Kalina
Moderator
Re: Basketball @ Beijing Olympic 2008
[ Jum'at, 01 Agustus 2008 ]
Bersama USA Basketball Ikuti Persiapan Olimpiade di Kasino Makau
Gampang Lihat Bintang, Sulit Lihat Matahari
Nonton NBA adalah mimpi penggemar basket. Nonton tim nasional basket Amerika Serikat adalah impian yang lebih tinggi lagi. Apalagi bisa jadi undangan VIP, bisa makan malam bareng para bintangnya. Berikut catatan AZRUL ANANDA, wartawan Jawa Pos yang sekarang berada di Makau bersama SUGENG DEAS.
---
Nonton langsung pertandingan National Basketball Association (NBA) merupakan impian kebanyakan penggemar basket. Nonton langsung pertandingan tim nasional Amerika Serikat (Team USA) merupakan mimpi yang lebih tinggi lagi.
Bagaimana tidak. Team USA merupakan kumpulan bintang-bintang terbesar NBA. Lebih bergengsi dan perkasa daripada NBA All-Star, yang setiap tahun pada bulan Februari berkumpul.
Lihat saja susunan pemain tahun ini, yang sedang bersiap menghadapi Olimpiade Beijing, tidak lama lagi. Ada salah seorang pemain terbaik dalam sejarah, Kobe Bryant. Ada bintang paling komersial saat ini, LeBron James. Plus Dwyane Wade, Jason Kidd, Dwight Howard, dan lain-lain.
Nonton Team USA bertanding juga merupakan pengalaman langka. Maklum, tim ini pada dasarnya hanya turun dua tahun sekali. Saat kejuaraan dunia dan Olimpiade.
Lebih langka lagi adalah pengalaman nonton mereka di Asia. Dua tahun lalu, mereka berlaga di kejuaraan dunia di Tokyo, Jepang. Tahun ini Olimpiade Beijing. Setelah ini? Mungkin kita harus menunggu minimal satu dekade sebelum melihat mereka berlaga lagi di Asia. Sebab, Olimpiade 2012 akan diselenggarakan di London, Inggris. Setelah itu, mungkin di Chicago, Amerika Serikat.
Karena itu, adalah sebuah privilege (kehormatan) bisa nonton Team USA secara langsung di CotaiArena, Makau. Apalagi saya dan Sugeng Deas datang bukan sekadar sebagai wartawan yang meliput. Kami juga bersifat "double agent", merangkap jadi undangan VIP dari NBA dan Team USA. Ini berkat hubungan dekat NBA dengan Grup Jawa Pos, lewat DetEksi Basketball League (DBL), liga basket pelajar terbesar di Indonesia yang diprakarsai Jawa Pos.
Bila sebagai peliput kami mendapatkan akses terbatas pada para pemain, sebagai undangan VIP kami bisa ikut makan malam dan bebas ngobrol bersama para pemain Team USA.
Memang, USA Basketball adalah organisasi yang terpisah dari NBA. Menurut Victor Chu, director business development and marketing partnership NBA Asia, NBA-lah yang menangani segala kebutuhan komersial USA Basketball. NBA yang mengelola sponsor, mengatur even, dan hal-hal lain.
"Tapi, NBA tidak ikut campur urusan pemilihan pemain dan pengelolaan tim," tambahnya.
***
Entah mengapa, Team USA sepertinya identik dengan kota ****. Ketika para pemain NBA boleh ikut Olimpiade untuk yang pertama pada 1992 di Barcelona, waktu itu Michael Jordan dkk melakukan persiapan di Monte Carlo.
Tim tahun ini, yang disebut-sebut sebagai Team USA terdahsyat sejak 1992, juga melakukan persiapan dari satu kota **** ke kota **** yang lain.
Ketika di AS, tim itu memilih Las Vegas sebagai tempat berlatih. Dari Las Vegas, sebelum menuju Beijing, tempat pertama yang mereka sambangi adalah Makau. Memang, Makau merupakan tempat spektakuler untuk menyelenggarakan pertandingan pemanasan Team USA. Makau sedang naik daun, sedang lebih tinggi gaungnya bila dibandingkan dengan Las Vegas.
Mungkin, selama beberapa hari di Makau, seluruh personel Team USA (jumlahnya sekitar 45 orang) tak perlu melihat matahari. Mereka menginap, berlatih, dan bertanding di kompleks Venetian yang spektakuler.
Hotel berlantai 40 itu lebih daripada sekadar hotel. Bertema sama dengan Venetian di Las Vegas, kompleks tersebut jauh lebih besar. Luasnya 980 ribu meter per segi, menjadikan Venetian sebagai bangunan terbesar di Asia, terbesar ketiga di dunia.
Seluruh kamar di Venetian adalah suite. Jumlahnya 3.000. Plus kawasan kasino terbesar di dunia, seluas 51 ribu meter per segi. Ada pula mal superluas dengan "sungai" dan perahu siar di tengahnya ala Venesia yang asli di Italia. Selama di sana berhari-hari, kami sama sekali tak perlu keluar bangunan dan melihat matahari!
"Ini tempat terbesar yang pernah saya masuki," kata Dwyane Wade, salah seorang bintang terbesar Team USA. "Di sini ada semua toko impian yang selalu ingin kita kunjungi. Sayang, kita tak bisa melihat semuanya," tambahnya.
Yang tidak kalah mengagumkan, untuk keperluan basket, adalah CotaiArena. Nama Cotai diambil dari Cotai Strip, jalan tempat semua kasino berada di Makau, ala Las Vegas Strip.
Kita sama sekali tak perlu keluar bangunan untuk menuju CotaiArena. Dari kamar, cukup turun pakai lift, jalan sedikit. Pintu-pintunya mewah, bernuansa emas bak hotel kelas teratas. Kami seperti berada di lobi ballroom hotel, bukan arena olahraga.
Memang, CotaiArena bukan sekadar untuk olahraga. Arena itu bersifat serbaguna, bisa untuk konser dan lain-lain. Konser Celine Dion dan Beyonce diselenggarakan di sana.
Untuk basket, gedung itu bisa menampung hingga 15 ribu penonton. Untuk basket, even bergengsi pertama yang diadakan di sana adalah NBA China Games 2007, Oktober tahun lalu. Orlando Magic datang untuk menghadapi Cleveland Cavaliers dan tim nasional Tiongkok.
Sekarang, giliran laga lebih bergengsi, Team USA melawan Turki dan Lithuania. Meski bersifat ekshibisi, pertandingan bertitel USA Basketball International Challenge itu merupakan global event. Sekitar 180 wartawan disebut meliput even tersebut. Pertandingannya ditayangkan ke 200 negara, dikomentari dalam 17 bahasa.
Sebenarnya, Team USA punya tawaran untuk melakukan tur pemanasan itu lebih luas lagi. Tempat lain yang bisa dikunjungi adalah Taiwan. Namun, USA Basketball tak mau lagi melakukan tur terlalu banyak. Mereka belajar dari pengalaman 2006, sebelum mengikuti kejuaraan dunia di Tokyo. Waktu itu, Team USA mengunjungi Guangzhou, Tiongkok, dan Seoul, Korea, lalu ke Sapporo sebelum ke Tokyo.
Salah satu dampaknya, persiapan tim justru tidak maksimal dan Team USA gagal meraih gelar. "Terlalu banyak stop, terlalu banyak packing. Cukup melelahkan," kata Jerry Colangelo, manajer Team USA. "Saya rasa, itu tidak berpengaruh pada hasil pertandingan. Tapi, saya sadar bahwa itu kebanyakan," tandasnya.
***
Bagi mereka yang datang untuk menonton Team USA, lantas ikut tinggal di Venetian, maka mereka akan mendapatkan akses cukup mudah untuk bertemu dengan para pemain idamannya. Pada dasarnya, di Venetian lebih gampang lihat bintang NBA daripada sinar matahari.
Cara paling gampang adalah makan pagi. Setiap pagi, sekitar pukul 07.00, para pemain Team USA turun dan makan bersama. LeBron James, Kobe Bryant, Jason Kidd, dan lain-lain hampir selalu duduk semeja.
Tentu saja, kehadiran mereka membuat orang-orang pada menoleh. Orang yang hobi basket pasti langsung kenal wajah-wajahnya. Yang tidak hobi pasti sudah kagum melihat betapa besar-besar badan mereka.
Sayang, bertemu dan melihat belum tentu bisa berlanjut dengan dapat tanda tangan atau foto bareng. Meski pada dasarnya ramah, mereka sering menolak permintaan-permintaan tersebut.
Ada teman saya yang hoki, datang dari Surabaya khusus untuk nonton Team USA itu. Ketika makan pagi, dia melihat Kobe Bryant sedang asyik main biliar sendirian (ada meja biliar di restoran makan pagi). Minta foto, dia diberi izin meski Bryant sempat agak berlagak (gaya Bryant memang dikenal lebih "tinggi" daripada yang lain).
Kalau tidak makan pagi, jalan-jalan saja keliling. Ini agak sulit. Sebab, para pemain Team USA itu tidak berkeliaran bebas. Kita bisa menemui para pemain Turki atau Lithuania keliling bebas, tapi tidak pemain Team USA. Mungkin mereka punya tempat yang lebih "aman". Maklum, kalau digabungkan, 12 pemain Team USA punya gaji total hampir Rp 1,5 triliun setahun!
***
Team USA cukup terbuka saat latihan. Rabu lalu (30/7). Mereka meluangkan 30 menit pertama latihan untuk wakil media. Bebas wawancara dan memotret latihan. Tapi, kemudian, seluruh wakil media diminta keluar. Nah, saat itulah, latihan lebih serius dilaksanakan.
Bagi saya dan Sugeng Deas, kesempatan lebih menarik justru Rabu malam itu. USA Basketball menyelenggarakan acara makan malam reception. Dari Indonesia, hanya kami yang dapat undangan.
Di sana kami diperkenalkan dengan para eksekutif NBA. Menurut rencana, Commissioner NBA David Stern bakal datang. Tapi, rencana itu harus dibatalkan karena jadwal. Jarak pertandingan di Makau itu terlalu jauh dengan final Olimpiade Beijing. Dan, Stern tidak mau terlalu lama meninggalkan kesibukannya di AS.
Tapi, tidak apa-apa. Sebab, seluruh anggota Team USA hadir di dalamnya, berikut beberapa NBA Legends (mantan-mantan bintang NBA yang sekarang dimanfaatkan untuk kebutuhan public relation NBA).
Para Legends yang datang kali ini adalah Sam Perkins (dulu Seattle SuperSonics), Willis Reed (New York Knicks), dan mantan Raja Slam Dunk 1980-an Dominique Wilkins (Atlanta Hawks).
Para personel Team USA berdatangan satu per satu. Barisan pelatih, Mike Krzyzewski, Mike D'Antoni, dan Nate McMillan, datang duluan. Baru kemudian para pemain.
Seperti biasa, Kobe Bryant (yang mengenakan jas lengkap) jadi buruan utama untuk foto dan tanda tangan. Setelah itu, LeBron James, Dwyane Wade, Dwight Howard, dan bintang baru yang sedang naik daun, Chris Paul.
Di antara seluruh pemain, Dwyane Wade tampak paling cool. Kalau diajak foto, dia lebih dulu meletakkan gelas minum, lalu bergaya dengan memasukkan tangan di kantong. Paling konyol adalah Dwight Howard. Mungkin karena bosan, dia mengambil kamera fotografer NBA, lalu iseng motret-motret sendiri (para pemain itu juga bawa kamera dan saling foto).
Dalam acara tersebut, saya menyingkirkan kartu media, mencoba menikmatinya sebagai fans. Agak norak dikit, tapi tak apa! Yang paling ingin saya ajak foto bareng? Jason Kidd. Mungkin jenderal lapangan inilah pemain yang paling saya idolakan di NBA. Saya bilang ke dia, gara-gara dialah saya pakai kostum nomor lima kalau bermain (sepak bola maupun basket).
Yang saya hindari foto bareng? Carlos Boozer, Deron Williams, dan Chris Bosh. Sebenarnya, saya juga gak terlalu pengin foto sama Kobe Bryant. Tapi, kayaknya, sayang kalau kesempatan itu dilewatkan.
Ketika teman-teman di NBA menanyai kenapa saya tidak foto-foto sama semua, saya jawab tidak apa-apa. Saya bilang, selama bertahun-tahun liputan Formula 1, saya punya foto bersama kebanyakan pembalap. Tapi, saya tak pernah punya foto bareng Michael Schumacher dan saya tidak pernah menyesal. Ha ha ha... (*)
[ Jum'at, 01 Agustus 2008 ]
Bersama USA Basketball Ikuti Persiapan Olimpiade di Kasino Makau
Gampang Lihat Bintang, Sulit Lihat Matahari
Nonton NBA adalah mimpi penggemar basket. Nonton tim nasional basket Amerika Serikat adalah impian yang lebih tinggi lagi. Apalagi bisa jadi undangan VIP, bisa makan malam bareng para bintangnya. Berikut catatan AZRUL ANANDA, wartawan Jawa Pos yang sekarang berada di Makau bersama SUGENG DEAS.
---
Nonton langsung pertandingan National Basketball Association (NBA) merupakan impian kebanyakan penggemar basket. Nonton langsung pertandingan tim nasional Amerika Serikat (Team USA) merupakan mimpi yang lebih tinggi lagi.
Bagaimana tidak. Team USA merupakan kumpulan bintang-bintang terbesar NBA. Lebih bergengsi dan perkasa daripada NBA All-Star, yang setiap tahun pada bulan Februari berkumpul.
Lihat saja susunan pemain tahun ini, yang sedang bersiap menghadapi Olimpiade Beijing, tidak lama lagi. Ada salah seorang pemain terbaik dalam sejarah, Kobe Bryant. Ada bintang paling komersial saat ini, LeBron James. Plus Dwyane Wade, Jason Kidd, Dwight Howard, dan lain-lain.
Nonton Team USA bertanding juga merupakan pengalaman langka. Maklum, tim ini pada dasarnya hanya turun dua tahun sekali. Saat kejuaraan dunia dan Olimpiade.
Lebih langka lagi adalah pengalaman nonton mereka di Asia. Dua tahun lalu, mereka berlaga di kejuaraan dunia di Tokyo, Jepang. Tahun ini Olimpiade Beijing. Setelah ini? Mungkin kita harus menunggu minimal satu dekade sebelum melihat mereka berlaga lagi di Asia. Sebab, Olimpiade 2012 akan diselenggarakan di London, Inggris. Setelah itu, mungkin di Chicago, Amerika Serikat.
Karena itu, adalah sebuah privilege (kehormatan) bisa nonton Team USA secara langsung di CotaiArena, Makau. Apalagi saya dan Sugeng Deas datang bukan sekadar sebagai wartawan yang meliput. Kami juga bersifat "double agent", merangkap jadi undangan VIP dari NBA dan Team USA. Ini berkat hubungan dekat NBA dengan Grup Jawa Pos, lewat DetEksi Basketball League (DBL), liga basket pelajar terbesar di Indonesia yang diprakarsai Jawa Pos.
Bila sebagai peliput kami mendapatkan akses terbatas pada para pemain, sebagai undangan VIP kami bisa ikut makan malam dan bebas ngobrol bersama para pemain Team USA.
Memang, USA Basketball adalah organisasi yang terpisah dari NBA. Menurut Victor Chu, director business development and marketing partnership NBA Asia, NBA-lah yang menangani segala kebutuhan komersial USA Basketball. NBA yang mengelola sponsor, mengatur even, dan hal-hal lain.
"Tapi, NBA tidak ikut campur urusan pemilihan pemain dan pengelolaan tim," tambahnya.
***
Entah mengapa, Team USA sepertinya identik dengan kota ****. Ketika para pemain NBA boleh ikut Olimpiade untuk yang pertama pada 1992 di Barcelona, waktu itu Michael Jordan dkk melakukan persiapan di Monte Carlo.
Tim tahun ini, yang disebut-sebut sebagai Team USA terdahsyat sejak 1992, juga melakukan persiapan dari satu kota **** ke kota **** yang lain.
Ketika di AS, tim itu memilih Las Vegas sebagai tempat berlatih. Dari Las Vegas, sebelum menuju Beijing, tempat pertama yang mereka sambangi adalah Makau. Memang, Makau merupakan tempat spektakuler untuk menyelenggarakan pertandingan pemanasan Team USA. Makau sedang naik daun, sedang lebih tinggi gaungnya bila dibandingkan dengan Las Vegas.
Mungkin, selama beberapa hari di Makau, seluruh personel Team USA (jumlahnya sekitar 45 orang) tak perlu melihat matahari. Mereka menginap, berlatih, dan bertanding di kompleks Venetian yang spektakuler.
Hotel berlantai 40 itu lebih daripada sekadar hotel. Bertema sama dengan Venetian di Las Vegas, kompleks tersebut jauh lebih besar. Luasnya 980 ribu meter per segi, menjadikan Venetian sebagai bangunan terbesar di Asia, terbesar ketiga di dunia.
Seluruh kamar di Venetian adalah suite. Jumlahnya 3.000. Plus kawasan kasino terbesar di dunia, seluas 51 ribu meter per segi. Ada pula mal superluas dengan "sungai" dan perahu siar di tengahnya ala Venesia yang asli di Italia. Selama di sana berhari-hari, kami sama sekali tak perlu keluar bangunan dan melihat matahari!
"Ini tempat terbesar yang pernah saya masuki," kata Dwyane Wade, salah seorang bintang terbesar Team USA. "Di sini ada semua toko impian yang selalu ingin kita kunjungi. Sayang, kita tak bisa melihat semuanya," tambahnya.
Yang tidak kalah mengagumkan, untuk keperluan basket, adalah CotaiArena. Nama Cotai diambil dari Cotai Strip, jalan tempat semua kasino berada di Makau, ala Las Vegas Strip.
Kita sama sekali tak perlu keluar bangunan untuk menuju CotaiArena. Dari kamar, cukup turun pakai lift, jalan sedikit. Pintu-pintunya mewah, bernuansa emas bak hotel kelas teratas. Kami seperti berada di lobi ballroom hotel, bukan arena olahraga.
Memang, CotaiArena bukan sekadar untuk olahraga. Arena itu bersifat serbaguna, bisa untuk konser dan lain-lain. Konser Celine Dion dan Beyonce diselenggarakan di sana.
Untuk basket, gedung itu bisa menampung hingga 15 ribu penonton. Untuk basket, even bergengsi pertama yang diadakan di sana adalah NBA China Games 2007, Oktober tahun lalu. Orlando Magic datang untuk menghadapi Cleveland Cavaliers dan tim nasional Tiongkok.
Sekarang, giliran laga lebih bergengsi, Team USA melawan Turki dan Lithuania. Meski bersifat ekshibisi, pertandingan bertitel USA Basketball International Challenge itu merupakan global event. Sekitar 180 wartawan disebut meliput even tersebut. Pertandingannya ditayangkan ke 200 negara, dikomentari dalam 17 bahasa.
Sebenarnya, Team USA punya tawaran untuk melakukan tur pemanasan itu lebih luas lagi. Tempat lain yang bisa dikunjungi adalah Taiwan. Namun, USA Basketball tak mau lagi melakukan tur terlalu banyak. Mereka belajar dari pengalaman 2006, sebelum mengikuti kejuaraan dunia di Tokyo. Waktu itu, Team USA mengunjungi Guangzhou, Tiongkok, dan Seoul, Korea, lalu ke Sapporo sebelum ke Tokyo.
Salah satu dampaknya, persiapan tim justru tidak maksimal dan Team USA gagal meraih gelar. "Terlalu banyak stop, terlalu banyak packing. Cukup melelahkan," kata Jerry Colangelo, manajer Team USA. "Saya rasa, itu tidak berpengaruh pada hasil pertandingan. Tapi, saya sadar bahwa itu kebanyakan," tandasnya.
***
Bagi mereka yang datang untuk menonton Team USA, lantas ikut tinggal di Venetian, maka mereka akan mendapatkan akses cukup mudah untuk bertemu dengan para pemain idamannya. Pada dasarnya, di Venetian lebih gampang lihat bintang NBA daripada sinar matahari.
Cara paling gampang adalah makan pagi. Setiap pagi, sekitar pukul 07.00, para pemain Team USA turun dan makan bersama. LeBron James, Kobe Bryant, Jason Kidd, dan lain-lain hampir selalu duduk semeja.
Tentu saja, kehadiran mereka membuat orang-orang pada menoleh. Orang yang hobi basket pasti langsung kenal wajah-wajahnya. Yang tidak hobi pasti sudah kagum melihat betapa besar-besar badan mereka.
Sayang, bertemu dan melihat belum tentu bisa berlanjut dengan dapat tanda tangan atau foto bareng. Meski pada dasarnya ramah, mereka sering menolak permintaan-permintaan tersebut.
Ada teman saya yang hoki, datang dari Surabaya khusus untuk nonton Team USA itu. Ketika makan pagi, dia melihat Kobe Bryant sedang asyik main biliar sendirian (ada meja biliar di restoran makan pagi). Minta foto, dia diberi izin meski Bryant sempat agak berlagak (gaya Bryant memang dikenal lebih "tinggi" daripada yang lain).
Kalau tidak makan pagi, jalan-jalan saja keliling. Ini agak sulit. Sebab, para pemain Team USA itu tidak berkeliaran bebas. Kita bisa menemui para pemain Turki atau Lithuania keliling bebas, tapi tidak pemain Team USA. Mungkin mereka punya tempat yang lebih "aman". Maklum, kalau digabungkan, 12 pemain Team USA punya gaji total hampir Rp 1,5 triliun setahun!
***
Team USA cukup terbuka saat latihan. Rabu lalu (30/7). Mereka meluangkan 30 menit pertama latihan untuk wakil media. Bebas wawancara dan memotret latihan. Tapi, kemudian, seluruh wakil media diminta keluar. Nah, saat itulah, latihan lebih serius dilaksanakan.
Bagi saya dan Sugeng Deas, kesempatan lebih menarik justru Rabu malam itu. USA Basketball menyelenggarakan acara makan malam reception. Dari Indonesia, hanya kami yang dapat undangan.
Di sana kami diperkenalkan dengan para eksekutif NBA. Menurut rencana, Commissioner NBA David Stern bakal datang. Tapi, rencana itu harus dibatalkan karena jadwal. Jarak pertandingan di Makau itu terlalu jauh dengan final Olimpiade Beijing. Dan, Stern tidak mau terlalu lama meninggalkan kesibukannya di AS.
Tapi, tidak apa-apa. Sebab, seluruh anggota Team USA hadir di dalamnya, berikut beberapa NBA Legends (mantan-mantan bintang NBA yang sekarang dimanfaatkan untuk kebutuhan public relation NBA).
Para Legends yang datang kali ini adalah Sam Perkins (dulu Seattle SuperSonics), Willis Reed (New York Knicks), dan mantan Raja Slam Dunk 1980-an Dominique Wilkins (Atlanta Hawks).
Para personel Team USA berdatangan satu per satu. Barisan pelatih, Mike Krzyzewski, Mike D'Antoni, dan Nate McMillan, datang duluan. Baru kemudian para pemain.
Seperti biasa, Kobe Bryant (yang mengenakan jas lengkap) jadi buruan utama untuk foto dan tanda tangan. Setelah itu, LeBron James, Dwyane Wade, Dwight Howard, dan bintang baru yang sedang naik daun, Chris Paul.
Di antara seluruh pemain, Dwyane Wade tampak paling cool. Kalau diajak foto, dia lebih dulu meletakkan gelas minum, lalu bergaya dengan memasukkan tangan di kantong. Paling konyol adalah Dwight Howard. Mungkin karena bosan, dia mengambil kamera fotografer NBA, lalu iseng motret-motret sendiri (para pemain itu juga bawa kamera dan saling foto).
Dalam acara tersebut, saya menyingkirkan kartu media, mencoba menikmatinya sebagai fans. Agak norak dikit, tapi tak apa! Yang paling ingin saya ajak foto bareng? Jason Kidd. Mungkin jenderal lapangan inilah pemain yang paling saya idolakan di NBA. Saya bilang ke dia, gara-gara dialah saya pakai kostum nomor lima kalau bermain (sepak bola maupun basket).
Yang saya hindari foto bareng? Carlos Boozer, Deron Williams, dan Chris Bosh. Sebenarnya, saya juga gak terlalu pengin foto sama Kobe Bryant. Tapi, kayaknya, sayang kalau kesempatan itu dilewatkan.
Ketika teman-teman di NBA menanyai kenapa saya tidak foto-foto sama semua, saya jawab tidak apa-apa. Saya bilang, selama bertahun-tahun liputan Formula 1, saya punya foto bersama kebanyakan pembalap. Tapi, saya tak pernah punya foto bareng Michael Schumacher dan saya tidak pernah menyesal. Ha ha ha... (*)