Menghidupkan 10 Malam Terakhir Syahruddin EI-Fikri

Dewa

New member
Tak terasa, malam nanti kita akan memasuki hari ke-20 bulan Ramadhan. Artinya, kita akan mulai memasuki sepertiga malam terkhir bulan Ramadhan. Rasul SAW bersabda, “Bulan Ramadhan adalah bulan yang permulaannya rahmat (awwaluhn rahmah), pertengahannya ampunan (wa awsathuhu maghfirah,i. dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka (wa akhfi-uhu itqun mm an-nar,).” (HR Ibnu Khuzaimah).
Berdasarkan hadis di atas, sekarang ini adalah momentum yang tepat untuk membanyak ampunan dari Allah SWT agar terbebas dari siksa dan azab api neraka. Dalam Alquran, Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, pelihara lah dirimu dan keluargamu dari api nenaka, yang bahan bakarnya adalah manusia dari batu, penjaganya malaikat malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan Allah kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintah
kan-Nya.” (QS At-Tahrim [66]: 6).
“Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan baru, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (QS Al-Baqarah [21: 24). “Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.” (QS Ali lmran[31: 131).
Berkenaan dengan hal itu, Rasulullah SAW mengatarkan kepada umatnya, agar memanfaatkan momentum 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan untuk memperbanyak ibadah kepada Allah SWT. Dan, salah satu ibadah yang paling ditekankan adalah iktikaf.
Iktikaf dalam bahasa adalah berdiam diri atau menahan diri di suatu tempat, tanpa memisahkan diri, Sedangkan dalam istilah syar ‘i, iktikaf berarti berdiam diri di masjid untuk beribadah kepada Allah SWT dengan cara tertentu, sebagaimana telah diatur oleh syariat. Iktikaf merupakan salah satu perbuatan yang dikerjakan Rasulullah SAW, seperti yang diceritakan oleh Aisyah RA, “Sesungguhnya Nabi SAW selalu iktikaf pada 10 hari terakhir dan bulan Ramadhan sampai meninggal dunia, kemudian istri-istri beliau beriktikaf sesudah beliau.” (Muttafaqun alaih). Hadis di atas, secara tegas menjelaskan bahwa memasuki 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan, Rasulullah SAW senantiasa memperbanyak ibadah dan melakukan iktikaf di masjid. Hal itu terus menerus dilakukan hingga wafatnya. Dan, kebiasaan iktikaf itu juga dilakukan oleh istri-istri Rasul.
Iktikaf tentunya bukan sekadar berdiam di dalam masjid. Iktikaf adalah satu upaya yang dilakukan untuk memperbanyak ibadah. Misalnya, berzikir, membaca Alquran, tasbih, istighfan shalawat, takbir, tahniid, tahlil, dan berbagai kegiatan positiflainnya. Itulah perbuatan yang terbaik dalam mengisi malam malam kemuliaan pada bulan Ramadhan. Jadi, bukan hanya semata-mata berdiam. diri, tanpa ada aktivitas apa pun.
“Rasulullah SAW sangat bensungguh sungguh pada 10 hari terakhir dan bulan Ramadhan, melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR Muslim).
Aisyah RAjuga mengatakan, “Apabila Nabi SAW memasuki 10 hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengenenangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dan berjima), menghidupkan malam-malam tersebut, dan membangunkan keluarganya.” (HR Bukhani dan Muslim).
Rasulullah SAW telah memberikan suri teladan bagi umat Islam di seluruh dunia. (QSA1-Ahzab [33]: 21). Ketika memasuki 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan, beliau makin memperbanyak ibadah, dan menjauhi urusan keduniawian.
Bagi kita saat ini, ketika memasuki 10 hari terakhir, kita bukan mengisi kegiatan di masjid, sebaliknya malah disibukkan dengan pergi ke pusat pemelanjaan atau mal-mal untuk persiapan mudik. Ketika Rasul banyak membaca Alquran saat menjelang akhir Ramadhan, kita justru banyak menghitung rencana anggaran untuk Lebaran. Tentu, kita semua tidak ingin, Ramadhan ini akan berlalu begitu saja, tanpa ada kegiatan bermanfaat apa pun. Tentu, kita tidak ingin tahun ini menjadi Ramadhan terakhir. Namun, andai ini memang Ramadhan terakhir bagi kita, kinilah saatnya untuk memaksimalkan diri untuk memperbanyak ibadah kepada Allah. Wallahu a ‘lam.


Sumber : republika
 
Back
Top