FXPro-ID
New member
Tahun 2014 perekonomian Indonesia masih lamban
Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara tak terduga bergerak cepat dikwartal lalu berkat melonjaknya ekspor, namun akselerasi ini berpotensi singkat karena tingginya suku bunga memberatkan konsumsi domestik dan investasi.
Produk Domestik Bruto naik 5,72% dalam tiga bulan yang berakhir di 31 Desember, dibanding satu tahun sebelumnya, sesuai keterangan Biro Pusat Statistik. Untungnya hasil ini lebih baik dari perkiraan para analis yang memperkirakan kenaikan hanya 5,34 persen.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengambil langkah pengetatan suku bunga, yang merupakan paling agresif dalam kurun delapan tahun terakhir demi mendongkrak rupiah dan menurunkan tekanan harga-harga.
Ditahun 2013 Indonesia hanya mampu tumbuh 5,78 persen dan analis mulai dari Credit Suisse Group sampai Barclay Plc memperkirakan ekonomi Indonesia akan terus melemah ditahun ini.
Sementara rupiah masih bertengger diangka 12.000 lebih dan memegang rekor sebagai mata uang dengan performa terburuk di Asia di 2013.
Walau prospek ekspor dinilai masih belum stabil, berbagai proyek tengah digelar pemerintah untuk mengurangi dampak banjir dan perbaikan infrastruktur ditambah pemilihan umum tahun ini berpotensi mendongkrak pertumbuhan ekonomi dikwartal-kwartal mendatang.
Belanja pemerintah naik signifikan dikwartal lalu, khususnya pada barang-barang dan dana yang digunakan untuk menghadapi bencana. Konsumsi rumah tangga meningkat 5,25% dikwartal keempat, investasi meningkat 4,37% dan belanja pemerintah naik 6,45%.
Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini berada pada batas bawah rentang target 5,8% sampai 6,2%. Dimana Standard Chartered Plc melihat pertumbuhan PDB cenderung diangka 5,8% di 2014 ini. BI masih mempertahankan suku bunga tidak berubah selama dua pertemuan secara berturut-turut. Inflasi masih diatas 8% selama tujuh bulan terakhir karena pemerintah memangkas subsidi bahan bakar yang memakan sekitar sepersepuluh dari pengeluaran pemerintah.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara tak terduga bergerak cepat dikwartal lalu berkat melonjaknya ekspor, namun akselerasi ini berpotensi singkat karena tingginya suku bunga memberatkan konsumsi domestik dan investasi.
Produk Domestik Bruto naik 5,72% dalam tiga bulan yang berakhir di 31 Desember, dibanding satu tahun sebelumnya, sesuai keterangan Biro Pusat Statistik. Untungnya hasil ini lebih baik dari perkiraan para analis yang memperkirakan kenaikan hanya 5,34 persen.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengambil langkah pengetatan suku bunga, yang merupakan paling agresif dalam kurun delapan tahun terakhir demi mendongkrak rupiah dan menurunkan tekanan harga-harga.
Ditahun 2013 Indonesia hanya mampu tumbuh 5,78 persen dan analis mulai dari Credit Suisse Group sampai Barclay Plc memperkirakan ekonomi Indonesia akan terus melemah ditahun ini.
Sementara rupiah masih bertengger diangka 12.000 lebih dan memegang rekor sebagai mata uang dengan performa terburuk di Asia di 2013.
Walau prospek ekspor dinilai masih belum stabil, berbagai proyek tengah digelar pemerintah untuk mengurangi dampak banjir dan perbaikan infrastruktur ditambah pemilihan umum tahun ini berpotensi mendongkrak pertumbuhan ekonomi dikwartal-kwartal mendatang.
Belanja pemerintah naik signifikan dikwartal lalu, khususnya pada barang-barang dan dana yang digunakan untuk menghadapi bencana. Konsumsi rumah tangga meningkat 5,25% dikwartal keempat, investasi meningkat 4,37% dan belanja pemerintah naik 6,45%.
Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini berada pada batas bawah rentang target 5,8% sampai 6,2%. Dimana Standard Chartered Plc melihat pertumbuhan PDB cenderung diangka 5,8% di 2014 ini. BI masih mempertahankan suku bunga tidak berubah selama dua pertemuan secara berturut-turut. Inflasi masih diatas 8% selama tujuh bulan terakhir karena pemerintah memangkas subsidi bahan bakar yang memakan sekitar sepersepuluh dari pengeluaran pemerintah.