Limbab Makanan Berbuka Ancam Duba Selama Ramadhan, volume sampah makanan naik sekitar 20 persen

Dewa

New member
DUBAI—Ratusan tenaga kerja asing tengah menanti jamaah Masjid Hassan Fatima yang datang untuk berbuka. Mereka mengawasi meja berisikan buah- buahan, pakaran, dan biryani yang akan menjadi menu berbuka puasa.
Didekatnya, salah seorang rekan mereka tengah basah kuyup kerepotan mengaduk-aduk nasi, sayur, dan daging yang tengah direbus dalam kuali besar. Mereka, dalam hati, tengah menghitung mundur detik-detik waktu berbuka.
Ya, itulah keseharian aktivitas masjid yang terletak di pusat kota, hanya beberapa meter dari sungai yang membelah Dubai. Setiap harinya, Masjid Hassan Fatima menyedikan menu berbuka puasa bagi 1.500-1.800 fakir miskin.
Dengan jumlah fakir miskin yang semakin besar, konsekuensi dan aktivitas itu adalah limbah sisa-sisa makanan. Nyatanya, konsekuensi benar terjadi. Makanan dan minuman yang disediakan mungkin saja ludes, namun menyisakan sampah sisa-sisa masakan yang harus dibuang. Kondisi itu tidak terlepas dan jamaah yang datang tidak hanya fakir miskin, tetapi juga pekerja migran dengan bayaran kecil, yakni 1.000 dirham (272 dolar AS) per bulan. Gambaran nyata itu jelas kontras dengan predikat Dubai, sebagai pusat bisnis komersial kawasan Timur Tengah.
“Kami hampir tidak memiliki limbah apa pun. Kami memberikan semua makanan dan minuman kepada mereka,” sanggah Nour Muhammad, koordinator relawan.
Sejumlah pengelola hotel di Dubai mengatakan, banyak makanan sisa yang dibuang langsung ke tempat sampah. Jumlah sampah yang terbuang menyumbang 20 persen dan total sampah di Dubai. Diperkirakan sekitar 1.850 ton makanan selama tahun 2010 mengisi tempat penampungan sampah di Dubai.
harian nasional berbasis di Abu Dhabi mengungkapkan, setidaknya 500 ton makanan dibuang selama Ramadhan tahun lalu. “Semua sisa makanan langsung dibuang,” kata Nazir, salah seorang pelayan hotel berbintang lima di Dubai.
Terkontrol Ahli makanan Hotel JW Marriott dan Hilton di Dubai mengatakan, mereka tidak sembarang membuang makanan kendati menyiapkannya lebih banyak 15 persen saat Ramadhan.
“Kami memiliki sistem kontrol yang membantu kita menghindari kelebi hari,” kata Simon Lazarus, direktur senior yang menangani makanan dan minuman, jaringan Hotel Hilton untuk kawasan Timur Tengah dan Afrika. Lazarus mengatakan, sekalipun ada sisa makanan, pihaknya tidak pernah membuangnya, sebab mereka akan mendaur ulang makanan itu untuk diberikan kepada karyawan mereka.
Banyaknya limbah makanan selama Ramadhan mengetuk keprihatinan di kalangan ulama. Menurut ulama, membuang-buang makanan bertentangan dengan semangat puasa.
“Membuang-buang berkah yang diberikan Allah sungguh ironis, apalagi bila melihat saudara-.saudara kita di Ethiopia yang tengah kelaparan,” kata çendekiawan Muslim, Syekh Muddasir Siddiqui. Menurut Muddasih manusia yang membuang sia-sia berkah dari Allah merupkan saudara setan. “Hotel harus mengkaji kembali jumlah makanan yang mereka sediakan. Persoalan ini tidak mnyangkut masalah citra sebuah hotel berbintang, tapi perlu ada kepekaan sosial apalagi masih banyak saudara kita yang kurang beruntung,” kata Muddasir.
Organisasi pengumpul sisa-sisa makanan, Hefth al-Ne’ma, merupakan pihak yang paling sibuk selama Ramadhan. Organisasi ini telah mengumpulkan sisa-sisa makanan.


Sumber : republika
 
Back
Top