andree_erlangga
New member
JAKARTA sebagai ibukota negara Republik Indonesia, dalam banyak hal menjadi barometer bagi daerah lain. Keberhasilan yang dicapai akan menjadi model untuk dikembangkan di wilayah lain di seluruh Indonesia. Demikian halnya dalam kepemimpinan, Jakarta sebagai metropolitan membutuhan figur yang handal, mumpuni dan teruji. Untuk itu Jakarta harus dipimpin sosok kuat dalam berbagai bidang kehidupan.
Pemilihan langsung kepala daerah Jakarta tak luput dari barometer sehingga akan selalu menjadi perhatian semua pihak. Pilkada DKI Jakarta tentu menjadi perhatian tidak hanya lokal tetapi telah menjadi perhatian secara nasional. Selain itu semua pihak Berkepentingan agar ibukota dipimpin oleh tokoh yang kapabel dan mampu membangun citra bangsa.
Gubernur DKI adalah gubernur yang paling bergengsi, maka tidak heran tokoh-tokoh besar ikut turun gunung meramaikan bursa pencalolan pilkada DKI, ada politisi, birokrat, agamawan, artis jenderal dan sebagainya.
Dari sekian tokoh itu mempunyai keunggulan yang berbeda, dan tidak semua sesuai dan ideal menjadi gubernur, oleh karena itu perlu melakukan kajian yang mendalam sehingga mampu memformulasikan pasangan yang ideal dan berpeluang menang. Dari sekian calon itu hanya ada dua balon yang jika digabungkan akan menjadi pasangan yang ideal sekaligus berpeluang menang, karena pasangan tersebut mempunyai kriteria yang dikehendaki mayoritas masyarakat dan mempunyai basis masa yang saling melengkapi, pasangan tersebut adalah Fauzi Bowo (Poke) dan Mayjen Edy Waluyo.
Sangat ideal Foke-Edy adalah pasangan ideal karena memenuhi kriteria ideal, di antaranya pasangan yang mencerminkan gabungan sipil dan militer, mengapa harus ada militer, karena mayoritas opini masyarakat menghendaki agar Jakarta dipimpin oleh mantan militer, dengan catatan tentu militer yang bersih baik bersih dari korupsi maupun bersih dari pelanggaran HAM.
Selain itu juga berjiwa sipil, militer yang mengerti persoalan Jakarta dan militer yang telah mempunyai pengalaman cukup mengerti persoalan dan seluk beluk Jakarta, militer tersebut adalah Mayjen Edy Waluyo, sedangkan pasangan sipil adalah yang telah dikenal masyarakat luas khususnya Jakarta beliau adalah Fauzi Bowo
berpolitik.com
Pemilihan langsung kepala daerah Jakarta tak luput dari barometer sehingga akan selalu menjadi perhatian semua pihak. Pilkada DKI Jakarta tentu menjadi perhatian tidak hanya lokal tetapi telah menjadi perhatian secara nasional. Selain itu semua pihak Berkepentingan agar ibukota dipimpin oleh tokoh yang kapabel dan mampu membangun citra bangsa.
Gubernur DKI adalah gubernur yang paling bergengsi, maka tidak heran tokoh-tokoh besar ikut turun gunung meramaikan bursa pencalolan pilkada DKI, ada politisi, birokrat, agamawan, artis jenderal dan sebagainya.
Dari sekian tokoh itu mempunyai keunggulan yang berbeda, dan tidak semua sesuai dan ideal menjadi gubernur, oleh karena itu perlu melakukan kajian yang mendalam sehingga mampu memformulasikan pasangan yang ideal dan berpeluang menang. Dari sekian calon itu hanya ada dua balon yang jika digabungkan akan menjadi pasangan yang ideal sekaligus berpeluang menang, karena pasangan tersebut mempunyai kriteria yang dikehendaki mayoritas masyarakat dan mempunyai basis masa yang saling melengkapi, pasangan tersebut adalah Fauzi Bowo (Poke) dan Mayjen Edy Waluyo.
Sangat ideal Foke-Edy adalah pasangan ideal karena memenuhi kriteria ideal, di antaranya pasangan yang mencerminkan gabungan sipil dan militer, mengapa harus ada militer, karena mayoritas opini masyarakat menghendaki agar Jakarta dipimpin oleh mantan militer, dengan catatan tentu militer yang bersih baik bersih dari korupsi maupun bersih dari pelanggaran HAM.
Selain itu juga berjiwa sipil, militer yang mengerti persoalan Jakarta dan militer yang telah mempunyai pengalaman cukup mengerti persoalan dan seluk beluk Jakarta, militer tersebut adalah Mayjen Edy Waluyo, sedangkan pasangan sipil adalah yang telah dikenal masyarakat luas khususnya Jakarta beliau adalah Fauzi Bowo
berpolitik.com