9
Usaha Sofi untuk memperalat Novia cukup bagus. Ia.. tanpa sepengetahuan Damon, membawa Novia ke tempat rehabilitasi, khusus pecandu minuman keras.
Sofi: "Tante harus sembuh, dan bantu aku, untuk membuat Damon kembali lagi sama aku."
Anton dan Nindy terkejut mendengar curhatan Ray.
Nindy: "Lo gak salah denger kan, Ray?"
Ray: "Sayangnya.. Enggak.."
Anton: "Gue udah baca gelagat Damon, sejak dia menjamin Ara bebas. Bener-bener playboy ulung dia. Masternya playboy deh!"
Nindy: "Kita harus kasih pelajar si Damon."
Anton: "Ya. Kamu bener, Sayang.."
Nindy: "Pokoknya, Ray.. lo tunggu aja. Kita akan buka mata Ara lebar-lebar. Damon itu playboy. Sebagai sesama perempuan, aku gak rela kalau Ara diperlakukan sama kayak Sofi."
Ray: "Kalo.. ternyata.. Damon bener-bener mencintai Ara.. gimana?"
Nindy: "Gak mungkin itu, Ray.. Kita semua tau betul siapa Damon."
Anton: "Banyak yang jadi korban. Salah satunya Sofi."
Ray: "Gue.. ngikut aja, deh.."
Suatu kali.. saat makan siang di kafe dekat kantor, Damon dan Ara bertemu Anton, yang juga mau makan siang.
Anton: "Hey.. kalian di sini juga?"
Damon: "Iya. Biasanya makan dari katering langganan kantor. Sekali-sekali ingin suasana beda. Ya kan, Ra?"
Ara: "Iya, Mas.."
Damon: "Eh, gabung sama kita, yuk."
Anton: "Boleh juga. Lagian gue sendirian, nih.."
Anton langsung duduk di samping Damon, setelah memesan menu.
Damon: "Emangnya.. Nindy ke mana, sih?"
Anton: "Biasalah.. sibuk syuting."
Sesekali, tanpa sengaja Damon dan Ara menunjukkan kemesraan mereka.
Anton: "Oh ya, Mon, besok lusa, Nindy bikin pesta kecil-kecilan. Kalian berdua dateng, ya.."
Damon: "Oh, pasti. Pangeran Pesta pasti dateng."
Nindy rupanya tidak tau menau tentang serta yang disampaikan oleh Anton pada Damon dan Ara.
Nindy: "Kamu bikin rencana, tapi gak share dulu sama aku. Kalo dadakan gini gimana?"
Anton: "Tenang aja. Aku udah siapin semuanya. Pestanya sederhana banget. Kayak gatheringan gitu. Pokoknya, kamu terima beres aja."
Nindy: "Kamu yakin, usaha kita menolong Ara ini akan berhasil?"
Anton: "Yakin gak yakin, sih. Tapi kalo gak dicoba kan, kita gak akan tau."
Nindy: "Aku suka cara kamu berpikir, Sayang.."
Anton: "Inget ya, Nin.. kita melakukan ini, bukannya egois, jahat, atau apalah. Tapi, untuk menyadarkan Ara. Siapa Damon sesungguhnya. Sebelum mereka terlalu lama bersama."
Nindy: "Iya, Mas.. aku ngerti. Aku akan hubungi Ray dan Sofi. Juga beberapa mantannya Damon."
Anton: "Sip!"
Seperti biasa, pulang kerja, Damon dan Ara pulang bersama. Mereka mampir dulu ke apartement Damon.
Damon: "Aku mau menata ulang interior apartement aku. Persiapan untuk kita nanti."
Ara: "Kalo gitu aku juga harus sumbangin ide, dong."
Damon: "Itu udah pasti. Kan kamu nyonya rumahnya."
Ara tersenyum.
Mereka masuk ke apartement Damon yang bersih dan rapi. Ara meletakkan tasnya di sofa.
Ara: "Mau ditata kayak gimana, nih?"
Damon: "Terserah Tuan Putri aja.."
Ara: "Kamu tuh ya.. seharian ini godain aku terus..
Damon: "Udah jadi hobi, sih..!"
Ara gemas. Ingin mencubit pipi Damon. Tapi, kekasihnya itu berhasil menghindar. Maka, terjadilah kejar mengejar mengelilingi sofa panjang. Hingga akhirnya Damon membiarkan dirinya tertangkap, dan keduanya jatuh ke sofa panjang itu, dengan posisi Ara di bawah, Damon di atas. Sesaat, kedua mata mereka saling bertumpu, dan memancarkan rasa cinta dan sayang yang lian mendalam.
Damon mengecup bibir Ara. Lalu berbisik..
Damon: "Aku sangat mencintai kamu, Ara.."
Dijawab dengan bisikan juga oleh Ara.
Ara: "Aku juga sangat mencintai kamu, Damon.."
Mereka berpelukan.
Damon: "Mungkin, akan ada beberapa masalah yang siap muncul di hadapan kita. Tapi aku mau.. kita menghadapi itu semua sama-sama. Aku ingin.. kita tetap bersama.."
Ara: "Aku tau.. Meski akan terluka.. aku tetap mencintai kamu.."
Sofi menyambut baik rencana Anton dan Nindy untuk memisahkan Damon dan Ara.
Sofi: "Kalian emang bener-bener sahabat terbaik gue."
Nindy: "Sof, lo jangan besar kepala dulu. Ini, kita lakuin, bukan buat lo atau pun Ray. Ini demi kebaikan Ara sendiri."
Anton: "Yup. Itu bener."
Sofi: "Ya udahlah.. persetan dengan tujuan kalian. Bagi gue yang terpenting adalah, gimana caranya misahin mereka, trus Damon balik ke gue lagi."
Nindy: "Yah.. kalo lo maunya kayak gitu, tolong jangan libatkan rencana ini."
Sofi: "Tenang aja lah, Nin.. Lo gak perlu sampe kayak kebakaran jenggot gitu."
Anton: "Pokoknya, jangan pake kekerasan. Gue gak akan bantu."
Sofi: "Iya.. iya.. cemas amat, sih!"
Kemudian, mereka memperhatikan Ray yang sedang melamun di teras rumah Nindy.
Sofi menghampirinya, dan duduk di sampingnya.
Sofi: "Ayolah, Ray.. semangat! Setelah berhasil misahin mereka. Kesempatan lo dapetin Ara makin lebar."
Ray diam saja. Hatinya benar-benar kalut, bingung, dan gelisah. Ada yang ia takutkan. Ada yang ia khawatirkan. Tapi apa? Toh, Anton, Nindy, Sofi, dan beberapa mantan Damon akan bekerja sama. Lantas, apa yang membuat Ray resah begini?
Keesokan harinya, Ara ikut Damon menghadiri acara-acara penting. Ada dua acara hari itu.
Yang pertama, sekitar pukul sepuluh pagi, mereka menghadiri pesta amal bersama para selebriti.
Lalu, sekitar pukul dua siang, mereka pergi menghadiri party kecil-kecilan yang diadakan oleh teman Damon.
Dua-duanya harus bawa pasangan. Untungnya, Ara suka juga dengan suasana pesta. Jadi, dia enjoy saja ikut Damon.
Baru malam harinya, mereka ke rumah Nindy. Awalnya mereka mau mengajak Bimo. Tapi, Bimo tidak mau. Capek katanya.
Damon: "Kok rumah Nindy suasananya biasa aja? Kayak gak ada pesta."
Ara: "Mungkin di dalam udah rame."
Damon: "Mungkin aja. Ayo, kita masuk."
Ara: "Eh, tunggu dulu.."
Ara memperhatikan penampilan Damon.
Ara: "Udah cakep.."
Damon: "Kamu juga cantik, kok.."
Ia langsung mencium pipi Ara.
Benar. Di dalam rumah, tepatnya di halaman belakang, dekat kolam renang, udah banyak yang datang. Anton, Ray, Sofi, dan tentu saja Nindy. Tidak lupa, beberapa mantan Damon juga ada.
10
Salah satu mantan Damon, namanya Mela, tampaknya sudah tidak sabar.
Mela: "Mana Damon? Kok belum dateng juga?"
Nindy: "Sabar, Mel. Dia gak mungkin gak dateng. Meski telat, pasti dateng."
Mela: "Soalnya, gue udah gak sabar mau bikin perhitungan sama dia."
Sebelum bertemu dengan Nindy dan yang lain, Ara melepas gandengan tangannya dengan Damon. Supaya hubungan mereka tetap tertutup.
Nindy menyambut mereka dengan baik.
Nindy: "Akhirnya, kalian datang juga."
Damon: "Sori.. tadi masih ini.. nungguin Ara dandan. Suka lama dia."
Ara menoleh pada Damon.
Ara: "Bukannya kamu yang tadi sibuk milih jas? Hayo!"
Damon hanya cengengesan. Tapi, senyumnya berubah jadi rasa heran.
Damon: "Ini.. kok.. tamunya kebanyakan cewek sih, Nin?"
Ia memperhatikan satu per satu cewek yang ada.
Damon: "Gita..? Misty..? Mela..? Kok..?"
Ara tidak mengerti maksud pesta ini. Tapi ia diam saja.
Mela menghampiri Damon.
Mela: "Kamu masih inget aku rupanya.."
Damon: "Iya, inget. Mela.. yang waktu itu casting bareng Dilla, kan?"
Mela: "Ada lagi gak, yang diinget tentang aku?"
Damon: "Apa?"
Belum sempat Damon berpikir untuk mengingat, Nindy langsung menjelaskan.
Nindy: "Mela adalah cewek yang pernah lo pacarin cuma tiga hari. Setelah itu, kalian putus, karena lo selingkuh sama Gita."
Gita juga menghampiri Damon.
Gita: "Katanya, aku mau dibeliin mobil. Mana?"
Damon: "Mobil apaan, ya?"
Gita: "Kan waktu itu kita taruhan mobil. Kamu gak berhasil agum aku. Gimana, tuh?"
Damon bingung.
Misty: "Kamu juga janjiin aku apartement, kalo gak berhasil peluk aku. Sekarang, mana janji kamu? Kamu gak sempet kasih apartement itu, karena kamu selingkuh sama Sofi."
Damon tambah bingung. Apalagi Ara. Ia menyaksikan satu per satu cewek melabrak kekasihnya.
Hingga akhirnya Sofi pun bicara.
Sofi: "Ara.. kamu tau, gak? Mereka adalah mantan pacar Damon, yang dipacarin paling lama tiga hari dua belas jam."
Ara memperhatikan cewek-cewek itu lagi.
Sofi: "Sebelum lo terlalu dalam mencintai Damon, sebaiknya diakhiri sekarang juga. Atau lo akan terluka seumur hidup."
Ara menatap Damon. Lalu menatap Nindy dan yang lain.
Ara: "Apa maksudnya ini?"
Nindy pun bicara lagi.
Nindy: "Kami mau nolongin lo. Lepas dari perangkap Damon."
Ara: "Kami gak pacaran, kok.."
Semuanya bingung setelah mendengar ucapan Ara.
Tapi akhirnya Damon bicara.
Damon: "Kami emang gak pacaran.."
Ia menggenggam tangan Ara.
Damon: "Tapi.. GUE CINTA MATI SAMA DIA..!!"
Tidak ada yang menganggap serius kalimat itu. Malah, Anton tersenyum menghinanya.
Mela: "Cinta mati? Bullshit! Dulu kamu pernah bilang cinta mati sama aku. Tapi cuma bertahan tiga hari. Belum puas kamu, nyakitin cewek-cewek?"
Ara menatap Damon. Melepaskan tangan pria itu. Lalu, berpaling.
Damon: "Maafin aku ya, Sayang.. Aku gak cerita tentang ini semua karena aku udah lupa.."
Kemudian..
Gita: "Udahlah! Kita hajar aja nih cowok. Biar gak bisa gangguin cewek-cewek lagi."
Misty bersiap dengan kepalan tangannya. Ketika ia hendak menghajar Damon, tiba-tiba Ara beraksi.
Ara: "Berani lo sentuh Damon, lo berhadapan sama gue!"
Misty: "Heh! Dia tuh udah permainin kita-kita. Sekarang lo korbannya."
Ara: "Korban? Korban apa, nih? Gue gak ngerasa dipermainin, tuh. Gue sama Damon paling mencintai. Kayak apa pun masa lalunya, gue sama sekali gak peduli. Toh, gue juga gak lebih baik dari dia. Gue mantan narapidana! Tapi Damon gak mempermasalahkan itu. Trus, ngapain gue harus ngegubris kalian? Itu sama sekali gak penting."
Lalu, ia kembali menggandeng tangan Damon.
Ara: "Ayo, kita pergi dari sini. Sebelum aku makin naik darah."
Damon masih terpaku menatap Ara.
Ara: "Kita masih ada pekerjaan di apartemen kamu."
Sebelum mereka pergi, Sofi langsung menghalangi mereka.
Sofi: "Ara, lo tuh bodoh banget, ya.. Jelas-jelas dia playboy ulung, lo masih aja di sisinya."
Ara: "Hmm.. Kedok sendiri lo buka. Lo kan juga maksain Damon untuk balik sama lo. Sekarang gue nanya. Yang bodoh, lo atau gue?"
Sofi tampak malu dan kesal. Ia tidak bicara apapun.
Lalu, Ara dan Damon pergi meninggalkan pesta itu.
Sedari tadi, Ray hanya diam. Tidak ikut-ikutan menghujat Damon.
Sofi ngamuk. Ia kesal.
Sofi: "Mereka berdua gila! Udah gila!"
Anton pun mengevaluasi hasil kerja mereka.
Anton: "Gue gak bisa komentar lebih. Tapi, Ara bener-bener mencintai Damon. Kalo cewek lain kayak gitu, pasti langsung mutusin Damon."
Nindy: "Aku rasa, Mas.. Mereka berdua emang saling mencintai."
Anton: "Aku gak bisa setuju sepenuhnya. Bisa aja tadi aktingnya Damon."
Ray: "Gue mohon sama kalian. Jangan lagi ganggu hubungan mereka."
Setelah itu, Ray pamit pulang.
Damon dan Ara saling diam. Di mobil hanya terdengar sayup-sayup lagu barat klasik yang diputar oleh salah satu stasiun radio.
Ara menyentuh tangan kiri Damon, dan menggenggamnya erat. Matanya menatap pria itu, lalu senyum manis tersungging di bibirnya.
Damon pun membalas senyum itu. Ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan.