Bukan Hanya Narkoba, Gula-pun Bikin 'Nyandu'

nurcahyo

New member
Bukan Hanya Narkoba, Gula-pun Bikin 'Nyandu'

KapanLagi.com - Di masa kini acapkali kita dihadapkan pada berbagai godaan. Beberapa diantaranya nampak 'tak berdosa,' tapi justru mendorong pada akibat buruk, diantaranya adalah kecanduan. Kita sering bergurau tantang rasa yang satu ini, menyadari itu dapat mengakibatkan kegemukan, karena tanpa ampun selalu membuat kita ingin menikmati kue dan makanan penutup untuk kedua kalinya, yah, kita bicara gula dan kecanduan akan makanan ini. Kebanykan orang mempertimbangkan kecanduan gula sama seriusnya dengan rokok dan alkohol. Bagi orang-orang dengan kecenderungan menggemari makanan manis, mungkin ini merupakan kabar buruk, bahwa menurut sejumlah penelitian dan studi ilmiah, kecanduan gula cenderung lebih kuat dari pada kecanduan narkoba atau alkohol.

Kita semua tentunya pernah mengalami, mendengar suara-suara di kepala kita yang menuntut untuk membeli sebatang cokelat atau ngemil pie setelah makan malam. Kita akui saja: gula membuat kita merasa gembira, dan kebanyakan orang yang mengaku kecanduan pada makanan manis akan mengatakan hal yang sama pada kita. Kedengarannya menggelikan bukan? Sejatinya, ini lebih nyata dari apa yang pernah kita pikirkan.

Sebuah studi terbaru membuktikan, bahwa manusia telah diprogram sejak usia dini untuk selalu membutuhkan gula. Dan sekali tubuh kita merasakan nikmatnya gula, tak perlu menunggu lama untuk membuat kita jadi nyandu.

Kecanduan gula sebenarnya telah dimulai sejak kelahiran. ASI yang jadi makanan utama bayi, terasa amat manis, sehingga bahkan bayi baru lahirpun mulai mengenali kenikmatan perasaan yang mereka dapat dari makanan manis. Jadi, apa sebenarnya yang membuat kita merasa membutuhkan gula?

Usai mengkonsumsi makanan manis, otak kita akan melepaskan zat kimia alami yan di sebut opioids, zat ini membuat tubuh kita merasakan perasaan senang secara terus-menerus. Lalu, otak mengenali perasaan ini dan mulai membutuhkannya lebih banyak lagi. Para peneliti telah mengidentifikasi, bahwa ada wilayah tertentu di dalam otak kita (khususnya, hippocampus, penyekat dan caudate) yang jadi aktif nyandu gula.

Juga ditemukan bukti ilmiah, yang menunjukan kalau di wilayah otak yang aktif, yang sama dengan pecandu narkoba. Dan ini menunjukan betapa nyatanya gula memicu kecanduan. Lalu apa yang sepenuhnya terjadi pada tubuh Anda saat mengkonsumsi gula?

Setelah gula memasuki aliran darah, gula darah meningkat, menyebabkan enzim pankreas melepaskan insulin (insulin dibutuhkan untuk mengubah gula jadi energi). Saat sejumlah besar gula dikonsumsi, lebih banyak insulin yang dilepaskan. Insulin ini mengubah gula jadi sumber energi instant - ini jadi penjelasan kegembiraan 'berlebih' yang Anda rasakan saat makan sepotong donat. Setelah insulin dalam tingkat tinggi dilepas, kadar gula darah mulai berkurang dengan cepat, dan menyebabkan Anda ingin makan lebih banyak lagi makanan manis.

Dalam penambahan masukan gula dalam energi, insulin juga merangsang tempat penimbunan lemak. Selanjutnya, semakin banyak gula yang Anda konsumsi, semakin banyak pula insulin yang diproduksi, dan konsekuensinya, akan lebih mudah Anda jadi gemuk. Selain berakibat obesitas dan kerusakan gigi, gula juga menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius, termasuk mood yang tak seimbang, tekanan pada sistem kekebalan serta diabetes.

Seperti telah disebutkan di atas, gula mengaktifkan pusat syaraf kesenangan di otak, yang melepaskan opioids dan mendorong untuk lebih banyak menambah kebutuhan gula. Dalam penelitian terbaru, ditemukan bahwa kebutuhan dan kecanduan pada heroin dan morfin, berproduksi dengan cara yang sama dengan zat kimia di otak yang nyamdu gula. Dalam studi ini pula, ditemukan pula kalau gula juga mengaktifkan bagian otak yang sama yang menguatkan tingkah laku. Ini berarti - tubuh Anda belajar untuk menginginkan dan membutuhkan lebih banyak asupan yang membuat merasa nyaman. (askmen/erl)
 
Back
Top