Sri Lanka Bangkrut Akibat Terlilit Utang

spirit

Mod
2489015707.jpg

Terungkap alasan China enggan beri keringanan kepada Sri Lanka yang kini bangkrut akibat terlilit utang. /Reuters/Kenzaburo Fukuhara

PIKIRAN RAKYAT - Sri Lanka saat ini tengah mengalami krisis ekonomi terparah sepanjang sejarahnya.

Usut punya usut, Sri Lanka diduga terjebak jeratan utang dari China. Alhasil, negara itu kini tak sanggup membayarnya.

China dikenal sebagai pemberi utang untuk proyek pembangunan infrastruktur sejumlah negara. Dana-dana itu diberikan melalui skema Belt dan Road Initiative (BRI).

Selama beberapa minggu terakhir, China didesak segera menanggapi seruan untuk memberikan keringanan utang terhadap Sri Lanka.

Namun alih-alih memberikan keringanan untuk penjadwalan ulang pembayaran utang Sri Lanka, China justru memberikan 'bantuan kemanusiaan darurat'.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Badan Kerja Sama Pembangunan Internasional China, Xu Wei kepada kantor berita Xinhua, salah satu media yang dikelola pemerintah China.

Xu Wei mengklaim, China telah memperhatikan kesulitan ekonomi yang dihadapi Sri Lanka. Oleh karena itu, pihaknya berupaya membantu Sri Lanka dalam menghadapi himpitan ekonomi.

Hal senada turut disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin.

"Pihak China telah mengumumkan akan memberi bantuan kemanusiaan darurat kepada Sri Lanka," katanya dikutip Pikiran-Rakyat.com dari The Print pada Kamis, 21 April 2022.

"Kami akan terus menawarkan dukungan dan bantuan yang terbaik sesuai kemampuan kami untuk membantu Sri Lanka menghidupkan kembali ekonominya dan meningkatkan mata pencaharian masyarakat," sambungnya lagi.

Diketahui, Sri Lanka kini tengah bergulat dengan gejolak ekonomi terparah sejak mendeklarasikan kemerdekaan dari Inggris pada 1948.

Kurangnya mata uang asing membuat negara itu tidak mampu membayar impor untuk bahan makanan pokok dan bahan bakar. Akibatnya, Sri Lanka kini tengah dilanda krisis pangan akibat harga yang melambung tinggi.

Pada Senin lalu, Sri Lanka berusaha mencari instrumen pembiayaan cepat (RFI) dari IMF untuk mempertahankan negaranya dari kejatuhan krisis ekonomi.

Kemudian pada 12 April, Sri Lanka mengumumkan default pre-emptive dari semua utang luar negerinya dengan total 51 miliar dolar AS atau setara Rp731 triliun.

Hal itu menjadi upaya terakhir Sri Lanka dalam mengatasi kondisi darurat yang dihadapi negaranya.

China menawarkan pengiriman beras ke Sri Lanka, dengan mengutip pakta beras dan karet yang ditandatangani pada 1952 saat China memasok beras dan karet impor dari Kolombo.

Sejauh ini, China tengah mempertimbangkan fasilitas kredit sebesar 2,5 miliar dolar AS atau setara Rp35,8 triliun untuk Sri Lanka.

Diperkirakan, Sri Lanka belum melunasi utang kepada China dengan selisih sekitar 1,5 hingga 2 miliar dolar AS pada tahun ini.

Utang Sri Lanka ke China dilaporkan menyumbang sekitar 10 persen dari utang luar negerinya.

Utang itu mencakup proyek-proyek infrastruktur besar seperti pelabuhan Hambantota yang kemudian disewa oleh China selama 99 tahun sebagai pertukaran utang.

Seorang ahli senior di Universtias Nasional Singapura, Ganeshan Wignaraja menyoroti dilema China dalam memberikan bantuan kepada Sri Lanka.

"China tidak mau kehilangan uang," tutur dia.

"Jika China memberi Sri Lanka bailout khusus, negara-negara lain dalam ikat pinggang dan kesulitan yang sama akan meminta jenis bantuan yang sama," lanjutnya.

Sebab selain Sri Lanka, China juga memberikan utang melalui skema BRI kepada Pakistan dan Nepal.***

.
 
[ame="https://www.youtube.com/watch?v=XT7yp9x1M6Q"]Kerusuhan Sri Lanka Memburuk, Tentara Diperintahkan Tembak Mati Perusuh - YouTube[/ame]

Sri Lanka dilanda krisis nasional. Negara tersebut dilanda krisis bahan pokok hingga bahan bakar. Ini terjadi usai Sri Lanka dilanda kebangkrutan dan sempat mengalami gagal bayar utang senilai Rp 732 triliun yang dipinjamnya dari luar negeri.

Kondisi ini pun membuat warga Sri Lanka menyalahkan pemerintah. Ratusan pedemo menyerbu rumah Presiden Gotabaya pada akhir Maret 2022 dan menuntut Gotabaya mundur dari jabatannya. Demonstran mendesak keluarga Rajapaksa mundur lantaran dianggap telah membawa Sri Lanka ke jurang krisis.

Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa sendiri telah mengundurkan diri pada Senin 9 Mei 2022, mengikuti langkah tiga kerabatnya yang mundur lebih dulu dari parlemen. Namun saudara laki-lakinya, Gotabaya Rajapaksa belum mundur dari kursi kepresidenan.

.
 
20130-deretan-pria-yang-diduga-dipaksa-berlutut-karena-langgar-aturan-lockdown-di-sri-lanka.webp

'Jebakan Utang China' Dituduh Jadi Penyebab Utama Krisis Ekonomi Paling Mengerikan di Sri Lanka

Suara.com - Sri Lanka terus tertekan menuju jurang krisis ekonomi terparah sepanjang sejarah mereka pasca kemerdekaan gegara gagal bayar utang luar negeri.

Krisis ekonomi juga membuat Sri Lanka kekurangan pasokan pangan dan bahan bakar, situasi di negara itu makin memanas usai harga berbagai kebutuhan naik hingga terjadinya pemadaman listrik berulang. Sejumlah pakar menyebut hal ini sebagai dampak dari jebakan utang China.

Salah seorang guru besar di Tata Institute of Social Sciences,R Ramakumar, dalam tulisannya yang diterbitkan Channel News Asia, kebijakan pinjaman China adalah penyebab utama situasi ekonomi yang mengerikan di Sri Lanka.

"Banyak yang percaya bahwa hubungan ekonomi Sri Lanka dengan China adalah pendorong utama di balik krisis. Amerika Serikat menyebut fenomena ini diplomasi jebakan utang," tulis dia.

Ia juga mengatakan, saat ini situasi dimana negara atau lembaga kreditur memberikan utang kepada negara peminjam untuk meningkatkan pengaruh politik pemberi pinjaman hingga membuatnya tidak dapat membayar uang kembali, mereka berada di belas kasihan kreditur.

Gagal bayar utang negara yang melambung, terutama pembiayaan pelabuhan Hambantota, disebut-sebut sebagai faktor yang berkontribusi terhadap krisis.

Bank Exim China adalah pihak yang memberi utang Sri Lanka dalam proyek pembangunan pelabuhan Hambantota. Namun, pelabuhan ini ternyata tak memberikan keuntungan bagi Sri Lanka.

Dampaknya, laporan itu menyebut, negara tersebut memilih untuk menyewakan pelabuhan itu selama 99 tahun kepada Grup Pedagang China, yang membayar Sri Lanka USD 1,12 miliar.

Pada 1 April, Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa telah mengumumkan keadaan darurat, yang dicabut dalam waktu seminggu, menyusul protes besar-besaran oleh warga yang marah atas penanganan krisis oleh pemerintah.

Sri Lanka dilaporkan sulit terbebas dari krisis ekonomi terbesarnya akibat kekurangan mata uang yang disebabkan oleh larangan bepergian yang diberlakukan selama epidemi Covid-19.

Ditambah lagi, negara kesulitan membeli pasokan bahan bakar hingga mengakibatkan kelangkaan kebutuhan pokok serta komoditas penting seperti migas.

Laporan PBB juga mengatakan, Sri Lanka dalam ambang batas krisis kemanusiaan akibat masalah keuangannya meningkat, dengan kenaikan harga pangan, dan pundi-pundi negara telah mengering.

.
 
Back
Top