jainudin
New member
Masalah pelemahan kurs mata uang tidak hanya terjadi di
Indonesia. Korea Utara Koruti juga mengalami hal serupa
setelah sebuah studi menunjukkan mata uang Amerika Serikat
dan Cina lebih banyak dipakai untuk perdagangan daripada mata
uang nasionaL
Penggunaan yuan Cina dan dotar AS telah meningkat sejak
revaluasi won Korea Utara pada November 2009. Ketika itu,
ayah presiden Korut Kim Jong-un, yaitu Kim Jortg-il, masih
berkuasa. Pemerintah menghilangkan dua angka not uang kertas
dan membatasi jumlah uang yang dapat ditukarkan dengan uang
baru.
Revaluasi menyapu habis tabungan jutaan penduduk negara
komunis itu. Kebijakan ini juga menghentikan aktivitas pasar
den menghancurkan pasar swasta. Peristiwa ini juga
mempercepat inftasi dan
disinyalir juga memicu kerusuhan sipil. Bahkan, Pemerintah
Korut membunuh pejabat yang tidak menyetujui revaluasi.
Masyarakat Korut kemudian kehilangan kepercayaan atas
perbankan dan pemerintah. Mereka juga tidak lagi percaya
terhadap won. Mereka pun mulai menggunakan yuan den dolar
untuk bertransaksi. 0rang-orang membayar dalam yuan untuk
membeli beras dan kebutuhan sehari-hari di pasar,” ujarnya
Seong-ho, seorang pembelot Korut yang tinggat di Korea
Selatan, seperti dilansir taman Reuters, Senin (3/6).
Menurut laporan Daily NK, sebuah website yang
menginformasikan tentang Korea Utara, won telah kehilangan 99
persen nilainya terhadap dolar di pasar gelap. Padahal, Korut
merupakan salah satu negara yang paling tertutup di dunia.
Nilai won di pasar gelap telah jatuh dari 30 per dolar AS
menjadi 8.500 won per dolar. Sedangkan, kurs resmi saat ini
adalah sekitar 130 won per dolar.
Ahli ekonomi berpendapat, besarnya penggunaan mata uang Cina
dan AS ini merupakan gambaran #####ang tentang sejauh mana
kepemimpinan Kim Jongun telah kehilangan kontrolnya terhadap
ekonomi. Ekonomi melihat akan semakin sulit bagi ibu kota
Korut, Pyongyang, untuk mengimplementasikan kebijakan
ekonomi.
Pakar Korut dan Peterson Institute for International Economic
Marcus Noland mengatakan, penggunaan dolardan yuan yang
semakin meluas membuat ruang gerak kebijakan Pyongyang
menjadi lebih sempit. Akibatnya, pemerintah harus memaksa
orang untuk menyediakan barang dan jasa kepada negara dan
mendapat bayaran dalam won.
“Sudah lama pemerintah ingin mengambil kontrol atas ekonomi
dan memerintahkan masyarakat menggunakan won. Namun, negara
tidak memiliki kapasitas untuk melakukan hal itu,” ujarnya.
ed: fitria andayani
Sumber : republika/tangsel pos
Indonesia. Korea Utara Koruti juga mengalami hal serupa
setelah sebuah studi menunjukkan mata uang Amerika Serikat
dan Cina lebih banyak dipakai untuk perdagangan daripada mata
uang nasionaL
Penggunaan yuan Cina dan dotar AS telah meningkat sejak
revaluasi won Korea Utara pada November 2009. Ketika itu,
ayah presiden Korut Kim Jong-un, yaitu Kim Jortg-il, masih
berkuasa. Pemerintah menghilangkan dua angka not uang kertas
dan membatasi jumlah uang yang dapat ditukarkan dengan uang
baru.
Revaluasi menyapu habis tabungan jutaan penduduk negara
komunis itu. Kebijakan ini juga menghentikan aktivitas pasar
den menghancurkan pasar swasta. Peristiwa ini juga
mempercepat inftasi dan
disinyalir juga memicu kerusuhan sipil. Bahkan, Pemerintah
Korut membunuh pejabat yang tidak menyetujui revaluasi.
Masyarakat Korut kemudian kehilangan kepercayaan atas
perbankan dan pemerintah. Mereka juga tidak lagi percaya
terhadap won. Mereka pun mulai menggunakan yuan den dolar
untuk bertransaksi. 0rang-orang membayar dalam yuan untuk
membeli beras dan kebutuhan sehari-hari di pasar,” ujarnya
Seong-ho, seorang pembelot Korut yang tinggat di Korea
Selatan, seperti dilansir taman Reuters, Senin (3/6).
Menurut laporan Daily NK, sebuah website yang
menginformasikan tentang Korea Utara, won telah kehilangan 99
persen nilainya terhadap dolar di pasar gelap. Padahal, Korut
merupakan salah satu negara yang paling tertutup di dunia.
Nilai won di pasar gelap telah jatuh dari 30 per dolar AS
menjadi 8.500 won per dolar. Sedangkan, kurs resmi saat ini
adalah sekitar 130 won per dolar.
Ahli ekonomi berpendapat, besarnya penggunaan mata uang Cina
dan AS ini merupakan gambaran #####ang tentang sejauh mana
kepemimpinan Kim Jongun telah kehilangan kontrolnya terhadap
ekonomi. Ekonomi melihat akan semakin sulit bagi ibu kota
Korut, Pyongyang, untuk mengimplementasikan kebijakan
ekonomi.
Pakar Korut dan Peterson Institute for International Economic
Marcus Noland mengatakan, penggunaan dolardan yuan yang
semakin meluas membuat ruang gerak kebijakan Pyongyang
menjadi lebih sempit. Akibatnya, pemerintah harus memaksa
orang untuk menyediakan barang dan jasa kepada negara dan
mendapat bayaran dalam won.
“Sudah lama pemerintah ingin mengambil kontrol atas ekonomi
dan memerintahkan masyarakat menggunakan won. Namun, negara
tidak memiliki kapasitas untuk melakukan hal itu,” ujarnya.
ed: fitria andayani
Sumber : republika/tangsel pos