FXPro-ID
New member
Krisis global kembali mengemuka, dipicu China
Krisis global kembali mengemuka, dipicu China
Pada perdagangan hari ini, bursa Asia berjatuhan dimana komoditas dan dolar Australia ikut tergelincir akibat data manufaktur China drop kelevel terendah dalam tujuh bulan terakhir.
Disamping itu, mata uang Korsel, won memimpin pelemahan mata uang emerging market. Indeks acuan Asia MSCI Asia Pacific melemah 1,2%. Disamping itu data awal pruchasing manager versi HSBC Holdings Plc dan Market Economics menunjukkan penurunan menadi 48,3, sinyal bahwa kontraksi sektor manufaktur China mencapai bulan kedua.
Yen melesat naik setelah defisit perdagangan Jepang mencapai rekor di Januari, diakibatkan oleh melonjaknya biaya impor. Kondisi ini tentunya kembali membuyarkan upaya pemerintah Jepang dalam menstabilkan perekonomian.
Perlu dicatat Badan Moneter Internasional (IMF) mengingatkan adanya ancaman terhadap pertumbuhan ekonomi dunia menjelang rilinya data klaim pengangguran AS hari ini.
Ketika sinyal perlambatan ekonomi China muncul, pasar tidak menganggapnya serius dan cenderung meremehkan dampaknya. Ekonomi dunia kelihatannya semrawut dan melambat dan ada banyak resiko finansial bermunculan. Potensi terjadinya krisis kembali meningkat dan semakin nyata.
Turunnya figur manufaktur China telah memicu banyak stop loss. Data tersebut juga menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan kecil berjuang untuk bertahan dan pemulihan ekonomi China dalam kondisi rapuh.
Sebagai sekutu dagang terdekat China, dolar Australia seperti tertampar dan jatuh tergolek pada posisi 89,51 sen AS, sudah turun selama empat hari berturut-turut. Won melemah 0,6% sentuh 1.072,77 per dolar. Mata uang emerging market lainnya juga melemah dipengaruhi kerusuhan berat di Ukraina dan Thailand. Ringgit, peso dan rand masing-masing jatuh 0,3%.
Ada resiko berlanjutnya krisis pasar di emerging market dan deflasi di zona euro yang mengancam prospek membaiknya perekonomian global.
Krisis global kembali mengemuka, dipicu China
Pada perdagangan hari ini, bursa Asia berjatuhan dimana komoditas dan dolar Australia ikut tergelincir akibat data manufaktur China drop kelevel terendah dalam tujuh bulan terakhir.
Disamping itu, mata uang Korsel, won memimpin pelemahan mata uang emerging market. Indeks acuan Asia MSCI Asia Pacific melemah 1,2%. Disamping itu data awal pruchasing manager versi HSBC Holdings Plc dan Market Economics menunjukkan penurunan menadi 48,3, sinyal bahwa kontraksi sektor manufaktur China mencapai bulan kedua.
Yen melesat naik setelah defisit perdagangan Jepang mencapai rekor di Januari, diakibatkan oleh melonjaknya biaya impor. Kondisi ini tentunya kembali membuyarkan upaya pemerintah Jepang dalam menstabilkan perekonomian.
Perlu dicatat Badan Moneter Internasional (IMF) mengingatkan adanya ancaman terhadap pertumbuhan ekonomi dunia menjelang rilinya data klaim pengangguran AS hari ini.
Ketika sinyal perlambatan ekonomi China muncul, pasar tidak menganggapnya serius dan cenderung meremehkan dampaknya. Ekonomi dunia kelihatannya semrawut dan melambat dan ada banyak resiko finansial bermunculan. Potensi terjadinya krisis kembali meningkat dan semakin nyata.
Turunnya figur manufaktur China telah memicu banyak stop loss. Data tersebut juga menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan kecil berjuang untuk bertahan dan pemulihan ekonomi China dalam kondisi rapuh.
Sebagai sekutu dagang terdekat China, dolar Australia seperti tertampar dan jatuh tergolek pada posisi 89,51 sen AS, sudah turun selama empat hari berturut-turut. Won melemah 0,6% sentuh 1.072,77 per dolar. Mata uang emerging market lainnya juga melemah dipengaruhi kerusuhan berat di Ukraina dan Thailand. Ringgit, peso dan rand masing-masing jatuh 0,3%.
Ada resiko berlanjutnya krisis pasar di emerging market dan deflasi di zona euro yang mengancam prospek membaiknya perekonomian global.