut dan suara untuk mengucapkan maaf agar pertautan hati kembali terikat erat.
Terawang lagi betapa egoisnya kita karena sudah selalu mengharapkan kehidupan yang sempurna. Kesempurnaan adalah ketolol-an kita, masihkan kita cari??
Kesempurnaan mana yang kita cari, teman?? Kita harus mencapai sesuatu, bukan mencapai kesempurnaan. Urungkan kembali semua hal yang kamu kerjaan jika niatmu adalah mencari kesempurnaan. Karena tak akan ada kesempurnaan itu menghampirimu kecuali kegagalan.
Ayo, tersenyumlah lagi,... tertawa juga akan membuat hatimu jauh lebih tenang. Ucapkan, "Bodoh kita ya?"
Ya... Lihat betapa bodohnya kita karena sudah meluputkan banyak hal.
Sudahkan kau membuat daftar rasa syukurmu terhadap Tuhanmu atas apa yg telah Beliau anugerahkan padamu, teman? Jika sudah, ayo pejamkan mata... kita lakukan bersama..
Tuhan, Terimakasih.. Sungguh.. Puji Syukur Aku terhadap-Mu.
Nafas ini, yang Engkau anugerahkan padaku, menyempurnakan ibadahku.
Tuhan,,, Terimakasih, telah menghadirkan aku kedunia ini, memberi kesempatan padaku merasakan banyak cinta, merasakan banyak rasa, banyak mimpi, banyak harapan, banyak asa, banyak... banyak... dan sungguh sangat banyak.
Tuhan, Telah kau beri aku kesempatan memiliki 2 buah mata yang sempurna, memberiku kesempatan mengenal warna, mengenal bentuk, dan membedakan cantiknya ibuku dan tampannya ayahku, lucunya adikku, dan betapa teduhnya tatapan kekasih hatiku.
Tuhan...
Maafkan aku, berapa kesalahanku, berapa keluputanku, aku 'pun tidak sampai hati menghitung semua itu. Betapa hitam hatiku karena bintik-bintik noda yang aku buat sendiri. Saat aku meninggalkan kewajibanku sebagai seorang anak dari ibuku, Maafkan aku, tidak selalu mencium pipi ibuku tiap kali, tiap hari, Tuhan, sungguh betapa egoisnya aku.. Maafkan aku.
Maaf, karena lebih senang aku menyenangkan diriku sendiri ketimbang menyenangkan keluargaku. Maafkan aku..............
aku ambil dari blog pribadiku sendiri,