Agama, Hati, dan Ilahi

ahmady

New member
Agama adalah sebuah istilah yang ditujukan kepada suatu pemahaman mengenai keyakinan seseorang terhadap pembalasan Tuhan kepada yang tidak berbuat baik. Alasannya adalah Tuhan tidak pernah mengajak kepada makhluk-Nya untuk berbuat jahat. Maka, seseorang cenderung berbuat jahat apabila dia tidak beragama. Agama yang dimaksud di sini adalah agama samawi, yaitu agama yang pernah Allah menyebutnya di dalam al-Qur’an sebagai agama-agama yang sesungguhnya adalah agama yang diakui oleh Allah. Akan tetapi, di dalam al-Qur’an surat Ali Imron:19, Allah berfirman, “Sesungguhnya agama (yang diridoi) di sisi Allah adalah Islam.” Allah juga berfirman, “Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imron:85). Maka ketika saya menyebut agama, yang dimaksud adalah Islam.

Begitulah pentingnya menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman karena Allah telah menerima dan meridoi Islam sebagai agama-Nya. Manusia banyak yang beranggapan bahwa beragama hanya untuk menutupi dampak langsung terhadap pribadi, bukan menyangkut kepentingan umum. Anggapan seperti ini karena agama lebih dilihat sebatas hanya dari sisi keduniawian, bukan sebagai bagian dari alam keabadian. Islam sebagai agama Allah tidak pernah sama sekali mengajak umatnya untuk hanya memperjuangkan kehidupan dunia, selain memikirkan juga kampung akhirat.

Allah SWT mengakui bahwa Islam adalah agama yang sangat sempurna. Maka siapa pun yang masuk Islam berarti dia telah memperoleh petunjuk, “Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya” (Ali Imron:20).


Agama dan Allah

Allah sangat jelas menyebut bahwa Islam adalah agama-Nya. Anda adalah salah seorang termasuk yang beragama Islam apabila mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan, Allah tempat meminta, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tak ada satu pun yang dapat menyamai-Nya (al-Ikhlas:1-4). Anda bila mengakui adanya hal demikian tidak lagi diragukan sebagai pemeluk agama Islam. Akan tetapi, bila salah satu saja dari keempat ayat tersebut tidak diterima, maka anda bukan lagi menjadi pemeluk agama Islam, alias murtad (keluar dari agama Islam).

Kedudukan seseorang sebagai pemeluk agama Islam terletak bagaimana dia menerima keberadaan Allah sebagaimana yang disebutkan di dalam surat al-ikhlas, serta mengakui keberadaan Muhammad sebagai Rasul-Nya. Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh, suatu sapaan yang sangat menyentuh jiwa seseorang yang menerimanya. Sapaan yang mengandung permohonan kepada Allah untuk keselamatan, kasih sayang dan barokah saudaranya sesama Muslim. Di sinilah Allah mengkhususkan bagi kaum Muslim dalam tegur sapa di antara saudaranya, dan tidak ada hal yang serupa bagi pemeluk agama lain. Allah sengaja mengajarkannya kepada pemeluk agama Islam melalui Rasul-Nya.

Oleh karena itu, Islam merupakan salah satu agama yang diselamatkan. Maknanya adalah bagi siapapun yang memeluk agama Islam dia berhak memperoleh penyelamatan dari Allah Azza wa Jalla atas siksa api neraka, apabila dia mengikuti apa yang ditunjukki-Nya melalui Rasul-Nya dan sebagaimana firman-Nya yang ada di dalam al-Qur’an. Akar dari kata Islam adalah salim, artinya selamat. Selamat dari siksa api neraka yang menyala-nyala. Bahkan anda takkan sanggup mendengarkan gemuruh suara apinya saja, yang apabila benar-benar mendengarkannya pasti tubuh anda menjadi debu yang tak bisa dikenali lagi bentuk aslinya. Naudzu billahi min dzalik.

Masalahnya adalah apakah anda meyakini adanya Hari Kemudian? Bahwa surga itu benar adanya, neraka itu benar adanya, kehidupan alam barzakh itu benar adanya, apakah akal anda dapat menerima semua itu? Anda dapat menyangkal semua itu selama akal anda tidak tunduk kepada ruh anda. Ruh sesungguhnya adalah diri anda di alam keabadian. Bagaimana bentuk ruh anda tergantung bagaimana anda memperlakukannya ketika hidup di dunia. Ada manusia yang tubuhnya adalah berbentuk babi, padahal ketika di dunia dia seorang manusia yang pandai. Hanya saja ketika di dunia dia suka mencuri uang negara (koruptor). Sekali lagi, apakah akal anda dapat menerima keyakinan seperti itu?

Sekiranya akal tidak dapat menerima kebenaran Allah, sebagaimana disabdakan oleh Rasul-Nya maupun yang termaktub di dalam al-Qur’an, maka dia berada dalam kedudukan sebagai Muslim yang masih meragukan kebenaran. Begitu sebaliknya, meskipun akal anda belum mampu menjangkau karena belum memperoleh petunjuk Allah, anda percaya (beda dengan meyakini sampai hati anda ikut merasakan kehadiran-Nya) walau baru sampai dilisankan, maka insya Allah anda masih menjadi seorang Muslim yang tidak meragukan. Jadi, kualitas keberagamaan Islam anda bukan semata-mata ditentukan oleh kepandaian akal, tetapi juga diterima oleh hati anda sedemikian hingga anda betul-betul yakin ada-Nya. Kata ‘ada-Nya’ menunjukkan bahwa Dia benar-benar ada di dalam kekuasaan-Nya. Allah Azza wa Jalla adalah Dia Yang Maha Kuasa atas segala yang dikehendaki-Nya.


Hati dan Ilahi

Ruh anda sebenarnya adalah hati anda. Apakah anda mengenal hati anda? Hati yang ada di dalam tubuh bukan hati yang dimaksud dalam tulisan ini, tetapi Hati yang merupakan ruh anda. Keberadaannya tidak tampak, hanya kita dapat merasakannya seperti berada di wilayah hati organ tubuh anda. Berbeda dengan hati, akal adanya di otak anda yang keberadaannya ada di wilayah lahir. Karena itu, Hati dan akal berada di alam yang berbeda, meskipun Allah SWT menjadikannya berada bersama-sama pada diri manusia ketika masih berada di dunia. Manusia yang Hatinya menjadi sumber inspirasi dalam menjalani hidup di dunia, dia akan merasakan kehadiran Allah bersama-Nya. Tetapi, bila manusia menjadikan akal sebagai sandaran dalam perjalanan hidup di dunia, maka dia mudah dijebak oleh bisikan setan yang berada di dadanya. Kata ‘dada’ sebetulnya juga bukan dada sebagaimana yang anda kenal selama ini, tetapi dia sesungguhnya merupakan ‘ruang bisikan’. Antara ‘ruang bisikan’ dengan Hati, Allah jadikan keduanya berada dalam satu bagian yang hanya dibatasi oleh sebuah sekat yang sangat tipis dan transparan. Allah mengajarkan kaum beriman untuk berlindung kepada-Nya dari bisikan setan yang membisikkan kejahatan di dada,“Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. dari (golongan) jin dan manusia." (an-Nas:1-6).

Kedudukan Hati anda berada di bagian tak tampak ternyata memiliki nilai keutamaan yang lebih dibandingkan dengan kedudukan akal. Mengapa demikian? Bukankah akal anda yang menjadikan anda lebih mulia dibandingkan dengan makhluk lainnya? Benar bahwa manusia karena akalnya menjadi berada lebih unggul dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya. Akan tetapi, akal yang tidak pandai menerima kehadiran Allah hanyalah menjadikan manusia berada di hadapan Allah sebagai makhluk yang hina. Tak bedanya seperti hewan. Hewan juga bisa menuruti instink-nya untuk mendapatkan ‘kenikmatan’, seperti makan dan hubungan seks, walaupun tidak memiliki akal. Manusia yang memperturutkan akal yang mengikuti bisikan setan dari dada cenderung berbuat jahat. Seperti hewan, dia mudah dijebak untuk melayani nafsunya yang keji, tidak berperikemanusiaan, jahat terhadap sesama, pokoknya setiap keinginan nafsunya tidak dipenuhi, akal akan membujuk bagaimana dapat memperoleh setiap kemauan yang tidak terpenuhinya itu. Cara-cara setan sekalipun bila perlu dilakukan. Begitulah kedudukan akal bila dihasut oleh bisikan.

Sementara Hati tidak demikian. Allah menjadikannya secara fitrah menerima kebenaran. Maka Hati lebih mulia di sisi Allah. Begitu mulianya, sehingga Allah pun berkenan ‘Hadir’ kepada Hati hamba-Nya yang senantiasa mengingat-Nya. Allah Azza wa Jalla bersemayam di Hati hamba-Nya yang sangat dekat dengan-Nya. Manusia yang kedudukan Hatinya seperti itu, maka Allah SWT senantiasa melindunginya dari segala kejahatan setan yang membisikkan di dadanya. Maka, manusia yang demikian, Hatinya bersih dari kekotoran yang menjadikannya penyakit. Bila Hati ada penyakit, maka Allah akan menambah penyakit. Allah berfirman di dalam surat al-Baqarah ayat 10, “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”

Allah Azza wa Jalla tidak membedakan sipapun sebagai manusia, apakah dia Muslim atau bukan. Muslim, sebagai manusia, adalah yang mengakui Allah Yang Mahaesa dan Muhammad utusan-Nya. Sedangkan kafir, yang juga adalah manusia, secara syar’i tidak mengakui Allah SWT sebagai Tuhannya dan Muhammad adalah utusan-Nya. Tetapi keduanya, Muslim dan non-Muslim, adalah manusia. Maka, ayat di atas sesungguhnya ditujukan juga kepada Muslim sebagai manusia. Bila ada yang menafsirkan ayat tersebut hanya ditujukan kepada orang-orang kafir, maka bagaimana Muslim yang juga manusia yang, nyatanya mengaku beriman kepada Allah tetapi Hatinya tidak pernah mengingat Allah. Maka, dalam kedudukan sebagai Muslim yang berikrar bahwa Allah adalah Tuhannya dan Nabi Muhammad Saaw sebagai utusan-Nya, sementara Hatinya bersikap ‘biasa-biasa saja’ akan keberadaan Allah, Allah menegaskan, “Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” (al-Baqarah:8). Beriman kepada Allah dan Hari Kemudian merupakan kata kunci bagi seorang manusia (Muslim?), bahwa dia mengakui keberadaan Allah di Hatinya, bukan di bibirnya. Allah memberitahukan keberadaan Hati manusia yang mengaku beriman di bibirnya, padahal mereka mencoba menipu pada ayat selanjutnya (al-Baqarah:9), “Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.”

Allah SWT menciptakan akal dan hati senantiasa untuk menghamba kepada-Nya. Allah tidak meletakkan akal mengungguli hati, tetapi akal secara kodrati untuk berdampingan dengan hati. Manusia adalah hidup bila dia ada hatinya (ruhnya). Sebaliknya, meskipun dia secara lahir hidup, maka sesungguhnya dia mati bila hatinya diabaikan. Islam mengajak umatnya untuk menjadi manusia yang berakal dan berhati sesuai dengan kodratnya. Akal tidak dapat menguasai hati, tetapi hati dapat mempengaruhi akal. Maka, bila akal manusia mengikuti kata hatinya, dia akan selamat. Sedangkan akal yang mengikuti bisikan di dadanya, maka dia celaka. Jangan jauhkan Hati dari diri anda, sebab di sanalah anda semestinya berada. Allah hanya berkenan menjumpai anda di Hati, bukan anda yang ada di akal.

http://agamahatidanilahi.blogspot.com/2010/09/agama-hati-dan-ilahi.html
 
Last edited by a moderator:
Wah kok nanggung ya? :)

Soal promo blog udah ada threadnya sendiri Mas. Jadi mending langsung di-share aja di sini. :)(


-dipi-
 
Agama adalah sebuah istilah yang ditujukan kepada suatu pemahaman mengenai keyakinan seseorang terhadap pembalasan Tuhan kepada yang tidak berbuat baik. Alasannya adalah Tuhan tidak pernah mengajak kepada makhluk-Nya untuk berbuat jahat. Maka, seseorang cenderung berbuat jahat apabila dia tidak beragama. Agama yang dimaksud di sini adalah agama samawi, yaitu agama yang pernah Allah menyebutnya di dalam al-Qur’an sebagai agama-agama yang sesungguhnya adalah agama yang diakui oleh Allah. Akan tetapi, di dalam al-Qur’an surat Ali Imron:19, Allah berfirman, “Sesungguhnya agama (yang diridoi) di sisi Allah adalah Islam.” Allah juga berfirman, “Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imron:85). Maka ketika saya menyebut agama, yang dimaksud adalah Islam. Baca Selanjutnya....

ooh.. jadi yang dimaksud dengan agama menurut tulisan diatas hanya bersangkutan dengan pembalasan tuhan kepada yang tidak berbuat baik..
jadi kalo kita berbuat baik sama sekali gak ada pembalasannya.. gitu ya..?? kalo gitu.. gue akan sangat menolak konsepsi agama yang seperti ini.. xixi

eh.. boleh juga diartikan gitu gak..??
 
Alhamdulillah, semoga anda diberi rahmat oleh Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Allah Azza wa Jalla adalah Tuhan semua umat manusia tanpa ada perbedaan dari golongan atau kepercayaan mana pun. Anda, sekiranya bukan beragama Islam, misalnya, maka Allah adalah juga Tuhan anda. Akan tetapi, sebagai agama, Islam didudukkan sebagai agama Allah yang diridoi, bukan ditolak. Anda boleh saja tidak satu konsep dengan apa yang telah saya tulis mengenai definisi agama. Akan tetapi, agama seperti yang saya sebut pemahamannya adalah agama yang mengajak kepada kecenderungan seseorang melakukan kebaikan, bukan sebaliknya. Bila agama menuntun orang untuk berbuat baik, memang di situlah pentingnya beragama.

Akal manusia selalu saja diproyeksikan oleh keinginan bisikan setan yang menggoda manusia untuk sesat. Allah menunjukki manusia bukan untuk mengerti dan tidak mengerti akan kewajiban kepada-Nya, selain untuk menjadikan manusia lebih memahami makna yang hakiki dari yang sekedar dalam pandangan lahir. Bila kemudian, masih banyak orang belum mengerti akan makna hakiki dari sebuah kebenaran, bukan berarti akibat dia menghindari adanya yang hakiki. Anda pasti masih bingung menangkap kalimat yang saya jelaskan di atas. Allah akan menunjukki anda apabila mendekati-Nya dengan segenap hati sehingga akan diperoleh suatu pencerahan diri terhadap sesuatu yang belum dimengerti.

Anda belum membaca secara keseluruhan dari tulisan ini, maka wajar dalam pandangan anda baru sampai pada tahap pemahaman lahir sesuai definisi yang ditawarkan oleh saya. Akan tetapi, apabila anda menghubungkan dengan ayat-ayat al-Qur'an, makna agama sesungguhnya tak terlepas dari serangkain ketentuan Tuhan mengajak kepada semua ciptaan-Nya agar beribadah kepada-Nya. Konsep agama secara harfiah tidak semata-mata hanya dimaknai seperti yang anda pikirkan, melainkan adanya hakikat dari suatu pengertian itu sendiri. Bila agama mengajak kepada kebaikan, maka justru di situlah nilai hakiki dari suatu agama, Bila Islam, khusus sebagai topik pembicaraan, mengajak semua umatnya menjalankan kebaikan sebagai salah satu perintah-Nya, maka keberadaanya sebagai muslim adalah seperti yang dimaksud dari kata agama itu sendiri. Andaikan ada agama selain Islam mengajak kepada keburukan, pasti bukan agama sebagaimana definisi yang saya maksudkan. Anda tidak berbuat baik, maka bukan berarti anda tidak beragama. Akan tetapi, andalah yang mencoba untuk berlepas dari pemahaman nilai yang dikandung dari pengertian agama. Artinya, anda tidak bisa berbuat baik atau tidak berbuat baik berkaitan dengan pengertian agama secara harfiah. Pengertian bukanlah menunjukkan orang yang mengikutinya dengan serta merta pasti akan berbuat baik, selain berbuat baik atau tidak berbuat baik bergantung kepada keyakinan anda akan perintah Allah untuk dijalankan.

Allah SWT mengapa menurunkan seorang rasul-Nya dengan al-Qur'an sebagai mu'jizat yang dijadikan sebagai petunjuk bagi orang-orang yang beriman akan kebenaran Allah? Tidak lain karena masih banyak dari pemeluk agama Islam yang tidak mengerti apa yang seharusnya dijalankan sebagai amanat yang diturunkan oleh Allah untuk dilaksanakan. Dari petunjuk-petunjuk itu, ada yang menunaikan kebaikan dan dari itu pula ada yang mengingkarinya, bahkan berbuat buruk. Anda bukan tidak beragama Islam kalau anda tidak berbuat baik, tetapi anda melanggar perjanjian sebagai pemeluk agama Islam. Anda tidak pernah diperintah oleh Allah untuk berbuat keburukan terhadap sesama manusia, melainkan anda diperintah agar berbuat baik kepada sesamanya. Jadi, kata agama tidak ditujukan untuk pribadi atau perseorangan dalam menunaikan kewajiban agamanya selain untuk secara universal bahwa agama sesungguhnya selalu mengajak kepada kebaikan.
 
ooh.. iya.. nah.. sekarang saya sudah membaca yang anda tuliskan diatas.. so..? gimana nih maksudnya agama, hati dan ilahi..??
eh.. agamanya dulu deh.. gimana..??
mengajarkan tentang kebaikan dan keburukan kah..?? teruskan dong penjelasannya bos.. agar kita semua bisa belajar dari thread ini.. dan lebih khusus lagi. saya belajar kepada anda...oke..? mantaap..
 
ooh.. iya.. nah.. sekarang saya sudah membaca yang anda tuliskan diatas.. so..? gimana nih maksudnya agama, hati dan ilahi..??
eh.. agamanya dulu deh.. gimana..??
mengajarkan tentang kebaikan dan keburukan kah..?? teruskan dong penjelasannya bos.. agar kita semua bisa belajar dari thread ini.. dan lebih khusus lagi. saya belajar kepada anda...oke..? mantaap..


Alhamdulillah saya tidak menduga sebelumnya bahwa tulisanku direspon. Patutkah saya membiarkan anda sampai tidak ada kejelasan dari tulisan yang sudah saya buat? Pasti tidak. Insya Allah, saya akan menjelaskan apa yang anda inginkan dengan pertolongan Allah Azza wa Jalla.

Soal anda yang diajukan kepada saya tentang pengetahuan agama (saya inklusifkan agama Islam saja), adakah Islam mengajarkan kebaikan dan menghindarkan pemeluknya dari keburukan? Soal anda sangat bagus. Pertama, soal ini tidak sama dengan soal pengetahuan matematika atau ilmu pengetahuan lainnya secara lahir. Bila anda seorang sarjana, maka anda akan mampu memahami setiap kata, kata-kata, dan kalimat yang diluncurkan melalui tulisan. 'Anda ada di sini tidak mungkin akan berada di luar sini.' Pengetahuan ini adalah sebuah ide yang mendudukkan keadaan manusia dari kenyataan yang dihadapi sebagaimana adanya di dunia. Adakah yang menemukan keadaan yang sebaliknya? 'Anda ada di sini tetapi anda juga ada di luar sini' Anda pasti akan menjawab tak mungkin terjadi, kecuali Allah Azza wa Jalla Yang Maha Serba Ada di mana-mana. Pemahaman ada di mana-mana dan ada di mana pun tidak sama! Anda ada di mana pun tetapi tidak ada di mana-mana dalam satu waktu! Anda bukan tidak dapat di mana pun yang anda inginkan tetapi anda hanya ada di satu tempat saja dan mustahil dapat ada di banyak tempat. Allah Azza wa Jalla, sebaliknya, ada di sini juga ada di sana dan di mana pun sesuai kehendak-Nya! Allah Maha Esa tetapi dapat menguasai wilayah mana pun yang Dia kehendaki. Allah Azza wa Jalla adalah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Berkuasa! Allah SWT mengatur semua makhluk ciptaan-Nya tanpa seorang pembantu! Allah SWT adalah Tuhan Yang Satu tiada duanya! Apakah anda beragama Islam atau bukan beragama Islam, Allah lah Tuhannya! Andai ada yang mengatakan Tuhan itu banyak dan Tuhan itu bukan Allah, maka dia bukan seorang mu'min! Islam mengajarkan keimanan bahwa tiada Tuhan selain Allah! Kalau prinsip-prinsip keyakinan ini sama sekali tidak ada dalam diri seorang muslim, maka sulit untuk memahami lebih jauh tentang Islam sebagai agama untuk semesta alam, bukan hanya untuk pemeluknya saja!

Selanjutnya, kedua, bila soal agama yang menjadi permintaan anda untuk diuraikan pemahamannya, maka anda akan mendapati bahwa agama Islam adalah agama yang paling memberi pencerahan pemikiran bagi pemeluknya. Anda percaya? Saya akan menguraikan untuk anda dengan pertolongan Allah Azza wa Jalla sampai anda, insya Allah, mengetahui bahwa seorang muslim sejati pasti serba dapat mengetahui apa yang menjadi kehendak-Nya. Apalagi keinginan dari sesamanya. Saya mengatakan demikian jangan ditafsirkan sebagai suatu bentuk kesombongan, tetapi ini merupakan pernyataan universal bagi semua pemeluk Islam sejati, bukan sekedar sebagai pengaku menjadi seorang muslim. Apakah Islam tidak memberi jaminan bagi seorang muslim akan keselamatan dirinya dari godaan setan? Islam pasti menjamin. Islam bukanlah agama rekayasa, tetapi sebagai bukti nyata akan keberadaan Allah Azza wa Jalla akan segala firman-Nya itu adalah benar ada-Nya! Bila Allah Azza wa Jalla berfirman bahwa Islam adalah agama yang diridoi oleh Allah dan diselamatkan bagi yang mengakui-Nya, maka itu benar ada-Nya! Bila Allah Azza wa Jalla berfirman bahwa Islam adalah agama yang mengajak kepada kebaikan dan menjauhkan dari segala bentuk kejahatan dan keburukan, maka sudah pasti demikian ada-Nya! Dunia ini, alam dunia yang saya maksudkan, merupakan satu bukti akan keberadaan Sang Penciptanya. Ada-Nya adalah dicerminkan dengan adanya semua ciptaan-Nya. Bila ada kursi, maka pasti ada yang menciptakannya bagaimana sebuah kursi itu sebagaimana yang anda saksikan. Mustahil ada kursi tetapi tidak ada yang membuatnya! Akal anda akan berkata: 'betul'. Akal anda juga akan berargumentasi bahwa itu suatu pernyataan yang sangat lumrah bukan aneh atau luar biasa. Saya juga akan mengatakan: 'betul apa yang anda utarakan itu, bahwa contoh itu masih sangat sederhana.' Saya merasakan bahagia bila anda mengakui akan kebesaran Allah Azza wa Jalla bahwa langit, bumi, dan semua yang menghuni di dalamnya dan di antara keduanya adalah ciptaan Allah. Boleh jadi anda juga akan mengatakan hal yang sama: 'itu bukan suatu contoh yang sangat spesifik untuk menerima keyakinan akan kebenaran Allah SWT di dalam al-Qur'an.' Anda bahkan mengakui bahwa al-Qur'an memang benar atas segala firman-Nya!

Sampai di situ saya akan menguraikan 'apakah Islam mengajarkan kebaikan dan menyuruh pemeluknya untuk tidak berbuat jahat?' Penuntun tidak mungkin menjebloskan yang dituntun, pemandu tidak mungkin mengarahkan kepada ketidakjelasan, pengampun tidak mungkin memberi siksaan, penghalang pasti menjebak siapa pun yang lewat di hadapannya! Anda boleh jadi bertanya, apa maksud dari semua itu? Pertanyaan anda bila seperti itu adalah sebuah ungkapan ketidaktahuan akan hakikatnya dari sebuah pernyataan! Allah Azza wa Jalla adalah Tuhan Yang Maha Mengetahui dan akan menunjukkan pemahaman kepada siapa pun yang memohon kepada-Nya petunjuk. Saya pun sama akan menjadi tidak mengerti tentang pernyataan tersebut bila bukan karena ditolong oleh Allah Azza wa Jalla! Maka hanya dengan menyandarkan kepada kekuasaan-Nya, insya Allah saya dapat mengartikan apa makna dari pernyataan tersebut.

Pernyataan tersebut bermakna sebagai berikut: "Penuntun adalah Islam, maka siapa pun yang masuk Islam pasti mendapati bahwa keislamannya karena petunjuk Allah SWT. Apakah perjuangan seorang muslim dalam menjalankan kehidupan juga karena Allah? Adakah seseorang menjadi dapat bermartabat hanya karena dirinya sendiri? Adakah anda merasa bahwa selama menjalani kehidupan terlepas dari pertolongan Allah? Sekiranya bahwa anda dan siapa pun dapat berjalan tanpa dipandu oleh Allah, adakah hidup anda tidak membutuhkan ciptaan-Nya? Udara, tumbuh-tumbuhan, hewan, apa pun yang ada di bumi dan di laut serta dari seluruh yang ada di alam dunia bukan ciptaan manusia, melainkan ciptaan Allah. Adakah anda atau siapa pun tidak bergantung kepada-Nya? Persoalan hidup pasti tidak dapat terlepas dari kekuasaan Allah! Sangat mustahil bila anda menyisihkan Allah! Anda sangat membutuhkan pemandu yang sangat luar biasa, yaitu Allah Azza wa Jalla. Sekiranya anda mengetahui kedudukan Allah sebagai Sang Maha Pencipta dan anda sebagai makhluk ciptaan-Nya, ini merupakan aset untuk menyadari bahwa kedudukan anda di hadapan kebesaran-Nya tidak ada artinya apa-apa. Akankah kita membangkang terhadap seluruh perintah dan pelajaran berarti dari Dia? Sangat masgul untuk seorang yang diberi akal cerdas menepis kenyataan atas keberadaan Allah sebagai Sang Pencipta dan anda sebagai makhluk ciptaan-Nya! Akal sehat tak mungkin meragukan kebenaran ada-Nya Allah Yang Maha Kuasa apabila meyakini bahwa Dialah yang menjadikan semuanya ada. Akal sehat hanya tak mampu menjangkau-Nya. Anda tak mungkin mampu melihat Allah bila tanpa perkenan-Nya! Anda hanya dapat melihat di wilayah yang mata anda dapat melihatnya, di luar itu tak mungkin sampai di akal anda. Apabila ada yang menjangkau-Nya, tak lebih karena Dia Maha Bijaksana. Dengan kebijaksanaan-Nya seluruh makhluk-Nya menjadi bisa! Anda pasti bisa melihat wajah-Nya bila anda sudah diperkenankan! Persoalan ini bukan persoalan dalam lingkup untuk dijelaskan secara umum, selain hanya untuk mereka yang sudah menjangkau apa yang tak tampak. Alangkah bodohnya sekiranya ada yang mengaku bisa tapi dia bukan seorang muslim sejati! Setiap hamba-Nya yang patuh dan ta'at, insya Allah, Allah akan membukakan pintu hatinya untuk sampai kepada-Nya! Ini yang dimaksud bahwa seorang mu'min membutuhkan seorang pemandu agar dapat sampai kepada-Nya! Adapun bila ada yang meragukan akan kebenaran-Nya, Dia adalah Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang! Maka, siapapun bila mengakui atas seluruh perbuatannya telah melanggar dari perintah-Nya, Dia pasti akan memberi ampunan dan membebaskan seluruh dosa-dosanya sehingga dia terbebas dari siksaan-Nya! Inilah bukti bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Pengampun dan tak mungkin menyiksa orang yang bermohon ampunan atas segala dosanya! Akan tetapi, dalam perjalanan menuju kepada-Nya, manusia banyak yang dijebak dan disesatkan oleh 'musuh yang nyata' yang menggelincirkan dia ke lembah kehinaan dan kesengsaraan! Adakah penolong yang dapat membantu mengeluarkan manusia dari lembah kenistaan selain dari Allah Azza wa Jalla? Adakah selain Allah dapat menghalangi mereka yang telah menyesatkan anda? Pasti tidak ada!"

Seandainya anda memahami apa yang sudah saya jelaskan di atas, maka anda sudah pada tingkat memahami pengetahuan keislaman dari aspek tasawuf! Sekiranya anda belum memahaminya, maka anda masih berada pada tingkat sebagai pemeluk Islam yang sedang membutuhkan bimbingan untuk mengenal apa itu Islam sebagai agama yang mengajak kepada kebaikan (ihsan) dan apakah Islam melarang umatnya untuk berbuat jahat! Anda, insya Allah, akan saya ajak untuk membaca tulisan-tulisan saya selanjutnya, tanpa bermaksud anda tidak diperkenankan selalu bertanya. Jika sekiranya saya bisa menjelaskan pertanyaan anda, maka insya Allah saya akan menjelaskannya.
 
Manusia Sejati

Manusia adalah makhluk Allah yang tidak dapat menghindar dari berbagai persoalan hidup. Keberadaannya di dunia merupakan sebuah konsekuensi yang harus dihadapi. Persoalan hidup sesungguhnya adalah ujian bagi manusia. Maka, apapun bentuknya, ujian tidak dapat ditolak karena merupakan sunatullah yang harus dijalani. Keinginan manusia terhadap permasalahan yang ada adalah agar cepat diselesaikan. Tetapi, kenyataannya, banyak manusia yang menemui jalan buntu. Kebingungan pun menguasai akal manusia. Bingung karena tidak memiliki pegangan yang dapat dijadikan rujukan. Padahal, seandainya manusia menyadari, al-Qur’an adalah pegangannya.

Persoalan manusia di alam dunia tak lebih menyangkut aspek-aspek kebutuhan dasar manusia. Persoalan ekonomi merupakan salah satu kebutuhan yang mendominasi kehidupan manusia. Selama manusia dapat memenuhi kebutuhan primer, maka persoalan-persoalan lain paling tidak dapat diperoleh dengan meminta bantuan para ahli. Tetapi, anda bayangkan bagaimana keluarga miskin yang seandainya memiliki 6 orang anak dapat memenuhi seluruh kebutuhan anggota keluarganya. Di saat bersamaan, ada anaknya yang tidak dapat bicara. Maka, kemungkinan besar, keluarga ini hanya membiarkan anaknya menerima cobaan. Mereka tidak memiliki dana untuk memeriksakan penyebab penyakit yang dialami anaknya. Kata pasrah akhirnya diambil untuk menghilangkan kebingungan situasi kejiwaan.

Latihan menghadapi persoalan yang semacam itu tak mungkin ditemukan dalam kehidupan di dunia ini. Yang ada adalah bagaimana kita dapat menyikapi terhadap munculnya problem keluarga. Kalau manusia berpegang kepada petunjuk Allah yang dapat ditemukan melalui al-Qur’an, maka kemungkinan sekali ia dapat ditolong oleh Allah Azza wa Jalla. Permasalahan apapun ada di dalam al-Qur’an. Subhanallah. Hanya saja, manusia tidak mau mencoba untuk belajar bagaimana untuk memahami ayat-ayat al-Qur’an. Perhatikan bagaimana al-Qur’an menyampaikan kepada manusia bahwa dirinya dapat menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang beriman? Dan masih banyak lagi al-Qur’an mampu menjadi penolong bagi orang-orang yang beriman.

Ke mana manusia menghadap ketika menemui permasalahan yang tak sanggup ditangani sendiri sebagai manusia? Pasti dia akan menemui Tuhannya. Sudahkah tahu bagaimana menemui Allah? Kebanyakan manusia Muslim belum memahami cara menemui Allah. Mereka hanya tahu menjalankan solat lima waktu. Menghadap Allah adalah inti pelaksanaan solat. Sudahkah solat menjadi media untuk menemui Allah dan menyampaikan berbagai permasalahan? Kedudukan anda di hadapan Allah adalah hamba yang dipersilakan untuk memohon pertolongan kepada-Nya. Puluhan tahun anda solat tapi tidak menyadari bahwa anda sedang menghadap kepada Allah. Tak ada selintaspun anda menghadap Allah seolah-olah anda sedang berdialog dengan-Nya. Allah seolah tak melihat dan tak mendengarkan anda. Inilah kebodohan manusia. Mengaku paling pandai, tapi tak mengerti.

Kedudukan manusia di hadapan Allah adalah hamba bila dia benar-benar mengetahui kedudukan Allah saat menghadap kepada-Nya. Dia Maha Besar. Putus asa tidak dapat dijadikan alasan untuk menangkis sulitnya merasakan kehadiran Allah. Tiap manusia berbeda antara satu dengan yang lainnya. Jangan menganggap bahwa perjuangan tidak diapresiasi oleh Allah. Justru Allah menilai manusia dari proses yang berjalan, bukan hasilnya. Adakah hamba-Nya mengupayakan dengan sungguh-sungguh dapat berkomunikasi dengan Allah ketika solat?

Melalui solat, hamba Allah dapat berhubungan sebagaimana layaknya berhubungan dengan sesamanya. Jangan dimaknai bahwa tidak ada bedanya dengan kedudukan di antara keduanya; manusia adalah hamba Allah yang berkedudukan sebagai yang diciptakan, sedangkan Allah adalah Sang Pencipta. Dalam hal hubungan dengan-Nya, seorang hamba tetap menggunakan tatacara yang berlaku sebagaimana menjalankan solat. Hanya bentuk atau model yang dilakukan oleh hamba dalam berkomunikasi di dalam solat berbeda dengan sebagaimana solat secara syar’i. Secara syar’i, seorang yang membaca bacaan solat dilafadzkan, apakah dengan suara lembut atau agak keras, sedangkan berkomunikasi dengan Allah dilakukannya bukan di bibir tetapi di hati. Misalnya, saat anda membaca takbir, maka di hati anda mengagungkan Allah dengan menyebutkan seperti: “Duhai Allah, Engkau memang Maha Besar.”

Penyampaian keagungan Allah di dalam solat seperti itu berarti pengakuan hamba akan kebesaran Allah betul-betul dinyatakan baik lisan maupun di dalam hati. Pengakuan lahir dan batin. Memaknai bacaan solat sangat dianjurkan untuk hamba yang merasakan ada-Nya kehadiran Allah saat solat. Silakan anda praktekkan, pasti anda akan merasakan suasana yang berbeda. Sekiranya anda meragukan apa yang saya sampaikan, maka hal ini dikembalikan kepada anda sebagai pribadi yang tak pernah akan merasakan hubungan yang mesra dengan Allah saat solat. Jangankan anda akan dapat berkomunikasi di luar solat, jika di dalam solat pun anda belum dapat.

Solat, di samping ibadah yang lainnya, merupakan salah satu jalan menuju perjumpaan dengan Allah. Ketika ditemui Allah, anda pasti merasakan keadaan jiwa yang sedemikian gemetar sehingga tak mampu menahan tangis, sebuah perasaan yang bukan karena kesedihan tetapi merasakan adanya penghormatan yang tak terhingga karena Sang Khalik berkenan menemui anda. Subhanallah. Jika seperti ini, maka perasaan anda menjadi tenang dan tak ada keraguan akan kebenaran Allah yang selama ini masih menghinggapi dada anda.

Hubungan seorang hamba dengan Allah seperti itu menunjukkan kedudukan hamba di hadapan-Nya sudah berada pada posisi yang mulia. Maknanya, hamba yang sudah ditemui Allah berarti dia telah berkedudukan sebagai hamba sejati. Seorang manusia yang berada dalam kedudukan sebagai manusia sejati menerima penghargaan dari Allah sebagai insan kamil, yaitu manusia yang sudah tak lagi dihantui oleh makhluk lain dalam menjalankan ibadah kepada Allah, melainkan pada suasana jiwa yang sesungguhnya sebagai pribadi. Kondisi ini tidak hanya berlangsung di dalam solat, tetapi juga di luar solat.
_______________
(Disalin ulang dari: Manusia Sejati -- sebuah tulisanku di blog Agama, Hati, dan Ilahi)
 
Last edited:
mhh.. dalam shalat ya bos kita menyampaikan permasalahan kita..? bukannya dalam doa..?? waduh.. ane terlalu newbie nih.. xixi. lanjut bos penjelasannya..
 
mhh.. dalam shalat ya bos kita menyampaikan permasalahan kita..? bukannya dalam doa..?? waduh.. ane terlalu newbie nih.. xixi. lanjut bos penjelasannya..


Allah Azza wa Jalla adalah Tuhan Yang Maha Kuasa atas semua makhluk-Nya. Anda adalah salah satu makhluk-Nya yang telah diberi kelebihan dalam wujud karunia berpikir karena Allah SWT menganugerahkan anda akal untuk berpikir. Allah SWT melebihkan kepada manusia dengan akalnya sebagai bukti akan kekuasaan-Nya dalam menganugerahkan berbagai karunia kepada makhluk-Nya. Anda lebih unggul dibandingkan dengan makhluk lainnya! Patutkah anda tidak bersyukur kepada-Nya? Andaikan anda tidak diberi anugerah akal oleh Allah, adakah anda dapat berbicara dengan fasih menjelaskan suatu perkara? Pasti tak mungkin! Pasti pemberian ini ada maksud dan tujuan Allah mengadakannya. Anda seharusnya sudah menjadi seorang hamba yang patuh dan ta’at apabila menggunakan akal untuk berpikir, merenungkan semua ciptaan Allah! Adakah wujud yang patut dipersembahkan kepada-Nya sebagai awal kepatuhan anda kepada-Nya? Saya melihat bahwa setiap manusia asli sebagaimana Allah berkehendak pasti akan mendirikan solat sebagai salah satu sarana berhubungan dengan-Nya dalam mengabdi (menghamba) kepada-Nya. Solat adalah salah satu media atau sarana yang digunakan untuk saling berhubungan antara seorang hamba dengan Sang Maha Pencipta! Dengan solat, anda dapat mengungkapkan semua persoalan anda kepada-Nya! Adakah yang berpendapat bahwa solat itu hanya sebuah kewajiban semata-mata tanpa dapat diwujudkan sebagai sarana saling berhubungan? Apalah artinya solat bila tidak sama sekali dapat dijadikan sebagai media hubungan antara hamba dengan Allah? Anda mendirikan solat untuk apa? Hanya sebatas memenuhi kewajiban? Kemudian bagaimana anda menghadap Allah Azza wa Jalla bila solat hanya sebagai pemenuhan kewajiban syari’at? Adakah anda menganggap bahwa solat bukanlah sebuah sarana anda untuk memohon pertolongan? Adakah anda mengetahui apa rukun solat? Adakah yang menganggap bahwa ayat-ayat al-Qur’an, seperti ayat-ayat dalam surat al-Fatihah yang seluruhnya harus dibaca karena merupakan rukun dalam solat, bukan termasuk sebagai bentuk permohonan sekaligus pernyataan akan kasih sayang Allah, kemahabesaran Allah, kekuasaan Allah, keesaan Allah, pemberian petunjuk dari Allah, dan pemberi selamat dari kesesatan (jalan yang dimurkai dan sesat)? Adakah anda beranggapan bahwa ayat “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in” bukan sebuah pernyataan anda untuk hanya menyembah kepada Allah sekaligus permohonan anda akan pertolongan Allah? Jika bukan sebuah pernyataan dan permohonan, maka anda betul bahwa orang yang solat hanya sebatas memenuhi kewajiban semata! Adakah anda merasa bahwa sampai di situkah seorang makhluk di antara sedemikian banyak karunia yang telah dianugerahkan oleh Allah pantas bersyukur? Saya anggap anda bukan seorang hamba yang patuh dan ta’at kepada-Nya selain hanya sekadar numpang hidup di bumi Allah Azza wa Jalla! Allah SWT bukan sama sekali marah bila ada muslim yang solatnya hanya sekedar memenuhi kewajiban! Pasti akal anda yang menjadikan adanya anggapan bahwa solat fardlu tak lebih dari sebatas untuk mengurangi beban kewajiban! Bukan menganggap sebagai suatu kenikmatan berhubungan dengan Sang Pencipta! Solat yang demikian pasti tidak dapat mencapai derajat solat khusyu’ yang mengerti hakikatnya solat!

Allah Azza wa Jalla akan memberi karunia kepada seorang hamba yang senantiasa menjadikan solatnya sebagai amalan (perbuatan) manusia dalam berhubungan dengan Sang Kholik! Adakah yang dapat memaknai lain hablum minallah selain sebagai adanya hubungan yang betul-betul berhubungan antara seorang hamba dengan Allah? Adakah yang dimaksud berdo’a bukan dimaksud dengan sebuah permohonan seorang hamba kepada Allah? Adakah seseorang yang solatnya tidak diperkenankan mengajukan permohonan kepada Allah melalui hatinya? Adakah yang dapat melarang hati juga seharusnya berkata-kata sebagaimana lisan dalam solat? Adakah yang dapat menyimpulkan bahwa solat itu hanya perbuatan lahir semata-mata? Adakah yang memandang bahwa solat itu bukan konsumsi hati dalam pelaksanaannya? Haruskah hati diam pada saat lisan anda memohon pertolongan kepada Allah (iyyaka nasta’in)? Adakah hati anda cukup menjadi saksi saja tanpa diikutkan untuk memohon kepada Allah saat lisan anda mengucapkan “ihdinash shirathol mustaqim”? Patutkah bahwa lisan adalah satu-satunya bagian dari diri anda yang hanya mewakili anda dalam berhubungan dengan Allah? Hati atau ruh anda adalah sesungguhnya anda sendiri, bagaimana anda menyikapi terhadap anda sendiri sesudah ajal menjemput anda? Adakah yang menganggap bahwa pada saat menghadap Allah di alam keabadian ruh anda tidak dimintai pertanggungjawaban? Atau anda menganggap bahwa fisik atau jasad anda yang bertanggung jawab? Saya yakin anda akan menjawab bahwa ruhlah yang bertanggung jawab! Lalu mengapa anda membiarkan ruh atau hati anda sama sekali tidak pernah diajak untuk bersama-sama dengan jasad anda dalam menghadap kepada Allah? Adakah anda menganggap bahwa ruh itu adalah bukan dari diri anda? Apakah ruh itu adalah anggota dari diri anda yang cukup berdiam saja dibiarkan pergi ke mana-mana tanpa tahu tujuan? Apakah anda dapat hidup tanpa ruh? Apakah selama ini anda hanya berdoa’a cukup di lisan? Pertanyaan terakhir: Apakah selama anda solat sama sekali tidak pernah mengajak hati atau ruh anda merendah tersungkur bersama wajah anda dan menangis memohonkan ampunan di hadapan kemahabesaran Allah?

Apabila anda sudah mampu menjawab dengan sangat jujur sesuai hati anda, maka itulah anda di hadapan kebesaran Allah! Anda ada karena Allah Ada. Pasti anda tiada jika Allah berkehendak meniadakan anda! Sudahkah anda siap bila Allah memanggil anda menghadap di hadirat-Nya? Siapakah yang akan menghadap kepada-Nya, jasad atau hati (ruh) anda?
 
Last edited:
hmmm.. saya masih terlalu cetek utk mengerti bos.. tapi gak pa apa.. lanjut aja yuuk pembahasannya. mantaaaap

gini.. pertanyaannya di rubah deh..
misalnya saya sedang di hinggapi rasa gundah tentang sesuatu hal..
misalnya ingin berpartisipasi dalam idul qurban mendatang.. namun nggak punya kambing, dan nggak punya uang utk beli kambing..
ingin mengadukannya ke pada Allah...
bisa mengadu dalam shalat ya..??
 
hmmm.. saya masih terlalu cetek utk mengerti bos.. tapi gak pa apa.. lanjut aja yuuk pembahasannya. mantaaaap

gini.. pertanyaannya di rubah deh..
misalnya saya sedang di hinggapi rasa gundah tentang sesuatu hal..
misalnya ingin berpartisipasi dalam idul qurban mendatang.. namun nggak punya kambing, dan nggak punya uang utk beli kambing..
ingin mengadukannya ke pada Allah...
bisa mengadu dalam shalat ya..??


Allah Azza wa Jalla sama sekali tidak membiarkan seorang hamba yang mengadu kepada-Nya! Apa pun itu persoalannya! Jangankan hanya seekor kambing, anda ingin dunia akhirat, Allah SWT pasti memberi! Persoalannya adalah adakah anda mengetahui bahwa solat yang anda dirikan betul-betul sebagai bentuk hubungan anda sebagai seorang hamba dengan Allah Azza wa Jalla? Sepanjang itu diadakan dengan sepenuh hati, maka anda pasti mengetahui Allah menjawab permohonan anda! Saya bertanya, sudahkah anda menunaikan solat dengan penuh khusyu'? Adakah solat anda memenuhi kriteria sebagai solat yang menjadikan anda begitu takut ketika anda menghadap kepada-Nya? Adakah rasa takut anda membekas sampai kepada perbuatan dan perkataan anda di dalam kehidupan? Pasti, bila anda sudah menunaikan solat yang seperti itu, anda akan berhadapan langsung tanpa hijab menghalangi anda. Adakah anda meyakini dengan pemahaman anda bahwa solat merupakan sarana anda berhubungan dengan Allah (hablum minallah) sebagaimana anda berhubungan dengan sesama (hablum minan nas)? Saya meminta kepada anda dengan sangat jujur, adakah anda merasakan ketika solat sebagaimana yang saya lukiskan? Mohon dijawab dengan sangat jujur pula. Saya menyandarkan kepada Allah Yang Maha Mengetahui suara hati setiap manusia!
 
iya belum.. belum seperti itu kadar shalatnya..
bagaimana agar shalatnya bisa seperti itu bos..??
kalau boleh tolong di jabarkan cara shalat yang benar..?? yang mengikuti cara shalat yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW.
 
iya belum.. belum seperti itu kadar shalatnya..
bagaimana agar shalatnya bisa seperti itu bos..??
kalau boleh tolong di jabarkan cara shalat yang benar..?? yang mengikuti cara shalat yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW.


Adalah suatu perbuatan yang sangat mulia bila anda solat sebagaimana Rasulullah Saaw solat! Adakah yang sesungguhnya tahu solat beliau ketika menghadap Dia Yang Maha Esa? Anda dan kebanyakan kaum muslim mengetahuinya dari hadits yang sampai kepadanya atau anda! Namun, adakah yang mengetahui solat beliau? Saya tidak berani mengatakan tahu hanya menyandarkan dari hadits yang sampai kepada saya! Hanya Allah dan rasul-Nya lah yang tahu!

Anda, termasuk saya, sama sekali tak mungkin dapat menyamai solat beliau dengan yang sebenarnya, selain sebatas disampaikan di dalam sabdanya Saaw. Maksud saya adalah apa yang terbaca di dalam hadits masih banyak dianggap belum sama! Terbukti setiap muslim berlaku solat dengan cara yang berbeda! Jika sama dengan Rasulullah Saaw, tak mungkin berbeda cara solatnya antara seorang muslim dengan muslim lainnya! Adakah yang dapat menjamin bahwa solat beliau adalah sebagaimana anda menunaikannya? Jika bukan karena karunia Allah yang sampai kepada seorang hamba diperlihatkan bagaimana sesungguhnya solat beliau, maka tak seorang pun yang tahu!

Anda boleh jadi solatnya persis solat sebagaimana beliau solat. Akan tetapi, muslim yang lain menunaikan solat hampir tidak mirip dengan solat anda. Ada sedikit perbedaan dalam gerak atau bacaan di dalam solat (ada mazhab yang berbeda dengan mazhab anda dalam pelaksanaan solat!). Pertanyaan saya adalah adakah yang merasa paling benar solatnya? Bukan cara dari gerakan atau bacaan solat sesungguhnya yang mencapai pada tingkat solat sebagaimana solatnya Rasulullah Saaw!

Rasulullah Saaw tidak berarti mengajarinya secara berbeda dalam hal solat! Boleh jadi para sahabatnya yang secara kebetulan mendapati solat beliau seperti yang dilihatnya! Apakah seorang sahabat akan menirukan secara berbeda dengan beliau ketika melihat atau menyaksikan utusan Allah yang sangat mulia ini solat? Tidak! Para sahabat tidak menirukan solat yang tidak sama dengan solat beliau! Pasti! Akan tetapi, solat beliau bukan sebagaimana yang diinginkan dirinya! Namun, solat beliau sebagaimana yang diinginkan Allah Azza wa Jalla! Adakah manusia yang mengetahui bagaimana ketika beliau solat sendiri di dalam kamarnya selain istri beliau dan anggota keluarganya? Sangat sulit untuk mengetahuinya! Anda pernah mengetahui dalam kitab-kitab yang menjelaskan bagaimana istri beliau mendapati suami tercintanya solat sampai kakinya bengkak? Bahkan istri beliau pun hanya tahu bengkak sesudah mendapati beliau solat yang sangat lama! Solat beliau ditunaikan ketika istri beliau masih terjaga sampai tertidur, dan ketika bangun suaminya masih sedang dalam posisi solat! Apakah istri beliau mengetahui saat dirinya sedang nyenyak tidur? Dalam hadits Saww tidak disebutkan bagaimana solat beliau sampai kakinya bengkak! Komentarnya beragam, bahwa solat beliau begitu banyaknya sampai mendapati kakinya membengkak. Ada yang berpendapat kaki beliau bengkak karena solat beliau sedemikian lamanya saat beliau sedang menghadap kepada-Nya! Saya sendiri pun tidak tahu yang mana yang sesungguhnya jika bukan karena petunjuk-Nya mustahil mengetahuinya!

Oleh karena itu, solat yang sebagaimana Rasulullah Saaw solat adalah solat yang saat ini hanya sebatas yang diketahui oleh masing-masing sahabatnya saja! Bila anda meyakini solat yang sudah biasa anda tunaikan, maka bersolatlah sebagaimana yang anda yakini. Tentang solat yang lain bukan urusan anda! Biarkan mereka menunaikan solat sebagaimana hadits yang sampai kepadanya! Saya tidak akan menguraikan mana hadits yang sohih dan tidak sohih mengenai solat Rasulullah Saaw.! Saya sama sekali bukan ahli hadits. Saya adalah salah seorang yang masih belajar solat yang dapat menjadikan solat yang saya tunaikan lebih merasakan kehadiran-Nya!

Solat yang diajarkan di dalam al-Qur'an dan sabda beliau (hadits) bukan perhatiannya sebatas lahiriah semata, selain solat yang mencapai hakikatnya solat! Anda boleh saja solatnya berbeda dengan keyakinan istri anda di dalam solat sebagaimana diketahui dari hadits yang sampai kepada anda. Tidak ada jaminan solat yang anda tunaikan mencapai hakikatnya bila dibandingkan dengan solat istri anda! Demikian juga sebaliknya.

Solat secara syar'i (hukum yang menjadi dasar dalam menunaikan kewajiban atau sunahnya solat secara lahiriah, dari bacaan dan gerakan solat) tidak mungkin berbeda dengan solat yang mencapai hakikatnya solat! Akan tetapi, perbedaan yang terjadi adalah ketika seluruh anggota tubuh anda tidak lagi mengikuti apa pun yang diminta akal anda! Akal tidak lagi sangat berwenang memerintah tubuh anda! Adalah hati anda yang mulai memiliki pengaruh terhadap diri anda ketika sudah mencapai solat khusyu'. Atas seizin Allah, tiba-tiba anda merasakan tubuh anda merunduk sendiri tanpa disadari oleh akal! Anda pasti kaget! Allah Azza wa Jalla berfirman bahwa solat khusyu itu solatnya seorang hamba yang mukanya tersungkur dan menangis (al-Isra': 109)! Adakah yang dapat mencegah anggota tubuh anda ketika Allah Azza wa Jalla meminta anggota tubuh anda seperti itu? Adakah tubuh anda menolak hati memintanya agar bersujud dengan terurai air mata karena Allah Azza wa Jalla menyaksikan solat anda?

Pertanyaan anda adalah bagaimana solat yang seperti itu? Saya akan bertanya kepada anda, bagaimana ungkapan hati anda ketika menemui seseorang yang sudah sangat lama dirindukan setiap saat, tiba-tiba muncul di hadapan anda? Anda pasti bahagia! Air mata pun menetes di pipi tak terasa! Subhanallah, masya Allah, la ilaha illallah, Allahu Akbar, akankah anda berdiam tanpa berkata-kata di dalam hati: Allah, Allah, Allah, Allah... terus dan terus sampai terpuaskan? Sulit rasanya bila anda akan diam saja! Kini hati andalah yang merasakannya! Akal terdiam seketika! Oleh karena itu, apabila solat anda masih berada di wilayah lahir, mustahil akan mendapati anda solat yang menggetarkan jiwa anda! Berdayakanlah hati anda! Jangan hanya akal saja yang hapal akan bacaan dan gerakan solat! Ajaklah hati anda untuk 'membaca' atau merenungkan apa makna bacaan solat yang bibir anda ucapkan! Dengan apa anda memberdayakan hati? Dzikrullah di dalam hati (dzikir khofi)!

Saya menyarankan anda mencari seorang pembimbing di tempat saudara yang paling dekat! Belajarlah bagaimana solat khusyu'! Saya hanya akan mendo'akan semoga anda dapat mencapai derajat solat yang memahami hakikatnya solat! Alhamdulillahi robbil 'alamin.
 
Mulailah Penilaian dalam Diri

Menunjuk demoralitas manusia pada masa krisis, solat sok khusyu' sulit dijalankan. Bila mana ada orang yang mencoba menunaikannya secara ‘serampangan’, maka dia tidak dapat menikmati bentuk asli solat. Begitu seseorang menyadari, maka dia akan terasing atas apa yang dilakukannya. Anda solat, lalu solat yang anda lakukan sesungguhnya bukan solat sebagaimana seharusnya, maka anda merasakan seolah ada sesuatu yang tidak dapat diperoleh dari solat tersebut. Padahal, solat yang sesungguhnya adalah solat yang dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (al-Ankabut:45).

Solat, puasa, mengeluarkan zakat (terutama zakat mal), ibadah haji tidak akan dapat dipetik buahnya bila dijalankan sebatas lahiriah saja. Sadarlah bahwa semua itu karena saat akan menunaikannya tidak didasarkan kepada maksud sebenarnya pelaksanaan solat, puasa, zakat, dan ibadah haji. Dipusakai dengan baju kesombongan kepada Allah, terasa bahwa apa yang ingin diperoleh pasti tak akan didapatkan. Solat anda seharusnya adalah merendah, bukan asal solat untuk memenuhi kewajiban. Solat yang sekedarnya saja adalah solat yang tidak khusyu'. Sama saja apabila anda menghadap kepada seorang yang berkedudukan tinggi, anda pasti membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Anda akan menjadual agar pertemuan dengannya lebih lama. Seakan anda demikian membutuhkan sehingga waktunya perlu dipanjangkan. Solat yang, seperti anda menemui seorang berkedudukan tersebut, sampai anda merasa melakukan hubungan dengan Allah sangat akrab, itulah yang disebut solat khusyu'.

Dengan solat seperti itu, maka anda sudah dapat merasakan ada-Nya Allah SWT berada di hadirat-Nya. Allah SWT berkenan menemui anda dengan solat khusyu'. Solat yang tidak berarti anda tidak dapat mendengarkan apapun, tetapi solat yang merasakan bahwa Allah SWT benar-benar berada di hadapan anda. Subhanallah, anda berarti telah menunaikan solat yang mengerti hakikatnya. Sama bila anda sudah sampai di tempat yang dituju, anda merasakan bahagia karena sesungguhnya tempat itu sangat didambakan oleh anda. Tempat yang dimaksud bukan tempat seperti halnya tempat makhluk, melainkan hadirat. Bila anda sudah sampai pada tahap itu, solat anda berarti sudah berada di wilayah goib.

Sekiranya belum sampai pada tingkat solat semacam itu, solat anda baru pada tahap solat wajib. Solat yang baru sampai di wilayah lahir. Anda pasti sulit menerima pernyataan ini apabila hanya mendasarkan pada syari’at saja. Syarat sah solat, rukun solat, misalnya, adalah baik bila dikerjakan dengan penuh khusyu'. Gunakanlah setiap sadar akan diri dengan mengakui kebesaran Allah. Sebab dengan cara begitu anda akan dapat meraih suasana jiwa bahagia. Perasaan akan hadir-Nya Allah dalam solat menjadi penting bila ingin mencapai solat khusyu. Mulailah dengan menilai diri sendiri bagaimana solat anda di hadapan Allah. Bekal yang dapat disandarkan untuk melaksanakan penilaian diri adalah keyakinan. Mengapa keyakinan menduduki nilai yang paling krusial? Keyakinan adalah aset utama seseorang sebelum dia melaksanakan peribadatan kepada Allah SWT.

Begitulah seharusnya anda menjalankan solat, puasa, zakat, dan ibadah haji. Biarpun anda paham akan syari’at, bila belum merasakan kehadiran Allah SWT saat solat, maka belum ada keyakinan yang kuat. Masalah pahala dari pelaksanaan ibadah terletak dari bagaimana saat anda menunaikannya. Kalau pelaksanaan peribadatan kepada Allah belum mencapai hakikatnya, maka besaran pahala sudah dapat diketahui perkiraannya. Bagaimana anda akan diberi pahala yang sepadan dengan orang yang solatnya khusyu', sementara solat anda biasa-biasa saja? Solat khusyu dijelaskan oleh Allah dalam beberapa ayat al-Qur’an “Peliharalah segala shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'” (al-Baqarah:238). Seperti apakah solat khusyu' itu? Allah SWT berfirman, “Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'” (al-Isra’:109). Solat khusyu' pernah dilakukan oleh Yahya ketika memohon kepada Allah untuk dikaruniai seorang anak, “Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami” (al-Anbiya’:90). Solat Nabi Yahya memang tidak sebagaimana solat yang diperkenalkan oleh Nabi Muhammad Saaw. Tetapi, dalam hal berdo’a kepada Allah SWT, Yahya memang demikian khusyu.

Di hadapan kebesaran Allah SWT, setiap manusia pasti tidak dapat menengadah kepalanya. Seorang yang beriman pasti menunaikan solat dengan khusyu karena dia sudah sedemikian merasakan kehadiran-Nya. “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,” (al-Mukminun:1) “(yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya” (al-Mukminun:2). Mulailah dengan meyakini Allah SWT seakan-akan melihat anda. Kemudian, jadikan solat anda solat yang mengingat kepada-Nya. Anda adalah seorang hamba, sementara Allah Maha Pencipta. Dalam kesadaran diri seperti itu, anda akan bersikap dan berbuat dalam solat seolah menghadap kepada Sang Maha Raja. Maka, solat anda, insya Allah, dapat dikategorikan solat khusyu'.

Belajar atau berlatih mengerjakan solat khusyu' sangat dibutuhkan. Tanpa belajar atau berlatih, maka seorang yang menunaikan solat seakan tidak dapat mencapai solat khusyu'. Pertama, solat seperti biasa anda kerjakan, diupayakan oleh anda dengan menghadap kepada kemahabesaran-Nya. Berada di hadapan Allah SWT tidak patut seperti menghadap kepada sesamanya. Merendah, tunduk, dan dimaknai setiap bacaan solatnya. Merunduk adalah salah satu indikasi bahwa anda adalah hamba. Dalam hal ini, merunduk dilakukan dengan menundukkan kepala anda, jangan menengadah. Supaya lebih merasakan akan kehadiran-Nya, lakukanlah seolah anda sedang berdialog dengan-Nya. Suara anda harus lebih lembut, cukup anda saja yang dapat mendengarkan. Kemudian berusahalah agar menangis bila anda membaca ayat-ayat Allah SWT. Bukan pekerjaan yang mudah memang untuk dapat menangis, tetapi bila dengan penuh penghayatan, insya Allah, anda dapat menangis. Kalau sudah sampai merasakan anda dapat menangis, maka solat anda bertambah nikmat.

Kedua, Allah SWT pasti mendengarkan setiap bacaan solat anda. Ketika anda membacakannya pasti Dia menerima apapun permohonan anda. Pasti anda bingung. Bukankah solat itu hanya membacakan saja setiap bacaan yang sudah ditentukan sesuai syari’at? Seandainya solat semata-mata berdasarkan syari’at, maka solat itu hanya sebatas lahirnya saja. Padahal solat, bila dilihat dari segi hakikatnya, sesungguhnya termasuk perkara goib. Gairah solat untuk mencapai pada tahap solat itu dapat berhubungan dengan Allah, maka anda hidup seperti berada di wilayah goib. Solat anda bukan lagi solat di lahir. Inilah yang mendasari bahwa solat yang anda lakukan pasti akan didengar dan seluruh permohonan anda dikabulkan. Solat mencakup do’a di dalamnya. Misalnya, pada saat anda membaca surat al-Fatihah. Bagaimana anda memahaminya? Pada saat membacakan ayat “Iyya ka na’budu wa iyya ka nasta’in” apakah anda menyadari bahwa anda sedang menyatakan penghambaan kepada Allah sekaligus anda memohon pertolongan? Pasti solat anda belum memaknai bacaan ayat tersebut jika sekiranya anda sama sekali tidak merasakan bahwa sesungguhnya anda sedang bermohon kepada Allah Azza wa Jalla.

Keluarga anda pasti menyukai anda bila anda berada di dalam suasana jiwa yang menjalankan solat khusyu. Sebab, dengan solat khusyu, anda pasti tidak pernah bertengkar dengan istri anda. Sekalipun belum cukup secara materi, Allah SWT menanamkan rasa tenang di dalam jiwanya. Dunia seolah biasa saja tidak dianggap sebagai sesuatu yang menjanjikan keindahan palsu. Anda akan berpasrah kepada Allah SWT apapun yang menjadi kehendak-Nya. Demikian nikmat rasanya hidup karena tidak dibebani oleh banyak keinginan nafsu dunia. Anda bersikap zuhud; tidak menggantungkan hidup anda kepada kekayaan dunia. Anda boleh jadi orang kaya, tetapi hidup anda tampak sederhana. Bukan tidak dapat menikmati adanya suatu keindahan atau bersenang-senang dengan keluarga, tetapi anda lebih bahagia karena tidak terbebani dengan pemikiran yang kacau karena kemilau dunia.

Keutamaan yang dapat diperoleh dari solat khusyu, tentu saja, adalah anda tampak lebih bergairah di dalam kehidupan anda. Anda sudah mengetahui bahwa Allah SWT sudah menjanjikan akan kampung akhirat dengan kehidupan yang lebih nikmat. Bahagia hidup di dunia dan di akhirat terasa sangat menarik perhatian. Jiwa anda sudah merasakan kenikmatan bahagia hidup dalam pandangan batin. Persoalan yang muncul seolah bukan lagi menjadikan anda merasa sumpek, selain bahwa seluruhnya menjadi tanggungan Allah Azza wa Jalla. Masya Allah. Apakah anda tertarik?


_______________
Ditulis ulang dari blogku: Agama, Hati, dan Ilahi
 
hmmm.. nambah keren aja nih. teruskan penjelasannya bos..
termasuk semua aspek dalam beragama..
buat tambahan ilmu yang berguna bagi kami semua
 
Bekal Untuk Kehidupan di Alam Keabadian

Melaksanakan kehidupan di dunia tidak sama dengan kehidupan di alam keabadian. Manusianya boleh saja sama, tetapi wujudnya yang berbeda. Anda ketika hidup di dunia berparas cantik atau tampan, tetapi di alam keabadian tidak pasti sama bergantung bagaimana amal anda di dunia. Manusia yang beramal saleh, Allah tempatkan ke dalam surga yang mengalir sungai di bawahnya. Sedangkan manusia yang berbuat jahat, Allah tempatkan di neraka jahannam. Padahal, ketika hidup di dunia, manusia telah diberi peringatan, tetapi amal mereka tidak mengikuti petunjuk. Pahala untuk orang-orang beriman dilipatgandakan, sedangkan orang-orang kafir dibalas sepadan dengan perbuatannya. “Dan orang-orang yang beriman serta beramal shaleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya” (al-Baqarah:82). Di antara manusia ada yang mengikuti Allah, dan ada juga yang mengikuti selain Allah. Allah SWT berfirman untuk orang-orang yang mengikuti selain kepada-Nya,“Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api neraka” (al-Baqarah:167).

Masalahnya adalah adakah di antara manusia yang menjalankan kehidupan di dunia berada di dalam petunjuk? Sekiranya Allah SWT memberi petunjuk, maka amal-amalnya menjadi baik (soleh) karena mengikuti petunjuk. Sedangkan, bagi mereka yang tidak beroleh petunjuk, tentu saja, mereka menjadi manusia-manusia pembangkang. Bagaimana anda mendapatkan petunjuk? Apakah petunjuk Allah Yang Maha Mengetahui diberikan atau diperjuangkan? Barokallah linnasi filhidaayah--Allah SWT mencurahkan barokah bagi manusia-manusia yang memperoleh petunjuk. Apa maknanya? Berkah atau barokah diberikan oleh Allah kepada manusia yang mendapat petunjuk apabila mereka memperjuangkannya. Nilai keberkahan itu memiliki keutamaan dibandingkan dengan petunjuk Allah SWT yang diberikan tanpa perjuangan. Petunjuk Allah SWT akan diberikan kepada orang-orang yang dalam penilaian Allah patut ditolong. Misalnya, orang-orang kafir yang mendalami pelajaran agama Islam, anak-anak yang mendapat pakaian Allah SWT dari kekasih-Nya (anugerah alami), para pelatih kebijakan (kiai kharismatis), orang-orang yang mendalami ilmu-ilmu keislaman, para pemimpin yang adil, anak-anak yatim, para pedagang yang jujur, anak-anak yang dianiaya, dan lain-lain sesuai kehendak-Nya.

Manusia beragam dalam meyakini kebenaran Allah Azza wa Jalla. Ada di antara mereka yakin baru sampai diucapkan melalui lisannya, ada yang yakin setelah memperoleh ujian, ada yang yakin karena dianiaya oleh orang-orang jahat lalu Allah SWT menolongnya, ada yang yakin setelah mengalami peristiwa secara langsung perihal goib, ada yang yakin sesudah dipandu oleh orang-orang yang sudah memiliki keyakinan, dan ada lagi yakin karena sejak kecil dia sudah memperoleh anugerah. Di antara mereka, ada yang keyakinannya karena Allah Azza wa Jalla memberikan sekaligus memperjuangkannya. Untuk orang yang disebut terakhir ini, Allah Azza wa Jalla mengkhususkan sebagai kekasih-Nya.

Perjuangan akan petunjuk Allah Azza wa Jalla melalui berbagai ujian yang berat. Sejak adanya petunjuk Allah SWT diperoleh (adanya sejak anak-anak), maka orang yang dikhususkan mengalami banyak peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan. Seolah hidup tidak pernah merasakan kebahagiaan. Akan tetapi, dengan petunjuk Allah, dia merasakan ada yang membimbing di dalam hatinya. Maka, setiap kali peristiwa yang kurang patut diterimanya terjadi, dia merasakan ada yang memberitahukan di dalam hatinya. Saya menyatakan hal yang demikian adalah karena sudah dialami oleh ‘anak-anak’ yang patut ditolong oleh Allah Azza wa Jalla. Dari pengalamannya, saya menyimpulkan bahwa dengan petunjuk yang kemudian diyakini sebagai benar ada-Nya, maka pasti dia menjalankan petunjuk itu dengan sungguh-sungguh. Sampai kemudian, dia mendapati sepanjang kehidupannya ada jalan yang dapat dilalui dengan bimbingan para kekasih-Nya. Saya sadari bahwa pernyataan ini masih banyak yang sulit menerimanya. Tetapi, insya Allah, bagi siapapun yang mulai merasakan di dalam jiwanya bergejolak rasa rindu kepada Allah Azza wa Jalla, dia tidak akan menolak pernyataan saya ini. Gelora yang demikian kuat di dalam hatinya mengantarkan si pemiliknya merindu seolah ada sesuatu yang harus diikuti. Inilah, yang oleh para salik (penempuh jalan thariqah), ada keyakinan yang sudah didekatkan (muqarrabin) oleh Allah Azza wa Jalla adanya alam goib. Sebuah peristiwa goib yang sulit untuk dilukiskan apabila diterima oleh akal manusia (logika).

Peristiwa goib di dalam diri manusia sesungguhnya bukan tidak pernah dialami oleh siapapun. Pasti setiap orang mengalaminya. Hanya saja, ada yang menyadari lalu timbullah kekuatan jiwa untuk meyakini adanya peristiwa di luar realitas, ada juga yang menerimanya sebagai hal yang biasa-biasa saja. Kehidupan di alam keabadian merupakan peristiwa goib, bukan lagi peristiwa di alam dunia. Bila adanya pengalaman goib di dalam diri pada saat di dunia sudah ditunjukkan, tetapi kemudian tetap saja acuh tak acuh, lalu bagaimana dengan peristiwa di alam barzakh?

Anda, saya yakin, pernah mengalami jatuh cinta kepada seseorang yang dirindukan di dalam hati. Saya ingin bertanya, apakah akal anda dapat menyingkirkan kerinduan hati anda atau tidak? Logika cinta tak dapat dihitung oleh akal anda. Apakah, menurut anda, hal yang demikian termasuk peristiwa goib atau semata-mata itu alami saja (biasa-biasa saja)? Saya, sekali lagi, bertanya: ‘Apakah yang disebut goib?’ Sesungguhnya saya tak patut bertanya seperti ini, selain hanya sekadar untuk berbagi pengalaman dalam memaknai sebuah peristiwa yang sangat sulit diterima oleh akal anda. Sekiranya sulit diterima oleh akal mengenai peristiwa goib, dengan indera apalagi yang dapat menerimanya? Ada indera lain di luar realitas. Bila ada indera di lahir sebanyak lima (panca indera), maka satu indera lagi adanya di luar realitas, yaitu hati. Belakangan orang menamainya sebagai indera keenam; indera yang tidak termasuk di alam realitas. Kehidupan di alam keabadian sama sekali berbeda dengan saat anda berada di alam dunia. Semuanya serba tidak sama. Bagaimana anda menyikapinya? Anda sulit memahami apa yang dimaksud dengan sikap, beda halnya kalau anda mendalami adanya asumsi bahwa ‘perbuatan manusia sangat ditentukan oleh bagaimana sikapnya.’ Pendapat dengan sikap terletak pada bagian jiwa atau diri manusia secara terpisah. Bila anda berpendapat, maka akallah yang berfungsi. Sementara bila anda bersikap adanya di mana? Para psikolog membagi kondisi kejiwaan seseorang dengan tiga aspek: id, ego, dan super ego. Anda cenderung menempatkan sikap adanya di mana, apakah berada di akal atau di hati? Saya meyakini, anda pasti menjawab bukan di akal.

Bila anda sepakat bahwa sikap terjadi di alam yang tak dapat dijangkau oleh akal, maka sesungguhnya itu sudah termasuk bagian dari alam yang tak tampak (goib). Sikap anda terhadap guru, misalnya, bagaimana? Setiap orang pasti memperlakukannya secara berbeda. Bagi anda yang bersikap lemah lembut, sopan, menghargai, dan menghormati, maka anda akan memperlakukannya dengan perbuatan yang patut diterima oleh sang guru. Perbuatan (action) merupakan sebuah tindakan yang dapat dilihat oleh panca indera orang lain, bahkan anda sendiri. Tetapi sikap santun, hormat, menghargai adalah suatu aset kejiwaan yang belum dapat secara langsung dimunculkan. Aset ini panutan anda untuk dapat berbuat sebagai orang yang santun, patuh, hormat, dan lain-lain aset kejiwaan. Sikap anda dapat diketahui dari perbuatan (amal) anda. Jadi, sikap sebenarnya adalah cerminan dari diri anda.

Jika tadi membicarakan sikap baik, maka ada juga sikap buruk. Keji dan mungkar, misalnya, sebagaimana yang disebutkan di dalam al-Qur’an mengenai hakikat orang yang menunaikan solat. Bila dirinci dari perbuatan keji dan mungkar, maka sikap orang tersebut diliputi oleh bisikan setan yang berada di dadanya. Sikap seperti itu tidak berada di hati, tetapi sangat kuatnya bisikan dari dada, maka hatinya pun terkuasai. Dalam keadaan hati yang dikuasai oleh bisikan, maka seseorang akan menampakkan di dalam perbuatannya sebagai manusia jahat. Peran akal, saya pernah mendiskusikan topik ini pada tulisan saya sebelumnya, yang hatinya sudah dikuasai keburukan berada di dalam kekuasaan setan. Akal selalu mengajak seluruh organ tubuh untuk mendukung kejahatan dari dada. Dengan tangannya, dia akan mengajak tangan untuk mengerjakan keburukan, misalnya mencuri. Kemudian, dengan mulutnya, dia akan mengajak untuk berbicara tidak sepatutnya diucapkan. Dan lain-lain anggota tubuh dapat dipengaruhinya untuk berbuat kejahatan. Sikap adanya di balik realitas, yaitu di hati, sedangkan perbuatan atau amal adanya di lahir atau realitas. Maka keduanya, sikap dan perbuatan, seharusnya berjalan seirama bila mengharapkan kebijaksanaan Allah memberikan petunjuk. Atau, dengan kata lain, hati seharusnya didengarkan bila dia menyuarakan petunjuk bila akalnya tidak ingin stres. Akal kerapkali dibebani oleh keinginan palsu (berasal dari nafsu) bila tidak pernah mengikuti apa yang ada di dalam hati (suara hati). Allah SWT berfirman, “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Yusuf:53).

Hati orang-orang beriman bertambah tenang bila dia mengingat-Nya. Sikap orang yang akalnya mengikuti hatinya yang tenang berbeda dengan sikap orang yang hatinya ada petunjuk diabaikan. Allah SWT berfirman, “Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (al-Fath:4). Apa maknanya? Sekiranya anda menyadari, bahwa ketenangan seorang mukmin sesudah ada sebelumnya ditambah oleh Allah supaya menjadi lebih tenang. Dengan ditambahkannya ketenangan itu, dia bertambah yakin akan kebenaran Allah SWT. Sebab masih banyak orang yang dahulunya beriman kepada Allah dengan hati yang tenang, karena Allah tidak memberi ketenangan (sakinah) dia menjadi berubah, akal merayu dengan kemampuan setan menggodanya. Awas, hal itu sering dialami oleh orang-orang yang mengedepankan akalnya ketimbang suara hatinya! Saya, seperti kebanyakan manusia, pernah mengalaminya sendiri. Alhamdulillah, saat ini, mudah-mudahan seterusnya, saya dikaruniai oleh Allah Azza wa Jalla untuk senantiasa mendengarkan suara hati. Berkat sering berada di dalam keyakinan akan benarnya suara hati, saya pun dapat menyuarakan suara hati di setiap tulisan saya. Semoga, hal ini membawa keberkahan bagi kehidupan orang-orang yang meyakini adanya Hari Kemudian.

Anda pasti masih bingung. Bagaimana mungkin orang beriman dapat berubah menjadi tidak tenang? Saya, seperti anda, memiliki adanya keyakinan bahwa al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang bertakwa. “Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa” (al-Baqarah:2). Mengapa bukan orang-orang beriman? Allah Azza wa Jalla senantiasa mengajak orang-orang beriman untuk menjadi orang-orang bertakwa. Artinya, keimanan seseorang itu selalu berada dalam situasi labil. Maknanya adalah ketika seseorang masih berada dalam jiwa beriman kepada Allah, maka belum dianggap pasti meyakini dengan sepenuh hati. Yakin dengan sepenuh hati adalah kondisi jiwa yang benar-benar tidak pernah mengabaikan suara hati. Bila anda, misalnya, dijadikan pimpinan di sebuah perusahaan atau pemerintah, tetapi ada kebijaksanaan pemerintah untuk mengakui tentang perbuatan yang melanggar ajaran Islam, sebut saja contohnya jujur, padahal anda sudah mengetahui bahwa itu salah. Salah karena anda tahu bahwa bohong itu bertentangan dengan ajaran Kanjeng Nabi Muhammad Saaw. Akan tetapi, Pemerintah dalam hal ini berkuasa terhadap perusahaan anda, maka andapun berupaya untuk menaatinya. Sekalipun dalam keadaan terpaksa. Saya menganalisa posisi hati anda sebagai hati yang lemah. Hati yang masih labil. Situasi jiwa seperti ini, bila Allah tidak memberi ketenangan, maka anda menjadi gelisah. Keimanan anda dipertaruhkan untuk sebuah kedudukan. Inilah posisi keimanan yang berubah dari tenang menjadi tidak tenang. Tetapi, sebaliknya, bila hati anda ditambah ketenangannya oleh Allah Azza wa Jalla, maka anda tidak memiliki rasa ragu akan kebenaran. Jika salah, maka salah. Sekalipun resikonya jabatan anda dipertaruhkan. Jika anda bertakwa, maka dengan tenang anda siap mengatakan tidak, dan siap pula bila jabatan anda dicopot. Sudahkan anda bersikap seperti itu? Jika ya, insya Allah, anda senantiasa termasuk yang mendengarkan suara hati, dan insya Allah anda ditolong Allah dari arah yang tidak diduga sebelumnya. Bahkan anda akan diposisikan oleh Allah SWT menjadi orang mulia. Bersih hatinya dari kekotoran hati, yang berasal dari bisikan di dada.

Pembicaraan ini sungguh menarik, akan tetapi harus di tempat dan waktu yang berbeda untuk membicarakannya. Saya hanya ingin menggarisbawahi, bahwa keyakinan seorang yang beriman kepada Allah SWT merupakan aset yang sangat berharga untuk bekal di alam keabadian. Sebab tanpa keyakinan sulit untuk menerima seluruh ajaran Kanjeng Nabi Muhammad Saaw. Betapapun anda seorang ulama, sekiranya masih dapat dirongrong oleh bisikan yang menggoda keimanan, maka saya meyakini keimanan anda akan mengalami kemerosotan, sekalipun jabatan ‘kehormatan’ anda tetap disandang. Keyakinan juga bukan sebatas merasakan untuk sesaat adanya keyakinan, tetapi tetap terjaga, istiqamah. Tidak benar anda yakin hari ini, tetapi minggu depan anda ragu. Tidak dapat anda mengatakan ‘tidak’, tetapi di lain waktu anda mengatakan ya. Takwa adalah takut. Jadi bila anda tidak takut lagi berarti anda belum bertakwa. Anda masih belum benar-benar bertakwa. Allah mengajak orang-orang beriman agar bertakwa dengan sebenar-benar bertakwa, bukan takwa hari ini, besok tidak lagi. Allah mengajak di dalam al-Qur’an, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam (berserah diri)” (Ali Imron:102).

Sekiranya hal ini kurang dapat diterima, saya menyampaikan permohonan maaf. Akan tetapi, bila seandainya penting untuk bahan diskusi lebih lanjut, saya insya Allah menunggu suara hati saya. Jika suara hati berkata silakan, maka insya Allah, saya akan menyambungnya. Sekalipun begitu, bila ada reaksi dari pembaca kurang perlu, saya juga akan menghentikannya dan mengganti dengan topik yang lain.


____________________
Ditulis ulang dari blogku: Agama, Hati dan Ilahi
 
Cara Mendekati Allah Azza wa Jalla

Anda suatu ketika diuji oleh Allah SWT dengan penyakit yang sulit ditolong oleh dokter sekalipun. Anehnya, penyakit anda sembuh ketika ditolong oleh seseorang yang sangat dekat dengan Allah SWT. Sebut saja, dia adalah kiai kharismatis dari suatu pondok pesantren. Padahal, pak kiai bukan seorang dokter. Dalam penanganan pengobatan penyakit, dia tidak menggunakan seperti halnya dokter. Cukup dengan dibacakan ayat-ayat al-Qur’an lalu ditiupkan ke dalam air di sebuah gelas atau air mineral dalam botol. Anda bingung. Mengapa do’a dari pak kiai dapat menyembuhkan penyakit. Sementara dokter tidak dapat. Keadaan anda pun menjadi bertambah baik. Ada apa dengan do’a pak kiai?

Do’a adalah sebuah permohonan seorang hamba kepada Allah Yang Maha Menyembuhkan. Maka, jika pak kiai dengan penuh keyakinan bahwa Allah Azza wa Jalla pasti dapat menyembuhkan penyakit, sudah pasti Allah SWT akan menyembuhkannya. Saya yakin anda dapat menerima pernyataan saya ini. Lebih baik berprasangka baik kepada Allah SWT daripada sebaliknya, yaitu berburuk sangka. Dalam hal menyembuhkan penyakit, Allah Azza wa Jalla akan mengabulkan do’a bergantung dari prasangka hamba-Nya tentang kekuasaan Allah.

Saya pernah mengobati penyakit yang tidak dapat ditolong oleh dokter. Hanya dengan perantaraan transfer cahaya dari dalam hati, lalu dibedah secara goib, dan diberi obat herbal, penyakit yang terdiri dari tumor, ginjal, jantung, diabetes, masya Allah sembuh dalam waktu sepuluh hari. Saya, insya Allah, tidak bermaksud mempromosikan diri. Sama sekali tidak. Bahkan, saya pun tidak sama sekali bermaksud riya kepada anda. Anda sebenarnya dapat melakukan seperti saya bila anda mau mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ini yang saya tekankan, bukan ‘kebisaan’ saya. Sekali lagi, saya tidak dapat apa-apa tanpa pertolongan Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla berfirman, “dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku” (asy-Syu’ara’:80). Perhatikan bagaimana Rasulullah Saaw menyatakan bahwa ketika beliau sakit, maka Allah lah yang menyembuhkannya. Jadi, bukan manusia yang menyembuhkan penyakit.

Manusia hanya sebatas menjalankan petunjuk Allah. Bila anda sudah sangat dekat dengan Allah, pasti anda akan mudah memahami bagaimana Allah memberi petunjuk. Suara yang ada di dalam hati (suara hati) menjadi petunjuk bagi anda dalam hal apapun, termasuk penyembuhan penyakit. Allah Azza wa Jalla menunjukki bagi siapa saja yang dikehendaki. Anda boleh jadi bertanya, bagaimana saya mengetahui petunjuk? Saya baru saja mengatakan bahwa ada suara hati yang merupakan petunjuk Allah. Dengan berlatih secara terus menerus mendengarkan suara hati, maka insya Allah anda pasti mengerti adanya petunjuk Allah Azza wa Jalla.

Allah SWT akan memberikan karunia kepada hamba-Nya yang mau berada di hadirat-Nya. Apa maknanya? Allah SWT bersifat Wujud, artinya ada. Maka, dengan keberadaan-Nya pasti Dia bagaikan ada di suatu tempat. Namun, ada-Nya Dia di suatu tempat tidak berarti dibatasi layaknya makhluk oleh ruang dan arah. Tidak. Akan tetapi, sebagai perumpamaan saja. Dengan menyebut tempat, Dia seolah ada di suatu yang menunjukkan keberadaan-Nya. Inilah makna hadirat. Di manakah Allah SWT berada? Dia ada di mana-mana sebagaimana kehendak-Nya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan Allah tidak menyerupai sesuatu. Maha suci Allah dari yang menyerupakan-Nya. Jadi, dengan memahami makna hadirat, anda akan lebih mudah ke mana anda akan menuju kepada-Nya. Saya mengatakan keberadaan Allah karena memang Allah itu ada. Allah SWT mempunyai sifat-sifat-Nya agar diketahui apa maksudnya. Jangan sekedar tahu sifat Allah, tetapi tidak tahu maknanya.

Karunia Allah SWT akan diberikan kepada hamba-Nya bila dia mau mendekati-Nya. Walaupun, sesungguhnya setiap manusia diberi karunia oleh Allah SWT. Akan tetapi, karunia yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang senantiasa mendekati-Nya sangat berbeda. Jika anda berkunjung ke rumah guru untuk terus menerus belajar, maka saya menjamin anda akan diberikan cara atau petunjuk untuk memahami bagaimana menjadi murid yang pandai. Sekalipun awalnya anda adalah murid biasa-biasa saja. Akan tetapi, sudah awalnya biasa-biasa saja, tidak pernah belajar dan tak pernah mencoba bertanya dengan selalu berkunjung ke rumah guru, maka sudah pasti nilainya berbeda dengan anda yang senantiasa berkunjung ke rumah guru. Bahkan, sekalipun anda pandai, bila anda bersikap sombong kepada guru, lalu anda tidak bersahabat dengannya, saya menjamin anda akan tidak diperhatikan oleh guru. Nilainya belum tentu sama bila anda rajin berkunjung dan mau belajar serta menurut kepada guru anda. Guru, dalam hal ini, berada dalam penilaian budi pekerti terhadap murid, sangat mempengaruhi pemberian nilai. Boleh jadi anda menyangsikan guru dengan menyatakan, ‘kalau begitu guru subyektif, tidak obyektif?” Siapapun pasti memiliki alasan untuk memberi penilaian. Guru mengapa memberi nilai yang tak patut kepada muridnya yang pandai tapi bobrok budi pekertinya? Itu hak seorang guru dalam mendidik muridnya. Guru tidak hanya mengajari materi pelajaran, tetapi dia juga mendidik perbuatan muridnya.

Anda seharusnya mendekati kepada Allah SWT sebagaimana layaknya seorang murid yang tak tahu apa-apa dan tidak bisa apa-apa. Sampaikanlah dengan keterusterangan akan posisi anda kepada Allah SWT. “Allah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, diriku ini hanyalah seorang makhluk yang hina tak berdaya apa-apa. Tetapi, Engkau adalah Tuhan Yang Maha Tahu apapun yang ada. Kepada siapa aku harus mengadu untuk menjadi seorang hamba yang patut diajari. Duhai Allah Yang Maha Bijaksana, sesungguhnya diriku tak berarti apa-apa tanpa diri-Mu. Perutku selalu lapar, sementara Engkau tanpa perut yang melapar. Andaikan aku akan bepergian, kakiku lemah tak berdaya, sementara Engkau sangat perkasa. Diriku sangat kotor, sementara Engkau sangat suci. Demi Allah, aku takkan mampu menanggung beban hidup di dunia tanpa petunjuk-Mu. Ke manapun aku pergi, pasti aku salah arah jika tanpa dipandu oleh Engkau Yang Maha Melihat. Bagaimana mungkin aku akan selamat, bila Engkau tidak memberiku petunjuk. Allah, aku sungguh membutuhkan-Mu, karena hanya dengan menyandarkan kepada-Mu saja aku dapat menjadi seorang hamba yang ta’at. Allah, inilah hamba-Mu yang selalu merindu untuk bertemu di hadirat-Mu.”

Allah SWT sangat menyukai kepada hamba-Nya yang mau merendah di hadapan-Nya dengan merunduk dan penuh mesra seperti layaknya sang perindu dengan adanya Sang Pujaan. Pelita hati akan memancar bagaikan sinar menerangi kegelapan. Jika anda secara terus menerus, istiqamah, menjalankan syari’at dengan cara merendah, merunduk, membutuhkan, merindu, mendambakan, menyatakan kebutuhan akan perjumpaan dengan-Nya, maka Allah pun akan membalasnya dengan kebaikan. Allah Azza wa Jalla sudah pasti memberi petunjuk bila hamba-Nya menjumpainya dengan cara seperti itu.

Mulailah dari hati yang mengingat nama-Nya. Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk berdzikir. Dengan berdzikir, Allah pasti mengingatnya. Allah berfirman, “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)–Ku” (al-Baqarah:152).

Sekiranya sudah menjalankan syari’at, segeralah berdzikir di dalam hati, mengagungkan nama-Nya. Ucapkan La ilaha illa Allah sebanyak-banyaknya. Jangan takut ada sesuatu yang menghalangi anda. Allah pasti akan bersama anda menolong apapun keadaannya. Bila anda membutuhkan seorang pembimbing, maka carilah dia di manapun untuk membantu menunjukkan jalan menuju Allah Yang Maha Kuasa. Anda, insya Allah, dipandu sampai anda benar-benar merasakan kehadiran-Nya di waktu solat. Bahkan ketika di luar solat sekalipun.


____________________
Ditulis ulang dari blogku: Agama, Hati, dan Ilahi
 
Last edited:
Allah SWT Pasti Menunjukki Anda

Allah SWT adalah Tuhan yang pasti janji-Nya. Bila hamba-Nya memohon, Dia pasti mengabulkannya. Berdo’a lebih baik daripada berputus asa. Anda pasti akan berada di hadirat-Nya bila berdo’a. Pasti menjadi kata kunci (keyword) bagi janji Allah atas permohonan hamba-Nya. Allah SWT menyatakan di dalam al-Qur’an perjanjian kepada mereka yang akan mengikuti perintah-Nya, apabila mereka menginginkannya; adakah yang mau mengikuti perintah Allah? Allah SWT akan menunjukki jalan yang lurus, “dan pasti Kami tunjukki mereka kepada jalan yang lurus” (an-Nisa:68). Jumlah yang mengikuti perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya, sesungguhnya sangat sedikit. Padahal, bila mereka mengikuti-Nya, jasad mereka berada di alam keabadian (kubur) dalam keadaan utuh. “Sesungguhnya Allah mengharamkan bagi bumi memakan jasad para nabi” (al-Hadits). Rasulullah Saaw, para Nabi, Wali-wali-Nya, orang-orang yang takut (takwa), Allah SWT berjanji untuk menyelamatkan jasadnya dari binatang yang ada di perut bumi. Subahnallah. Jadi, bila Rasulullah Saaw adalah seorang nabi Allah yang sangat takut kepada Allah Azza wa Jalla, maka sikap dan kepribadiannya sungguh sangat mulia, maka Allah SWT pun mendudukkannya sebagai insan kamil (manusia sempurna). Untuk menjadi manusia sempurna, Allah SWT mengajak umat Rasulullah Saaw agar menjadi orang-orang yang bertakwa. Allah SWT tidak lantas menyamakan kedudukan orang-orang bertakwa sama dengan Rasulullah Saaw. Allah SWT hanya akan menempatkan mereka yang bertakwa sebagaimana janji-Nya, “Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia” (Yasin:11). Salah satu janji Allah itu akan mendudukkan mereka yang bertakwa ke dalam akhlakul karimah. Dengan kemuliaan akhlak itulah, maka Allah SWT memperlakukan hal yang sama sebagai orang-orang yang Allah Azza wa Jalla mengharamkan bumi untuk memakan jasadnya. Insya Allah.

Anda termasuk orang-orang bertakwa bila mengikuti perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Bertakwa adalah perbuatan seorang mu’min yeng takut bila dia melanggar dari ketentuan-ketentuan yang sudah digariskan oleh Allah SWT (perintah dan larangan). Adakah yang menjadikan dirinya sebagai muslim tapi tidak beriman? Kata muslim yang sesungguhnya adalah ditujukan kepada mereka yang berserah diri. Tetapi, para ‘ulama (ahli) menjadikannya sebagai bentuk sapaan bagi seorang yang beragama Islam. Oleh karena itu, sekiranya mereka yang beragama Islam menyadari, maka tidak perlu diperintah sekalipun seharusnya mengerti untuk menjadi orang yang berserah diri kepada Allah.

Berserah diri (muslim) sesungguhnya adalah orang-orang bertakwa. Allah SWT memerintahkan orang-orang beriman untuk menjadi orang bertakwa dengan sebenar-benar bertakwa. Kemudian, Allah Azza wa Jalla mengikutkan sesudah itu dengan menyatakan perintah untuk tidak mati kecuali berserah diri (muslim). Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan kamu (dalam keadaan) berserah diri (muslim)” (Ali Imron:102). Adakah yang mengatakan muslim (beragama Islam) itu akan dapat menjadi orang berserah diri? Belum tentu. Kenyataannya banyak orang-orang Islam yang tidak berserah diri; lebih mengutamakan keinginannya daripada mendahulukan kehendak Allah Azza wa Jalla. Anda adalah tidak berserah diri bila ada keinginan yang tidak dapat dicapai tetapi memaksakan supaya diperjuangkan agar berhasil. Sudah jelas dari kemungkinan perhitungan anda, baik materi atau apek lainnya, tidak mendukung. Tetapi, anda mengharapkan dengan menyatakan ‘mudah-mudahan saja berhasil. Siapa tahu?’ Anda beradu nasib dengan berbagai peluang yang ada. Bahkan, peluang untuk ditempuh dengan cara tidak halal sekalipun. ‘Pokoknya saya harus berhasil,’ dorongan nafsu anda dari dalam dada. Seperti, contohnya, anda sedang memperebutkan jabatan kekuasaan. Masalahnya adalah apakah anda tahu bahwa Allah memiliki kehendak? Kehendak Allah sama dengan keinginan anda. Allah SWT mengajak untuk tidak memperturutkan hawa nafsu. Sebaliknya, anda justru menginginkan dengan hawa nafsu. Antara keinginan anda dengan kehendak Allah SWT berseberangan. Allah SWT tidak menghukum anda secara langsung karena berseberangan. Tetapi, Allah Azza wa Jalla akan mengancam anda dengan siksa yang sangat pedih. Pasti. Tetapi, bila anda tidak berseberangan dengan kehendak Allah SWT, berarti usaha yang anda tempuh, insya Allah, termasuk berserah diri.

Petunjuk Allah SWT pasti diberikan kepada mereka yang mau mengikuti perintah-Nya. Siapakah mereka? Mereka adalah dari golongan orang-orang yang beriman. Mengapa Allah SWT memberi petunjuk kepada mereka? Supaya mereka menjadi bertakwa. Mengapa harus bertakwa? Supaya memperoleh kehidupan di alam keabadian dengan surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Apakah anda adalah orang-orang yang beriman dan berharap mendapat petunjuk?

Anda akan saya buatkan sebuah do’a untuk mengharapkan diberi petunjuk oleh Allah SWT agar, insya Allah, menjadi orang-orang bertakwa. Saya adalah seperti anda, bukan siapa-siapa. Saya hanya pernah menjadi orang yang durhaka kemudian bertobat. Allah Azza wa Jalla alhamdulillah memberiku petunjuk. Sekiranya anda mau menggunakan do’aku in, maka mudah-mudahan Allah memerkenankan do’a anda.

Do’a Memohon Petunjuk

Allah…Allah…Allah,
Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui,
Diri-Mu adalah Allah Penguasa manusia yang berada
di muka bumi,
Tak satupun makhluk yang mengalahkan kekuatan-Mu,
Makhluk manapun pasti tunduk dan kalah dengan
keperkasaan-Mu,
Adakah manusia yang dapat menandingi kekuasaan-Mu?
Pasti tak mungkin ada, mustahil baginya,
Apakah aku dapat mengabaikan-Mu?
Padahal Engkau adalah Tuhanku,
Tak mungkin ya Allah aku menjauh dari diri-Mu,
Andaikan aku melupakan-Mu, sudah pasti diriku merugi,
Sungguh Engkau adalah satu-satunya harapanku,
di kala aku membutuhkan-Mu, aku selalu memohon
Kepada-Mu.

Duhai Allah Yang Maha Adil dalam berketetapan,
diriku hanyalah hamba-Mu yang tak memiliki apa-apa,
sangat faqir, lemah tak berdaya,
sekiranya Engkau mengambil nyawaku, akupun tak dapat
menghalanginya,
aku hanya mengenal-Mu dari adanya ciptaan-Mu,
tetapi aku tetap yakin akan diri-Mu, ya Allah,
Engkau sangat adil lagi bijaksana,
mana mungkin aku dapat mengenal-Mu jika tidak
Engkau beri aku petunjuk?
tak mungkin ya Allah.

Allah…Allah…Allah,
Kini, aku menghadap kepada-Mu dengan penuh harap
akan janji-Mu,
Bahwa Engkau akan menunjukki kepada jalan-Mu
yang lurus kepada siapa saja yang senantiasa patuh
dan ta’at akan perintah-Mu,
Tetapi, ya Allah
diriku ini tak tahu apapun bila tidak Engkau
tunjukkan kepada jalan-Mu yang lurus,
sementara aku adalah hamba yang senantiasa
memohon kepada-Mu dengan caraku yang
sangat bodoh,
diriku adalah seorang manusia biasa yang tak pandai
bagaimana cara menaati-Mu,
Hanya saja aku tahu bahwa
Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Engkau Maha Mengetahui lagi Maha Mendengar,
Engkau adalah Tuhan Yang Mencintai hamba-Nya
yang berserah diri.

Duhai Allah Yang Maha Menyayangi hamba-Mu,
Berilah aku petunjuk-Mu,
sekalipun diriku tak berani berjanji kepada-Mu
untuk menjadi hamba-Mu yang ta’at,
Justru dengan petunjuk-Mu aku dapat mengerti bagaimana
aku menjadi hamba-Mu yang selalu patuh dan
tunduk kepada-Mu ya Allah
Sekiranya tidak Engkau kabulkan do’aku ini bagaimana aku
akan mengikuti perintah-Mu ya karim,
aku hanyalah hamba-Mu yang lemah,
lagi tak tahu apa-apa,
Adakah selain kepada-Mu aku harus bermohon?
Allah, itu mustahil bagiku,
tak pernah ada di hatiku selain
menyebut nama-Mu Yang Mulia

Duhai Allah kabulkanlah do’aku, amin.


______________________
Ditulis ulang dari blogku: Agama, Hati dan Ilahi
 
Kualitas Pelatihan Solat

Kalau anda menunaikan solat untuk mengingat Allah, apakah cara anda solat sudah benar-benar ingat kepada Allah? Lamanya solat memang salah satu ukuran untuk lebih mengingat Allah SWT. Namun, apakah lamanya solat sudah dapat berhubungan langsung dengan Allah? Maksud saya apakah solat khusyu’ telah menjadikan anda dapat merasakan kehadiran Allah SWT? Pengalaman saya dalam menunaikan solat ingat membutuhkan suatu pelatihan yang intensif. Jika saya mengatakan pelatihan, jangan anda membayangkan seperti pelatihan yang seakan-akan bohong-bohongan. Pelatihan solat maknanya adalah berlatih mengingat Allah Azza wa Jalla di dalam solat bahwa Allah itu memang sedang melihat anda.

Allah SWT pasti akan membantu anda sampai anda benar-benar yakin akan kehadiran-Nya di dalam solat. Hadir-Nya Allah di dalam solat dapat dirasakan apabila hati anda melihat suatu cahaya yang sangat terang seperti matahari terbit. Anda sudah berada pada wilayah solat goib. Sebab hati anda sudah dapat melihat cahaya. Namun, bila anda masih belum dapat melihatnya, berarti solat anda masih berada di dunia lahir. Apakah anda yakin mengenai hal ini? Memang sulit buat anda yang belum pernah melihat cahaya di dalam hati, bukan melihat dengan mata lahir anda, untuk dapat meyakininya. Insya Allah, anda akan dibuat kagum sekiranya di dalam solat melihat sinar bercahaya di dalam hati. Apakah mungkin hal itu terjadi pada anda? Sangat mungkin, dan pasti dapat terjadi sekiranya anda benar-benar solat untuk mengingat Allah Azza wa Jalla, bukan mengingat yang lainnya.

Maka, seandainya solat anda sudah sampai dapat melihat cahaya di dalam hati, sesungguhnya solat anda adalah solat istimewa. Anda telah diperkenankan oleh Allah dapat melihat Dia Yang Maha Melihat. Mulai saat itu anda akan merasa lebih nikmat setiap menjalankan pendekatan kepada-Nya. Lebih baik daripada sebelumnya. Salah satu usaha yang dapat dilakukan agar tetap terjaga dalam berhubungan dengan Allah SWT, maka anda harus selalu mengingat-Nya di dalam hati (dzikir khofi). Mengingat di waktu solat berbeda dengan mengingat Allah SWT di luar solat. Pada saat solat, Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Sayang kepada hamba-Nya. Sedangkan di luar solat, Allah Azza wa Jalla kedudukan-Nya. Maha Sayang artinya anda disayangi oleh Allah sebagai hamba yang penuh khidmat dalam berhubungan dengan Allah SWT. Sedangkan, Allah Azza wa Jalla, di saat anda sedang bersantai, memberi kenikmatan yang luar biasa. Apa saja kenikmatan itu? Kenikmatan, sebagai bentuk sama dengan bebas dari beban menghadap Allah SWT, merupakan hakikat dari perwujudan kasih sayang. Anda sulit memahami pernyataan tersebut? Sebetulnya, anda sudah dibebaskan dari beban yang memberatkan. Misalnya, anda sudah tidak lagi diuji dari ujian yang memberatkan, selain menikmati pemberian. Sebelum melihat Allah SWT di dalam solat, anda masih terus diuji dengan berbagai ujian, maka sesudah diperkenankan bertemu dengan-Nya, anda seakan bebas dari berbagai ujian. Dahulu, jika anda diberi kekayaan merupakan bentuk ujian, maka saat ini adalah kenikmatan. Allah Azza wa Jalla bukan asal memberi kenikmatan, melainkan dengan sesungguhnya. Anda ada di manapun, maka Allah SWT ada di mana-mana. Apa artinya? Allah Azza wa Jalla memberi kelebihan kepada anda dengan menyerupakan banyak wajah anda. Secara lahir, anda berada di kota A, tetapi serupaan anda tersebar di mana-mana. Subhanallah. Pada mulanya anda pasti ragu apa betul terjadi. Anda sama sekali bukan memiliki khodam atau jin. Saya, insya Allah, berani angkat sumpah bahwa serupaan anda sesungguhnya adalah anda sendiri, bukan setan atau jin. Allah Azza wa Jalla ada sebagaimana kehendak-Nya, maka apabila Dia berkehendak hanya berkata ‘kun’ maka ‘fayakun’, ‘jadi’ maka ‘terjadilah’.

Anda boleh jadi bertanya, untuk apa Allah SWT menjadikan anda dengan banyak serupaan anda? Allah Azza wa Jalla adalah Tuhan Yang Maha Bijaksana, yang dengan itu Dia menambah keyakinan anda, bahwa anda adalah manusia yang mulia. Allah Azza wa Jalla berkehendak saat ini anda bukan lagi sendiri, tetapi memiliki banyak teman abadi, yang mereka adalah anda sendiri. Anda masih ingat bahwa hati anda adalah ruh anda? Ruh sesungguhnya adalah anda di alam keabadian. Anda berada di lahir, tetapi ‘saya’ anda yang bersama-sama (Allah Azza wa Jalla sengaja melalui kekuasaan-Nya menyerupakan anda dengan jumlah banyak) di wilayah goib dijadikan Allah membantu anda untuk dapat menolong orang lain yang membutuhkan anda, sedangkan anda sendiri hanya satu, yaitu anda yang sekarang masih hidup. Saya sengaja menyampaikan hal ini kepada anda agar anda meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla dapat berbuat apapun sesuai kehendak-Nya. Anda benar-benar akan diperlihatkan akan janji-Nya apabila Allah berjanji. Anda akan lebih terperangah dengan firman Allah yang menyatakan bahwa Dia berjanji dengan mengangkat gunung Thursina sebagaimana firman Allah SWT berikut, “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa" (al-Baqarah:63). Allah SWT berfirman adalah pasti benar, bahwa Dia mengangkat gunung di atas kepala dalam perjanjian dengan orang-orang beriman, Yahudi, Nasrani, dan orang-orang Shabiin akan pahala Allah Azza wa Jalla bagi yang mengimani Allah, Hari Kemudian, dan beramal soleh. “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal shaleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (al-Baqarah:62). Pertanyaan saya adalah apakah anda yakin bahwa yang difirmankan oleh Allah tersebut? Bagi anda yang tidak yakin, karena belum diberi keyakinan yang kuat oleh Allah, pasti akan berkata: ‘tak mungkin, masa gunung diangkat? Itu sih hanya simbol saja!’ Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.

Anda boleh yakin boleh tidak. Akan tetapi, anda akan menemukan kesulitan bila Allah menggambarkan akan adanya Hari Kiamat. Bagaimana anda dapat mengimaninya kalau bukan dengan keyakinan yang kuat (azza wa jalla), suatu tingkat keyakinan yang berada di bawah kekuasaan Allah Yang Maha Kuat lagi Menghendaki. Anda sebaiknya tidak memikirkan lebih dahulu apa yang saya sampaikan sampai anda betul-betul merasakan adanya Allah Azza wa Jalla menemui anda pada saat solat. Mudah-mudahan anda yakin bahwa Allah Azza wa Jalla pasti menemui hamba-Nya bila hamba-Nya benar-benar memiliki keyakinan akan hal itu.

Anda adalah makhluk Allah SWT bila sekiranya selalu mengajukan pertanyaan dengan akal anda, tidak dengan hati anda. Akal adalah karunia Allah SWT yang diberikan kepada manusia sebagai makhluk yang sempurna secara lahir. Akal hanyalah sebagian dari karunia yang diciptakan Allah pada diri manusia. Allah Azza wa Jalla menciptakan manusia dengan bertahap-tahap, dari air mani menjadi segumpal darah, kemudian menjadi daging dan setelah itu tulang belulang kemudian tulang belulang dibungkus daging, jadilah bentuk lain yang sempurna (manusia). Allah SWT berfirman, “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (al-Mu’minun:14). Lalu bagaimana dengan ruh atau hati anda? “Allah meniupkan ruh setelah sempurna menjadi wujud manusia di dalam kandungan, Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya" (Shad:72).

Allah SWT tidak menciptakan manusia terpisah dengan ruhnya. Ruh anda akan dihidupkan sebagai makhluk untuk kedua kalinya, sehingga Allah akan memintai pertanggungjawaban kepada mereka atas apa yang telah diperbuat ketika berada di dunia. Allah SWT berfirman, “Hanya kepada-Nya-lah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar daripada Allah, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali, agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal shaleh dengan adil. Dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan adzab yang pedih disebabkan kekafiran mereka” (Yunus:4).

Anda berada di dunia anda sendiri, yaitu dunia asal mulanya tiada. Allah menciptkannya dengan kehendak-Nya sampai Allah dapat menghidupkan kembali makhluk yang sudah mati. Dia adalah Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Anda adalah makhluk Allah yang dengan mudah Allah dapat menghidupkan kembali sesudah anda mati. Anda adalah makhluk yang tak memiliki kemampuan apa-apa apabila Allah berkehendak. Allah Azza wa Jalla berfirman akan kekuasaan-Nya atas kehidupan makhluk yang tadinya sudah mati. Allah SWT berfirman untuk menjelaskan kepada mereka yang belum yakin di hatinya tentang kekuasaan Allah Azza wa Jalla, “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)". Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (al-Baqarah:260).

Di sinilah pentingnya hati daripada akal dalam menerima keyakinan akan kebenaran Allah Azza wa Jalla. Suara hati anda pasti tidak pernah berdusta akan benarnya Allah SWT dalam menyampaikan apapun yang disebutkan di dalam al-Qur’an. Maka, apabila anda belum meyakini apa saja yang sudah disampaikan di dalam tulisan saya, anda masih menggunakan akal, hati anda belum dilibatkan. Saya hanya ingin menekankan pentingnya solat untuk mengingat ada-Nya Allah Yang Maha melihat, sehingga ketika anda solat agar benar-benar ditunaikan dengan melibatkan hati di dalamnya.

Saya, sekali lagi, tidak bermaksud untuk mengubah cara pandang anda mengenai kebenaran Allah SWT sesuai dengan keyakinan anda. Allah SWT lebih mengetahui saat anda sedang melakukan solat; apakah solat anda hanya sekedarnya saja atau solat yang betul-betul ditujukan hanya kepada Allah? Solat yang sebenarnya adalah solat yang anda dapat merasakan kehadiran Allah Azza wa Jalla di dalam hati. Allah SWT semoga selalu melindungi anda dari bisikan setan di dada. Amin.


____________________
Ditulis ulang dari blogku: Agama, Hati dan Ilahi
 
Back
Top