Seputar Gempa 8,9 Skala Richter Yang Melanda Jepang

Korban Tewas Tsunami Jepang Mendekati 1.600 Jiwa

15d24acd3dfd1748be22d149665a5d4c.jpg

Sendai - Dari estimasi 10 ribu korban jiwa, baru 1.600 jasad yang ditemukan kepolisian nasional Jepang. Jumlah ini kemungkinan akan terus bertambah mengingat masih banyak yang dinyatakan hilang.

Seperti dikutip dari CNN, hingga Senin (14/3/2011) pagi, lebih dari 1.900 orang mengalami luka. Sementara 1.500 lainnya masih dinyatakan hilang.

Gempa dan tsunami tersebut melumpuhkan sistem nuklir di Fukushima Daiichi yang terletak sekitar 260 km utara Tokyo. Pemerintah Jepang mengatakan bahwa kebocoran nuklir kemungkinan dapat merusak reaktor. Namun pihaknya meyakini radiasi tersebut tidak akan menempati level bahaya yang tinggi.

Pemerintah telah mengevakuasi lebih dari 200 ribu warga mulai dari yang terdekat dengan fasilitas nuklir, lalu 160 ribu orang di antaranya sempat dites untuk mengecek bila terkena radiasi.

"Kami telah mengisi bensin mobil kami dan siap untuk perjalanan darurat kembali ke rumah di Kyushu kalau-kalau terjadi sesuatu yang buruk," kata seorang warga, Fulco Vrooland.

Jepang juga mengumumkan situasi darurat di plant nuklir kedua di Onagawa. Namun, pemerintah Jepang menyatakan jika plant Onagawa masih terkontrol.



Laporan E Mei Amelia R - detikNews
Senin, 14/03/2011 06:37 WIB
 
Okezone.com
Oleh Martin Bagya Kertiyasa - Okezone | Okezone – 1 jam 10 menit lalu

Rekontruksi & Rehabilitasi Jepang Picu Ekspor Indonesia

JAKARTA - Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menjelaskan proses rehabilitasi dan rekonstruksi Jepang akan memicu ekspor Indonesia.

"Sepanjang nanti ada rehabilitasi dan rekonstruksi infrastruktur, maka di dalam proses rekonstruksi ini justru banyak sekali kebutuhan-kebutuhan yang harus didatangkan untuk bangun. Kebutuhan ekspor pasti akan meningkat," ujar Hatta di kantornya, Lapangan Banteng, Jakarta, Senin (14/3/2011).

Hatta menilai terganggunya reaktor nuklir yang ada di Jepang akan pengaruhi sentra-sentra produksi manufaktur dan hal itu juga terkait dengan ekspor Indonesia. "Terutama yang berkaitan dengan reaktor nuklir, kita harap tidak terjadi sesuatu. Kita berharap sentra-sentra produksi manufaktur, dimana tentu sebagian berkaitan dengan ekspor kita, bisa segera pulih," ungkap Hatta.

Sedangkan untuk migas, Hatta menjelaskan memang saat ini pemerintah Jepang mengurangi impornya, namun dia melihat ini jika ini hanya bersifat sementara, karenanya dia menjelaskan akan mempercepat pembangunan terminal.

"Kalau migas, kalau Jepang katakanlah sementara, temporary mengurangi, tidak ada pengaruhnya terhadap kita, terutama penerimaan. Indonesia sendiri di dalam negeri butuhkan gas. karenannya tentu kita harus percepat receiving terminal," paparnya.

Selain itu, dia menjelaskan jika memang dibutuhkan maka pemerintah siap untuk membantu, karena itu juga terkait dengan Warga Negara Indonesia (WNI) di Jepang.(wdi)
 
Tsunami, 2.000 Mayat Ditemukan di Miyagi
Ini adalah penemuan terbesar korban bencana gempa dan tsunami sejak Jumat lalu.
Senin, 14 Maret 2011, 12:12 WIB


VIVAnews - Sebanyak 2.000 mayat ditemukan bergelimpangan di Prefektur (setingkat Provinsi) Miyagi, lokasi terdekat dengan pusat gempa. Puluhan ribu orang lagi di wilayah ini masih belum ditemukan.

Seperti dilaporkan kantor berita Kyodo, dilansir dari CNN, Senin, 14 Maret 2011, penemuan sedikitnya 2.000 mayat di lokasi ini adalah penemuan terbesar korban bencana gempa dan tsunami yang berlangsung Jumat pekan lalu.

Kyodo mencatat, 1.000 mayat ditemukan di tepi pantai semenanjung Ojika di Miyagi. Sementara itu 1.000 mayat lainnya di temukan di antara reruntuhan kota Minamisanriku, Miyagi. Di kota ini, 10.000 orang dilaporkan hilang.

Sebelumnya, menurut angka resmi pemerintah, korban tewas mencapai 1.627 orang. Sedikitnya 1.720 orang dilaporkan hilang dan 1.962 lainnya terluka, menurut Kepolisian Nasional Jepang. Namun, angka sebenarnya diperkirakan jauh lebih besar dari angka resmi tersebut.

Proses pencarian korban masih terus berlangsung, angka korban tewas diprediksi akan terus bertambah. (umi)


• VIVAnews
 
Nuklir Bermasalah, Pabrik-pabrik Jepang Tutup
Toyota kehilangan potensi keuntungan hingga Rp640 miliar per hari atas penutupan pabrik.
Senin, 14 Maret 2011, 11:18 WIB


VIVAnews - Tsunami Jepang bakal merembet ke mana-mana. Terutama sejumlah negara yang mengimpor atau bekerjasama dengan Jepang. Meledaknya reaktor Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir menyebabkan listrik mati total di sejumlah wilayah. Dan itu sungguh menganggu operasi sejumlah perusahaan besar di sekitar pusat gempa.

Kemarin Sony Corp mengumumkan menutup sementara beberapa pabrik mereka. Kemudian disusul Toyota Motor Corp mengumumkan penghentian sementara operasi pabrik. Sejumlah perusahaan lainnya juga begitu. Dan semua berhenti lantraran minimnya persediaan listrik.

CNN melaporkan, Sony secara sukarela menghentikan operasi pabrik-pabrik mereka di Miyagi dan Fukushima untuk meringankan defisit listrik Jepang. "Penghentian operasi mulai dilakukan pagi ini," kata Atsuo Omagari, juru bicara perusahaan eksportir elektronik terbesar di Jepang, Senin 14 Maret 2011.

Toyota juga menyatakan akan menutup seluruh pabriknya di Jepang hari ini. Produsen mobil terbesar di dunia ini, mengelola 12 pabrik di Jepang.

Sementara itu, Honda Motor Co juga mengatakan akan menghentikan produksi pada empat pabriknya. Sedangkan perusahaan mobil terbesar kedua di Jepang, Nissan Motor Co, juga menyatakan menutup sementara pabrik-pabriknya.

Goldman Sachs Group Inc, seperti dilaporkan Bloomberg, memprediksi Toyota akan kehilangan potensi keuntungan hingga 6 miliar yen atau sekitar Rp640 miliar per hari atas penutupan pabrik ini. Sedangkan Honda dan Nissan kehilangan potensi 2 miliar yen atau sekitar Rp213 miliar per hari.

Saham Toyota turun 7,2 persen, dalam perdagangan hari ini menjadi 3.335 yen hingga pukul 11.00, saat penutupan sesi pertama bursa Tokyo, Senin ini. Sedangkan Sony jatuh 7,7 persen, terbesar sejak Januari 2009.

Jepang tengah mengalami masalah pada salah satu pembangkit listrik tenaga nuklir, setelah gempa dan tsunami besar menghantam pesisir timur negeri itu. Salah satu reaktor nuklir di Fukushima bocor, karena mesin pendinginnya tak bisa bekerja.

Selama Tokyo Electric Power Co memperbaiki kebocoran, kelistrikan di Jepang mengalami defisit. Pemadaman bergilir akan terus dilakukan.

East Japan Railway Co, yang mengoperasikan kereta api dan kereta bawah tanah di wilayah Tokyo dan Jepang utara, juga mengumumkan mengurangi operasi mereka hingga 80 persen di Ibukota mulai hari ini.
• VIVAnews
 
Reaktor Nuklir di Jepang Kembali Meledak
Saat ini sudah lebih dari 180.000 orang telah mengungsi dari sekitar PLTN.
Senin, 14 Maret 2011, 10:01 WIB


VIVAnews - Pihak berwenang Jepang mengungkapkan adanya ledakan hidrogen di suatu kompleks Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Fukushima Dai-ichi hari ini.

Ledakan itu mirip dengan peristiwa yang terjadi di PLTN yang sama pada Sabtu pekan lalu, namun di reaktor yang berbeda.

Menurut kantor berita Associated Press, asap tebal terlihat dari reaktor nomor 3 PLTN Fukushima Dai-ichi. Reaktor itu telah berada dalam status darurat sejak Sabtu pekan lalu, atau sehari setelah gempa bumi dan tsunami di pesisir timur laut Jepang, karena sewaktu-waktu bisa meledak setelah mengalami kerusakan pada perangkat pendingin. Reaktor unit 1 sebelumnya telah meledak Sabtu pekan lalu.

Pihak berwenang mengantisipasi bahwa ledakan di PLTN itu bisa menimbulkan kebocoran radioaktif berskala besar. Pasalnya, tingkat radiasi di sekitar PLTN itu sudah berkali-kali lipat lebih besar dari kadar normal.

Saat ini sudah lebih dari 180.000 orang telah mengungsi dari sekitar PLTN. Namun, 160 orang diduga telah terkena radiasi radioaktif. (umi)
• VIVAnews
 
2 Hari Pria Ini Terseret Arus Tsunami
Hiromitsu Shinkawa, selamat setelah mengapung selama dua hari di laut lepas.
Senin, 14 Maret 2011, 06:04 WIB


VIVAnews - Lelaki berusia 60 tahun bernama Hiromitsu Shinkawa, berhasil selamat dari sapuan tsunami setelah mengapung di atas potongan atap rumahnya.

Dengan potongan bagian atas rumahnya yang hancur, Hiromitsu Shinkawa terbawa ke laut dan mengapung-apung selama dua hari di lepas pantai timur laut Jepang dan terseret arus hingga 15 kilometer.

Selama mengapung, Hiromitsu berusaha mendapatkan perhatian dari helikopter dan kapal yang lewat, tapi semuanya sia-sia. Baru pada Minggu 13 Maret 2011, sebuah kapal militer Jepang yang sedang melaju melihat Shinkawa melambaikan kain merah.

Menurut Yoshiyuki Kotake, juru bicara Departemen Pertahanan Jepang, Hiromitsu ditemukan sekitar 15 kilometer lepas pantai kota Minamisoma.

"Sebelumnya beberapa helikopter dan kapal ada yang lewat tetapi tidak ada yang menyadari keberadaanku," kata Hiromitsu Shinkawa seperti dikutip dari Associated Press.

Shinkawa menjelaskan, setelah terjadi gempa, dia dan istrinya sempat kembali ke rumah untuk mengambil beberapa barang. Tetapi, tsunami kemudian menerjang dan memisahkannya dengan istrinya.

Shinkawa sangat beruntung karena kondisi cuaca saat itu cukup bagus dan laut relatif tenang. Hal ini memungkinkan dia untuk bertahan mengapung selama hampir dua hari. "Saya pikir hari ini adalah hari terakhir dalam hidup saya," kata Shinkawa. (umi)
• VIVAnews
 
Gempa Jepang Perpendek Hitungan Hari
Bumi tidak lagi berputar selama 24 jam atau 86.400 detik.
Senin, 14 Maret 2011, 00:45 WIB


VIVAnews - Gempa dengan kekuatan 9,0 Skala Richter yang melanda Jepang, Jumat lalu mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit jumlahnya. Selain tsunami yang ditimbulkan setelah gempa, bumi juga mengalami efek akibat bencana alam ini.

Ahli geofisika NASA, Richard Gross mengeluarkan data baru mengenai penghitungan waktu di bumi setelah gempa. Menurut dia, bumi tidak lagi berputar selama 24 jam atau 86.400 detik. Setelah gempa terjadi di Sendai, rotasi bumi telah berkurang sebanyak 1,6 mikrodetik.

"Dengan mengubah distribusi massa bumi, gempa di Jepang telah menyebabkan bumi berputar lebih cepat. Hari menjadi lebih pendek 1.8 mikrodetik," kata Gross, seperti dikutip SPACE.com.

Selain waktu yang berkurang, ini juga berarti putaran bumi semakin cepat, bertambah 1.064 kilometer per jam.

Gempa bumi dengan kuatan dasyat bukan kali ini saja telah mengubah waktu di bumi. Gempa 8,8 SR di Chile yang terjadi tahun lalu telah mempercepat rotasi planet dan mempersingkat hari sekitar 1,26 mikrodetik. Kemudian gempa yang terjadi di kawasan Sumatera dengan kekuatan 9,1 SR pada 2004, telah mempersingkat hari sekitar 6,8 mikrodetik.

Gempa yang terjadi di Jepang kali ini merupakan gempa terbesar kelima di dunia yang terjadi sejak 1900. Bencana alam ini melanda lepas pantai sekitar 231 mil (373 kilometer) timur laut Tokyo dan 80 mil (130 km) timur kota Sendai.

Gempa menciptakan tsunami dahsyat yang telah menghancurkan wilayah pesisir timur laut Jepang. Sedikitnya 20 gempa susulan terjadi dengan kekuatan 6,0 atau lebih setelah gempa utama. (umi)
• VIVAnews
 
Foto Kerusakan Jepang dari Satelit NASA
Terlihat kepulan asap hitam di kawasan Sendai.
Senin, 14 Maret 2011, 06:23 WIB


VIVAnews - Satelit badan antariksa Amerika Serikat, NASA, menangkap gambar kebakaran dan banjir terbaru akibat gempa dan tsunami di Jepang. Foto dari satelit pengawas bumi, Terra dan Aqua, melukiskan gambaran suram kerusakan di Jepang.

Dari tampilan satelit, terlihat Jepang bagian utara, khususnya daerah Sendai, terendam banjir dan mengalami kebakaran. Foto itu diambil pada Sabtu 12 Maret 2011, satu hari setelah bencana gempa dan tsunami. Pengambilan foto ini adalah bagian dari MODIS Rapid Response system, yaitu penggunaan satelit untuk mengambil gambar bumi secara "real time" setiap hari.

Sistem tersebut dapat mengambil foto kondisi negara Jepang dua kali dalam satu hari. Foto terbaru diambil satelit Aqua pada pukul 2.46 waktu Jepang. Terlihat kepulan asap hitam di kawasan Sendai. Tim peneliti menggunakan teknologi Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) untuk membuat gambar satelit terlihat seperti foto.

Peta Satelit Jepang
106778_peta-satelit-jepang.jpg
106747_sisa-tsunami_300_225.jpg


"Awan seringkali menghambat MODIS untuk mengidentifikasi lokasi api di sebuah kota. Untuk tipe asap hitam seperti yang terlihat di foto biasanya muncul akibat minyak atau gas," tulis Holli Riebeek, dari Goddard Space Flight Center dalam pernyataannya, seperti dikutip dari Livescience.com.

Kebakaran kilang minyak memang terjadi di daerah Sendai setelah gempa. Menurut pejabat NASA, satelit Aqua juga menunjukkan awan sedimen biru dan hijau di sepanjang pantai Jepang, ini kemungkinan menggambarkan lumpur atau sampah akibat gelombang tsunami yang kuat.

Satelit Terra menangkap gambar lebih cepat yaitu pada pukul 10.30 waktu Jepang dan terlihat banjir besar di sepanjang pantai timur laut Jepang. Seperti satelit Aqua, instrumen MODIS pada Terra akan digunakan untuk mencatat kerusakan akibat tsunami. Banjir terlihat berupa bentangan biru tua atau hitam, baik daratan dan garis pantai. Hal ini jika dibandingkan dengan gambar lain yang diambil oleh satelit Terra 26 Februari sebelum gempa bumi terjadi.

106779_foto-jepang.jpg

"MODIS mendeteksi api di dekat pantai utara Sendai, yang juga dikelilingi oleh banjir," tulis Riebeek.

Menurut U.S. Geological Survey (USGS), gempa yang terjadi di Jepang pada 11 Maret lalu termasuk lima gempa terbesar yang terjadi sejak 1990. Pusat gempa terletak 373 kilometer arah timur laut Tokyo dan 130 km arah timur Sendai, pulau Honshu. (umi)
• VIVAnews
 
Gempa Lebih Dahsyat Ancam Jepang
Para peneliti telah memperkirakan bisa ada gempa lebih besar datang dari segmen Tokai.
Senin, 14 Maret 2011, 10:55 WIB


VIVAnews - Gempa 9 Skala Richter yang memicu gelombang tsunami setinggi 10 meter di Jepang berasal dari segmen Miyagi Oki. Para peneliti kini was-was masih ada gempa besar berikutnya yang diduga punya kekuatan lebih besar dibanding gempa sebelumnya.

Menurut pakar paleotsunami (tsunami purba) dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Eko Yulianto, para peneliti telah memperkirakan bisa ada gempa lebih besar datang dari segmen lain, yakni segmen Tokai. "Pada sekitar tahun 1979, pemerintah Jepang mengumumkan akan segera terjadi gempa besar di atas 8 Skala Richter. Gempa itu berasal dari segmen Tokai," kata Eko kepada VIVAnews.com, Senin, 14 Maret 2011.

Sejak pertama kali diumumkan di tahun 1979 itu, hingga kini gempa dari segmen Tokai belum juga terjadi.

"Lokasinya bertetangga dengan segmen Miyagi Oki yang baru saja terjadi kemarin," kata Eko yang merupakan peneliti di Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI. Posisi persisnya, segmen Tokai berada di sebelah Selatan Miyagi, masih di wilayah Pulau Honshu.

Menurut Eko, kekuatan gempa yang terjadi Jumat kemarin pada pukul 14.46 waktu setempat itu, di luar perkiraan. Masuk dalam siklus 30 tahunan, gempa ini sebetulnya sudah diprediksi. Akan tetapi, para peneliti tak menyangka kekuatannya sedahsyat kemarin. Semula, mereka hanya memperkirakan sekitar 7,5-7,6 SR.

Penyebab gempa di Miyagi itu adalah lempeng samudera mensubduksi (menekan) kemudian menusuk ke bawah lempeng benua. Akibatnya. lempeng benua tertekan ke bawah. Menurut Eko, tekanan itulah yang menghasilkan kumpulan energi dan "ketika kumpulan energi itu tidak bisa diakomodasi lempeng benua, maka akan kembali ke atas."

Dampak gempa Jumat lalu yang ternyata berkekuatan 9 SR itu sungguh luar biasa. Tsunami raksasa menyapu bersih wilayah pesisir timur laut Jepang. Negeri Sakura pun porak poranda. Reaktor nuklir dua kali meledak. Pesawat jet di landasan tersapu ombak. Jumlah korban jiwa, hingga berita ini diunggah, sudah mencapai lebih dari 1.600 orang.

Apakah gempa Jumat lalu bisa memicu gempa besar segmen Toki?

Eko belum bisa memastikannya. Hal itu, menurut dia, masih diperdebatkan para ahli. Eko mengambil contoh gempa besar Aceh pada 2004. Ada sekelompok peneliti yang menyimpulkan gempa Aceh memicu gempa di Andaman dan Nias. Belakangan, gempa di Nias terbukti, tetapi tidak terjadi di Andaman.

Kata Eko, belum bisa diketahui apakah gempa Jumat kemarin "mengurangi kemungkinan terjadinya gempa di Tokai atau malah memicunya."

Eko sendiri mendapat laporan bahwa wilayah di sekitar segmen Tokai sudah mempersiapkan diri menghadapi datangnya gempa besar itu, terutama di sekitar Soka. Langkah-langkah antisipasi yang telah dilakukan, antara lain adalah: pelebaran jalan raya, renovasi rumah, hingga penggalian muara sungai. (kd)
• VIVAnews
 
Indeks Berjangka Jepang dan Yen Merosot
Bank sentral Jepang menyuntikkan dana sekitar 7 miliar yen ke pasar uang.
Senin, 14 Maret 2011, 10:08 WIB


VIVAnews - Indeks saham berjangka Jepang turun enam persen pada awal pekan ini, Senin 14 Maret 2011. Penurunan akibat aksi ambil untung investor paska gempa besar dan tsunami yang melanda wilayah timur laut negara Jumat lalu.

Mata uang Yen juga tergelincir terhadap dolar Amerika Serikat di awal pagi ini, seiring aksi broker yang memilih berhati-hati bertransaksi dalam menyelesaikan perdagangan di saat kondisi transaksi yang sepi.

Saham perusahaan otomotif, perusahaan elektronik, dan penyulingan minyak Jepang terlihat turun sebanyak 12 persen akibat pabrik-pabrik yang menjadi kunci usahanya hancur setelah gempa bumi dan tsunami Jumat lalu, yang dikhawatirkan telah menewaskan lebih dari 10.000 orang dan memorakporandakan jaringan infrastruktur.

Para pengamat memperkirakan, perekonomian negara Sakura tersebut bakal mengalami kemunduran paling tidak dalam waktu dekat ini. Bahkan, perusahaan penghitung risiko, AIR Worldwide mengatakan gempa bumi pekan lalu dapat memici kerugian sekitar US$35 miliar.

"Gempa bumi besar ini berhasil menurunkan pendapatan Jepang secara keseluruhan dalam waktu dekat ini," kata analis di Nomura dalam sebuah catatan penelitian seperti dilansir laman news.yahoo.com.

Namun, analis itu menambahkan, setelah gempa Kobe, diharapkan indeks Topix dan Nikkei mampu berbalik arah menguat karena sudah turun banyak. "Itu, mengacu pada gempa bumi tahun 1995 yang juga melanda Jepang barat," tuturnya.

Diketahui, indeks saham berjangka Nikkei dibuka turun sekitar tujuh persen dibandingkan penutupan sesi reguler Jumat lalu. Setelah beberapa kali mengalami penurunan dan Juni tahun lalu tercatat turun 4,8 persen pada level 9.710.

Pasar berjangka untuk indeks Topix juga turun 6,2 persen dan sempat dihentikan karena ada kesenjangan besar antara perintah membeli dan menjual.

Sedangkan indeks Nikkei (N225) turun empat persen menjadi 9.843,95, dengan saham perusahaan teknologi seperti Kyocera Corp dan Canon Inc mengalami pelemahan terbesar di pasar.

"Kami melihat banyak kebisingan, banyak pergerakan lucu. Ini adalah pasar, di mana Anda harus tetap absen untuk sekarang ini," kata Michael Kretschmer, senior manajer portofolio dari Pelargos Capital yang berbasis di Eropa.

Sementara itu, mata uang Yen sempat reli di pasar Asia awal pekan ini. Namun, dengan cepat didera pelemahan akibat para pedagang gugup menanti tindakan yang bakal ditempuh pejabat Jepang untuk menjaga pasar tetap tenang setelah gempa dan tsunami Jumat lalu.

Seorang manajer investasi mengatakan bahwa kebanyakan pedagang Jepang absen pagi ini karena ketidakpastian transaksi hari ini, apakan akan diselesaikan dengan baik atau tidak. Sebab, banyak bank yang mengalami kekurangan tenaga kerja akibat gangguan transportasi umum.

Sementara itu, Bank sentral Jepang, yang mengadakan rapat kebijakan hari ini memutuskan menyuntikkan dana sekitar 7 miliar yen ke pasar uang. Suntikan dana itu ditujukan untuk membantu lancarnya transaksi hari ini. (umi)
• VIVAnews
 
Jepang Alami Krisis Terparah Setelah PD II
Setidaknya, 1,4 juta rumah tanpa air bersih dan 1,9 juta rumah tanpa listrik.
Senin, 14 Maret 2011, 07:53 WIB


VIVAnews - Perdana Menteri Naoto Kan menyatakan bencana gempa dan tsunami mengakibatkan negaranya mengalami krisis terparah setelah Perang Dunia II.

Korban tewas setelah gempa 9 SR dan disusul tsunami itu diperkirakan lebih dari 10 ribu orang. Bencana susulan datang setelah ledakan di sejumlah pembangkit tenaga nuklir yang menyebarkan radiasi hingga berkilo-kilometer. Tak hanya itu, korban selamat pun masih harus berjuang mencari makanan dan air bersih.

"Ini adalah krisis paling parah sejak perang berakhir 65 tahun lalu," kata Kan kepada Kan kepada wartawan seperti dilansir dari Associated Press.

Dia menambahkan masa depan Jepang sangat tergantung pada bagaimana pemerintah menyelesaikan krisis kali ini.

Melonjaknya kemungkinan korban tewas ini berdasarkan laporan dari Miyagi, salah satu dari tiga wilayah terparah akibat bencana ini. Kepala kepolisian setempat Go Sugawara menyebutkan perkiraan korban tewas melebihi 10 ribu orang.

Sementara itu, ratusan korban selamat kelaparan di pusat-pusat darurat yang gelap tanpa listrik. Akses untuk bantuan pun terputus. Setidaknya, 1,4 juta rumah tanpa air bersih dan 1,9 juta rumah tanpa listrik.

Pemerintah Jepang juga menggandakan tentara yang diterjunkan untuk upaya penyelamatan. Naoto Kan memperkirakan butuh beberapa hari untuk memperbaiki aliran listrik. Sementara waktu, pasokan listrik akan dijatah per wilayah.
• VIVAnews
 
Singapura Periksa Makanan Impor Asal Jepang
Restoran-restoran Jepang di Singapura kemungkinan menghadapi kekurangan pasokan.
Senin, 14 Maret 2011, 13:15 WIB



VIVAnews - Singapura mulai hari ini memeriksa makanan impor dari Jepang untuk memastikan produk itu tidak tercemar radiasi radioaktif. Pasalnya, Jepang kini bermasalah dengan rusaknya sejumlah pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) setelah dilanda gempa bumi dan tsunami dahsyat Jumat pekan lalu.

Menurut harian The Straits Times, Senin 14 Maret 2011, Otoritas Agri-Pangan dan Kesehatan Hewan Singapura (AVA) telah mengeluarkan pengumuman itu pada Sabtu pekan lalu.

Juru Bicara AVA menyatakan akan memeriksa impor makanan dari Jepang yang baru dipasok berdasarkan sumber produksi dan potensi risiko kontaminasi.

Produk-produk Jepang yang kena pemeriksaan di Singapura itu antara lain buah-buahan, sayur, daging, dan makanan hasil laut. Sampel dari sejumlah produk akan diuji kadar radiasi.

Menurut The Straits Times, restoran-restoran Jepang di Singapura kemungkinan menghadapi kekurangan pasokan pangan dari Negeri Sakura. Diona Hang, manajer suatu restoran Jepang bernama "Megumi" menyadari bahwa pasokan produk pangan akan terkena imbas dari kebijakan baru itu. Namun, dampaknya baru akan diketahui hari ini saat restoran-restoran Jepang di Singapura mulai kembali beroperasi.

Di Singapura, restoran Jepang merupakan salah satu tempat makan yang populer. Menurut harian Herald Sun, tahun lalu total impor produk Jepang di Singapura senilai Sin$33,3 miliar.
• VIVAnews
 
Gunung Berapi di Jepang Meletus Lagi
Dua hari setelah gempa bumi di Sendai, Gunung Shinmoedake beraktivitas lagi.
Senin, 14 Maret 2011, 11:58 WIB


VIVAnews - Badan meterologi Jepang mengatakan sebuah gunung berapi aktif yang terletak di bagian selatan Jepang kembali meletus. Puncak Gunung Shinmoedake telah memuntahkan abu dan bebatuan lagi.

Kondisi ini semakin memperburuk situasi di Negeri Matahari Terbit itu pasca dilanda gempa bumi yang disusul gelombang Tsunami di bagian utara.

Sesungguhnya badan meterologi Jepang telah mengeluarkan peringatan yang mengatakan bahwa adanya potensi gunung berapi Shinmoedake beraktivitas lagi setelah beberapa minggu tenang. Pasalnya, gunung ini masih berstatus aktif.

Pada 13 Maret 2011, dua hari setelah gempa bumi Sendai, gunung Shinmoedake kembali erupsi. Erupsi ini terpaksa mengungsikan ratusan kepala keluarga yang bermukim di sekitarnya.

Gunung setinggi 1.421 meter itu terletak di Pulau Kyushu, sekitar 1.500 kilometer dari pusat gempa berkekuatan 9 skala Richter yang menghasilkan Tsunami. Gelombang raksasa itu telah memporakporandakan sebagian besar pesisir pantai arah timur laut Jepang.

Namun, sampai saat ini, pemicu letusan gunung Shinmoedake masih diteliti. Belum bisa dipastikan apakah letusan tersebut disebabkan atau setidaknya berkaitan dengan gempa bumi yang terjadi pada hari Jumat, akhir minggu lalu.

Sekadar diketahui, Jepang berada di dalam "Cincin Api", sebuah busur zona seismik aktif di mana gempa Bumi dan letusan gunung berapi sudah menjadi hal yang biasa. (umi)
• VIVAnews
 
Reaktor Nuklir Meledak, Tiga Pekerja Terluka
Tujuh pekerja lainnya juga dilaporkan hilang pasca ledakan hidrogen.
Senin, 14 Maret 2011, 11:01 WIB


VIVAnews - Ledakan reaktor nuklir di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Dai-ichi melukai tiga orang pekerja. Tujuh pekerja lainnya dilaporkan masih hilang pasca ledakan hidrogen kedua di kompleks PLTN tersebut.

Hal ini disampaikan oleh pihak Tokyo Electric Power Co, dilansir dari laman Associated Press (AP), pada Senin, 14 Maret 2011. Ledakan pada reaktor unit tiga di instalasi nuklir PLTAN ini serupa dengan ledakan sebelumnya pada reaktor unit satu.

Menurut AP, ledakan yang disusul oleh kepulan asap tebal dapat dirasakan hingga jarak 40 kilometer jauhnya.

Reaktor itu memang telah berada dalam status darurat sejak Sabtu pekan lalu, atau sehari setelah gempa bumi dan tsunami di pesisir timur laut Jepang, karena sewaktu-waktu bisa meledak setelah mengalami kerusakan pada perangkat pendingin.

Kepala sekretaris kabinet Jepang, Yukio Edano, menyerukan kepada warga di radius 20 kilometer dari lokasi untuk tetap berada di dalam rumah maupun pengungsian usai ledakan.

Saat ini sudah lebih dari 180.000 orang telah mengungsi dari sekitar PLTN. Namun, 160 orang diduga telah terkena radiasi radioaktif. (umi)


• VIVAnews
 
Jumlah Korban Tewas Bisa Lebih dari 10.000
Pemerintah juga berjuang keras mengatasi ancaman bocornya radioaktif yang membahayakan.
Senin, 14 Maret 2011, 08:11 WIB


VIVAnews - Pihak berwenang Jepang mengantisipasi bahwa jumlah korban tewas akibat gempa bumi dan tsunami di pesisir timur laut Jepang hingga Minggu kemarin bisa mencapai lebih dari 10.000 orang. Perdana menteri Jepang, Naoto Kan, menyebut tragedi ini merupakan yang terburuk dihadapi bangsanya sejak akhir Perang Dunia Kedua.

Menurut kantor berita Associated Press, di saat bersamaan, pemerintah juga berjuang keras mengatasi ancaman bocornya radioaktif yang bisa membahayakan banyak jiwa saat sejumlah reaktor nuklir mengalami kerusakan, bahkan sudah ada yang meledak. Di sisi lain ratusan ribu orang di wilayah bencana berjuang untuk mendapat pasokan makanan dan air bersih.

Juru bicara Kepolisian Jepang, Go Sugawara, mengungkapkan bahwa pihaknya memperkirakan bahwa jumlah korban tewas sejak bencana Jumat pekan lalu bisa mencapai lebih dari 10.000 jiwa. Perkiraan ini muncul setelah tim penyelamat menyaksikan hancurnya sejumlah wilayah di prefektur (provinsi) Miyagi dan keberadaan banyak warga setempat belum diketahui. Miyagi memiliki penduduk sebanyak 2,3 juta jiwa.

Sejauh ini sudah lebih dari 1.800 jiwa dipastikan tewas - termasuk 200 mayat yang ditemukan Minggu kemarin di sepanjang pesisir timur laut Jepang. Selain itu, lebih dari 1.400 orang dipastikan masih hilang dan 1.900 lainnya cedera.

Sementara itu, ratusan ribu warga yang rumah mereka hancur akibat gempa dan tsunami di Miyagi dan sekitarnya memenuhi tempat-tempat pengungsian darurat, yang gelap gulita akibat putusnya sambungan listrik. Tempat-tempat itu juga belum terjangkau tim penyelamat sehingga terancam kekurangan pasokan pangan dan air bersih.

Perdana Menteri Kan memperkirakan butuh beberapa hari untuk membuat aliran listrik di sekitar wilayah-wilayah bencana kembali normal. Namun, untuk sementara pemerintah akan menjatah pasokan listrik sehingga akan terjadi pemadaman bergilir di beberapa kota utama, termasuk Ibukota Tokyo.

"Ini merupakan krisis paling berat yang dihadapi Jepang sejak berakhirnya perang 65 tahun lalu," kata Kan.
• VIVAnews
 
Turut berduka cita dan turut berdo,a atas musibah yang menimpa jepang, semoga warga jepang sabar dan dapat cepat bangkit lagi.Itu adalah musibah yang luar biasa besar dan dahsyat. Manusia terasa kecil dimata Tuhan.
 
Back
Top