Dunia Ganyang Perompak Somalia
INILAH.COM, New York Surga perompak dan bajak laut pindah dari Selat Malaka ke Somalia. Dunia pun resah. Dewan Keamanan PBB, akhirnya mengizinkan negara-negara untuk melancarkan serangan darat dan udara untuk menghabisi kelompok yang menakutkan itu.
Resolusi DK-PBB ini mungkin jadi kebijakan luar negeri terakhir pemerintahan Presiden George W. Bush di Amerika Serikat. Melalui Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice, AS mendesak DK untuk mengesahkan resolusi tersebut.
Sebuah tanggung jawab moral? Bisa jadi. Kekacauan di Somalia berawal dari mundurnya misi perdamaian AS pada 1992-93. Mereka menarik mundur pasukan dari Mogadishu setelah terjadi pertempuran yang menelan banyak korban. Potret itu digambarkan lewat film Black Hawk Down.
Selama dua dekade sejak itu, Somalia memiliki pemerintahan yang nyaris tiada fungsi. Kemiskinan makin menjerat sebagian besar warganya. Sejak itulah, para perompak dan bajak laut Somalia, turun ke perairan internasional, membajak tanker, kargo, dan kapal lainnya. Sebuah kapal penarik yang dioperasikan perusahaan minyak Prancis, Total, dan kapal kargo Turki, jadi korban terakhir, Selasa (16/12).
Tahu ini saja, tak kurang dari 40 kapal dibajak perompak di perairan pantai Somalia sepanjang 1.880 mil. Sebelum kapal Total dan kargo Turki, pejabat maritim menyebutkan sebanyak 14 kapal masih berada di tangan perompak, termasuk tanker Arab Saudi yang memuat CPO seharga US$ 100 juta. Juga, sebuah kapal Ukraina yang dipenuhi tank dan senjata berat lainnya. Mereka juga menahan 250 awak kapal, diduga ada juga warga Indonesia.
Ulah brutal itulah yang hendak dilawan dunia. Menlu Rice menyebutkan resolusi itu akan memberi dampak signifikan, khususnya karena perompak mengintai kehadiran kapal di Teluk Aden dengan berlayar lebih jauh ke garis laut yang tak dikawal kapal perang AS dan negara-negara lainnya.
DK pun membolehkan negara-negara menggunakan tindakan yang diperlukan untuk menghentikan penggunaan terotori Somalia dalam upaya membawa keluar kapal bajakan dari laut. Perairan ini disinggahi ribuan kapal kargo yang berlayar antara Asia da Terusan Suez. Langkah tersebut termasuk menggunakan wilayah udara Somalia, meskipun AS mengikuti permintaan Indonesia sebagai anggota DK, dengan langsung keluar setelah operasi.
Somalia tentu menyambut baik resolusi ini. Sudah lama mereka meminta bantuan. "Tindakan perompak ini tak bisa diterima dan harus diakhiri," ujar Menlu Somalia, Ali Ahmad Jama.
Resolusi ini tentu tanpa harga. Satu hal adalah munculnya kekhawatiran tentang kemungkinan meningkatnya aksi militer AS di Somalia.
Komandan 5th Fleet AL AS, Bill Gortney, pekan lalu meragukan niat baik serangan darat terhadap perompak Somalia. Menurutnya, sulit mengidentifikasi perompak. Dia menilai potensi tewasnya warga sipil sesuatu yang harus diperhitungkan.
Rice mementahkan perbedaan pandangan antara Kementerian Luar Negeri dan Pentagon. Menurutnya, AS komit menghentikan perompakan. "Lihat saja apa yang akan dan tidak kami lakukan. Semua harus dikaji kasus-perkasus," katanya. Dia pun membantah Presiden AS berada di balik resolusi ini.
Menurutnya, resolusi ini membolehkan tindakan lebih keras jika dibutuhkan untuk mengganyang perompak. Dalam pandangannya, perompak justru yang menjadi biang kekacauan di Somalia.
"Begitu situasi normal dan damai kembali ke Somalia, kami percaya pembangunan ekonomi bisa kembali ke Somalia. Respons saat ini adalah start yang bagus," tambah Rice.
Menurut resolusi itu, negara-negara harus menerima permintaan bantuan dari pemerintah Somalia sebelum melakuka penyerangan. Izin itu harus sepengetahuan Sekjen PBB, Ban Ki-moon.
PBB juga menyarankan perusahaan pelayaran dan asuransi untuk tidak memenuhi tuntutan perompak. Menurut mereka, itu hanya akan membuat perompakan makin menjadi.
Banyak negara menyambut baik resolusi ini. Wakil Menlu China, He Yafei, mengatakan pihaknya sedang memikirkan mengirim kapal perang ke Teluk Aden. Di sana, mereka bergabung dengan kapal-kapal dari AS, Rusia, Demark, Italia, dan negara-negara lain.
Kepala Staf Militer Kenya, Jeremiah Kianga, juga menyebutkan negaranya akan meningkatkan patroli di perairan pantai mereka sendiri. Pasalnya, perompak Somalia juga suka melakukan transaksi di pelabuhan-pelabuhan Kenya yang lebih mahal. Tapi, dia memastikan AU dan AL Kenya takkan masuk ke wilayah udara dan laut Somalia.
Kerja sama antarnegara memang menjadi bagian penting untuk melawan perompak. Antonio Maria Costa, Direktur Eksekutif Kantor Kriminal dan Obat Terlarang PBB di Wina, Austria, menunjuk contoh sukses yang pernah dilakukan Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya.
"Kerja sama regional sangat penting. Beberapa tahun lalu, perompakan merupakan ancaman di Selat Malaka. Dengan bekerja sama, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand mampu memotong jumlah serangan (bajak laut) lebih dari separonya sejak 2004," katanya.
Sumber:
inilah dot com