whatea
New member
Bls: Wacana pembubaran FPI haruskah dimunculkan?
tapi tetap kita harus menghormati orang lain sebelum menindak orang lain. gw berpikir dari hak manusia untuk hidup dan berekspresi,
woke: sekarang saya balik, bagaimana kalo saudra kamu entah kakak atau adek ternyata (maaf) waria (memiliki kelainan)? kamu mau marah? mau benci? atau menjudge dia seperti yg kamu katakan tadi? atau mau kamu usir karena kamu malu? kalau kamu berbudi pasti kamu akan mencoba mengarahkan dia ke arah yg benar, tapi bagaimana kalo menurut dia dia terlahir memang untuk menjadi waria? kok kayaknya anda benci dengan waria ya? saya bukan suka atau mendukung kaum ini (orang kalo ketemu waria saya langsung kabur), tapi sebagai manusia mereka juga punya hak untuk bersikap dan dihormati selayaknya manusia. kalo waria nya nonmuslim gimana? maaf bukannya mo nyinggung masalah SARA tapi saya yakin di semua agama tidak ada yg namnya waria juga, tapi apa ormas agama lain juga bertindak anarkis? setahu saya mereka melakukan pendekatan personal, menarik mereka yg dianggap telah sesat dangan memberikan siraman rohani, bukan main serang aja, tapi hendaknya dalam bertindak juga jangan semau gue, hormati hak-hak orang. kalaupun polri gak bertindak tentunya ada pertimbangan sendiri, seperti hak tamu lain yg ada di hotel, ingat mereka juga tamu hotel memiliki perlindungan hak konsumen. memang yg melakukan tindakan anrkis itu oknum FPI, tapi setidaknya ada himbauan lansung dari para petinggi FPI pada anggotanya, kalu mereka tidak mau disebut bertindak anarkis. selama ini yg terjadi anggota FPI yg mersa benar melakukan tindakan anarkis, tapi pemimpinnya mana pernah minta maaf atau mengganti kerugian dari tindakan anrkis mereka, kemana para pemilik gedung atau tempat seperti warung yg dirusak FPI menuntut ganti rugi, mereka juga manusia butuh nafkah untuk anak2nya, daripada mengurusi mereka mending menanamkan akhlak yg baik pada anak2 terutama anak2 jalanan, pernahkah FPI merangkul mereka? karena merekalah yg menjadi bibit dari kebobrokan bangsa jika tidak diberi arahan yg tepat.
intinya dalam hal ini pembubaran disarankan ke arah yg lebih baik, kalaupun tidakl ingin dibudarkan berarti harus ada perjanjian terutama menyangkut masalah HAM dan demokrasi di Indonesia, ingat masyarakat kita beragam, negara kita sudah menandatangani piagam HAM, dan beberapa negara juga sudah memberi perlindungan kepada kaum minoritas ini. masalah agama berpulang pada diri masing2 jika tidak bisa merubah mereka mengapa tidak kita doakan mereka mendapat pencerahan dan kembali ke koridor yg benar, ingat kekuatan doa lebih kuat dibanding kekuatan manusia itu sendiri. mengenai bencana itu adalah ujian, bukan kutukan, alangkah dangkalnya kita jika menganggap Allah menghukum kita, Allah tidak menghukum tetapi menguji, Allah terlalu menyayangi umatNya, apakah Tsunami terjadi karena Allah menghukum rakyat Aceh?
mungkin media memang sering membesar-besarkan, tapi merusak sesuatu yg bukan milik kita dan menjadi sarana mata pencaharian orang lain apa bisa disebut benar, berlebihan sekali.
tapi tetap kita harus menghormati orang lain sebelum menindak orang lain. gw berpikir dari hak manusia untuk hidup dan berekspresi,
woke: sekarang saya balik, bagaimana kalo saudra kamu entah kakak atau adek ternyata (maaf) waria (memiliki kelainan)? kamu mau marah? mau benci? atau menjudge dia seperti yg kamu katakan tadi? atau mau kamu usir karena kamu malu? kalau kamu berbudi pasti kamu akan mencoba mengarahkan dia ke arah yg benar, tapi bagaimana kalo menurut dia dia terlahir memang untuk menjadi waria? kok kayaknya anda benci dengan waria ya? saya bukan suka atau mendukung kaum ini (orang kalo ketemu waria saya langsung kabur), tapi sebagai manusia mereka juga punya hak untuk bersikap dan dihormati selayaknya manusia. kalo waria nya nonmuslim gimana? maaf bukannya mo nyinggung masalah SARA tapi saya yakin di semua agama tidak ada yg namnya waria juga, tapi apa ormas agama lain juga bertindak anarkis? setahu saya mereka melakukan pendekatan personal, menarik mereka yg dianggap telah sesat dangan memberikan siraman rohani, bukan main serang aja, tapi hendaknya dalam bertindak juga jangan semau gue, hormati hak-hak orang. kalaupun polri gak bertindak tentunya ada pertimbangan sendiri, seperti hak tamu lain yg ada di hotel, ingat mereka juga tamu hotel memiliki perlindungan hak konsumen. memang yg melakukan tindakan anrkis itu oknum FPI, tapi setidaknya ada himbauan lansung dari para petinggi FPI pada anggotanya, kalu mereka tidak mau disebut bertindak anarkis. selama ini yg terjadi anggota FPI yg mersa benar melakukan tindakan anarkis, tapi pemimpinnya mana pernah minta maaf atau mengganti kerugian dari tindakan anrkis mereka, kemana para pemilik gedung atau tempat seperti warung yg dirusak FPI menuntut ganti rugi, mereka juga manusia butuh nafkah untuk anak2nya, daripada mengurusi mereka mending menanamkan akhlak yg baik pada anak2 terutama anak2 jalanan, pernahkah FPI merangkul mereka? karena merekalah yg menjadi bibit dari kebobrokan bangsa jika tidak diberi arahan yg tepat.
intinya dalam hal ini pembubaran disarankan ke arah yg lebih baik, kalaupun tidakl ingin dibudarkan berarti harus ada perjanjian terutama menyangkut masalah HAM dan demokrasi di Indonesia, ingat masyarakat kita beragam, negara kita sudah menandatangani piagam HAM, dan beberapa negara juga sudah memberi perlindungan kepada kaum minoritas ini. masalah agama berpulang pada diri masing2 jika tidak bisa merubah mereka mengapa tidak kita doakan mereka mendapat pencerahan dan kembali ke koridor yg benar, ingat kekuatan doa lebih kuat dibanding kekuatan manusia itu sendiri. mengenai bencana itu adalah ujian, bukan kutukan, alangkah dangkalnya kita jika menganggap Allah menghukum kita, Allah tidak menghukum tetapi menguji, Allah terlalu menyayangi umatNya, apakah Tsunami terjadi karena Allah menghukum rakyat Aceh?
mungkin media memang sering membesar-besarkan, tapi merusak sesuatu yg bukan milik kita dan menjadi sarana mata pencaharian orang lain apa bisa disebut benar, berlebihan sekali.