bjhe
New member
Bls: Waria juga Manusia
tapi kan, yang gw quote yang dibawah ini. . .Dan hadits yang disertakan disana tentang khuntsa. Tidak ada kaitannya sama sekali. Tidak ada kesinkronisan alasan tidak menghinakan sama dalil yang di sangkutkan perhatikan baik-baik:
makanya yang diatas sana, saya potong biar jelas. Kalau quote diatas buat yang hemaprodit.
========================================================
nah itu dia, susah kan jadi waria? kenapa harus jadi waria?
quote gw kan yang ini ya?
dia makan bisa dengan berkebun, berternak, kenapa tidak bisa? Kenapa harus mendapat standar hidup yang layak itu harus termasuk golongan masyarakat? Kalau mereka tidak mau mencari makanan dengan cara seperti itu, dan mereka dikucilkan kenapa menjadi waria?
iya gak? Alasan orang menjadi waria, adalah karena ia sendiri merasa cocok dengan karakter perempuan. Lantas kenapa diberikan penyuluhan dengan pekerjaan yang identik perempuan? bukankah itu nantinya malah menguatkan dari diri mereka sendiri kalau mereka adalah perempuan walau jadi-jadian?
Dimana sisi terapinya? Apakah Indonesia menerima saja jika ada orang dari golongan laki-laki dan menjadi perempuan?
bukan masalah tersaingi atau menyaingi, coba pikirkan baik-baik. Hidup kita ini berada pada ikatan pekerjaan berdasarkan gender. Walau banyak yang tidak, tapi ada yang begitu. Misalnya, pekerjaan maintenance tidak cocok untuk perempuan. Pekerjaan yang butuh ketelatenan seperti sekretaris didominasi oleh perempuan. DIKENYATAANNYA HAL ITU HANYA BERSIFAT STREOTIP BELAKA, tapi masih banyak orang Indonesia yang mempunyai pola pikir seperti itu. Coba bayangkan jika waria adalah golongan masyarakat kita. Walau dikenyataannya tidak ada yang namanya pekerjaan khusus waria, tapi nantinya bakal banyak orang yang terjebak streotip belaka akibat dominasi dan mayoritas orang yang berada disana. Maka nanti akan menjadikan mindset seperti: hanya dengan menjadi waria kita bisa seperti itu dan ini.
Kalau sampai seperti itu, sudah berarti menjerumuskan. . .makanya saya lanjut dengan kutipan dari pataya. Banyak loh orang yang tidak mempunyai pekerjaan jaman sekarang. Banyak orang yang bersedia mendapat pekerjaan apa aja. Jika nantinya, ada sebuah pekerjaan yang buat waria seperti di pataya (meski itu pekerjaan ke arah asusila ataupun tidak) , seseorang yang rela bekerja apa aja nantinya akan rela menjadi waria demi mendapatkan pekerjaan.
========================================================
untuk masalah diatas ini, itu merupakan tanggung jawab personal. Kenapa gw bilang personal, karena reaksi orang berbeda-beda untuk menyatakan kelebih ketidak kecewaannya.
Karena jauh sebelum acara berlangsung saat itu, FPI sudah melarang untuk diadakannya. Tapi pihak panitia sono bersikeras dan mendapatkan ijin dari pemda. FPI melaporkan ke pemkot, pemkot berjanji membubarkan. berarti kasus sudah selesai bukan?
Selanjutnya yang terjadi adalah reaksi personal atas kekecawaan yang dilakukan oleh pihak panitia sehingga menimbulkan reaksi keras. Dan reaksi keras seperti ini sering menular apalagi kalau diantara semua orang yang sependapat merasakan hal yang sama.
Jadi, itu bukan cara organisasinya
========================================================
gw gak mau kalau nanti gw gede, berpesan ke anak gw kayak gini >:'( :
"Nak, kamu sudah besar. Kamu sebaiknya mencari nafkah. Nafkah apa aja yang penting halal. Bahkan jika kalau kamu ingin menjadi waria untuk mendapatkan pekerjaan A, tidak apa-apa. yang penting halal"
ya itu jelas... baca yang bener donk bos...)
Kelamin ganda disebut khuntsa.... dan transeksualis alias bencong disebut mukhannats...
nah yang diceritakan disitu mengenai mukhannats, bukan khuntsa...
seorang nabi aja ga menghinakan... kenapa kita yang umatnya bertindak yang tidak semestinya...
tapi kan, yang gw quote yang dibawah ini. . .Dan hadits yang disertakan disana tentang khuntsa. Tidak ada kaitannya sama sekali. Tidak ada kesinkronisan alasan tidak menghinakan sama dalil yang di sangkutkan perhatikan baik-baik:
nyuplik dari
http://korananakindonesia.wordpress.com/2010/04/10/waria-dalam-tinjauan-medis-agama-dan-sosial/
Dua jenis waria itu sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW. Kelamin ganda disebut khuntsa dan transeksualis/ bencong disebut mukhannats. Jika bercermin pada sunnah Rasul, jelas sekali bahwa Rasulullah SAW tidak pernah menghinakan harkat derajat kaum waria, baik yang khuntsa maupun yang mukhannats. Selain itu banyak literatur hadis menyiratkan berbagai metode upaya normalisasi kaum waria. Dari hadist-hadist itu tersirat pula sebuah makna, bahwa kasus ke-waria-an–yang tidak lain adalah ambiguitas identitas gender -merupakan masalah bersama yang harus dipecahkan bersama pula. Ada dua solusi mendasar dari penanganan kasus waria; pertama, untuk kasus hermaproditif, penentuan status gender adalah berdasarkan kecenderungan paling dominan (baik fisik maupun psikis) dari waria bersangkutan. Berdasarkan hadits Nabi;
“Dikabarkan oleh ‘Ubaidillah bin Musa dari Israil dai ‘Abd Al-A’la bahwa dia mendengar Muhammad bin Ali bercerita kepada ‘Ali bahwa tentang seorang laki-laki yang mempunyai kelamin perempuan tentang bagaimana ia mendapat warisan, maka ia berkata “Melihat dari mana ia kencing” (H.R. Al-Darimy).
makanya yang diatas sana, saya potong biar jelas. Kalau quote diatas buat yang hemaprodit.
========================================================
disini lu mengatakan "Dia berhak hidup, dia berhak makan, dia berhak dapat tempat berlindung."
tapi kemudian lu bilang "tulah mengapa nantinya, gw khawatirkan hal tersebut justru membuat para waria menjadi lebih hidup. Kalau kita terus-terusan memfasilitasi mereka, selanjutnya akan ada job yang hanya dimiliki para waria dengan syarat harus menjadi waria. Kedepannya lagi, waria akan menjadi golongan masyarakat yang mempunyai cita-cita!"
dia makan dengan cara apa..?? mengais sampah..?? ga kan..? harus kerja, yang halal.. itu yang mesti dipikirkan... jangan takut tersaingi sama waria, selama tetap mengutamakan batas norma2 yang berlaku..
nah itu dia, susah kan jadi waria? kenapa harus jadi waria?
quote gw kan yang ini ya?
Ditulis oleh bjhe
yaitu, seperti kata gw. Solusi satu-satunya untuk para waria adalah tidak memberikan solusi. agar mereka bisa berpikir pilihan seperti itu patutkah menjadi hal yang indah diantara 2 jenis manusia?
gw stop ampe diatas itu. Kalau dicerna baik-baik, sikap yang seharusnya kita pertimbangkan adalah sikap menerima. Sikap menghargai sesama manusia adalah hukum wajib bagi siapapun. Dia berhak hidup, dia berhak makan, dia berhak dapat tempat berlindung.
Lalu, bagaimana dengan sikap menerima? Contoh sikap menerima adalah memfasilitasi. Hampir rata-rata masyarakat sekarang, melihat bahwa standar dari sikap menghargai sesama manusia merupakan memberikan fasilitas! (tentu saja berbeda halnya kalau ia niat kembali ke kodratnya, maka itu harus segera dibantu)
Nah, kenapa FPI bereaksi? karena pemerintah daerah telah memfasilitasi para waria untuk berkegiatan. Itulah mengapa nantinya, gw khawatirkan hal tersebut justru membuat para waria menjadi lebih hidup. Kalau kita terus-terusan memfasilitasi mereka, selanjutnya akan ada job yang hanya dimiliki para waria dengan syarat harus menjadi waria. Kedepannya lagi, waria akan menjadi golongan masyarakat yang mempunyai cita-cita!
dia makan bisa dengan berkebun, berternak, kenapa tidak bisa? Kenapa harus mendapat standar hidup yang layak itu harus termasuk golongan masyarakat? Kalau mereka tidak mau mencari makanan dengan cara seperti itu, dan mereka dikucilkan kenapa menjadi waria?
iya gak? Alasan orang menjadi waria, adalah karena ia sendiri merasa cocok dengan karakter perempuan. Lantas kenapa diberikan penyuluhan dengan pekerjaan yang identik perempuan? bukankah itu nantinya malah menguatkan dari diri mereka sendiri kalau mereka adalah perempuan walau jadi-jadian?
Dimana sisi terapinya? Apakah Indonesia menerima saja jika ada orang dari golongan laki-laki dan menjadi perempuan?
bukan masalah tersaingi atau menyaingi, coba pikirkan baik-baik. Hidup kita ini berada pada ikatan pekerjaan berdasarkan gender. Walau banyak yang tidak, tapi ada yang begitu. Misalnya, pekerjaan maintenance tidak cocok untuk perempuan. Pekerjaan yang butuh ketelatenan seperti sekretaris didominasi oleh perempuan. DIKENYATAANNYA HAL ITU HANYA BERSIFAT STREOTIP BELAKA, tapi masih banyak orang Indonesia yang mempunyai pola pikir seperti itu. Coba bayangkan jika waria adalah golongan masyarakat kita. Walau dikenyataannya tidak ada yang namanya pekerjaan khusus waria, tapi nantinya bakal banyak orang yang terjebak streotip belaka akibat dominasi dan mayoritas orang yang berada disana. Maka nanti akan menjadikan mindset seperti: hanya dengan menjadi waria kita bisa seperti itu dan ini.
Kalau sampai seperti itu, sudah berarti menjerumuskan. . .makanya saya lanjut dengan kutipan dari pataya. Banyak loh orang yang tidak mempunyai pekerjaan jaman sekarang. Banyak orang yang bersedia mendapat pekerjaan apa aja. Jika nantinya, ada sebuah pekerjaan yang buat waria seperti di pataya (meski itu pekerjaan ke arah asusila ataupun tidak) , seseorang yang rela bekerja apa aja nantinya akan rela menjadi waria demi mendapatkan pekerjaan.
========================================================
terserah, yang jelas gw ga setuju dengan kekerasan...
untuk masalah diatas ini, itu merupakan tanggung jawab personal. Kenapa gw bilang personal, karena reaksi orang berbeda-beda untuk menyatakan kelebih ketidak kecewaannya.
Karena jauh sebelum acara berlangsung saat itu, FPI sudah melarang untuk diadakannya. Tapi pihak panitia sono bersikeras dan mendapatkan ijin dari pemda. FPI melaporkan ke pemkot, pemkot berjanji membubarkan. berarti kasus sudah selesai bukan?
Selanjutnya yang terjadi adalah reaksi personal atas kekecawaan yang dilakukan oleh pihak panitia sehingga menimbulkan reaksi keras. Dan reaksi keras seperti ini sering menular apalagi kalau diantara semua orang yang sependapat merasakan hal yang sama.
Jadi, itu bukan cara organisasinya
========================================================
gw gak mau kalau nanti gw gede, berpesan ke anak gw kayak gini >:'( :
"Nak, kamu sudah besar. Kamu sebaiknya mencari nafkah. Nafkah apa aja yang penting halal. Bahkan jika kalau kamu ingin menjadi waria untuk mendapatkan pekerjaan A, tidak apa-apa. yang penting halal"