Jilbab pada Pilpres 2009: dari Marissa Haque untuk Zulkieflimasyah

bungalili

New member
Sebagai salah seorang Muslimah Indonesia yang berjilbab (berkerudung), tentu saya akan merasa sangat berbahagia bilamana banyak perempuan Islam Indonesia lainnya yang kemudian turut berkerudung. Namun ketika kerudung kemudian menjadi ajang cemooh dan olok oleh karena salah seorang kader dari salah satu partai menengah Indonesia yang menjadi corong salah satu kandidat Capres namun kemudian arah afiliasi politiknya justru berseberangan dengan yang seharusnya dia dukung – dalam koridor etika berpolitik – maka dampak yang dihasilkan justru menjadi kontra produktif dalam image bidang keilmuan komunikasi imagology. Khususnya berdampak buruk bagi para ‘pekerja penyebar informasi kebaikan’ dan penganut sikap toleransi. Ketika hal yang sangat esensial yang sesungguhnya memiliki tempat tertinggi dimata Sang Pencipta serta melekat pada semangat identitas keislaman menjadi bernilai rendah. Ketika justru sekedar digunakan untuk tujuan jangka pendek dan kepentingan posisi duniawi oleh ‘kelompok tertentu’ semata.

MarissaHaquevsRatuAtutChosiyah2009.jpg


Dr. Zulkieflimansyah, SE, MSc saudaraku, mantan runingmate pada saat Pilkada Banten 2006 lalu tentu sedang belajar banyak dari ‘keseleo lidah’ yang dilakukannya yang mungkin ‘diduga’ tidak sadar dilakukannya – karena kedekatan emosional pada salah satu pasangan Capres yang justru bukan di-endorse oleh partainya. Saya dapat memakluminya, karena saya pikir saya cukup mengenal pria genius dibidang ekonomi dan pemasaran lulusan Stratclyde University, Scottland dan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini dengan nilai kelulusan IPK 4 bulat seperti Presiden Dr. H. SBY kakak kelasku di IPB lalu. Dia sangat mencintai Islam serta menjadikan Islam sebagai nafas kehidupan diri, karir, serta keluarganya – tentulah terkait diluar ideologi Islam dalam konsep berkeluarga yang dianutnya! Ketika sayapun dimasa lalu pernah dianggap memilih langkah politik yang ‘salah’ karena faktor kemudaan usia berpolitik, lalu kemudian dipaksa oleh kelompok masyarakat tertentu agar “wajib” menyatakan/mengaku “kalah” dalam perjuangan – padahal situasi serta kondisi sebenarnya adalah sebaliknya. Maka apa yang terjadi pada aksi statement Dr. Zulkieflimansyah, SE, MSc saudaraku terkait jilbab yang kemudian dianggap kontra produktif oleh sebagian besar masyarakat Indonesia baik yang Islam maupun nasionalis, lalu juga dianggap sebagai sebuah ‘kecelakaan’ politik yang sebenarnya adalah proses pematangan karir politik dalam koridor memetik optimal lesson learn dari kejadian tersebut diatas. Bukan sekedar ingin membela Dr. Zulkieflimansyah karena pernah menjadi runningmate-nya semata, namun didalam berpolitik – bahkan seorang yang paling pakar dibidang keilmuan ini sekalipun – diyakini tidak ada satupun yang benar-benar paling betul 100%. Jadi depends on who’s point of view- lah! Demikian kurang dan lebihnya.

Selingkuh-Airin-Rachmi-Diany-dengan.jpg


Membahas ukuran etika dalam berpolitik, sebenarnya sangat rapat dengan unsur nilai dan persepsi – dimana unsur-unsur ini berada dalam ‘in the same wave length.’ Sebagai manusia biasa, intelegensia kita terkait kompetensi yang walaupun sering kita anggap remain stabil namun sebenarnya tidak pernah berdiri diruang hampa. Seringkali kita terbuai, ketika sedang berada didalam aura zona nyaman kelompok elit politik tertentu. Sehingga seringkali pula kita lupa bahwa didalam balutan batas populasi tertentu, semua orang berlomba menuju tempat tertinggi, dimana pada posisi elitis tinggi banyak yang diduga pencapaian dilakukan dengan cara mengahalalkan semua cara (Machiavelli dalam Il Pricipe). Agak mengerikan memang bilamana menjadikannya sebagai ‘kebenaran keillahiahian’, namun diduga ‘dijual dengan harga murah’ bila dikaitkan dengan wilayah dimana populasi dimana kita tinggal dan hidup didominasi pimpinan asal sekelompok masyarakat ‘bergetah’ Indonesia yang lalu bermetamorfosa menjadi sesuatu yang sumir serta kontra produktif. Bahkan… pun, akhirnya terjadi juga pada seseorang yang dulunya saya pikir tidak mungkin kejadian (beyond my imagination), ketika seseorang dengan kompetensi bidang keislaman optimal setara Dr. Zulkieflimasyah, SE, MSc melakukannya. Namun empati serta doa saya tentunya untuk Akhi Zul – panggilan hormat saya untuk dia – karena walau bagaimanapun dia adalah salah seorang kader pemimpin negeri terbaik dari salah satu partai tengah-besar di Indonesia yang saya yakini pasti tahu pasti cara meng-overcome the problem.

Maju terus Ya Akhi Zul… dirimu adalah calon pemimpin bangsa dimasa depan! Saudara sepupumu di Sumbawa Besar sana yang seusiamu sudah menjadi Gubernur dikampung halamannya sendiri. Kalau kemarin dirimu belum menjadi Gubernur di Banten karena dugaan kecurangan sistemik persis sama dengan yang tengah terjadi didalam proses Pilpres 2009 ini, mulai dari DPT palsu, penggembosan suara, penggelembungan suara, penghitungan tabulasi palsu, intimidasi, legalisasi money politics, KPUD dalam perintah tangan rezim status-quo, dan lain sebagainya (termasuk dugaan ijazah palsu oleh salah seorang kandidat dari rezim status-quo) – dimana kita semua yakin hal tersebut terjadi secara seragam dan hampir merata diseluruh Indonesia. Sebenarnya hari ini kita tinggal menunggu Sang Ratu Adil yang sebenarnya datang untuk memimpin Indonesia, yang kini dalam kacamataku telah menajdi sebuah negeri gagal! Sebuah wilayah kenegaraan yang dipimpin oleh dominasi gaya kepemimpinan ‘masyarakat bergetah.’ Asalkan kita – meminjam kata-katamu Akhi Zul sendiri – “don’t crack under the pressures.” Insya Allah Akhi Zul, dirimu akan menjadi salah satu pilar pemegang tongkat komando menejemen kewilayahan di Indonesia dimasa depan. Mungkin menunggu usiamu seumur usiaku hari ini, agar tak perlu lagi melalui ‘slip of the tongue’ seperti ‘the head-scarf case’ semacam kemarin itu-lah! (smile)… Insya Allah, just always go for the best as usual. I trust you!

Allahu Akbar! Kita belum merdeka!
 
Last edited:
Dalam Balutan NEw Wave Marketing: Marissa Haque Fawzi

Dalam Balutan New Wave Marketing
July 6th, 2009


(Pencopotan Kajati Banten dalam Kasus Prita

&

Fathia Pengelola Forgos Detik.com)

KoruptorBanten.jpg




Terinspirasi oleh tulisan lama Kang Pepih Nugraha salah seorang ‘guru’ e-marketing-ku dari grup Kompas Cyber Media tertanggal 12 Juni 2009, bahwa Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Banten Dondy K Sudirman dicopot dari jabatannya. Dan layaknya gaya sisa rezim Orde Baru yang sangat represif dan otoritatif – seperti biasa pihak Kejaksaan Agung membantah perhal terkait isu dicopotnya Dondy terkait kasus Prita seorang ibu rumah tangga yang menyebar ketidakpuasan atas layanan RS Omni melalui surat elektronik (email).

Argument dari Kejaksaan Agung dinyatakan bahwa hal mutasi semacam itu merupakan hal umum yang besifat biasa serta sama sekali tidak terkait dengan kasus penanganan Prita Mulyasari oleh kejaksaan. Hhhmmm… Sementara menurut hipotesa saya justru sebaiknya! Kelihatannya insya Allah Kang Pepih setuju dengan dugaan sementara saya bahwa dicopotnya Kejati Banten pak Dondy itu justru karena ‘diduga’ dianggap memiliki ‘andil’ pendzoliman atas Prita Mulyasari oleh kejaksaan sehingga terpaksa harus meringkuk di tahanan!

Ketika dinayatakan oleh Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Jasman Pandjaitan bahwa mutasi tersebut diatas dianggap biasa seperti yang juga sering terjadi pada jaksa-jaksa lain dari institusi hukum ini, justru kecurigaan masyarakat termasuk saya didalamnya semakin meningkat. Bahwa telah terjadi ‘dugaan’ money politics terkait dengan masih sangatnya ‘dugaan’ MAFIA PERADILAN yang melakukan praktek tersebut dari seluruh jajaran institusi hukum terkait dinegeri ini… sampai hari ini! Pak Kejati Dondy kini menjadi staf ahli Jaksa Agung, sementara posisi Kajati Banten yang ditinggalkannya lalu sekarang ini diisi oleh Abdul Wahab Hasibuan yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Kajati Sumatera Selatan. Terkait dengan RS Omni Internasional tersebut sendiri, Jaksa Agung Muda Pengawasan Hamzah Tadja menyatakan, bahwa RS Omni insya Allah kemungkinan besar akan diperiksa terkait kasus Prita itu. Saya pribadi sebagai pengamat hukum cukup aktif dinegeri ini, berharap bahwa kita semua mampu menjadi watch-dog terhadap pemeriksaan Kejakssan Tinggi Banten terkait dengan kasus Prita. Karena tidak tertutup kemungkinan bahwa rencana menuntut RS Omni hanya ‘hangat-hangat tahi ayam’ seperti yang sudah-sudah!



Tiba-tiba saya jadi teringat dengan beberapa upaya bulliying yang cukup kejam yang ditujukan kepada saya Marissa Haque Fawzi dan Ikang Fawzi suami saya didalam koridor dunia maya ini. Isu selingkuh yang diduga dengan sengaja dilemparkan oleh sekelompok timses pasangan Calon gagal Bupati dari Kabupaten Tangerang – keluarga Ratu Atut Chosiyah / RBB (Relawan Banten Bersatu) pimpinan Airin Rachmi Diany yang bekerjasama dengan kader partai tertentu yang ‘diduga’ dendam karena saya dan suami tidak berada dipihak mereka sementara disaat Pilkada Cagub Provinsi Banten kami bersama-sama – mengganggu hampir pada seluruh aktivitas kami didunia blogging kami (baik saya, suami, dan anak-anak). Beberapa diantaranya masih dapat dilihat hari ini bila mencarinya via goole.com atas nama wong pamulang dan atau cah pamulang, melalui jalur multiply.com atau blogspot.com, kami ‘menduga’ bahwa kelompok ini adalah para intellectual dader (pelaku utama delik pidana dalam Pasal 310 dan 311 KUHP) terhadap intangible asset saya sekeluarga.

Bahkan termasuk komentar pada kolom tulisan-tulisanku di kompasiana.com. Tentulah tanpa identias alias menggunakan nama abal-abal (tidak beridentitas jelas). Barangkali ‘diduga’ agar terhindar dari tuntutan pidana, namun tetap dapat melakukan serangkaian tembakan kampanye hitam dengan keluarga kami sebagai sasaran utama dan pertama. Termasuk kejadian lumayan ‘unik’ pada rubrik pribadi saya pada blog kompasiana.com. Dimana ‘komentar-komentar miring’ seringkali ‘nyelonong-boy’ sendirian tanpa izin dari saya (konfirmasi bukan saya yang melakukannya) pada http://marissahaque.kompasiana.com (smile). Siapa ya ‘orang dalam di KCM’ yang melakukannya, dan atas keuntungan pribadi apa rupanya? (smile again). Khusus kejadian terkait dengan alamat blog pribadiku pada kompasiana.com tersebut diatas, Alhamdulillah saya merasa cukup beruntung karena Kang Pepih Nugraha dan Mas Kandar sangat kooperatif didalam menanggapi complain saya. Dan secara positif serta cepat kemudian merespon pengaduan saya. Hatur nuhun yah Kang Pepih Nugraha dan jazakumullah khoir Akhi Kandar yang disayang Allah…

Kembali kepada kampanye hitam yang aneh-aneh ditimpakan kepada kami sekeluarga, awalnya memang kami rencanakan untuk mendiamkan. Namun karena negative campaign tersebut semakin berkelanjutan/menjadi-jadi – mungkin juga karena saya dan suami adalah figur publik – dalam kasus yang sama juga terjadi pada rubrik saya di detik.com. Masih ‘kami duga’ dilakukan oleh sekelompok/individu dari entitas yang sama. Pada lokasi kedua ini, telah ada seorang pengelola yang ditunjuk pihak menejemen detik.com yang bertanggung jawab atas kolom Forum Gosip (forgos) detik.com bernama Fathia. Perempuan manis ini yang dihadapkan kepada saya disaat complain pertama saya utarakan disekitar setahunan yang lalu.

Saya menanyakan hipotesa kami atas semua isu sampah yang ‘diduga’ memang dsengaja ‘meminjam’ popularitas public figure tertentu agar kolom dapat dianggap teraktif, dengan jumlah pengunjung tinggi, sehingga menaikkan omset pemasangan iklan. Oleh karena memang terbukti iklan mereka saat itu melaju, sementara on the other hand reputasi kami terhitamkan yang ‘diduga’ atas kehendak kelompok tertentu tersebut. Tentu saja kami merasa hal tersebut jauh dari fairness play! Menjadikan pihak lain sebagai korban, padahal pihak korban tersebut adalah bagian dari marketshare – dalam konteks ini saya, suami, dan anak-anak.

Pihak korban dijadikan sasaran empuk kampanye hitam adalah dalam posisi sebagai objek penderita jadi bukan lagi sebagai sebagai subjek, sebagaimana layaknya spirit pembentukan e-marketing dalam era New Wave Marketing (Kottler, 2009) dalam dunia modern sekarang ini. Yaitu dimana era consumer satisfaction melalui market driven malah kemudian menjelma menjadi contradictory, bila dikaitkan dengan kampanye hitam yang ‘diduga’ dengan sengaja dibiarkan berkelanjutan semacam kejadian black campaign pada Forgos detik.com tersebut diatas.

Nah, saat ini dalam kapasitas sebagai salah seorang blogger yang lumayan aktif dan memiliki beberapa situs blogs, saya sangat memahami kapasitas pesan yang dianggap secara terbatas namun mampu terbaca oleh peminat dunia “e” dari seluruh dunia. Sehingga ketika pihak kami berkeberatan atas kasus pendiaman fitnah berkelanjutan (sustainable black campaign) pada Forgos detik.com kami mempunyai hak untuk turut mengingatkan akan bahaya yang dapat ditimbulkan serta akibat/dampak dari upaya pembiaran kampanye hitam itu.

Kami telah mencoba/berupaya melakukan pendekatan dengan menempuh “hak jawab” melalui media yang sama, namun ternyata tidak berjalan. Bahkan terlihat ‘diduga’ malah dengan sengaja dibiarkan menjadi lagi untuk kedua kalinya. Maka saya menilai pendiaman Forgos detik.com yang dikelola oleh Fathia sebagai hal yang keliru besar!

Saya hanya masih besar berharap, bahwa semoga Forgos detik.com yang dikelola oleh Fathia tidak memakai cara-cara ‘kekuasaan’ dan ‘kekuatan kapital.’ Sehingga silaturahim saya sekeluarga dengan media dimana Fathia bekerja masih dapat diselamatkan. Karena dalam minggu depan sepulang dari Yogyakarta ini, saya akan melakukan kunjungan kedua kekantor detik.com untuk menyatakan nawaitu saya. Yaitu, bilamana Forgos bersama tim yang dikelola oleh Fathia mengabaikan/tidak mengindahkan keberatan kami – karena nama baik kami sekeluarga adalah intangible asset yang sangat tinggi – maka kami akan meneruskannya resmi menjadi langkah hokum. Caranya dengan melakukan: (1) upaya awal somasi; lalu bila masih tidak dihiraukan akan ditindaklanjutkan dengan (2) tuntutan pidana; serta (3) laporan polisi atas pencemaran nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan dalam Pasal 310 jo Pasal 311 KUH Pidana yang akan terus lanjut pada siding dipengadilan. Besar harapan saya bahwa hikmah kejadian Bunda Prita Mulyasari dan pencopotan Kejati Banten Dondy. K. Sudirman, sekaligus juga dapat membawa angin segar bagi bertumbuhnya alertness/kewaspadaan bagi kita semua didalam langkah kebebasan berekspresi dinegeri ini. Walau kita semua faham bahwa UU ITE sampai dengan bulan September 2010 tahun depan, karenanya sekarang ini belum mungkin sah untuk diimplementasikan dikarenakan: (1) dinyatakan dalam UU baru belaku efektif pada awal bulan Oktober 2010; (2) PP atau Peraturan Pemerintahnya belum lagi dibuat. Untuk keterangan lebih lengkap, bahwa sebuah UU yang dilahirkan dan berlaku sebagai juklak (petunjuk untuk dilaksanakan) tidak dapat diimplementasikan karena seluruh juknis (petunjuk teknis) ada dalam perumusan PP (Peraturan Pemerintah).

Sekaligus sebagai penutup tulisan saya kali ini, ingin juga saya sampaikan bahwa bilamana kita hendak mengatakan dan menyatakan suatu pendapat, seharusnya juga sekaligus mampu bersikap kesatria serta bijaksana memakai cara argumen dasar yang disertai alat bukti jelas, baik dan akurat/benar. Sehingga kedepannya dapat mampu menghindar dari tuntutan pidana Pasal 310 jo Pasal 311 KUH Pidana. Karena sejelasnya didalam pasal pidana tersebut dinyatakan: “… barang siapa…” Yang artinya dapat menjerat pribadi maupun institusi, siapapun dia tanpa terkecuali – dalam bentuk/wujud/entitas/entity/thing tertentu itu. Karena kebebasan berekspresi bukan bermakna tanpa bingkai hukum. Disukai atau tidak, disetujui atau tidak, Indonesia tetap adalah Negara Hukum yang tercantum dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 45. Sehingga walau sampai kini ‘diduga’ masih dipenuhi oleh praktek mafia peradilan, dan para pelaku penjujur keadilan dinegeri ini masih melakukan Espirit de Corps (saling melindungi pelaku kejahatan/delik pidana birokrasi dalam institusi tertentu), namun hukum harus tetap kita junjung tinggi. Fereat Mundus!

Allahu Akbar! Kita belum merdeka!
 
Last edited:
Bls: Alhamdulillah Ayah Ikang dan Bunda Marissa Masuk Senayan 2009 ini

1ProfDrMahfudMDKetuaMK2009KekasihAl.jpg


!

Terimakasih Ya Allah... Terimakasih Pak Prof Dr Mahfud MD, Ketok palu anda membuat kedua orang tua asuh kami berhasil masuk ke Senayan, walau sekalipun KPU nya pada nakal dan jahat sekali.... Terimakasih sekali lagi... Allahu Akbar!

IkangFawziSuamiMarissaHaqueGantengd.jpg
 
Bls: Jilbab pada Pilpres 2009: dari Marissa Haque untuk Zulkieflimasya

Selamat malam Jeng Bungalili..senang bisa berkumpul disini bersama sampeyan...

Terimakasih banyak sudah bergabung di ii dot com, semoga semakin betah bergabung besama kami disini.

Persoalan ini nanti akan bergeser ke Forum yang lebih tepat, yaitu di Forum Politik. Semoga pemindahan ini tidak membuat Jeng Bunga kecewa.















:terimakasih::terimakasih:
 
Bls: Jilbab pada Pilpres 2009: dari Marissa Haque untuk Zulkieflimasya

IkangFawzidanMarissaHaqueSelamanyaS.jpg


Sebagai salah seorang Muslimah Indonesia yang berjilbab (berkerudung), tentu saya akan merasa sangat berbahagia bilamana banyak perempuan Islam Indonesia lainnya yang kemudian turut berkerudung. Namun ketika kerudung kemudian menjadi ajang cemooh dan olok oleh karena salah seorang kader dari salah satu partai menengah Indonesia yang menjadi corong salah satu kandidat Capres namun kemudian arah afiliasi politiknya justru berseberangan dengan yang seharusnya dia dukung – dalam koridor etika berpolitik – maka dampak yang dihasilkan justru menjadi kontra produktif dalam image bidang keilmuan komunikasi imagology. Khususnya berdampak buruk bagi para ‘pekerja penyebar informasi kebaikan’ dan penganut sikap toleransi. Ketika hal yang sangat esensial yang sesungguhnya memiliki tempat tertinggi dimata Sang Pencipta serta melekat pada semangat identitas keislaman menjadi bernilai rendah. Ketika justru sekedar digunakan untuk tujuan jangka pendek dan kepentingan posisi duniawi oleh ‘kelompok tertentu’ semata.

Dr. Zulkieflimansyah, SE, MSc saudaraku, mantan runingmate pada saat Pilkada Banten 2006 lalu tentu sedang belajar banyak dari ‘keseleo lidah’ yang dilakukannya yang mungkin ‘diduga’ tidak sadar dilakukannya – karena kedekatan emosional pada salah satu pasangan Capres yang justru bukan di-endorse oleh partainya. Saya dapat memakluminya, karena saya pikir saya cukup mengenal pria genius dibidang ekonomi dan pemasaran lulusan Stratclyde University, Scottland dan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini dengan nilai kelulusan IPK 4 bulat seperti Presiden Dr. H. SBY kakak kelasku di IPB lalu. Dia sangat mencintai Islam serta menjadikan Islam sebagai nafas kehidupan diri, karir, serta keluarganya – tentulah terkait diluar ideologi Islam dalam konsep berkeluarga yang dianutnya! Ketika sayapun dimasa lalu pernah dianggap memilih langkah politik yang ‘salah’ karena faktor kemudaan usia berpolitik, lalu kemudian dipaksa oleh kelompok masyarakat tertentu agar “wajib” menyatakan/mengaku “kalah” dalam perjuangan – padahal situasi serta kondisi sebenarnya adalah sebaliknya. Maka apa yang terjadi pada aksi statement Dr. Zulkieflimansyah, SE, MSc saudaraku terkait jilbab yang kemudian dianggap kontra produktif oleh sebagian besar masyarakat Indonesia baik yang Islam maupun nasionalis, lalu juga dianggap sebagai sebuah ‘kecelakaan’ politik yang sebenarnya adalah proses pematangan karir politik dalam koridor memetik optimal lesson learn dari kejadian tersebut diatas. Bukan sekedar ingin membela Dr. Zulkieflimansyah karena pernah menjadi runningmate-nya semata, namun didalam berpolitik – bahkan seorang yang paling pakar dibidang keilmuan ini sekalipun – diyakini tidak ada satupun yang benar-benar paling betul 100%. Jadi depends on who’s point of view- lah! Demikian kurang dan lebihnya.

rose:
Membahas ukuran etika dalam berpolitik, sebenarnya sangat rapat dengan unsur nilai dan persepsi – dimana unsur-unsur ini berada dalam ‘in the same wave length.’ Sebagai manusia biasa, intelegensia kita terkait kompetensi yang walaupun sering kita anggap remain stabil namun sebenarnya tidak pernah berdiri diruang hampa. Seringkali kita terbuai, ketika sedang berada didalam aura zona nyaman kelompok elit politik tertentu. Sehingga seringkali pula kita lupa bahwa didalam balutan batas populasi tertentu, semua orang berlomba menuju tempat tertinggi, dimana pada posisi elitis tinggi banyak yang diduga pencapaian dilakukan dengan cara mengahalalkan semua cara (Machiavelli dalam Il Pricipe). Agak mengerikan memang bilamana menjadikannya sebagai ‘kebenaran keillahiahian’, namun diduga ‘dijual dengan harga murah’ bila dikaitkan dengan wilayah dimana populasi dimana kita tinggal dan hidup didominasi pimpinan asal sekelompok masyarakat ‘bergetah’ Indonesia yang lalu bermetamorfosa menjadi sesuatu yang sumir serta kontra produktif. Bahkan… pun, akhirnya terjadi juga pada seseorang yang dulunya saya pikir tidak mungkin kejadian (beyond my imagination), ketika seseorang dengan kompetensi bidang keislaman optimal setara Dr. Zulkieflimasyah, SE, MSc melakukannya. Namun empati serta doa saya tentunya untuk Akhi Zul – panggilan hormat saya untuk dia – karena walau bagaimanapun dia adalah salah seorang kader pemimpin negeri terbaik dari salah satu partai tengah-besar di Indonesia yang saya yakini pasti tahu pasti cara meng-overcome the problem.

Maju terus Ya Akhi Zul… dirimu adalah calon pemimpin bangsa dimasa depan! Saudara sepupumu di Sumbawa Besar sana yang seusiamu sudah menjadi Gubernur dikampung halamannya sendiri. Kalau kemarin dirimu belum menjadi Gubernur di Banten karena dugaan kecurangan sistemik persis sama dengan yang tengah terjadi didalam proses Pilpres 2009 ini, mulai dari DPT palsu, penggembosan suara, penggelembungan suara, penghitungan tabulasi palsu, intimidasi, legalisasi money politics, KPUD dalam perintah tangan rezim status-quo, dan lain sebagainya (termasuk dugaan ijazah palsu oleh salah seorang kandidat dari rezim status-quo) – dimana kita semua yakin hal tersebut terjadi secara seragam dan hampir merata diseluruh Indonesia. Sebenarnya hari ini kita tinggal menunggu Sang Ratu Adil yang sebenarnya datang untuk memimpin Indonesia, yang kini dalam kacamataku telah menajdi sebuah negeri gagal! Sebuah wilayah kenegaraan yang dipimpin oleh dominasi gaya kepemimpinan ‘masyarakat bergetah.’ Asalkan kita – meminjam kata-katamu Akhi Zul sendiri – “don’t crack under the pressures.” Insya Allah Akhi Zul, dirimu akan menjadi salah satu pilar pemegang tongkat komando menejemen kewilayahan di Indonesia dimasa depan. Mungkin menunggu usiamu seumur usiaku hari ini, agar tak perlu lagi melalui ‘slip of the tongue’ seperti ‘the head-scarf case’ semacam kemarin itu-lah! (smile)… Insya Allah, just always go for the best as usual. I trust you!

Allahu Akbar! Kita belum merdeka!
 
Last edited:
Jilbab Marissa Haque & Komentar Bijaknya pada Keseleo Lidah Zul-PKS

IkangFawzidanMarissaHaqueSelamanyaS.jpg


Sebagai salah seorang Muslimah Indonesia yang berjilbab (berkerudung), tentu saya akan merasa sangat berbahagia bilamana banyak perempuan Islam Indonesia lainnya yang kemudian turut berkerudung. Namun ketika kerudung kemudian menjadi ajang cemooh dan olok oleh karena salah seorang kader dari salah satu partai menengah Indonesia yang menjadi corong salah satu kandidat Capres namun kemudian arah afiliasi politiknya justru berseberangan dengan yang seharusnya dia dukung – dalam koridor etika berpolitik – maka dampak yang dihasilkan justru menjadi kontra produktif dalam image bidang keilmuan komunikasi imagology. Khususnya berdampak buruk bagi para ‘pekerja penyebar informasi kebaikan’ dan penganut sikap toleransi. Ketika hal yang sangat esensial yang sesungguhnya memiliki tempat tertinggi dimata Sang Pencipta serta melekat pada semangat identitas keislaman menjadi bernilai rendah. Ketika justru sekedar digunakan untuk tujuan jangka pendek dan kepentingan posisi duniawi oleh ‘kelompok tertentu’ semata.

Dr. Zulkieflimansyah, SE, MSc saudaraku, mantan runingmate pada saat Pilkada Banten 2006 lalu tentu sedang belajar banyak dari ‘keseleo lidah’ yang dilakukannya yang mungkin ‘diduga’ tidak sadar dilakukannya – karena kedekatan emosional pada salah satu pasangan Capres yang justru bukan di-endorse oleh partainya. Saya dapat memakluminya, karena saya pikir saya cukup mengenal pria genius dibidang ekonomi dan pemasaran lulusan Stratclyde University, Scottland dan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini dengan nilai kelulusan IPK 4 bulat seperti Presiden Dr. H. SBY kakak kelasku di IPB lalu. Dia sangat mencintai Islam serta menjadikan Islam sebagai nafas kehidupan diri, karir, serta keluarganya – tentulah terkait diluar ideologi Islam dalam konsep berkeluarga yang dianutnya! Ketika sayapun dimasa lalu pernah dianggap memilih langkah politik yang ‘salah’ karena faktor kemudaan usia berpolitik, lalu kemudian dipaksa oleh kelompok masyarakat tertentu agar “wajib” menyatakan/mengaku “kalah” dalam perjuangan – padahal situasi serta kondisi sebenarnya adalah sebaliknya. Maka apa yang terjadi pada aksi statement Dr. Zulkieflimansyah, SE, MSc saudaraku terkait jilbab yang kemudian dianggap kontra produktif oleh sebagian besar masyarakat Indonesia baik yang Islam maupun nasionalis, lalu juga dianggap sebagai sebuah ‘kecelakaan’ politik yang sebenarnya adalah proses pematangan karir politik dalam koridor memetik optimal lesson learn dari kejadian tersebut diatas. Bukan sekedar ingin membela Dr. Zulkieflimansyah karena pernah menjadi runningmate-nya semata, namun didalam berpolitik – bahkan seorang yang paling pakar dibidang keilmuan ini sekalipun – diyakini tidak ada satupun yang benar-benar paling betul 100%. Jadi depends on who’s point of view- lah! Demikian kurang dan lebihnya.

rose:
Membahas ukuran etika dalam berpolitik, sebenarnya sangat rapat dengan unsur nilai dan persepsi – dimana unsur-unsur ini berada dalam ‘in the same wave length.’ Sebagai manusia biasa, intelegensia kita terkait kompetensi yang walaupun sering kita anggap remain stabil namun sebenarnya tidak pernah berdiri diruang hampa. Seringkali kita terbuai, ketika sedang berada didalam aura zona nyaman kelompok elit politik tertentu. Sehingga seringkali pula kita lupa bahwa didalam balutan batas populasi tertentu, semua orang berlomba menuju tempat tertinggi, dimana pada posisi elitis tinggi banyak yang diduga pencapaian dilakukan dengan cara mengahalalkan semua cara (Machiavelli dalam Il Pricipe). Agak mengerikan memang bilamana menjadikannya sebagai ‘kebenaran keillahiahian’, namun diduga ‘dijual dengan harga murah’ bila dikaitkan dengan wilayah dimana populasi dimana kita tinggal dan hidup didominasi pimpinan asal sekelompok masyarakat ‘bergetah’ Indonesia yang lalu bermetamorfosa menjadi sesuatu yang sumir serta kontra produktif. Bahkan… pun, akhirnya terjadi juga pada seseorang yang dulunya saya pikir tidak mungkin kejadian (beyond my imagination), ketika seseorang dengan kompetensi bidang keislaman optimal setara Dr. Zulkieflimasyah, SE, MSc melakukannya. Namun empati serta doa saya tentunya untuk Akhi Zul – panggilan hormat saya untuk dia – karena walau bagaimanapun dia adalah salah seorang kader pemimpin negeri terbaik dari salah satu partai tengah-besar di Indonesia yang saya yakini pasti tahu pasti cara meng-overcome the problem.

Maju terus Ya Akhi Zul… dirimu adalah calon pemimpin bangsa dimasa depan! Saudara sepupumu di Sumbawa Besar sana yang seusiamu sudah menjadi Gubernur dikampung halamannya sendiri. Kalau kemarin dirimu belum menjadi Gubernur di Banten karena dugaan kecurangan sistemik persis sama dengan yang tengah terjadi didalam proses Pilpres 2009 ini, mulai dari DPT palsu, penggembosan suara, penggelembungan suara, penghitungan tabulasi palsu, intimidasi, legalisasi money politics, KPUD dalam perintah tangan rezim status-quo, dan lain sebagainya (termasuk dugaan ijazah palsu oleh salah seorang kandidat dari rezim status-quo) – dimana kita semua yakin hal tersebut terjadi secara seragam dan hampir merata diseluruh Indonesia. Sebenarnya hari ini kita tinggal menunggu Sang Ratu Adil yang sebenarnya datang untuk memimpin Indonesia, yang kini dalam kacamataku telah menajdi sebuah negeri gagal! Sebuah wilayah kenegaraan yang dipimpin oleh dominasi gaya kepemimpinan ‘masyarakat bergetah.’ Asalkan kita – meminjam kata-katamu Akhi Zul sendiri – “don’t crack under the pressures.” Insya Allah Akhi Zul, dirimu akan menjadi salah satu pilar pemegang tongkat komando menejemen kewilayahan di Indonesia dimasa depan. Mungkin menunggu usiamu seumur usiaku hari ini, agar tak perlu lagi melalui ‘slip of the tongue’ seperti ‘the head-scarf case’ semacam kemarin itu-lah! (smile)… Insya Allah, just always go for the best as usual. I trust you!

Allahu Akbar! Kita belum merdeka!
 
Bls: Jilbab pada Pilpres 2009: dari Marissa Haque untuk Zulkieflimasyah

SekjenPartDemokratdanMArissadariPPP.jpg


Benar kata salah seorang Sekjen dari Partai Demokrat bernama Ani Fariani adik dari pemilik LSI Denny JA, bahwa Marissa itu penting ada di Indonesia karena dia sangat peduli pada hukum dan rakyat Indonesia, tidak pernah memikirkan dirinya sendiri.

RatuAtutMatikanKPKcopy.jpg
 
Bls: Jilbab Marissa Haque & Komentar Bijaknya pada Keseleo Lidah Zul-PKS

GubernurPalsudanTololRAC.jpg


Inilah akibatnya kalo Presiden SBY kesengsem sama kecantikan seminua si Atut belaka. Gubernur palsu nan tolol yang didaptkan SBY dan JK. Atau SBY juga kecantol Atut karena dukun dari Cibaliungnya yah? Kasihan Banten, kasihan Indonesia yah?
 
Bls: Jilbab pada Pilpres 2009: dari Marissa Haque untuk Zulkieflimasyah

GubernurPalsudanTololRAC.jpg


Inilah akibatnya kalo Presiden SBY kesengsem sama kecantikan seminua si Atut belaka. Gubernur palsu nan tolol yang didaptkan SBY dan JK. Atau SBY juga kecantol Atut karena dukun dari Cibaliungnya yah? Kasihan Banten, kasihan Indonesia yah?
 
Bls: Jilbab pada Pilpres 2009: dari Marissa Haque untuk Zulkieflimasyah

SekjenPartDemokratdanMArissadariPPP.jpg


Benar kata salah seorang Sekjen dari Partai Demokrat bernama Ani Fariani adik dari pemilik LSI Denny JA, bahwa Marissa itu penting ada di Indonesia karena dia sangat peduli pada hukum dan rakyat Indonesia, tidak pernah memikirkan dirinya sendiri.

RatuAtutMatikanKPKcopy.jpg

GubernurPalsudanTololRAC.jpg


Inilah akibatnya kalo Presiden SBY kesengsem sama kecantikan seminua si Atut belaka. Gubernur palsu nan tolol yang didaptkan SBY dan JK. Atau SBY juga kecantol Atut karena dukun dari Cibaliungnya yah? Kasihan Banten, kasihan Indonesia yah?
 
Bls: Jilbab pada Pilpres 2009: dari Marissa Haque untuk Zulkieflimasyah

Kenapa ya si Atut goblog betul semua langkah korupsinya kebaca ama lawan politik dia dari PKS dan sekitarnya. Kalau dia agak pinteran dikit sajah seperti Megawati pasti ceritanya bakal beda deh.
SekjenPartDemokratdanMArissadariPPP.jpg


Benar kata salah seorang Sekjen dari Partai Demokrat bernama Ani Fariani adik dari pemilik LSI Denny JA, bahwa Marissa itu penting ada di Indonesia karena dia sangat peduli pada hukum dan rakyat Indonesia, tidak pernah memikirkan dirinya sendiri.

RatuAtutMatikanKPKcopy.jpg

GubernurPalsudanTololRAC.jpg


Inilah akibatnya kalo Presiden SBY kesengsem sama kecantikan seminua si Atut belaka. Gubernur palsu nan tolol yang didaptkan SBY dan JK. Atau SBY juga kecantol Atut karena dukun dari Cibaliungnya yah? Kasihan Banten, kasihan Indonesia yah?=b=
 
Bls: Jilbab Marissa Haque & Komentar Bijaknya pada Keseleo Lidah Zul-PKS

GubernurPalsudanTololRAC.jpg


Inilah akibatnya kalo Presiden SBY kesengsem sama kecantikan seminua si Atut belaka. Gubernur palsu nan tolol yang didaptkan SBY dan JK. Atau SBY juga kecantol Atut karena dukun dari Cibaliungnya yah? Kasihan Banten, kasihan Indonesia yah?
[<:)
 
Bls: Jilbab pada Pilpres 2009: dari Marissa Haque untuk Zulkieflimasyah

2009-07-1223-32-25_0229.jpg


Orang Presiden SBY terkorup sepanjang masa adalah Ketua KPU 2009 yang harus diseret kepenjara!!!!:finger:
 
Bls: Jilbab pada Pilpres 2009: dari Marissa Haque untuk Zulkieflimasyah

busyett.. pembunuhan karakter seseorang...
 
Back
Top