[ Rabu, 08 Oktober 2008 ]
Berburu Sepatu-Sepatu NBA di Tiongkok
Harga Chuck Hayes Saingi Michael Jordan
Bagi kolektor sepatu, khususnya sepatu basket pemain NBA, tempat paling seru bukanlah Amerika Serikat. Yang seru adalah ke Tiongkok. Apalagi, sekarang makin banyak pemain NBA yang pakai sepatu merek negeri tersebut. Berikut catatan AZRUL ANANDA yang baru kembali dari Tiongkok.
---
Sebagai seorang sneakerhead, pergi ke Tiongkok memberi kesempatan besar menambah koleksi. Berburu sepatu di sana memang lebih seru daripada berburu di negara-negara "pemuas sneakerhead" lain seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Australia.
Bukan karena di Tiongkok banyak sepatu palsu berkualitas asli, juga bukan karena harga. Di mana-mana, sepatu asli harganya memang kurang lebih sama. Yang membuat Tiongkok seru buat berburu sepatu, karena pilihan di sana memang luar biasa banyak. Bukan hanya merek-merek top seperti Nike, adidas, Converse, Puma, Reebok, dan New Balance, juga merek-merek kolektor seperti K1X dari Jerman.
Merek-merek Tiongkok sendiri makin lama makin gaya. Li Ning, Anta, Peak, Erke, Qiaodan, dan lain-lain makin bagus kualitasnya, makin dahsyat desainnya.
Penggemar basket, khususnya NBA, tentu tahu kalau merek-merek Tiongkok itu makin merajalela di kaki para pemain liga paling bergengsi itu. Li Ning, merek terbesar Tiongkok dengan penjualan domestik di atas USD 400 juta setahun, bukan hanya mensponsori Shaquille O'Neal (Phoenix Suns) dan Chuck Hayes (Houston Rockets). Mereka kini menggandeng point guard handal Los Angeles Clippers, Baron Davis.
Li Ning juga mensponsori tim basket Argentina dan Spanyol, juara Olimpiade 2004 di Athena, Yunani, dan Kejuaraan Dunia 2006 di Tokyo, Jepang.
Anta, merek terbesar kedua, mensponsori duo Houston Rockets Luis Scola dan Steve Francis. Peak, yang sejak dua tahun lalu menyokong Shane Battier (lagi-lagi pemain Rockets), baru saja menggandeng nama besar NBA, Jason Kidd, untuk musim 2008-2009 nanti.
Di Tiongkok kali ini, saya ke Beijing dan Tianjin, dua kota utama Olimpiade 2008 lalu. Target utama adalah merek-merek Tiongkok yang dipakai di NBA, tapi ada satu dua (sebenarnya empat, he he he) yang merek Nike atau Brand Jordan dan adidas.
Yang Nike dan Brand Jordan itu didapat di Nike Beijing, toko utama Nike yang terletak di Jalan Wangfujing (tempat jalan-jalan utama di Beijing). Toko itu makin lama makin lengkap, sekarang sudah punya Nike ID seperti di Amerika atau London.
Nike ID adalah salah satu sisi yang dilengkapi beberapa komputer Apple. Di sana, konsumen bisa "mendesain" sendiri sepatu yang dia inginkan. Ada basket, lari, kasual, klasik, dan lain-lain. Lantas kita memilih kombinasi warna dan menuliskan pesan-pesan pribadi pada tempat-tempat yang tersedia.
Sepatu yang saya "desain" adalah Nike Huarache 08. Saya buat warna biru dan oranye khas Jawa Pos. Di bagian tounge (lidah) saya tulis nama belakang saya, "Ananda," lalu di bagian belakang ada nomor "5," yang biasa saya pakai kalau main di lapangan. Bagi penggemar Kobe Bryant, sepatu signature pemain Los Angeles Lakers itu juga tersedia untuk "didesain" ulang. Tepatnya jenis Zoom Kobe II, yang dia pakai pada musim NBA 2006-2007 lalu.
Dua pasang Jordan Brand yang saya ambil juga tergolong spesial. Dua-duanya datang dalam paket Collezione alias Countdown Package. Jordan Brand memang mengeluarkan paket-paket sepatu untuk mengenang Michael Jordan. Paket yang saya beli terdiri atas Air Jordan II dan XXI (kalau dijumlah angkanya jadi 23, nomor jersey Jordan). Semua paket terdiri atas Air Jordan yang kalau nomornya dijumlah menjadi 23 (I dan XX2, VII dan XVI, begitu seterusnya).
Untuk adidas, yang saya beli TS (Team Signature) Commander KG. Sepatu Kevin Garnett dari tim juara Boston Celtics. Sepatu ini replika yang dia pakai waktu Final NBA 2008 lalu. Warnanya putih hitam hijau, bergambar Garnett di belakang. Waktu final Juni lalu, edisi limited sepatu ini dijual sampai Rp 10 juta sepasang. Bedanya, di edisi limited ada nomor pertandingan final dan logo "The Finals."
Setelah dapat Nike, Jordan, dan adidas, baru berburu merek Tiongkok. Pertama: Li Ning. Karena tidak bisa baca tulisan Tiongkok, maka saya mengambil berdasarkan feeling dan harga. Sepatu Shaquille O'Neal banyak versinya. Dari yang harga 300 yuan sampai 1.000 yuan (1 yuan sekitar Rp 1.400).
Yang saya mau edisi Phoenix Suns terbaru, mengandung warna tim itu, ungu dan oranye. Jadi yang saya pilih ya yang warna itu, dan yang harganya paling tinggi. Karena itu yang saya yakini versi signature O'Neal (yang dipakai di lapangan). Harganya bukan termahal, 800 yuan.
Kemudian saya beli sepatu Li Ning edisi Chuck Hayes. Ada dua pasang. Yang murah, 350 yuan, dan yang signature, 800 yuan. Luar biasa juga kalau dipikir. Chuck Hayes itu bukan pemain bintang, poin per game-nya di Rockets juga paling di angka 3. Tapi harga sepatunya sama dengan Nike dan Air Jordan! Hanya di Tiongkok, Hayes menyaingi Jordan.
Berburu Anta sekarang paling menarik. Sebab, baru setahun ini mereka aktif berpromosi pakai pemain NBA (Li Ning sudah sejak 2005). Dan benar saja, di mana-mana toko Anta berada, di sana terpampang besar gambar dan sepatu dan kaus atau topi Luis Scola. Pemain Argentina itu benar-benar dipromosikan seperti Michael Jordan atau Kobe Bryant dipromosikan oleh Nike!
Barang-barang Steve Francis juga banyak, tapi tidak dipromosikan segencar Scola. Mungkin karena Francis belakangan memang kurang berkiprah karena cedera.
Dari segi desain, Anta memang kalah dari Li Ning (yang saya nilai setara Nike dan adidas). Soal harga juga masih di bawah. Saya beli sepatu Scola 1 warna hitam merah (khas Rockets) dan Scola 2 edisi Olimpiade Beijing (warna putih biru muda khas Argentina). Harga masing-masing di kisaran 600 yuan. Sepatu Francis yang saya pilih warnanya hitam merah, harganya juga 600 yuan.
Terakhir, saya berburu Peak. Merek yang satu ini tergolong sangat sulit dicari. Iklannya gencar di televisi, pemain yang dipromosikan juga makin ngetop. Situsnya (
www.chinapeak.com) juga tergolong keren. Tapi gerainya sulit ditemukan. Beda dengan toko Anta dan Li Ning yang bertebaran di mana-mana (biasanya berdekatan dengan Nike atau adidas!), Peak paling hanya punya satu gerai di satu kota.
Sayang, edisi Jason Kidd belum keluar. Yang ada edisi Shane Battier musim 2007-2008 lalu. Tidak apa-apa, karena Peak yang saya punya edisi lama (2006-2007). Harganya lebih murah, 550 yuan.
Peak, terus terang, menurut saya termasuk kurang dalam hal desain. Di luar edisi Battier, sepatu Peak yang lain "membajak" model sepatu-sepatu populer dari Nike, adidas, dan And1. Benar-benar mirip, hanya sedikit divariasi dengan logo dan merek Peak. Ada satu model yang bahkan punya tiga garis, sama persis dengan adidas milik Tim Duncan (San Antonio Spurs).
Semoga saja, desainnya makin lama makin baik. Apalagi mereka sekarang sudah punya pemain top Jason Kidd. Dan sepatu Kidd itu merupakan target utama saya, ketika lain kali dapat kesempatan ke Tiongkok...