Mungkin berita ini subyektif, tapi aku berani menjamin demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya, berita ini lebih jernih dan tidak ada rekayasa politik atau kebencian sefihak.
Kisah Heroik Para Ahmadi di Cikeusik
Ferdiaz, solidaritas berani mati melindungi bacokan yang menimpa sahabatnya
Cikeusik, 6 Pebruari 2011 beberapa saudara-saudara ruhani kami pergi ke sana untuk mempertahankan rumah missi milik Jemaat Muslim Ahmadiyah karena beberapa hari sebelumnya sudah ada ancaman massa yang akan menyerang. Penyerangan sudah diprediksikan 99% akan terjadi. Namun mereka sudah siap mental apapun yang terjadi.
Sebelumnya, Mln. Ismail Suparman dan keluarga dipanggil pihak kepolisian untuk meminta perlindungan karena sudah mengetahui akan adanya penyerangan. Jadi tidak berdasar, jika dikatakan bahwa kedatangan para Ahmadi yang akan mempertahankan rumah missi itu yang memprovokasi massa untuk datang menyerbu. Massa berjumlah ribuan tidak bisa dikumpulkan dalam waktu singkat.
Para Ahmadi memahami sabda yang Mulia Rasulullah saw bahwa mempertahankan harta benda dan jiwa raga adalah merupakan salah satu bagian Jihad yang hadiahnya adalah tunai, yaitu Surga.
Para pemuda Ahmadi telah Sampai di lokasi, 07.00 WIB. Awalnya, mereka bersantai, bercanda dan berfoto bersama. Datanglah sarapan pagi, langsung saja disambut dengan gembira.
Dalam keadaan santai itu, mereka dikejutkan dengan kedatangan aparat kepolisian yang jumlahnya cukup banyak. Itu terjadi pukul sembilan atau setengah sepuluh pagi. Anehnya, para polisi yang tadinya terlihat banyak, raib entah kemana. Mereka hanya sedikit bersisa.
Pukul sepuluh pagi, massa yang sangat banyak itu tiba-tiba menyerobot sisa aparat yang jumlahnya tidak seberapa. Tiba-tiba mereka menyerang! Tidak ada mediasi terlebih dahulu! Seakan-akan mereka tidak punya mulut untuk berbicara.
Senjata tajam diacung-acungkan untuk menakut-nakuti para Ahmadi. Ternyata hal itu tidak berpengaruh sama sekali. Menyusul batu yang menghujani para Ahmadi. Mereka menangkis dengan alat-alat seadanya. Bahkan para pemuda Ahmadi berusaha menghalau penyerang dengan bambu-bambu yang berasal dari atap yang sudah dirusak massa.
Mereka terus menyerang dengan ganas….! seakan-akan para Ahmadi itu binatang buruan yang harus mati saat itu juga.
Tangan pak Deden Sujana hampir putus separuhnya karena sabetan parang massa. Pahanya pun terkena sabetan parang. Kontan Deden rebah ke tanah. Meski dirinya terjatuh, para penyerang dengan wajah beringas, mengayunkan bacokan-bacokan parang dan terus berusaha keras menusuk Deden. Ferdias yang melihat hal itu, ia melindungi Deden dengan ditelungkupi. Diaz membisikkan kata kata lirih kepada Deden yang sedang dipeluknya di tanah, “Doa saja pak Deden”. Diaz pasrah, ia mengaduh menerima bacokan sebanyak 40 kali akibatnya ia harus dijahit sebanyak 45 jahitan di punggungnya. Beruntung Ferdiaz masih selamat walaupun batu-batu besar juga selalu diarahkan ke kepalanya yang memakai helm. Ia pun mengalami gegar otak ringan.
Beberapa Ahmadi dihajar dan terdengar rintihan yang menyayat hati. Karena banyaknya massa, para Ahmadi selangkah-demi selangkah mundur dengan tetap mempertahankan diri. Rumah missi yang targetnya dipertahankan, kini hancur lebur. Tidak hanya itu, Dua mobil habis dibakar. Satu motor diseret layaknya sampah dan kemudian dibakar.
Beberapa pemuda Ahmadi bisa meloloskan diri dan beberapa lagi dibantai habis layaknya binatang. Anggota yang tidak melawan pun terus diserang hingga syahid!
Para Ahmadi yang sudah terkulai lemah, batu-batu terus dirajamkan kepadanya. Tidak hanya itu, pukulan kayu terus diarahkan massa tanpa ada belas kasihan. Massa yang melihat itu bahkan bertepuk tangan & bersorak sorai. Terlihat seorang Ahmadi sudah syahid namun, masih merasa belum puas, Kepala dan badan Syuhada itu terus dipukuli dengan tongkat dan dirajam dengan batu hingga bersuara.
Makam Syuhada di Gondrong-Kenanga, Tangerang. Kiri: Makam Syuhada Roni (Ahmadi Jakarta Utara) & Kanan: Makam Syuhada Tubagus Chandra Mubarak
Makam Syuhada di Gondrong-Kenanga, Tangerang. Kiri: Makam Syuhada Roni (Ahmadi Jakarta Utara) & Kanan: Makam Syuhada Tubagus Chandra Mubarak
Setelah tiga Ahmadi syahid ditempat, Massa masih belum terpuaskan dahaga akan darah. Para penyerang menghentikan aksi brutalnya setlah beberapa polisi datang & menyelamatkan korban ke Puskesmas.
Massa terus menyisir para Ahmadi yang sempat meloloskan diri. Dari satu rumah persembunyian, Yudi melihat dengan mata kepala sendiri bahwa orang-orang yang telah menyerang dirinya, Sambil pulang, massa sempat bersalaman dengan polisi yg ada disana sambil tersenyum-senyum.
Selasa 8/2/2011 pukul 07.00 WIB dua syuhada diberangkatkan ke Gondrong-Kenanga untuk disemayamkan. Tubagus Chandra Mubarak & Roni kini tenang bersemayam di bumi Tangerang. Kedua syuhada itu di antar kepergiannya oleh 1500-an Ahmadi yang cinta sekaligus bangga kepada mereka.
Satu syuhada lagi, Warsono telah dibawa ke Cirebon untuk disemayamkan.
Rabu, 9/2/2011, Deden Sujana yang kini berada di RS Pertamina, ia terlihat kuat, tenang, tdk tampak Depresi, masih bisa tersenyum, dan tentu saja ada raut sedih di mukanya.
“saya kok dianggap provokator oleh Polisi kami ke Cikeusik justeru mau mengurusi Muballigh ahmadiyah yg ada ditahan & menjaga mesjid serta aset-aset jemaat. kami tdak menyangka akan ada penyerangan itu, kami tdk bawa apa-apa & tidak menyiapkan apa-apa”, ungkap Deden kepada Guntur Romli.
“Masa sih kami menantang dan memprovokasi? Dari sisi jumlah saja kami sudah kalah. Ketika saya sedang ngobrol dgn Kapolsek, kami diserang. Karena tiba-tiba diserang, kami melindungi diri dgn melawan, tidak ada tantangan & provokasi,” tambah Deden.
Selamat jalan wahai para pejuang agama. Darahmu akan mengharumkan negeri; Mempercepat kesuksesan bagi Islam, dan segera membawa petaka bagi para kaum penganiaya.
[peristiwa ini didapat dari para Saksi, akan terus berkembang sesuai fakta]
Sumber : abunaweed.blogspot.com