Movie In My Opinion

aku tinggal di suatu tempat di maluku utara dan belum ada bioskopnya. terakhir aku nonton MIB 3 di 21 manado. duh, jadi rindu ama bau popcorn dan bau karpet bioskop nih!
 
aku tinggal di suatu tempat di maluku utara dan belum ada bioskopnya. terakhir aku nonton MIB 3 di 21 manado. duh, jadi rindu ama bau popcorn dan bau karpet bioskop nih!
wah jauh ya.... tapi masih bersyukur bisa ikutin perkembangan film terbaru dari internet kan :D
Film SUpermam tuh yang terbaru, judulnya sih beda tia lupa apa yah
 
judulx man of steel, sebenarnya ada langgananku untuk drop film2 terbaru, tapi ukurannya itu lho, transformer 3 aja sampe 11 giga! sampe aku buat salinanx di dvd, sayang ama harddiskku
 
judulx man of steel, sebenarnya ada langgananku untuk drop film2 terbaru, tapi ukurannya itu lho, transformer 3 aja sampe 11 giga! sampe aku buat salinanx di dvd, sayang ama harddiskku
alamak? 11 giga??? perasaan filmku aja ga sampe 3 giga -.-
 
gimana ga besar, semua filmnya BRRIP. trilogi LOTR sampe 42 giga! tapi itu semua terbayar dengan gambar dan suara yang jernih
 
gimana ga besar, semua filmnya BRRIP. trilogi LOTR sampe 42 giga! tapi itu semua terbayar dengan gambar dan suara yang jernih
hahaha ga jadi marahin si penjualnya dah hahaha
kalo gambar dan suara jelek pasti dimarahin abis-abisan
 
MV5BMTgxODQyNTY0MV5BMl5BanBnXkFtZTcwMjMwMjU0Nw@@._V1_SY317_CR0,0,214,317_.jpg

Sutradara : Gareth Evans
Pemain : Iko Uwais, Donny Alamsyah, Ray Sahetapi, Yayan Ruhiyan, Joe Taslim
Rating : Dewasa
Rilis : 13 April 2012 (USA)

Ekspetasi yang tinggi begitu melekat pada film ini jauh sebelum ditonton. Katanya ini adalah film action terbaik yang pernah dibuat oleh perfileman Indonesia, begitulah ekspetasi yang disematkan film ini. Shisio tidak begitu antusias untuk menonton film ini toh, Shisio cukup puas dengan Merantau yang mengingatkan Shisio akan Ong Bak yang mengangkat nama Toni Jaa. Akhirnya ada juga yang berbaik hati memberikan The Raid di HD milikku, dan akhirnya dengan penuh kepercayaan diri yang tinggi kunonton juga film ini.

Efek selama menonton film ini adalah : mata terbelalak, mulut menganga, jantung berdetak kencang, memaki sembarangan,lupa bernapas, lupa makan snack yang ada di pinggir laptop, dan memutar ulang film ini kembali!!

Gila!!! Film apa ini??!!! KEREN BANGET!!!!

Pantaslah film ini dianggap sebagai salah satu film action terbaik yang ada, bahkan Silvester Stallone pernah mengatakan bahwa film ini adalah saingan dari film garapannya, The Expendables!
Penggunaan pencak silat oleh Gareth Evans memang patut diancungi jempol karena berhasil memaksimalkan martial art dari Indonesia ini begitu elegan. Kalau di Merantau, Gareth seakan memperkenalkan bagaimana dan apa itu Silat ke dunia internasional, sedangkan di The Raid Silat tanpa ba bi bu lagi langsung merangsek sebagai salah satu ilmu bela diri yang patut diperhitungkan

Isi cerita The Raid tidak usah lagi ditulis disini, toh semuanya sudah pada tau.
Iko Uwais, Yayan Ruhian, Joe Taslim dengan gagahnya menampilkan ilmu beladiri yang mereka miliki sehingga membuat film ini layak menjadi masternya film action. Adegan action yang ada berhasil membuat menahan napas yang menontonnya, lengkap dengan sabetan pisau dan darah yang muncrat sana-sini. Ada satu hal yang disadari oleh Shisio ketika menonton film ini, yaitu tidak digunakannya teknik slow motion dalam adegan perkelahian, ~berbeda dengan Ong Bak, yang kental dengan teknik slow motion dalam beberapa adegan perkelahian~. Justru hal ini menjadi kelebihan karena adegannya menjadi tidak berlebihan dan bertele-tele. Ketika kau melihat orang dilempar ke sana-kemari, terbentur dengan kursi, tembok, dan lainnya dan mereka meringis kesakitan, percayalah bahwa ada sebagian yang benar-benar nyata! Ketika Shisio membaca di bagian credit title, total ada 14 tenaga paramedic yang disediakan di film ini! 90% adegan di film ini adalah aksi, selebihnya adalah drama yang berfungsi sebagai “nafas buatan” bagi mereka yang shock dengan adegan aksinya yang brutal. Para pemuja film action di seluruh dunia seakan mendewakan film ini sebagai film action paling keren pada abad ini, tidak percaya, cari di google tentang review film ini dan kau akan mendapati banyak pujian pada film ini.
Sang sutradara berhasil menjalankan misinya dengan sukses. Kenapa sukses? Ya, karena ia berhasil membuat penontonnya duduk betah dan memandang layar tanpa berkedip sekalipun. Sukses buat kamu, Gareth!!

Film yang Shisio nonton ini adalah The Raid : Redemption, yang berarti adalah rilisan untuk internasional yang skore musiknya dikerjakan oleh Mike Shinoda. Mungkin hal ini agak disesali oleh Shisio karena ingin mendengar skor music yang dibuat oleh Aria Prayogi dan Fajar Yuskemal yang katanya sangat keren dan pas dalam mengiringi film ini. Oh, ya, ada tambahan subtitle korea lagi!!! Wkwkwkw!

Apakah film ini ada kekurangannya? Ada dong!! Yuk kita lihat satu-satu!
1. Banyak orang yang menganggap bahwa porsi drama di film ini tidaklah kuat dan terkesan dipaksakan, tapi ga apa-apalah karena tanpa hal ini maka ini akan menjadi film aksi yang kosong dan tanpa isi.
2. Semuanya hebat dalam adegan perkelahian, tapi ketika mereka acting, apa semua bisa? Tidak, bahkan bisa dibilang agak kedodoran. Satu-satunya yang berakting bagus dan benar hanyalah Ray Sahetapi sebagai boss besar para penjahat, bahkan Pierre Gruno seakan tenggelam oleh kehebatan Ray ketika mereka berdua beradu acting.
3. Percakapan antar para karakter sangatlah kaku dan terkesan seperti diterjemahkan pake google translate ke bahasa Indonesia. Terang saja, yang nulis naskahnya Garreth sendiri kok. Sampe sekarang masih terngiang di telinga perkataan Joe Taslim, “Apakah itu perlu?”. Penekanan nadanya seperti siswa SMP bermain drama di sekolahnya. Bahkan menurutku mungkin Cuma Joe aja yang menghafal naskahnya tepat seperti yang tertulis di naskah film yang disodorkan padanya, dan bahkan kedengaran agak bodoh karena memakai EYD yang sempurna. Malah lebih baik Alfridus Godfred yang lengkap dengan logat timurnya~lebih tepatnya logat papua~ (yang sempat membuat Shisiotertawa).
4. Percakapan antara para karakter sering kali tidak terdengar dengan jelas. Beruntunglah mereka yang tinggal di luar negeri karena mereka terbantu dengan adanya subtitle yang ada. Yang paling mengganggu adalah ketika mereka diberondong oleh peluru, sehingga percakapan tidak terdengar dengan jelas~mungkin aja Garreth sengaja berbuat seperti itu, toh di situasi seperti itu kita mungkin akan panic dan teriak-teriak ga jelas kepada teman di samping kita~.

Adalah lebih baik untuk membiarkan film ini apa adanya karena Hollywood sudah membeli haknya untuk di-remake, dan Garreth akan duduk sebagai produser bukan sutradara. Kita lihat saja, mudah-mudahan film ini tidak dihancurkan sedemikian parahnya~sambil berpikir apakah actor-aktor Hollywood mampu beradegan aksi secara intens seperti para original castnya~.

Daripada memikirkan itu, kita nantikan saja lanjutannya di The Raid : Berandal.

(yang menulis ini sambil mendengarkan album Dum Spiro Spero milik Dir En Grey dan berharap Mad Dog menjadi pengawal pribadi Shisio)
 
hahahaha ternyata Film The Raid... iya bener tuh den, Dialognya agak kaku kalau menurut tia juga, jujur tia blm nonton ampe abis, baru liat Trailernya tapi dah kelihatan kerennya kya apa..tia juga berharap pas di garap Hollywood ga akan dihancurkan kaya Dragonball >.<

itu kan Film PB ala Indonesia Booooo!!! hahahaha
 
MV5BMTgxODQyNTY0MV5BMl5BanBnXkFtZTcwMjMwMjU0Nw@@._V1_SY317_CR0,0,214,317_.jpg

Sutradara : Gareth Evans
Pemain : Iko Uwais, Donny Alamsyah, Ray Sahetapi, Yayan Ruhiyan, Joe Taslim
Rating : Dewasa
Rilis : 13 April 2012 (USA)

Ekspetasi yang tinggi begitu melekat pada film ini jauh sebelum ditonton. Katanya ini adalah film action terbaik yang pernah dibuat oleh perfileman Indonesia, begitulah ekspetasi yang disematkan film ini. Shisio tidak begitu antusias untuk menonton film ini toh, Shisio cukup puas dengan Merantau yang mengingatkan Shisio akan Ong Bak yang mengangkat nama Toni Jaa. Akhirnya ada juga yang berbaik hati memberikan The Raid di HD milikku, dan akhirnya dengan penuh kepercayaan diri yang tinggi kunonton juga film ini.

Efek selama menonton film ini adalah : mata terbelalak, mulut menganga, jantung berdetak kencang, memaki sembarangan,lupa bernapas, lupa makan snack yang ada di pinggir laptop, dan memutar ulang film ini kembali!!

Gila!!! Film apa ini??!!! KEREN BANGET!!!!

Pantaslah film ini dianggap sebagai salah satu film action terbaik yang ada, bahkan Silvester Stallone pernah mengatakan bahwa film ini adalah saingan dari film garapannya, The Expendables!
Penggunaan pencak silat oleh Gareth Evans memang patut diancungi jempol karena berhasil memaksimalkan martial art dari Indonesia ini begitu elegan. Kalau di Merantau, Gareth seakan memperkenalkan bagaimana dan apa itu Silat ke dunia internasional, sedangkan di The Raid Silat tanpa ba bi bu lagi langsung merangsek sebagai salah satu ilmu bela diri yang patut diperhitungkan

Isi cerita The Raid tidak usah lagi ditulis disini, toh semuanya sudah pada tau.
Iko Uwais, Yayan Ruhian, Joe Taslim dengan gagahnya menampilkan ilmu beladiri yang mereka miliki sehingga membuat film ini layak menjadi masternya film action. Adegan action yang ada berhasil membuat menahan napas yang menontonnya, lengkap dengan sabetan pisau dan darah yang muncrat sana-sini. Ada satu hal yang disadari oleh Shisio ketika menonton film ini, yaitu tidak digunakannya teknik slow motion dalam adegan perkelahian, ~berbeda dengan Ong Bak, yang kental dengan teknik slow motion dalam beberapa adegan perkelahian~. Justru hal ini menjadi kelebihan karena adegannya menjadi tidak berlebihan dan bertele-tele. Ketika kau melihat orang dilempar ke sana-kemari, terbentur dengan kursi, tembok, dan lainnya dan mereka meringis kesakitan, percayalah bahwa ada sebagian yang benar-benar nyata! Ketika Shisio membaca di bagian credit title, total ada 14 tenaga paramedic yang disediakan di film ini! 90% adegan di film ini adalah aksi, selebihnya adalah drama yang berfungsi sebagai “nafas buatan” bagi mereka yang shock dengan adegan aksinya yang brutal. Para pemuja film action di seluruh dunia seakan mendewakan film ini sebagai film action paling keren pada abad ini, tidak percaya, cari di google tentang review film ini dan kau akan mendapati banyak pujian pada film ini.
Sang sutradara berhasil menjalankan misinya dengan sukses. Kenapa sukses? Ya, karena ia berhasil membuat penontonnya duduk betah dan memandang layar tanpa berkedip sekalipun. Sukses buat kamu, Gareth!!

Film yang Shisio nonton ini adalah The Raid : Redemption, yang berarti adalah rilisan untuk internasional yang skore musiknya dikerjakan oleh Mike Shinoda. Mungkin hal ini agak disesali oleh Shisio karena ingin mendengar skor music yang dibuat oleh Aria Prayogi dan Fajar Yuskemal yang katanya sangat keren dan pas dalam mengiringi film ini. Oh, ya, ada tambahan subtitle korea lagi!!! Wkwkwkw!

Apakah film ini ada kekurangannya? Ada dong!! Yuk kita lihat satu-satu!
1. Banyak orang yang menganggap bahwa porsi drama di film ini tidaklah kuat dan terkesan dipaksakan, tapi ga apa-apalah karena tanpa hal ini maka ini akan menjadi film aksi yang kosong dan tanpa isi.
2. Semuanya hebat dalam adegan perkelahian, tapi ketika mereka acting, apa semua bisa? Tidak, bahkan bisa dibilang agak kedodoran. Satu-satunya yang berakting bagus dan benar hanyalah Ray Sahetapi sebagai boss besar para penjahat, bahkan Pierre Gruno seakan tenggelam oleh kehebatan Ray ketika mereka berdua beradu acting.
3. Percakapan antar para karakter sangatlah kaku dan terkesan seperti diterjemahkan pake google translate ke bahasa Indonesia. Terang saja, yang nulis naskahnya Garreth sendiri kok. Sampe sekarang masih terngiang di telinga perkataan Joe Taslim, “Apakah itu perlu?”. Penekanan nadanya seperti siswa SMP bermain drama di sekolahnya. Bahkan menurutku mungkin Cuma Joe aja yang menghafal naskahnya tepat seperti yang tertulis di naskah film yang disodorkan padanya, dan bahkan kedengaran agak bodoh karena memakai EYD yang sempurna. Malah lebih baik Alfridus Godfred yang lengkap dengan logat timurnya~lebih tepatnya logat papua~ (yang sempat membuat Shisiotertawa).
4. Percakapan antara para karakter sering kali tidak terdengar dengan jelas. Beruntunglah mereka yang tinggal di luar negeri karena mereka terbantu dengan adanya subtitle yang ada. Yang paling mengganggu adalah ketika mereka diberondong oleh peluru, sehingga percakapan tidak terdengar dengan jelas~mungkin aja Garreth sengaja berbuat seperti itu, toh di situasi seperti itu kita mungkin akan panic dan teriak-teriak ga jelas kepada teman di samping kita~.

Adalah lebih baik untuk membiarkan film ini apa adanya karena Hollywood sudah membeli haknya untuk di-remake, dan Garreth akan duduk sebagai produser bukan sutradara. Kita lihat saja, mudah-mudahan film ini tidak dihancurkan sedemikian parahnya~sambil berpikir apakah actor-aktor Hollywood mampu beradegan aksi secara intens seperti para original castnya~.

Daripada memikirkan itu, kita nantikan saja lanjutannya di The Raid : Berandal.

(yang menulis ini sambil mendengarkan album Dum Spiro Spero milik Dir En Grey dan berharap Mad Dog menjadi pengawal pribadi Shisio)
 
oke, aku mau komen tentang drama korea Faith @ The Great Doctor...

bah!! ending macam apa noh?? kok ngayal banget bs pulang pergi dari masa depan ke masa lalu???? lol... gak bangetttt!!!!!!!
 
oke, aku mau komen tentang drama korea Faith @ The Great Doctor...

bah!! ending macam apa noh?? kok ngayal banget bs pulang pergi dari masa depan ke masa lalu???? lol... gak bangetttt!!!!!!!
oh aku jga nonton ampe abis!! itu cerita gantung banget... endingnya ga banget non kalin >.< geciwaaaaaa!!!!
 
Back
Top