Re: [UPDATE] - MISTERI PEMBUNUHAN ANGELINE
Melacak Naomi, wanita diduga bawa kabur uang sumbangan Angeline
Keberadaan Naomi Werdisastro, wanita berambut cepak yang mengaku sebagai tim reaksi cepat (TRC) Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) hingga kini masih misteri. Dia diduga membawa kabur uang sumbangan dari masyarakat untuk keluarga Angeline (Engeline) senilai Rp 30 juta, dan tiga karung berisi boneka.
Orangtua kandung Angeline, Hamidah menceritakan soal penggalangan dana ini kepada Siti Sapurah, pendamping Hukum Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A) Kota Denpasar.
"Informasinya ada sekitar Rp 30 jutaan rupiah," kata Siti Sapurah baru-baru ini.
Awalnya Naomi menawarkan bantuan kemanusiaan untuk Hamidah beserta suaminya. Bentuk bantuan wanita yang mengaku bekerja di bawah perintah Komnas PA ini adalah penggalangan dana untuk meringankan beban keluarga Angeline.
Posko penggalangan dana berada di rumah orangtua angkat Angeline, Jalan Sedap Malam Nomor 26, Sanur, Denpasar, Bali.
Naomi menjanjikan akan menyerahkan uang kepada Hamidah pada tanggal 23 Juli 2015, bertepatan dengan peringatan Hari Anak Nasional. Tetapi saat tiba harinya, uang yang dijanjikan tidak juga diberikan.
Bahkan saat dihubungi Hamidah, Naomi beralasan boneka-boneka sudah disumbangkan ke panti asuhan di Bali. Mengetahui kenyataan seperti ini, Hamidah berusaha menerima kenyataan. Tetapi ketika ditanya soal uang hasil sumbangan, Naomi tidak menjawab dan malah mengungkit kasus terbakarnya kantor Komnas PA, Sabtu (26/6).
"Jangankan uang yang saya serahkan, kantor saya di Jakarta saja terbakar," cerita Hamidah berdasarkan pengakuan Siti Sapurah.
Rencananya, Hamidah akan menggunakan dana sumbangan tersebut untuk keperluan memperingati 40 hari dan 100 hari kematian Angeline.
Dikonfirmasi terkait hilangnya uang sumbangan untuk keluarga Angeline, Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait mengaku tidak tahu, termasuk penggagas donasi kemanusiaan ini.
"Jujur saya tak pernah tahu soal itu. Bahkan tak pernah mau ikut campur soal adanya pengumpulan dana yang ditempatkan di rumah adik kita Angeline," kata Arist, Rabu (5/8).
Dia membantah Komnas PA membuka penggalangan dana untuk keluarga Angeline. Menurutnya, dari awal pihaknya tidak pernah ada acara donasi dalam bentuk apapun.
"Saya tidak tahu, dan itu benar kami tidak melakukan penggalangan dana seperti yang disebutkan mencapai Rp 30 juta rupiah. Dari awal kami tidak pernah melakukan penggalangan dana untuk kasus ini. Kami akan cari tahu cerita ini," ucap Arist saat itu.
Berbekal nomor handphone, Hamidah berulang kali meminta konfirmasi kepada wanita yang pernah dia temui berpenampilan ala militer tersebut. Hingga menjelang 100 hari meninggalnya Angeline, Hamidah tak patah arang.
Saat dihubungi wartawan, Hamidah menceritakan sendiri bahwa dirinya pernah menanyakan uang hasil sumbangan Rp 30 juta, tetapi Naomi malah menyarankan untuk meminta lagi sumbangan lagi kepada masyarakat.
"Saya waktu itu menghubungi dia kalau boleh meminta uang itu untuk dipakai 100 harinya anak saya. Tetapi jawabanya begini, apa mau minta sumbangan lagi, coba minta ke warga. ya tentu saya tidak mau, apaan itu," jelasnya.
Kini, Hamidah mengaku ikhlas. Dia tidak akan mengejar dan mempersoalkan lagi bantuan yang dijanjikan Naomi.
"Saya anggap sudah tidak ada, tidak usah diperpanjang lagi. Untuk 100 hari Angeline sudah ada sumbangan dari warga," kata Hamidah, Senin (10/8).
Hamidah sudah berulang kali menghubungi dua nomor handphone milik Naomi, namun tidak aktif.
Ibu tiga anak ini mengaku sudah dibantu warga untuk memperingati 100 hari meninggalnya Angeline yang jatuh pada 25 Agustus 2015.
"Saya sudah dibantu oleh warga, kami ikhlas kok. Itu juga bukan hak saya," terang Hamidah.
~detik