Bls: Silahkan ajukan pertanyaan di sini...
non dipi
menonton berita TV indonesia ak banyak melihat berita kemacetan lalu lintas utamanya jakarta
apa komentar non tentang hal ini dan jika non dipi adalah menteri perhubungan, apa yg akan d lakukan?
Kalo aku jadi menteri perhubungan, aku akan menugaskan Kepala DLLAJR sebagai bawahanku untuk memikirkannya. Biar dia yang mengurus, dan aku tinggal menerima laporannya.
) joke.
Problema kemacetan lalu lintas boleh dikatakan merupakan persoalan yang paling rumit dibanding persoalan bidang-bidang sipil lainnya. Didalamnya saling terkait berbagai aspek, yang sebagian besar bahkan tidak ada hubungannya dengan bidang sipil itu sendiri. Namun, secara garis besar ada tiga unsur yang berkaitan dengan permasalahan transportasi, yaitu unsur prasarana, unsur sarana dan sistem transportasi. Unsur prasarana melingkupi jaringan jalan beserta rambu-rambu dan perlengkapannya, unsur sarana meliputi segala kendaraan yang menggunakan jaringan jalan tersebut serta unsur sistem yang melingkupi semua pihak yang berperan dalam menciptakan tatanan lalu lintas pada jaringan jalan tersebut.
Oleh karena itu segala persoalan yang terjadi pada satu ruas jalan harus dilihat kembali dari tiga hal tersebut. Bagaimanapun, sebuah ruas jalan yang dibangun merupakan hasil perencanaan dari beberapa tahapan yang dilakukan oleh perencana jalan, yang tentunya ditentukan untuk melayani beban arus lalu lintas sesuai kapasitas rencana tertentu.
Sebenarnya penyebab problem lalu lintas sederhana saja, yaitu bila volume arus lalu lintas melampaui kapasitas rencana, atau kapasitas jalan menurun drastis akibat gangguan sehingga tidak sebanding dengan beban arus lalu lintas, maka otomatis LOS (Level of Service) menurun dan tundaan/kemacetan lalu lintas takkan dapat dihindarkan lagi.
Nah kalo dalam hal seperti ini, aku lebih memilih membangun transportasi masal yang lebih baik. Busway itu sudah lumayan baik, tapi masih ada kekurangan di sana sini. Monorail itu juga ide yang bagus, atau bisa juga kereta bawah tanah. Semuanya harus dibuat dengan pelayanan sebaik mungkin sehingga para pemakai mobil pribadi mau menggunakan dan beralih ke transportasi masal
btw, aku juga penulis. tapi yaaaa amatiran.. belom pede bawa ke penerbit.. tapi malah ngebet pengen masukin naskah ke PH lokal, siapa tau jadi film, sinetron, atau cmn ftv.
aku ada kesulitan nih..
kalau aku menulis cerita yang panjang.. aku lancar dan nyaman. tapi, kalau nulis cerpen.. wahh.. ini kelemahanku.. suka ngawur hasilnya. padahal, ide dan jalan cerita udah aku pola sedemikian rupa..
hasilnya malah amburadul..
ada tips untuk nulis cerpen yang mudah gak? pengen nih....
thanks ya
Yap terkadang menulis cerpen bagi sebagian penulis itu lebih susah. Tapi aku tau apa penyebabnya. Salah satunya karena terbatasnya space dan yang sering paling fatal adalah penulis cerpen cenderung tidak sadar menganggap bodoh para pembacanya. Maka, pembaca pun dijejali informasi sebanyak-banyaknya, sejelas-jelasnya, supaya bisa mengerti apa maksud sang penulis. Persepsi ini sungguh tidak adil buat pembaca. Sebuah cerpen semata wadah dialogis antara penulis dengan pembacanya dalam semangat kesetaraan. Saat tulisan dipublikasikan, itu tidak lagi menjadi milik penuh siapapun. Pembaca juga ingin terlibat & dilibatkan disetiap adegan. Pembaca ingin mengidentifikasi dirinya sebagai salah satu karakter didalam cerita bermodal imajinasinya sendiri. Maka, imajinasi penulis tidak boleh mendominasi cerita hingga menutup ruang keikutsertaan mereka.
Coba aku kasih contoh ya, pada flash fiction Mabuk :
“ Pelayan, ambilkan saya bir satu gelas lagi! “ teriak seorang pelanggan bar dimeja sudut pada waitress sambil mengangkat gelasnya yang telah kosong.
Saya menulis adegan diatas pada draft awal. Saat pengeditan akhir, saya menghapus lalu menggantinya dengan adegan :
“ Lagi ! “
Bisa dilihat, dari 21 kata susut hingga tinggal 1 kata saja. Sangat signifikan. Bagaimanapun cerpen memiliki keterbatasan dalam jumlah kata yang bisa dipakai, apalagi cerita super pendek seperti flash fiction. Seringkali majalah atau koran tertentu benar-benar membatasi jumlah kata yang bisa dipakai. Jadi, kamu sebaiknya menggunakan pilihan kata yang efisien dan menghindari menggunakan kalimat deskriptif yang berpanjang-panjang.
Juga soal alur, fokuslah pada satu alur cerita sesuai dengan tema yang sudah ditetapkan sebelumnya. Karakter tambahan, sejarah, latar belakang, dan detail lainnya sebaiknya memperkuat alur cerita ini. Percabangan alur cerita mutlak harus dihindari.
Jangan menggunakan jumlah karakter yang terlalu banyak. Semakin banyak karakter bisa membuat cerita Kamu menjadi terlalu panjang dan tidak fokus pada tema. Gunakan karakter secukupnya yang sesuai dengan alur cerita.
Secara tradisional, cerpen dimulai dengan pengenalan karakter, konflik, dan resolusi. Alternatif lain, adalah kamu dapat membuat impresi pada pembaca justru pada awal cerita, dengan langsung menghadirkan konflik. Karakter kamu sudah berada di dalam kekacauan besar. Hal ini akan membuat pembaca semakin penasaran, ada apa yang terjadi sebenarnya, bagaimana karakter tersebut akan mengatasi persoalannya. Pengenalan karakter, setting, dll dapat dilakukan secara perlahan-lahan di bagian cerita berikutnya.
-dipi-