aku mengingatmu Clairé, seperti aku mengingat ketika kita melempari sekawanan burung-burung gagak di padang Savannah. Dan kemudian burung bangau dengan paruh kuningnya meneriakkan kata-kata yang tidak jelas kepada kita... kita tertawa... tertawa karena kebodohan kita yang menganggap itu adalah makian yang di tujukan ke kita.
Ah Clairé tentu musim dingin di tempatmu tidak sedingin hatiku sat ini.. tak ada Gluewine ataupun eggnog untuk menghangatkan tubuhku.. tidak ada hangat kulit yang terbiasa aku sentuh... mereka berbeda Clairé, mereka tak lebih persinggahan sepi dan kurasa merekapun tahu karena mereka juga menawarkan kehangatan sesaat yang sama kepada para pengelana.
Seperti Agadio yang selalu kau mainkan di pianomu, aku kah Agadio itu? aku mestinya mengerti pesan permintaanmu lewat lirik-lirik lagumu, sayangnya aku tidak sepeka itu..
seandainya aku pandai membaca lagumu, kau mengharapkanku menjadi lelaki seperti maumu... Agadiomu yang kau harapkan tak juga merasa... maafkan karena aku tidak akan pernah bisa