Tujuh Tingkatan Nafsu Manusia
Nafsu, berasal dari bahasa Arab ‘Nafs’ yang berarti ‘Jiwa’. Nafsin berarti memiliki jiwa atau berjiwa (bernyawa) atau kita kenal dengan bernafas. Lalu apa yang dimaksud dengan Nafas? Nafas itu adalah “sesuatu yang menunjukan bahwa kita ‘berjiwa’”. Yang kita kenal dengan “nafas” hanyalah salah satu dari 4 (empat) simbol yang menandakan bahwa seseorang atau sesuatu itu memiliki Jiwa. Namun sangat khusus dalam pembahasan ini, hanya terbatas pada “Manusia” saja.
Nafsu manusia, memgalami pertahapan-pertahapan yang dinamis. Maksud dari dinamis disini adalah bahwa jiwa seseorang bisa saja naik dan bisa saja menurun dari tingkat satu ke tingkat lainnya, berdasarkan perbuatan atau kualitas keimanan sang pemilik jiwa itu.
Berikut ini adalah tingkatan-tingkatannya yang saya kutip dari kitab Addurunnafis karangan Syekih Hasan Al-Banjarie yang di terjemahkan oleh K.H. Haderanie, juga saya padukan dari Buku Kunci Memahami Ilmu Tasawuf karangan DR. Mustafa Zahri:
Nafsul Amarah: Orang yang sampai pada tahapan nafsu ini, nafsu yang belum terasah ini, yaitu orang yang melakukan perbuatan dosa, tapi tidak merasa berdosa, melakukan kesalahan tapi tidak merasa bersalah, sifatnya seperti hewan, kencing tak beristinja, dan tidak merasa kotor, makan sembarangan, milik orang lain pun disikat (termasuk para koruptor).
Nafsul Lawwamah: Orang yang sampai pada tahapan nafsu ini, adalah orang yang merasa berdosa setelah melakukan perbuatan dosa. Namun sayangnya setelah bertobat, orang tersebut masih mau melakukannya lagi.
Nafsul Mulhimah: Mungkin anda pernah memiliki teman, atau mungkin anda sendiri yang mengalami, dimana anda atau teman anda mengalami perubahan yang membaik, karena adanya pengalaman buruk yang anda dapatkan dari hasil perbuatan buruk. Misalnya seseorang yang mengalami gangguan fungsi hati yang menyakitkan karena minuma keras, hasilnya orang tersebut tidak mau minum miras lagi, atau seorang penjudi yang jatuh miskin karena kalah dan bangkrut, dan akhirnya istrinya dikawini orang, anaknya diasuh orang, maka dia menjadi sadar dan bertobat. Nafsul Mulhimah ini artinya nafsu yang diilhami oleh sesuatu yang lain.
Nafsul Muthmainnah: Katakanlah si pemabuk tadi mempertahankan ‘kesadaranya’ yang membaik itu. Tiba-tiba dia bertemu dengan rekannya dulu, dan dia diajak untuk minum lagi. Tetapi dia tetap pada pendiriannya, dia telah tenang, kesadaran baiknya itu tidak tergoyahkan oleh ajakan-ajakan tersebut. Maka dia tergolong orang-orang yang bernafsu Muthmainnah.
Nafsul Radhiyah: Jika sudah tenang, kemudian ketika mendapat cobaan yang menyakitkan, namun yang bersangkutan tetap bersabar dan meningkatkan imannya, maka orang tersebut telah mencapai Nafsul Radhiyah, nafsu yang meridhai segala ketentuan Tuhan kepadaya.
Nafsul Mardhiyah: Setelah dia ridha atau ikhlas dengan perbuatan Tuhan, maka giliran dia yang diridhai oleh Tuhan. Apapun ang ingin dia lakukan diridhai, dalam pengertian bahwa dia telah terlindung dari perbuatan yang tidak diridhai.
Nafsul Kamaliyah: Inilah nafsu yang sempurna, dimana dia sudah memiliki tiket ke syurga. Dia sudah mengalami pengembaraan nafsu yang jauh, dia telah memiliki predikat ahli syurga.
Inilah tingkatan jiwa atau nafsu yang jarus dilalui tiap manusia, penelusuran dan peningkatan jiwa seperti ini bersifat wajib bagi setiap insan.
Semoga ini menjadi suatu tambahan wawasan, pencerahan dan atau cambuk bagi kita sekalian. Meskipun istilah-istilahnya dari bahasa Arab, namun bukan berarti hanya bisa dipelajari dan diaplikasikan oleh orang muslim saja. Pada kesempatan berikut, saya akan memposting naskah yang sama, namun dalam bahasa Inggris, agar dapat dibaca dan dipahami oleh kalangang yang lebih luas lagi. Bagi anda yang ingin memberikan komentar, kami persilahkan, saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan.