DeepBlue Kingdom ~ By: Shirotabi ~

Hutan

Diriku yang lain sedang membawa Leo, Wisnu dan Mora ke dalam hutan, dia melemparkan Tubuh Leo, Mora dan Wisnu ke sebuah batang Pohon yang Besar, mereka pun sadar dan merasa kesakitan karena telah dilempar ke arah pohon itu.

karena suasana didalam hutan sangatlah gelap mereka tidak dapat melihat dengan jelas siapa yang membawa mereka, hanya sebuah bayangan dengan sayapnya yang membentang berdiri tegak didepan mereka. mereka mulai ketakutan namun mereka hanya bisa menutupi rasa takutnya dengan mundur dan bersembunyi di belakang pohon besar tempat mereka di turunkan olehnya.

perlahan-lahan diriku maju sambil menggenggamkan tangan dan terseyum sinis kearah mereka, Leo, Wisnu dan Mora langsung merinding dibuatnya.

"sekarang kalian ada di dalam genggaman ku" sambil mengepalkan satu tangan ke wajahnya dan selangkah lebih maju

"ma.. mau apa kau membawa kami kesini?!" tanya Mora dari balik pohon sambil ketakutan

"tentunya aku membawa kalian bukan karena tanpa alasan.." dirinya menyeringai dibalik kegelapan "apa kalian lupa padaku? setelah perbuatan kalian padaku?"

Wisnu yang tampak ketakutan memutuskan diri untuk lari menjauh kedalam hutan dengan tergesa-gesa, Leo dan Mora yang sadar akan kepergian Wisnu memutuskan untuk ikut pergi mengikutinya masuk kedalam hutan dan menghilang.

"larilah selagi kalian bisa" Lia yang tau mereka telah kabur mulai mengepakan sayapnya bersiap untuk bergerak mengejar mereka, sekali hentakan kaki dan rentangan sayapnya dia mulai melangkah maju dengan cepat, mungkin karena Lia juga sudah melatih tubuhnya untuk meringankan badan jadi makin mudah untuk dia bergerak didalam hutan sekalipun, pohon dan ranting dilewat tanpa tertabrak satupun walau dalam keadaan gelap, wanita yang menggunakan Tubuh Lia pastilah sangat terlatih sampai tidak ada gangguan penglihatan sedikitpun dalam keadaan yang gelap seperti itu.

"kali ini kalian tidak akan aku lepaskan! kemanapun kalian lari menghindariku aku akan menangkap kalian dan akan k u jadikan santapan malam ini!!" teriaknya pada mereka.

Tap!

wanita itu berhenti dan berdiri di dahan pohon yang agak tebal, dia menerawang kemana ketiga Pria itu berlari, matanya mengecil mencari titik dimana terlihat sosok mereka. wajahnya tersenyum lebar seperti berhasil menemukan Rusa untuk sarapan makan malam dan dengan hentakan kakinya dia bergerak melesat. terlihatlah mereka bertiga di depannya yang sedang berlari menghindarinya.

****

Jiwa Lia

Diriku yang sejak tadi tertidur mulai terbangun, aku membuka mata dan tersadar akan yang sedang ku alami dalam mimpi tadi "dimana ini?" aku mencoba menguasai diriku dan berusaha mengingat apa yang terjadi, lalu aku dapat melihat tubuhku Bergerak di dalam hutan "hah?" mataku membesar karena terkejut "dimana ini? kenapa tubuhku bergerak sendiri?" tanyaku pada diri sendiri.

"kau sudah sadar hah?" tanya wanita yang memakai tubuh Lia "kau! apa yang kau lakukan pada diriku!?" sambil melesat wanita itu terus berbicara padaku yang ada bersamanya dalam satu tubuh. "kau akan mendapatkan Tontonan menarik, kau pasti akan menyukainya khukhukhukhu" wanita itu tertawa sambil melesat makin cepat.

Wisnu, Mora dan Leo berlari hingga sampai disebuah padang bunga di tengah hutan, tidak ada pohon besar sama sekali "Gawat!" teriak Leo pada yang lain "bagaimana ini?" tanya Mora dengan nafas yang terengah-engah. mereka bertiga berhenti berlari dan melihat daerah sekitarnya berusaha mencari tempat untuk bersembunyi. tapi karena padang bunga itu cukup luas jadi tidak akan mereka temukan tempat persembunyian yang tepat.

"ayo cepat kita lari lagi, aku tidak mau dihabisi makhluk itu!" perintah Wisnu dan saat mereka hendak melaju lari kembali, tapi mereka di kejutan oleh sosok wanita itu di depan mereka. wanita itu menghadang mereka dengan melesat turun dari atas langit. dengan gayanya yang anggun namun mengerikan dia tersenyum.

"Kalian tidak akan bisa kabur lagi khukhukhu" katanya menyeringai. ketiga pria itu merinding melihat Wujud wanita itu, di bawah sinar bulan wanita dengan rambut berwarna Merah dan Mata merah yang tajam makin tampak mengerikan, tapi mereka bertiga mengenali diriku dibalik itu semua.

Leo memperhatikan seksama dengan mengkerutkan alisnya lalu berkata dengan ragu " kau terlihat seperti Lia" dengan geram wanita yang mengendalikan tubuhku ini langsung berteriak "Aku bukan Lia...!!!" teriakannya dan mengarahkan cakarnya kearah mereka tapi tiba-tiba gerakannya terhenti "aargh!!"

"hei kau! aku tidak akan membiarkanmu melakukan hal seenaknya disini!" gertak Toma padanya. wanita itu tidak dapat menggerakan badannya, ya itu pasti karena Toma yang menghadangnya, Toma berdiri dengan menghadapkan tangannya kedepan seolah-olah sedang menahan sesuatu

"Lepaskan aku atau kalian juga akan kuhabisi!" gertak wanita itu melawan melepaskan diri. Toru pun memposisikan diri bersiap menerima serangan apapun "Dimana Lia!" Toru mencoba berbicara padanya "Lia kau dengar aku? Lia apa kau baik-baik saja?" Toru mencoba menghubungiku melalui Telepatinya namun semua itu gagal, karena Wanita ini telah menguasai seluruh tubuh ku.

"kalau kalian menginginkan Lia kembali, biarkan aku menghabisi mereka!" wanita itu memberontak lagi dan kali ini Toru ikut turun tangan, perlahan-lahan wanita itu merentangkan tangannya, itu karena Toru yang membuatnya seperti itu agar dia tidak dapat menyerang ketiga orang itu "aaaargh...kaliaaan..."

"kumohon hentikan!! kau bisa dilukai oleh teman-temanku!" aku berusaha meyakinkannya agar tidak bertindak lebih jauh tapi percuma dia terus berontak berusaha melepaskan diri. Yasha berlari kedepan Leo, wisnu dan Mora dan mengeluarkan sebotol air mineral, dituangkan air mineral itu kedalam genggaman tangannya dan perlahan-lahan air itu membeku memanjang runcing menjadi sebuah pedang es. "kalau kau masih memaksa menghabisi mereka, kau akan berusuan dengan kami dulu " tegas Yasha

air mataku tiba-tiba menetes, aku benar-benar tidak ingin seperti ini, lalu tiba-tiba ada perasaan aneh muncul, perasaan yang selama ini ingin aku hilangkan, perasaan sedih, kecewa, marah lalu aku melihat ingatan-ingatan yang sebelumnya tidak pernah ku miliki semua ingatan itu aku merasa pernah mengalaminya namun dari sudut pandang yang berbeda, setelah lama ku amati kini aku mengerti, ini semua adalah perasaan dan ingatan wanita itu, dan aku mengenalnya

"kau..kau Shirotabi kan?" wanita itu terdiam sejenak "kau benar Shirotabi.... kenapa kau menjadi seperti ini? kau yang ku kenal tidak keji seperti sekarang!" Shirotabi makin geram dan berteriak sampai Toru dan yang lainnya juga mendengar "Jadi menurutmu Ketiga orang ini Tidak keji??!!"

"bukan seperti itu...!" kataku ragu "orang seperti mereka yang dengan mudahnya menghancurkan harapan orang lain, menhancurkan hidupku, kau pikir tidak keji??"

Toru, Toma dan Yasha menyadari Shirotabi sedang berbicara dengan seseorang, sehingga mereka hanya berdiam diri dan siaga.

"mereka..mereka... mereka menghancurkan semuanya..!!!" kekuatan Shirotabi mematahkan tenaga Toma dan Toru sehingga Shirotabi terlepas dari pegangan mereka, Shirotabi mulai mendekati Yasha dan dia mengepakkan sayapnya sehingga membuat gelombang angin yang besar menerpa mereka, sampai semua tidak mampu untuk bertahan di tempatnya. Toru langsung menggerakan tangannya menahan laju angin di hadapannya dengan membuat tameng dari udara, hingga angin itu tidak berdampak pada mereka.

Yasha mengubah Pedang esnya menjadi bongkahan-bongkahan kerikil es yang tajam, "sepertinya wanita ini hanya bisa di hentikan dengan kekerasan" langsung saja di arahkan menuju Shirotabi dan mengenai tangan, kaki, wajah dan sayapnya "kyaaaaaa!!!" Tabi bertahan untuk berdiri namun angin yang tadi sangat kencang sudah berhenti. "Tidaaaak!!!" hentikan teman-teman! jangan lukai Shirotabi lagi!" aku terus berteriak dan aku tidak kuat melihatnya hingga aku menutup mataku.

"sudah cukup Tabi.. sudah cukup.. aku tidak mau melihatmu terluka lebih dari ini...sudah cukup kau menderita.. hiks hiks.."

"Kalian bertiga! cepat menyingkir dan berlindunglah di tempat yang aman!" teriak Toru pada Mora, Leo dan wisnu yang sejak tadi ketakutan di antara Yasha dan Tabi yang sedang bertempur. mereka berlari ke arah belakang Toru dan Toma bersembunyi di belakang sebuah pohon besar. Tabi sepertinya tidak membiarkan mereka lolos dan mulai bergerak melewati Yasha menuju mereka

"Minggir..!!!" dari lengan Tabi muncul sebuah Pedang berwarna Perak dan mengarahkannya pada Toma dan Toru, mereka berhasil menghindar tapi memang sebenarnya bukanlah Toma dan Toru yang dituju olehnya melainkan ketiga Pria yang ada di balik pohon. Toru dengan sigap menarik tubuh Tabi menggunakan angin, berhasil Tabi terpental mundur, tapi belum sempat jatuh ke tanah Tabi mengepakkan sayapnya lalu terbang.

"kenapa kalian menghalangiku..." dia melayang di ketinggian lima kaki "kumohon hentikanlah Tabi, teman-temanku bisa mencelakaimu!" aku berteriak tapi Tabi tetap tidak mendengarkanku, oh tuhan apa yang harus kulakukan untuk mencegahnya.

Tabi mengarahkan Pedangnya ke langit lalu pedang itu bersinar seperti ada sebuah lampu didalamnya yang menyinari, diturunkan pedangnya perlahan lalu dia mengambil kuda-kuda untuk menyerang

"aku mencium bahaya disini" Yasha melesat mendekati Toru dan Toma dengan mengarahkan Pedang es yang sebelumnya dia ubah menjadi pecahan-pecahan es runcing. "Dia mulai serius, apa yang bisa kita lakukan sekarang?" Yasha tetap pada posisi di depan mereka dengan Pedang yang mengarah ke Tabi

"kalau kita tidak dengan serius, kita yang akan celaka!" teriak Yasha

"sebisa mungkin Hindari serangan saja dan lindungi ketiga orang itu." jelas Toma "menyusahkan saja cih!" yasha jengkel "kau harus ingat Yasha, Tubuh itu adalah milik Lia, jangan melukainya lebih parah, aku rasa Lia didalam sana sedang berusaha juga untuk sadar" Toru yakin akan hal itu
 
Tabi melesat kearah bawah dengan menghunuskan pedangnya kearah mereka bertiga "dia datang!" teriak Yasha "Traakkk!!" suara pedang Tabi dan Yasha beradu, yasha dengan kekuatan penuh menepisnya dibantu oleh Toma yang memberikan perlindungan didepan Yasha agar lebih terlindungi. Toru mengarah kesamping Tabi dan memukulnya dengan pukulan angin "Wuzzz!" Tabi menahannya dengan Sayapnya yang merah.

Yasha berhasil melempar Tabi mundur, Tabipun berhasil mendarat mulus di tanah langsung memasang kuda-kudanya dan kembali menyerang, pukulan dan tangkisan dari Tabi dan juga Toma, Toru dan Yasha seiring berganti mereka seimbang, karena Toru dan yang lain tidak berniat mengalahkannya kalau mereka serius pasti bisa melumpuhkan Tabi.

"sudah hentikan, mereka bisa Cidera! hentikan!!" teriakan ku tidak dihiraukan oleh Tabi dia terus saja mengarahkan pedangnya pada mereka.

"Sudah cukup tabi.. Tabi yang kukenal bukan Tabi yang seperti ini.. Tabi ku itu sangat baik, dan bersahabat..." aku terus merenungkan apa yang sudah terjadi, ku jadi mengingat masa-masa dulu yang kuhabiskan bersama Tabi

"Rasakan kalian!!!" saat tabi akan menukik tajam mengarahkan Pedangnya Yasha dengan sigap langsung mengubah pedangnya kembali menjadi serpihan-serpihan es yang Tajam dan melesat menuju kearah Tabi, aku yang melihatnya tidak bisa membiarkan Tabi terluka "Tidaaaaak!!! hentikaaaaaan...!!! jangan sakiti Tabi lagi..Toruuu cukuuup...!!!!" Toru berhenti menyerang dan berteriak "Toma,Yasha! berhenti menyerangnya!"

"apa kau mau mati hah?!" nafas yasha terengah-engah "aku mendengar Suara Lia!" Yasha dan Toma melihat ke arah Tabi yang sedang jatuh terduduk. Tabi pun saat ini sedang terdiam aku hanya bisa menangis saja di dalam tubuh ini, Tubuh Tabi terlihat bergetar Toru perlahan-lahan mendekati Tabi "hei! kau gila Toru! jangan kesana!" teriak Yasha khawatir "tenang saja, Lia sudah kembali..!" dengan terus melangkah akhirnya Toru sampai di depan Tabi, dan menyadari apa yang Terjadi Pada Tabi saat itu.

Air mata Tabi membasahi pipinya yang masih tertunduk "kenapa...kenapa kau begitu peduli padaku?" toru mencoba menyentuhnya, dia memegang pundak Tabi, namun ditepis olehnya,Toru mundur satu langkah ke belakang karana dia tau, sosok itu masih milik Tabi karena matanya masih merah menatapnya dan juga rambut dan Sayapnya "Kenapa kau begitu memperdulikanku sementara yang lain tidak Lia...!!" dia menangis tersedu-sedu "sejak kapan aku tidak memperdulikanmu?" entah sejak kapan Perasaan kami menyatu, mungkin saat sejak tadi dia mulai merasakan dan dapat mengerti hatiku.

"sejak kapan aku tidak menyayangimu? sejak dulu hingga saat ini aku masih menyayangimu Tabi, seperti aku menyayangi diriku sendiri..." air mataku terus mengalir "kalau kau memang menyayangiku kenapa kau mencegahku menghabisi orang-orang itu?" Toru yang melihat Tabi berbicara sendiri mulai paham, kalau kami berdua sedang berbicara.

"aku tidak mau kau menjadi mengerikan seperti itu, aku tidak ingin kau menyesali perbuatanmu itu kelak... karena aku tidak ingin namamu menjadi buruk di mata semua orang! kau tau itu sejak dulu kan?"

"........." dia terdiam memahami kata-kataku kepadanya "masalah ketiga orang itu akan aku sendiri yang memberikan mereka pelajaran.." Tabi mencibir "apa yang bisa kau lakukan?" aku yang saat itu sedang dilema asal saja menjawab pertanyaannya "kau sudah melihat sendiri kemampuan teman-temanku kan? aku bisa meminta mereka melakukannya untuk ku, untuk mu tentunya.."

Tabi tersenyum dan meliat ke arah Toru "kau, maukah kau berjanji akan melakukan apapun yang Lia inginkan?" toru terkejut atas pertanyaan Tabi itu "tentu saja, bukan hanya aku, semuanya akan melakukan yang Lia inginkan.." Tabi tersenyum "begitu ya.."

Tabi berdiri dengan sempoyongan masih dengan air matanya yang membasahi pipi, lalu dia menutup matanya dengan tenang. namun kini senyum menghiasi wajahnya. perlahan Rambutnya kembali menghitam dan sayapnyapun mulai kembali berwana Putih secara perlahan.

aku merasa seperti tertarik kedalam tubuhku dan saat aku membuka mata, aku sudah bisa mengendalikan tubuhku kembali, mataku kini juga sudah kembali menghitam "aaah..." aku menghela nafasku lalu prlahan-lahan aku seperti merasakan ada yang keluar dari tubuhku, ku melihat kebelakang sudah tampak sosok Tabi yang sebenarnya. semuanya tercengang melihat wujud asli nya

Wajahnya tampak lebih tenang dari sebelumnya, matanya yang merah, rambut dan juga sayapnya yang merah sangat indah dipadu dengan Baju Dress berwarna Pink dan syalnya yang berwarna Ungu muda. air matanya masih sedikit menggenang di pipinya, tubuhnya saat ini seperti bayangan yang transparan tidak memijakkan kakinya di tanah.

"aku akan menunggu janjimu untuk menghakimi mereka Lia.." katanya tenang

"iya aku janji..." ku tersenyum padanya dan tanpa pikir panjang aku langsung berlari memeluk tubuh itu, tubuh yang kesepian itu yang selama ini menunggu di istana seorang diri dalam kesendirian

"huaaa...hiks hiks..." tangisku langsung memecahkan keheningan malam di hutan itu, Tabi pun mengeluarkan air matanya walau tidak merengek sepertiku, lalu Tabi melepaskan pelukannya dariku "Lia..." Tabi menunjukan kalung Liontin yang ada di lehernya dan dia keluarkan dari balik Syall yang dia pakai, kalung itu sangat indah dengan Liontin permata berwarna Merah muda.

kami bila dilihat memang hampir berwujud sama, hanya warna rambut, sayap dan mata kami saja yang berbeda, mereka yang melihatnya juga pasti berpendapat sama denganku.

Tabi melepaskannya dan memakaikannya padaku "aku ingin kau memiliki ini" pintanya padaku, lalu saat Tabi menyentuhkan tangannya pada batu liontin itu, batu itu bercahaya, dan keluar sebuah cahaya merah dari dalam liontin itu.

dari cahaya itu muncul sosok Burung Phoenix merah yang besar setinggi tiga kaki, semua terkejut dengan penampakan burung Phoenix itu. Tabi berajalan ke arah depan burung tersebut dan membelai kepalanya "ini adalah sahabatku.. kau pasti mengingatnya kan?" tangannya tetap mengelus paruh burung itu "itu.. apa mungkin itu jujakmu?" Tabi hanya tersenyum padaku "selama ini aku belum memberikannya nama, maukah kau memberikannya nama untuk ku?"

dengan senyum lebar aku menganggukan kepalaku "aku memberikannya nama Matatabi... karena dia selalu menemanimu selama ini"

"Matatabi ya, nama yang bagus..." tabi pun tersenyum ke arah Matatabi. Matatabi menatap kearahku saat namanya ku sebutkan lalu dia mengembangkan sayapnya dan mengarahkan kepalanya ke atas lalu mengeluarkan suara yang belum pernah ku dengar dari hewan manapun di dunia ini, jelas saja, itu pasti suara Phoenix.

"dan Matatabi juga menyukai nama itu" Tabi mendekatiku kembali "ku minta kau menjaganya untuk ku" aku terkejut "Menjaganya?" tanyaku bingung dngan menggenggam liontin yang ada di leherku

"ya, aku tidak bisa membawanya, aku ingin dia tinggal disini menjagamu" tubuh bagian bawah Tabi mulai menghilang seperti serpihan cahaya yang terbawa oleh hembusan angin "sekarang aku bisa beristirahat dengan tenang bersama teman-temanku yang lain" aku tau hal ini akan terjadi, tapi air mataku tetap tidak bisa berhenti mengalir

aku meraih tangan Tabi dan menggelengkan kepala "kau bisa tinggal disini bersama kami!" Tabi hanya tersenyum "teman-temanku juga sudah menungguku... aku akan menceritakan pengalamanku itu pada mereka.. ingatlah Lia.. aku tetap ada didalam dirimu.." tangannya diletakkan di dadaku "hiks.."

"terimakasih atas semuanya..." sebelum seluruh tubuhnya menghilang dia sempat memberikan senyum pada Toru, Toma dan Yasha

aku langsung terduduk menutup wajahku, toru berlari menghampiriku dan memeluk ku..aku menangis sejadinya dipelukannya, lalu teman-teman ku yang lainpun datang "kalian semua tidak apa-apa?!" tanya ka Wiliam pada kami yasha dengan enteng menjawabnya "yah sudah tidak apa-apa, masalah ini sudah berakhir..huh, merepotkan saja" jelasnya sambil berjalan menuju pepohonan dimana Leo, Wisnu dan Mora bersembunyi

"hei kalian! ini semua karena kalian bertiga tau!" Yasha menggenggamkan tangannya di wajah mereka bertiga, mereka ketakutan dan meminta maaf, dan mereka baru menyadari ternyata wanita tadi adalah Shirotabi "sepertinya burung itu akan mendapatkan makan malam tiga daging panggang segar disini haahahah!" dia tertawa meledek sambil melirik ke arah Matatabi, mereka bertiga memohon ampun pada siapapun yang ada disana untuk menolongnya agar tidak dimakan Matatabi.

Matatabi menyentuhkan Paruhnya ke punggungku dan akupun melihat kearahnya "Matatabi...maaf ya.. aku tidak apa-apa kok" aku mencoba tersenyum padanya, aku harus tau, yang merasa kehilangan atas Shirotabi bukan hanya aku, Matatabi juga pasti sedih ditinggalkan olehnya.

"kita akan selalu bersama ya Matatabi" senyumku padanya sambil mengelus paruhnya yang besar

Fuji berlari menghampiri aku Toru dan Matatabi, dia sangat terkejut dengan apa yang dia lihat didepannya "Ya tuhan... itu Phoenix asli!! keren..!!" aku dan Toru tertawa melihat tingkahnya "Lia.." Tiba-Tiba Matatabi memanggilku "sekarang aku akan kembali ke dalam Liontin, panggillah aku kapanpun kau inginkan.." Matatabi berubah kembali menjadi cahaya merah dan melesat masuk kedalam Liontin yang ada di leherku ini "Ternyata Makhluk itu bisa berbicara.." toru terheran-heran "aku juga baru tau kalau matatabi bisa bicara " kataku

"aaakh.." aku sejak tadi tidak menyadari kalau tubuhku penuh dengan luka dan baru merasakan sakit sekarang "kau tidak apa-apa Lia?" tanya Toru padaku "ya ampun.. Lia kau babak belur.. siapa yang melakukannya??" tanya Fuji padaku "hahaha serangan Yasha dan yang lain tadi ternyata menyakitkan juga ya." sayapku pun terluka, sementara aku tidak bisa menghilangkan Sayapku karena lukanya cukup parah "hei teman-teman Lia terluka kita harus membawanya kembali " Fuji berteriak kepada semuanya dan Toru menggendongku di punggungnya meninggalkan hutan itu

sambil berjalan aku menatap langit yang penuh dengan bintang, seakan-akan Tabi menatapku dari atas sana

"aku ingin tidur...." kataku lemas pada Toru

"pasti kau lelah sekali... tapi lukamu harus di obati dulu nanti.." Toru tersenyum padaku padaku

"aku menyayangimu Toru...."

******


Bersambung~
 
Last edited:
Chapter 6
Masa Tenang





sudah dua hari aku dirawat karena luka yang ku terima saat di hutan itu, walau masih banyak luka yang belum sembuh, tapi sudah lumayan lah, perban di tangan dan kakiku sudah bisa dilepas, sebenarnya itu keajaiban, karena luka yang cukup dalam seperti itu bisa cepat membaik dalam waktu dua hari. sayapku masih belum bisa ku sembunyikan dari punggungku ini, jadi sementara aku tidak mau terlihat oleh teman-teman dari dunia asalku, Toru sudah menceritakan semuanya pada mereka, tapi malah karena di ceritakan aku tidak mau terlihat oleh mereka, aku pasti akan dibilang aneh.

aku beranjak dari tempat tidurku, melangkah menuju meja rias, disana terlihat pantulan bayanganku di cermin "ooh..berantakan sekali badanku" membelai pipiku, disana ada beberapa luka goresan yang di tutupi oleh plaster, sayap ku pun masih terlihat luka yang basah, karena sayapku penuh dengan bulu, jadi tidak mungkin untuk menutupnya dengan perban, jadi hanya di olesi dengan obat sampai nanti lukanya mengering dan sembuh.

ku melirik ke arah jam dinding tepat di atas meja riasku, sudah jam 07.00 pagi, sebentar lagi Sora dan Sakura pasti datang untuk membantuku membersihkan diri dan memberikanku obat lagi.

"tok tok tok"

ah seperti dugaanku mereka datang, ku bangun dari kursi meja riasku dan berjalan menuju pintu untuk membukakannya. ku putar pegangan pintu yang seperti bola ping-pong berwarna emas itu dan ku buka perlahan, terlihatlah diluar sana Sakura dan Sora sedang tersenyum dan melambaikan tangannya "selamat pagi peri kecilku.." ledek Sora, ku mempersilahkan mereka untuk masuk dan kembali ku menutup pintu

Sakura meletakkan kotak P3K di meja riasku dan duduk di kursinya "bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Sakura sambil membuka kotak P3K yang dibawanya

"Sepertinya sudah membaik" ku sedikit mengembangkan sayapku didepan Sora "hei-hei.. jangan sembarangan menggerakkannya.. kau bisa membuat lukanya terbuka lagi Lia.." teriaknya padaku.

"sudah tidak apa-apa kok, sudah tidak sakit saat digerakkan. mungkin sudah bisa ku kembalikan ke dalam punggungku" ku rentangkan sayapku kiri dan kanan secara bergantian agar Sora dan Sakura percaya

"Walaupun sudah dapat digerakkan, bukan berarti tidak akan sakit saat kau menariknya masuk kedalam tulang punggungmu" Sakura membuka botol kecil berisikan cairan obat, dia memegang sayap kiriku dan mengoleskan cairan itu menggunakan sehelai kapas ke luka yang terlihat di permukaan sayapku "Lihat" dia memegang goresan luka dibalik bulu sayapku "aaw...sakiiiit..!" sakura tersenyum "nah masih sakit kan?" tangannya masih mengoleskan cairan itu ke setiap lukaku.

"lukamu masih belum kering benar, walau sudah tidak sakit saat kau menggerakkannya, tapi saat kau mencoba memasukkan kedalam tubuhmu, luka ini akan bergesekan dengan lapisan kulitmu yang lain dan akan mengakibatkan luka yang sebelumnya hampir menutup menjadi terbuka lagi"

aku menundukkan kepalaku "sampai kapan sayapku ini harus muncul?"

"tentunya sampai kau sembuh total Lia, jangan mengambil resiko lagi" jelas sora padaku dan tangannya menjepit rambutku ke atas karena sora akan mengobati luka dileherku.

"kalau begitu aku tidak bisa bertemu teman-temanku..." aku masih menunduk dan tiba-tiba wajah sora ada di sampingku "siapa yang bilang kau tidak bisa bertemu mereka?" wajahnya serius

"masalahmu itu mereka semua sudah tau Lia, jadi sekarang tidak ada yang perlu di tutupi lagi" jelas sakura sekarang tangannya mengobati sayapku yang kanan.

"sekarang aku pasti di anggap aneh oleh mereka, haaah..." aku menutup mataku dengan kedua tangan "bukan aneh Lia... bukan... tapi menakjubkan!!" wajah sora sangat berkaca-kaca saat mengatakannya "kau itu seperti malaikat, kau terlihat sama seperti Putri!" katanya bersemangat

"hah? jangan samakan aku dengan putri... sudah jelas lebih cantik dia dibandingkan denganku Sora..." wajahku cemberut "hahaha.. kalian sama kok, sama-sama spesial..!" senyum sakura sambil menutup botol obat dan meletakkannya kembali kedalam kotak P3K.

"suatu saat kau pun pasti akan bisa melakukan hal menakjubkan seperti Putri" senyum Sakura mengembang di wajahnya, kini dia mengambil beberapa Plester untuk menggantikan Plester yang sebelumnya ada di tubuhku

"siang ini kau mau ikut kami ke taman?" ajak Sora padaku tangannya sambil meletakkan Plester ke tempat lukaku bagian tangan "Mau apa kesana?" tanyaku heran

"kami ingin makan siang diluar, apa kau tega membiarkan Toru sendirian bersama kami menikmati makan siangnya?" Sora mendekatkan wajahnya ke wajahku dan mencibir "dia sudah besar kan? pasti toru bisa makan sendiri, lagipula sudah ada kalian yang menemaninya" Sora cemberut di depan muka ku tanda keberatannya atas kata-kataku tadi, mataku berputar dan menghela nafas "oh boy... baiklah aku ikut.." mata sora berkaca-kaca penuh semangat "aah syukurlaah....aku punya pakaian yang cocok untuk kau kenakan siang ini!" katanya bersemangat.

"oh tidak.. perasaanku tidak enak.. jangan bilang kau berniat untuk..." aku berhenti berbicara melihat Sora yang membara di depanku, sepertinya dia tidak mendengarkan kata-kataku. ku memutar kepalaku menghadap Sakura yang sejak tadi ada di belakangku "Sakura... tolong hentikan dia..." mukaku pucat pasi karena aku tidak mau menjadi kelinci percobaan Sora "kau pasti sangat cantik nanti" senyum Sakura padaku karena dia tau apa yang akan Sora lakukan padaku "oh tidak.. aku tidak mau di Make up..!!!" teriakku sekencang-kencangnya.

****
 
siang pun tiba, dikamarku sangatlah berisik oleh keributan ku dengan Sora, Ami, Meyling. mereka benar-benar mempermak tubuh dan wajahku. memolesku dengan bedak yang tebal, lipstik yang tebal, maskara, eyeshadow. "TIDAAAAAK...!!!" teriakku berlari menghindari tangan mereka, aku selalu komplain atas polesan mereka "Lipstiknya terlalu tebal..!!" ku hapus sendiri dengan tisu yang ada di meja rias dan di Protes oleh Sora

"Bedaknya juga terlalu Tebal..!! kalian kira aku akan jadi Aktris Opera???!!" tiap riasannya tidak ada yang cocok denganku, sebenarnya bukan tidak cocok, tapi aku tidak Percaya diri dengan penampilanku jika di permak habis-habisan karena aku selama ini tidak pernah menggunakan make up sedikitpun. kalau hanya bedak tabur dan pelembab bibir tanpa warna saja pernah .

setelah aku merasa cocok dengan riasannya, mulailah memilah-milih baju yang akan ku gunakan, banyak pakaian yang aku tolak "ini terlalu terbuka.." kataku komplain "kalau belakangnya tidak terbuka bagaimana memakainya Lia...? sayapmu tidak bisa di lupakan begitu saja" gertak Ami padaku.

akhirnya aku memilih pakaian yang tidak cukup terbuka namun masih terlihat feminim, mengunakan celana Legging hitam corak dua garis putih vertical di pinggirnya dan bagian bawahnya berhiaskan tiga buah kancing tersusun vertical, dengan baju Dress berwarna Cream tanpa kerah, tangan panjang di atas sikut, bahu kiri dan kanan berlubang hingga bisa terlihat mulusnya bahu tangan ku, tentu saja bagian punggung berlubang dan sangat pas untuk sayapku, bagian pinggang ada sedikit karet jadi membuat lekuk tubuhku terlihat ramping dan dari karet pinggang hingga paha agak longgar karena berombak seperti rempel dan tidak lupa aku memakai Kalung liontin Merah muda pemberian Tabi di leherku, sangat serasi.

Meyling menggiringku kedepan cermin "Lihatlah...siapa yang ada di dalam sana..?" meyling melirik ke arah Cermin yang besar, dari ujung kepala hingga ujung kakiku dapat terlihat. "i..itu aku?" kataku gugup melihat sosok didalam sana, sangat anggun dengan rambut terurai agak bergelombang dengan hiasan jepit rambut cantik berhiasan bintang putih, sayapnya cocok menghiasi punggungnya.

"cocok sekali..... kyaaaa!!" Sora berteriak sambil memeluku dari belakang "kalian pintar sekali menyesuaikan penampilanku dengan sayap ini haha" tertawaku pelan sambil memandang kagum sosok di dalam cermin.

kami menuju Taman. Sepanjang perjalanan Meyling, Sora dan Ami aku minta berjaga-jaga di sekliling karena aku takut panampilanku ini akan dilihat teman-teman dan keluargaku, aku masih belum siap untuk bertemu mereka semua dalam keadaan seperti ini.

sesampainya di taman Sora berteriak memanggil mereka semua dan melambaikan tangannya, aku berhenti melangkah padahal jarak ke tempat mereka masih sekitar 10 menter "kenapa Lia?" tanya ami "ayo cepat.. mereka menunggu kita.." kata Sora bersemangat

Aku melihat Toru berdiri dan yang lain memandang ke arah kami "aku pasti aneh, aku pasti aneh, aku pasti aneh" hanya itu yang ada di dalam kepalaku saat ini, karena semua memandangiku dari sana, memandangiku dengan tatapan sangat terkejut. ku melihat kearah Toru dia tersenyum padaku dan melangkah maju mendekatiku, makin dekat, makin dekat, makin dekat hingga sampailah didepanku dan dia mengulurkan tangan kananya sambil tersenyum "selamat datang Peri ku" aku tidak bisa menahan senyumku yang ingin meloncat dari bibirku, ku sambut tangannya dan menggenggamnya.

Sora, Meyling dan Ami berjalan di belakangku dan Toru seperti iringan pengantin saja, aku berjalan berdampingan dengan Toru sambil bergandengan tangan menuju tempat teman semua berada "kau cantik sekali Lia..." sambil melangkah Toru membisikan kata-kata itu padaku dan sampailah kami di tempat yang lain. Aku disambut hangat oleh mereka, canda-tawa mewarnainya, dan aku merasa keberadaanku sangatlah spesial bersama mereka.

rasa bahagia ku sangat besar bahkan melebihi apa yang ku kira, bahagia ini sangat meluap seperti air yang meluap dari dalam gelasnya karena terlalu penuh, melihat semuanya bisa bahagia dan bersikap wajar bersamaku walau dengan sayapku ini, aku masih merasa aku tidak merasa berbeda.

"hei nona Peri!" teriak Yasha padaku, aku melirik ke arahnya dengan tatapan curiga "apa..." kataku malas "tolong tembakan Panah asmara ke Ami ya! hahahah" Yasha cekikikan di samping Ami disusul yang lain tertawa "Kau kira aku Cupid hah? kalau kau mau cintamu dengan Ami langgeng... sana lampiaskan di dalam kamar! khukhukhu" balasku mencibirnya

"eiits...kau jangan ragukan kemampuanku ya, harusnya aku yang bertanya seperti itu... kau apakan Toru di kamarmu tiap malam hah? ckckck diam-diam kau Liar juga ya... sampai Toru betah berlama-lama didalam kamarmu waahahahahahhaha" mendengar kata-katanya itu langsung berkobar api didalam dadaku dan rasanya ingin sekali ku lempar piring yang ada di tanganku ini "kau... kau pikir aku ini apaaaa!!!??? dasar kau Kerdil..!!!"

"hei kau lihat baik-baik, tubuhmu paling pendek disini... kau yang kerdil ahahahha" Yasha terus saja mengejekku, yah memang itulah yang biasa terjadi bila kami berkumpul, kadang aku beradu mulut dengan Duo, atau yg lainnya walau kadang menjengkelkan namun itu yang membuatku selalu ingin bersama mereka.. kehangatan dalam sebuah persahabatan melebihi kehangatan dengan keluargaku sendiri.. itu sangat indah.

"ka wiliam! itu Lia mengantongi makanan penutup di sakunya untuk didalam kamarnya!" ledek Duo

"sembarangan kau kalau bicara....!! ka wiliaaam!!! aku ingin Duo dihukum membersihkan Toilet besok!!!"

semoga kebersamaan ini akan selalu terjalin untuk selamanya, apapun bencana yang menghadang didepan kami.. kami akan hadapi bersama.. Sahabat sejati akan selalu bersama walau dalam kesulitan.

******


Bersambung~
 
Chapter 7
Serangan Pertama





malam ini sangat indah, langit dihiasi oleh bulan sabit yang melengkung dan dilengkapi oleh taburan bintang. ku berjalan menuju beranda kamar untuk menikmatinya dengan lebih jelas, melihatnya tanpa ada halangan benda apapun seperti ini, aku merasa seperti ada di luar angkasa.

saat aku menatap langit yang begitu memukau, mataku menangkap bayangan atap kamarku. aku berfikir "melihatnya dari atap sepertinya lebih indah" dengan tersenyum, aku angkat sedikit baju tidurku yang seperti daster berwarna putih dengan bahan yang sangat halus dan aku menaiki pembatas beranda yang terbuat dari kayu Jati berwarna coklat, ku mencoba berdiri dengan hati-hati aku berkonsentrasi untuk menggunakan hasil latihanku untuk bergerak di udara dan berhasil, tubuhku melayang dan aku menatap ke arah atap serta mengentakan kakiku sedikit agar aku melesat ke atas, dengan sekali hentakan aku sampai di atap dengan pendaratan mulus. ku memutar rubuhku ke arah pinggir atap dan mulai menatap kembali ke arah langit.

pemandangan yang benar-benar indah. ku dudukan diriku di atap yang berdebu dan ku condongkan badanku sedikit ke belakang dengan kedua tanganku menahannya, ku angkat wajahku ke atas dan terlihatlah langit yang begitu luas. bintang dimana-mana dan sebua bulan sabit bersinar dengan indahnya. ku tutup mataku dengan perlahan ku diam sejenak dan menikmati hembusan angin malam dikulitku dan melambaikan setiap helai rambutku, terasa nyaman sekali...

rasanya seperti berada di atas langit seorang diri diiring bintang-bintang di sekitarku. suara desiran ombakdari pantai yang tidak jauh dari kastil pun dapat ku dengar, sangat merdu seperti alunan musik alam dan suara gemersik pepohonan yang tertiup angin seperti melengkapi alunan ombak. sangatlah serasi.

perlahan ku membuka mataku dan kembali ku menatap bintang yang ada di atas sana.. sanatlah sunyi.. terlalu sunyi.. aku tidak terbiasa dengan kesunyian seperti ini, untuk beberapa waktu aku terbawa oleh lamunanku sendiri dan perasaanku menjadi hampa, diriku teringat kembali akan SHirotabi dan kejadian belum lama ini, hingga menyebabkan sayapku terluka dan kini belum pulih benar. ku angkat tubuh ini menjadi duduk dan ku rentangkan sedikit sayapku lalu ku tekuk kakiku dan ku peluklutut kakiku hingga dapat ku cium dan ku gerakan sayapku kdepan menutupi semua permukaan tubuhku menjadi seperti telur yang terbungkus oleh bulu tebal.

"Tabi...." ku mengerutkan alisku saat mengucapkannya dan air mata menggenang di kelopak mataku tapi tidak sampai meluap keluar menetes di pipi, lalu aku merasakan ada yang mengganjal di dadaku, benda keras yang ada di sana, ku rentangkan kembali sayapku dan ku raba sekitar dada lalu aku memegang kalung liontin yang selalu kupakai itu. kenapa aku lupa? selama ini aku tidak sendiri, ada Matatabi yang menemaniku. kugenggam erat liontin berwarna merah muda itu dan kusebut namanya "Matatabi..." Liontin itu bersinar, segera ku buka genggaman tanganku dan cahayanya melesat keluar menjelma menjadi seekor burung Phoenix yang besar sedang melayang mengepakkan sayapnya di depanku.

tubuhnya sangat terang berwarna merah seperti api yang sedang membara namun tidaklah panas, melainkan hangat yang kurasa walau jarak ku dengannya hanya satu meter saja. ku ulurkan tanganku untuk menggapai kepalanya, di condongkanlah kepala Matatabi ke tanganku agar aku bisa menyentuhnya, dan bulunya sangatlah lembut seperti sebuah kapas.

"Matatabi... bolehkah aku memintamu menemaniku malam ini?" tanyaku padanya dengan mata yang berkaca-kaca menahan tangis "tentu saja.. akupun mengharapkannya... dan aku ingin selalu menemanimu..." jawabnya padaku

Matatabi mendaratkan tubuhnya tepat di sampingku dan menurunkan badannya seperti seekor burung yang sedang mengerami telurnya. ku beranikan diri untuk bertanya padanya mengenai Shirotabi, karena aku tau jika aku menanyakan hal itu pasti dia akan sedih "kau merindukannya?" tanyaku sambil menatap matanya yang hitam bergaris tengah merah "......" dia hanya diam dan ku perjelas pertanyaanku kembali "apa kau merindukan Shirotabi?" aku memalingkan wajahku dan menatap ke langit dengan pandangan kosong.

"tentu saja aku merindukannya... tapi bersamamu disini, aku merasa tetap berada di sisinya..." dia melihat ke arah langit sama sepertiku. mndengar perkataanya itu aku langsung memandangnya kembali "kenapa bisa seperti itu? shirotabi telah kembali ke dunianya, aku bukanlah dia" jelasku padanya dan tanganku membelai wajahnya.

"bau tubuh kalian sama, jadi aku tidak merasa asing padamu" dia menatapku "bau tubuhku?" Matatabi mengedipkan matanya "ya, tiap makhluk hidup memiliki bau yang berbeda, begitu juga menusia, tapi bau tubuhmu dan dia sama. kalian mmpunyai bau yang menyenangkan" jelasnya sambil mendekatkan paruhnya ke tubuhku.

aku tersenyum mendengar pernyataannya itu "terima kasih ya Matatabi" kupeluk erat kepala Matatabi "kalau tidak ada kau disini, mungkin aku akan menangis saat ini"

"bolehkah aku menyanyikan satu buah lagu?" matatabi menatapku "ada satu lagu yang selalu aku senandungkan saat aku sendirian, dan mengingatkanku pada kalian... kau mau mendengarkannya?" Matatabi menganggukan kepalanya lalu aku menatap langit kembali dan Matatabipun mengikutiku menatap langit "Lala... la.. la..." ku senandungkan agu yang biasa ku dengarkan setiap kali ku ingin mengenang mereka. kata demi kata ku senandungkan hingga air mata tak bisa ku tahan "maaf ya Matatabi.. aku cengeng sekali ya?"

kuhapus air mataku "banyak sekali kenangan bersama kalian, sampai-sampai membuat dada ini sakit bila mengingatnya, seandainya saat itu kubiarkan Tabi tetap ada di tubuhku, mungkn sekarang kita bertiga disini"

"walaupun dia berada disini, suatu saat dia pasti akan ke dunianya..." kepalaku berputar melihat kearahnya "kenapa? dia pasti senang disini" kataku yakin "dia mempunyai kehidupannya sendiri disana bersama tenam-temannya, sama sepertimu disini..karena tu dia sangat marah pada ketiga orang itu yang sudah menghancurkan kebahagiaan mereka"

"apa yang terjadi pada mereka?" wajahku serius "beberapa diantaranya ada yang menghilang, dia masih berusaha mencari bersama yang lain, namun di perjalanan ada saja rintangannya... semua itu bermula karena ketiga orang itu, tanpa mereka sadari, mereka sudah menghancurkan harapan dan kebahagiaan orang lain. sungguh egois"

"aku akan memberikan mereka pelajaran yang setimpal... aku sudah berjanji padanya" ku membelai wajah matatabi.

"aku dengar ada suara merdu yang sedang bersenandung, ternyata suara itu berasal dari Peri bulan yang sedang gundah.." tiba-tiba Toru muncul di hadapanku melayang dan hinggap di sampingku dengan ringan

"Toru... sedang apa kau disini?" tanyaku padanya heran

"tadi kan aku sidah bilang aku mendengarkan senandung yang merdu dari arah sini, dan ternyata itu kau Lia.." dia duduk tepat di sampingku

"kau belum tidur?" tanyaku melihat matanya yang masih segar tidak terlihat mengantuk "aku belum bisa tidur, aku memikirkanmu sejak tadi.." wajahnya menatapku dalam dan akupun menatapnya dengan terkejut "kau bercanda lagi ya? haha" kata-kataku di tepis olehnya dengan menatapku dengan serius.

"memangnya apa yang kau pikirkan?" tanyaku pelan sambil mengelus Matatabi yang sejak tadi menyimak pembicaraan kami

"Hubunganmu dengan Ken... sudah sejauh apa?" tanyanya serius tanpa memalingkan tatapannya dariku

aku terkejut dengan pertanyaannya itu, aku nyaris melupakan masalah hubunganku dengan ka Ken juga Toru "itu...aku juga tidak tau harus bagaimana" kataku dengan wajah tertunduk bingung

"keadaan sekarang sudah berbeda... dulu aku bisa merelakanmu bersama pria manapun yang berasal dari dunia yang sama denganmu karena mungkin itu yang terbaik untukmu"

aku tau, Toru pasti sangat tersiksa saat ini memikirkan hal itu. selama ini status dia dan aku juga sudah sampai tahap bertunangan, dulu saat aku tdak bisa ke Deepblue, hubungan kami serasa mustahil, karena dunia kami berbeda dan mungkin tidak akan bisa bersama selamanya, tapi kini aku sudah bisa ke Deepblue dan kami bisa bersama seperti ini.

"aku tidak bisa menahan diriku lagi jika melihatmu bersama pria lain di dekatku Lia..." wajah Toru mulai gelisah mengatakannya, jelas sekali terlihat kalau dia memang sangat gelisah.

aku berusaha bersikap tenang dan mencoba berfikir jernih saat ini, akupun melemparkan senyumku padanya "sudah berapa lama kita bersama?"

"aku rasa.. waktu yang kita lalui bersama sudah mewakili jawaban atas pertanyaanmu... semala ini walaupun ada lelaki yang dekat denganku bahkan berkencan denganku, namun...di hatiku yang paling dalam masih mempunyai rongga yang besar dan tidak ada yang pernah bisa mengisinya" ku membuang wajahku kelangit "walaupun aku mencoba mengisi kekosongan itu dengan pria lain, tetap tidak bisa..."

aku menatap toru berharap dia mempercayai kata-kata yang ku ucapkan, ku pegang dadaku di hadapannya "disini... sudah terukir namamu... dan tidak bisa di hapuskan..." mataku mengecil "kau tau? bahkan selama ini aku malah merasa sedang berselingkuh dibelakangmu, aku merasa dirikulah yang jahat... aku akan melukai semuanya, sekarang terbukti kan? saat aku sudah bisa bersamamu... semua terbukti?" air mataku tidak dapat kutahan hingga mengalir begitu saja " aku benar-benar menduakan kalian berdua..." ku menutup wajahku karena aku merasa sangat terpukul atas kenyataan yang baru ku sadari ini.

Toru yang melihatku menangis hanya bisa terdiam tanpa berkata apapun dan mulai membelai rambutku dengan lembut "maafkan aku... aku tidak bermaksud memojokkanmu Lia..."
 
"maaf bila aku mengganggu pembicaraan kalian berdua... tapi sepertinya aku mencium bau yang tidak menyenangkan" Matatabi bemberikan isayratnya pada kami dia segera bangun dan mencondongkan kepalanya ke atas, di sana ternyata bisa ku lihat ada seekor hewan yang sama besar dengan Matatabi tapi tidak begitu jelas wujudnya "apa itu?" tanyaku pada entah siapa

"firasatku tidak baik, di dunia ini tidak seharusnya ada mkhluk besar seperti itu" jelas Toru khawatir, kami mulai berdiri dengan siaga, dan kami melihat ada lagi bayangan yang sama, tidak hanya satu tetapi 4 ekor!

"mereka seperti sedang mencari sesuatu.." Toru menyipitkan matanya "itu pasti pasukan Sarnax dan Pixie"

keempat makluk itu berputar-putar di sekitar perisai yang telah di pasang, dan sepertinya mereka menyadari perisai tersebut tidak lama kemudian keempat makhluk itu berhenti di atas kami tanpa kami duga sebelumnya, mereka ternyata menyemburkan api ke arah kami

"Kyaaaaa!!!" aku terkejut karena api yang sangat besar menyembur di atas kami tapi kami tidak apa-apa karena kami masih didalam batas pelindung dan api itu tidak bisa melewatinya, toru melindungiku dengan berdiri di depanku segera, begitu juga Matatabi berdiri tegak dengan siaga.

ternyata makhluk-makhluk itu tidak berhenti sampai situ, mereka terus berusaha menghancurkan perisai dengan membakar dan menabrakkan tubuh mereka ke perisai tersebut, Toru yang panik langsung menutup mata dan kedua jarinya di letakkan ke dahinya sesaat "semuanya... Siaga satu!!! ada musuh mencoba menghancurkan Perisai dan mencoba untuk menyerang! ungsikan semua penghuni kastil ke ruang bawah tanah segera, dan bersiap untuk bertahan!" perintahnya dengan menggunakan Telepati kepada semua anggota Hikatodwu yang juga bisa ku dengar

"Sarnax dan Pixie kah?"

"aku belum bisa memastikannya, lebih baik bergegas agar tidak ada yang terluka"

"kau dimana Toru? darimana kau tau kedatangan mereka?"

"aku ada di atap kastil, bersama Lia.."


semua didalam sana sedang di evakuasi oleh teman-teman yang lain, toru terus memberitahukan situasi yang kami lihat pada mereka, kulihat makhluk itu terus menyemburkan api di atasku dan perlahan-lahan perisaipun melemah dan tanpa menunggu lama mereka mendobrak masuk hingga perisai lenyap sama sekali.

"hohohoho... kalian telah menyambut kami rupanya... penjamuan yang sangat baik"

ternyata itu Sarnax! sosoknya itu tidak akan pernah diragukan kalau itu dia, karena Sarnax adalah hasil Clon dari Toru jadi Sarnax sangatlah mirip dengannya bagaikan pinang dibelah dua, dia menaiki seekor naga berwarna hijau tua dengan dua buah tanduk di kepalanya dan berkumis panjang seperti kumis ikan lele, ketiga anak buahnya berpakaian ala ninja berwarna hitam yang juga menaiki naga yang sama dengannya.

Sarnax memperhatikan kami dengan seksama, dan menyadari ada yang lain dari diriku "WoW.... Lia.. kau berubah dari terakhir kita bertemu... apakah sayap itu kau pakai untuk menuju bulan malam ini? hahahaha" dia mengejek ku, tapi aku tidak ambil pusing akan ucapannya karena memang itulah sifatnya

"kau...." Toru terlihat geram dan sangat waspada, aku tahu keadaan kami saat ini pasti sangat tidak menguntungkan, mereka menggunakan Naga yang jelas-jelas di luar perkiraan kami semua

Matatabi mengepakkan sayapnya dan berdiri di depanku dan Toru "matatabi..." kataku pelan menatap matatabi

"waah.. kalian punya peliharaan baru rupanya? tapi hewan itu tidak akan hidup sampai besok pagi!" Naga Sarnax menyemburkan apinya lagi kearah Matatabi "Tidaaaak!!!" aku berteriak memegangi Matatabi yang terhalang oleh tubuh Toru, dan aku sangat terkejut, Matatabi tidak bergeming sedikitpun oleh api itu

"hanya segitukah kemampuan Api seekor naga?" desis Matatabi pada mereka

"hohow... hewan itu bisa berbicara... hei kau burung pipit, lebih baik pergilah daripada nyawamu ku ambil" Sarnax terkekeh pada Matatabi

"buktikan kata-katamu itu" Matatabi langsung mengepakkan sayapnya dan menyemburkan api kearah Sarnax

Toru menarikku turun saat Matatabi dan Sarnax saling serang dengan api yang mereka semburkan, Matatabi melesat ke atas menuju Naga yang Sarnax tunggangi dan mencakar lehernya yang panjang lalu dijatuhkannya kebawah hingga membentur atap kastil dan "Bruuuk" seluruh atap kastil yang tertimpa tubuh naga itu hancur berantakan

aku dan toru melangkah mundur dan menjauh dari Naga-Naga itu, kulihat dua ekor naga lainnya menggigit kedua sayap Matatabi dan mencengramnya sangat kuat "Tidak!!! Matatabi bisa celaka!" aku hendak berlari lalu tanganku dipegangi oleh Toru "percuma! kita tidak akan bisa mengalahkannya sendirian!" teriaknya "Tapi.. Matatabi..Matatabi"
 
Last edited:
"DOOR! DOOR! DOOOR!"

terdengar letusan dari arah belakang kami, dan kulihat kedua naga itu meringis kesakitan dan melepaskan Matatabi

"woogh, senjata ini ampuh juga melawan seekor naga hahaha" tawa duo nyaring

ternyata yang menembakkan senjata itu adalah Duo dan Toma, mereka memegang senjata panjang dan dibidikkan kembali ke naga-naga itu, dan teman-teman yang lainpun menyusul dengan pakaian tidur mereka, yah karena memang kejadian ini pasti mereka sedang terlelap

"cih... berkumpul juga kalian khukhukhu..rasakan ini!!"

Naga Sarnax menyemburkan kembali Api dari mulutnya kearah kami yang berada di depan kastil, namun Toma dan Hero sigap memasang perisai hingga api tersebut terhalang di depan kami

"hei apa kau gila?! membawa makhluk mengerikan itu kesini!?" teriak Fuji pada sarnax

di atas sana Matatabi masih berjuang mengalahkan dua naga sedangkan dua lagi termasuk Sarnax menghadapi kami disini "Matatabi...bertahanlaaah...!!!" teriakku padanya

Naga Sarnax dan satu rekannya mendarat di depan kami, naga-naga itu terlihat sangat antusias ingin melahap kami terlihat dari air liurnya yang menetes seperti air liur seekor anjing yang kelaparan.

"kita harus bekerja sama, masing-masing harus melakukan tugasnya, yang kita hadapi ini adalah seekor naga, tanpa persenjataan memadai posisi kita saat ini tersudut" ka wiliam tetap fokus menatap Sarnax dan naganya, namun semua teman-temanku terus saling bertukar strategi pertahanan dan penyerangan dengan telepati mereka

"api hanya bisa di taklukan dengan air, kita tidak punya persediaan air disini!"

"udara juga bisa membuat api padam, jangan lupa, api adalah elemen paling mematikan namun paling lemah"

"para lelaki berisap untuk menyerang, wanita membuat perisai perlindungan untuk kami yang menyerang"

"lebih baik kita singkirkan dahulu Naga itu, baru kita bisa seimbang dengan para ninja dan si Sarnax bajingan itu"

"kalian juga jangan lengah, mereka pasti akan mencoba menghancurkan perisai yg dibuat, jadi untuk para wanita juga bersiaga"

Sarnax turun dari Naganya itu namun naga tersebut masih setia mendampingi disampingnya seperti seekor kucing yang mengikuti majikannya "kalian tersudut ya? sekarang kalian tidak akan bisa lolos lagi, burung pipit malang itu pun sebentar lagi akan jadi santapan Naga-naga kesayangaku itu" dia mencibir menunjukkan ibu jari ke arah Matatabi, dan disana Matatabi sedang berusaha terus mematahkan serangan dari Para naga

"sekarang saatnya! serang sebisa kalian!" teriak Wiliam dengan telepatinya. majulah 10 lelaki tangguh termasuk Toru didalamnya menyerang Sarnax dan juga para pengikutnya itu, mereka fokus menyerang para naga sedangkan Toru, dia memfokuskan dirinya pada Sarnax, karena selama ini memang mereka selalu berhadapan langsung, namun tidak jarang Sarnax selalu licik dengan menghajar Toru dari belakang oleh anak buahnya.

"kita bertemu lagi wahai saudaraku.." dia menjilati bibirnya sambil menghunuskan pedangnya ke arah Toru dengan sigap toru pun membuat pedangnya dengan air mineral yang dibawa teman-temannya tadi "aku tidak sudi kau panggil saudara, kau makhluk rendahan!"

Toru menghunuskan pedangnya dan ditangkis oleh Sarnax "jangan terburu-buru..kita nikmati dulu pemandangan teman-temanmu saat disantap oleh naga-naga ini khukhukhu" Toru tentu saja tidak terkecoh dan memalingkan wajahnya dari hadapan sarnax, karena itulah akal bulusnya membuat lawan lengah.

teman-teman yang lain sedang mengadapi serangan ganas dari naga itu, ekornya yang mengibas membuat 4 diantaranya terlempar hingga dua mater dari naga tersebut, semburan-semburan apinya selalu dihalangi oleh para wanita yang membuatkan tameng untuk mereka "terimakasih, tetaplah seperti itu" kata Toma pada para teman wanita.

aku tidak bisa tinggal diam, walaupun aku belum begitu menguasai teknik menahan sebuah benda tapi aku sudah belajar dari Toru, aku akan mencobanya sekarang. kupasang mataku tajam-tajam pada pergerakan mereka semua, tanpa terkecuali, kulihat ekor salah satu dari 2 naga itu terus akan menyerang mereka lalu kutahan dengan segenap tenapaku dari tempatku berdiri yang berjarak sekitar sepuluh meter dari mereka "Yashaaaa..!!! tebas ekornya..!!!" Yasha menoleh kebelakang tepat didepan ekor yang ku tahan pergerakannya dan "Trasss" ekor itu terputus dan Naga itu meraung-raung kesakitan dan berlari tanpa arah menabrak semua yang ada di dekatnya tanpa terkecuali Sarnax dan Toru yang saat itu sedang berduel

Sarnax melompat untuk menghindar sehingga menjauh dari Toru, namun Naga itu terus akan menghantam semua yang ada disitu tak terkendali oleh Sarnax sekalipun "Cih.. makhluk merepotkan" Toma yang melihat kesempatan langsung mengarahkan tinjunya kearah Naga yang sedang sekarat itu dan naga itu terhempas dengan banyak luka Goresan berdarah dari tubuhnya, Naga itu terhuyung ke arah kastil dan menjatuhkan dirinya disana sehingga merubuhkan sedikit bagian Kastil
 
"Satu sudah dirobohkan!" teriak Fuji pada semuanya "sekarang masih sisa satu dan dua lagi yang dihadapi oleh Burung Phoenix itu!" Naga yang satunya langsung menyerang namun kini penunggangnya lompat turun ikut menyerang mereka, begitu pula dengan penunggang dua naga yang sedang dihadapi Matatabi, kini mereka akan berhadapan dengan para ninja itu.

"kau tahu? aku lebih memilih melawan satu naga lamban itu daripada melawan ninja-ninja licin ini" gertak Yasha pada semuanya

"khukhukhu..." Sarnax hanya tertawa melihat dari kejauhan menikmati pertempuran yang sedang berlangsung di depannya karena Toru kini memasuki barisan bersama yang lain untuk menghadapi ketiga ninja tersebut

ninja-ninja tersebut tidak bisa diremehkan, karena gerakan mereka sangatlah gesit dan ahli menggunakan dua pedang yang ada di tangannya di pertarungan sebelumnya pun kami sempat terpojok menghadapi mereka karena kami belum tau pola serangan mereka, namun kini semua sudah mengetaui sedikit pola yang mereka pakai.

ditempat Matatabi, kulihat dia sedang mati-matian menghajar kedua Naga tersebut suara-suara teriakan dari kedua jenis hewan tersebut terus terdengar, matatabi pun terdesak dan dihantam jatuh oleh salah satu Naga itu dan menabrak bagunan kastil, lagi-lagi kastil itu bertambah parah kerusakannya, untungnya semua penghuninya sudah di ungsikan, kalau tidak, mungkin sudah mati akibat tertimpa reruntuhan bangunan.

"Matatabi...!!!" aku tidak bisa untuk tidak berteriak melihat Matatabi terjatuh seperti itu dan tidak muncul kembali ke permukaan

"sepertinya burung kesayanganmu kalah ya Lia.." desis Sarnax sambil menghisap sebatang Rokok

Dia gila, dalam keadaan seperti ini masih sempat-sempatnya menikmati sebatang rokok?!

bagus, kini satu ekor lagi yang tersisa dari pertempuran dengan Matatabi ikut turun mendekati para ninja untuk membantu membantai teman-temanku

para ninja pun dengan sekejap langsung menyerang mereka, untungnya Relena sejak tadi sudah waspada dan tidak teralihkan perhatiannya pada kejadian Matatabi barusan, akhirnya mereka tidak tersentuh "Kalian jangan lengah!" teriak Relena pada mereka

lalu melesat lah salah saru dari ketiga ninja itu menuju kami para wanita "Gawat!" teriak Toru pada semuanya namun mereka tidak bisa mundur menghadang ninja satu ini karena mereka di sibukan oleh para ninja lain dan Naganya, saat Relena akan terkena sayatan dari pedang ninja itu, Sakura menahannya tepat waktu dan di tangkisnya pedang itu

"sekarang kita juga ikut bertarung.." katanya ringan

"apa yang harus kulakukan... aku malah tidak bisa apa-apa disaat genting seperti ini!"

"Fokus Lia!! ikuti saja instingmu!" teriak Ami padaku

"baiklah.." ku ambil air mineral yang tergeletak di dekat kakiku, dan kutuang ke tanganku, ku coba sendiri dengan menggunakan kekuatanku mengubah air itu menjadi sebuah pedang es, dan berhasil! "aku akan ikut menyerang!"

mata Sarnax menangkap gerakanku yang sudah siap dengan sebuah pedang es, dia menyeringai senang lalu mengangkat kembali pedangnya dan mendekatiku, ku melihatnya di depanku, lalu ku arahkan pedangku kepadanya, dan ditangkis olehnya dengan mudah "ayo Lia.. gunakan instingmu.." kata hatiku menyemangati

"Lia..!! jangaaan..!!!!" Teriak Sora yang melihatku bertarung seorang diri dengan Sarnax, yang lain pun tidak dapat membantuku karena kualahan menghadapi serangan naga dan para ninja, namun Toru datang menghampiriku dan membantu "Lawanmu adalah aku, bukan Lia" menodongkan Pedangnya kearah Sarnax

"siapapun lawanku bukan masalah, kalian berdua juga akan kukirim ke neraka!" dia menghunuskan pedangnya ke arah aku dan toru, akhirnya aku praktekan juga hasil latihanku selama ini berlatih pedang dengan Yasha, semua yang ku pelajari akan ku keluarkan untuk menghadapinya

aku dan Toru saling menghunuskan pedang ke arah Sarnax, saat aku akan tertusuk, Toru menarik ku agar terhindar dari serangannya, kami saling melengkapi serangan masing-masing hingga tidak ada celah lagi bagi Sarnax untuk melukaiku

"Hei, kemana perginya satu naga lagi?!" ku dengar teriakkan dari ka Wiliam yang tengah bertarung lalu kulihat Sarnax terkekeh "khukhukhu" lalu melompat sejauh mungkin dan saat ku melihat kearah belakang ku dan yang lain sudah ada seekor naga yang siap menyemburkan Apinya kearah kami yang tidak siap sama sekali "habislah kita.." pikirku kacau

dalam sekejap sebuah cahaya menyilaukan telah menghalangi semburan api itu dari arah kami, sesaat kami tidak dapa melihat dengan jelas karena sangat silau, namun lama-kelamaan cahaya itu memudar dan muncul sosok yang aku kenal.. "Putri Kecil!!??" teriakku senang

tubuhnya yang elok, wajahnya yang anggun sama seperti Putri besar namun berambut hitam dan bermata Biru dan mempunyai wajah sedikit centil menggunakan dress putih nya yang anggun di hiasi kedua sayap putihnya yang sangat indah sedang melayang di udara "Tidak akan kubiarkan kalian melukai kakak ku!" teriaknya pada para penjahat itu lalu melesatlah serpihan-serpihan es sangat tajam yang keluar dari sayap Putri kecil yang sedang di rentangkan sehingga memukul mundur para ninja karena menghindarinya dan para naga kesakitan karena tertusuk es-es itu

Putri kecil terus menyerang para ninja itu dengan menghujamkan banyak sekali serpihan es ke arah mereka hingga tidak dapat mereka hindari "kalian akan kubuat mati beku!!" teriaknya marah

ku melihat dari arah atap kastil, ada kobaran api yang membara disana dan bergerak di udara, lalu kusadari itu adalah sosok Matatabi "itu matatabi..!! dia masih hidup!!" Putri kecil menghentikan serangannya dan melihat kearah reruntuhan kastil begitu juga yang lain, namun ada yang aneh denga sosok Matatabi

Tubuh Matatabi saat ini seluruhnya sudah berubah menjadi kobaran api, serpihan kastil yang tersenuh olehnya ikut terbakar, dia berdiri di atas atap dengan tubuh sepenuhnya menjadi burung api bukan seperti yang sebelumnya masih berbentuk seekor burung sepenuhya walau ekor dan jambul dikepalanya terbuat dari api "tidak ku sangka aku akan menggunakan seluruh Chiku disaat seperti ini..." suara Matatabi bergemuruh

dengan cepat Matatabi melesat dan menelan para ninja dan salah satu Naga kedalam tubuhnya yang terbuat dari api, teriakan dan rintihan mereka tidak kami hiraukan sampai mereka hangus terbakar dan mati, lalu di buang kembali oleh Matatabi, kami yang melihatnya hanya terdiam menyaksikan kengerian yang terjadi, Matatabi yang merah melirik kearah Sarnax dan meleast kearahnya.

Sarnax menyadari dirinya dalam bahaya langsung berlari menunggangi naga yang tersisa dan segera melesat pergi ke langit dan dikejar oleh Matatabi, sempat kulihat Matatabi berhasil membakar salah satu lengannya hingga akhirya dia berhasil kabur membuka sebuah lubang hitam dilangit "itu lorong dimensi" jelas Putri kecil yang tau pasti kami bertanya-tanya hal itu

Matatabi kembali turun mendekati kami "maafkan aku membuat gedung itu terbakar..." rintihnya "kenagaku habis karena menggunakan seluruh chiku yang ada... aku harus istirahat..." akhirnya dia berubah menjadi cahaya kembali dan melesat masuk kedalam Liontin merah mudaku, ku pgang agak sedikit panas dibagian batunya, kurasa itu pengaruh dari Matatabi yang habis berubah

"bagaimana ini, kastil terbakar, malam-malam seperti ini, dan lagi di bawah sana ada orang-orang yang bersembunyi" Jelas ka Lisa khawatir

"kastil itu baru bagian luar saja yang terbakar, aku bisa mengatasinya" Putri kecil mengedipkan sebelah matanya pada kami dan melesat ke atas dan dia merentangkan sayapnya di udara juga merentangkan kedua tangannya ke atas langit dan saat itu juga langit menjadi gelap berawan hingga turunlah hujan yang lebat hingga memadamkan seluruh api yang ada di kastil

setelah kastil padam Putri Kecilpun turun kembali dan tersenyum puas di depan kami "sudah padam...!!!" katanya senang dengan senyumnya yang centil

"Putri kecil... kalau mau menurunkan hujan lain kali bilang dulu ya..." pinta Sora padanya

"ha? kenapa?" tanyanya bingung

"lihatlaah.... kami juga basah semua kaaaan!!! haaachuuuuh!!!!" Duo bersin mengeluarkan air dari hidungnya

"huyuuh~ maafkan aku semuanya!!" Putri kecil membungkukkan tubuhnya meminta maaf pada kami semua lalu dia melihat ke arahku dan tatapannya itu yang membuatku rindu, tatapan manja dari seorang Putri kecil "huaaaa Ka Lia....!!!" dia berlari menghampiriku langsung memelukku erat sekali "aaah Putri... sesaaak...." kataku lirih

"kakak tidak apa-apa kan???"

"tidak apa-apa kok.. makasih ya tadi sudah menolong kami" tanpa menghiraukan kata-kataku purti kecil malah asik bermanja-manja denganku

"sudah berakhir yaaaa..." tanya Natsu lesu

tidak kusadari semua kelelahan, mungkin kalau tadi ada musuh lebih banyak tidak akan ada kesempatan bagi kami, karena stamina kami terbatas, sedangkan Naga-Naga tadi? tidak ada lelahnya menyerang, yah begitulah insting hewan.

"sekarang kita mengetahui salah satu jenis musuh baru kita, mereka menggunakan Naga untuk menyerang kita... nanti bisa ada yang lebih daripada itu, kalau tadi tidak ada Phoenix milik Lia.. mungkin tidak ada harapan bagi kita" jelas ka Wiliam pada kami semua

"baiklah... Putri, bisakah kau membuatkan pelindung semampumu untuk mengelilingi wilayah ini? semantara bangunan ini harus di amankan sebelum dikosongkan karena masih banyak orang yang tidak tau apa-apa" jelas ka Lisa

"baiklah akan aku coba, walau tidak sekuat buatan Ka Putri... tapi ini cukup aman"

Putri kecil mengitari sekitar Kastil dengan membaca sebuah bacaan yang tidak aku mengerti "bagian yang hancur hanya sebelah kiri bangunan, kita masih bisa menggunakan sebelah kanan, dan pintu masuk masih bisa dipakai" jelas Sakura pada kami

"Lia, ayo masuk.. saatnya istriahat.. semua sudah berakhir..." semua memasuki kastil kembali untuk beristirahat walau begitu pasti tidak akan ada yang bisa tertidur lelap menghabiskan waktu malam ini.

ini belum berakhir Toru... ini baru permulaan saja... kita harus membuat strategi menghadapi mereka yang bertambah kuat...

****

Bersambung~
 
Chapter 8
Mark





semalam tiba-tiba kami semua di ungsikan ke ruang bawah tanah yang dindingnya terbuat dari lapisan besi yang sepertinya sangat kokoh, tidak lama setelah kami masuk terdengar suara keras dari arah atas kami, seperti benda-benda besar yang jatuh tapi kami tidak diberitahukan apa yang terjadi semalam.

saat kami dikeluarkan, pemandangan yang terlihat sudah sangat berantakan, sebagian kastil hancur dan ada bekas hangus seperti terbakar.

aku yakin semalam itu Ka Lia dan teman-temannya pasti bertarung lagi karena dapat dilihat dari tubuh mereka yang sangat berantakan dan terlihat beberapa sobekan dari pakaian mereka.

"beberapa hari ini Lia sama sekali tidak terlihat, apa kalian tidak merasa aneh?"

ku melirik ke arah Ka Kyu yang bertanya pada teman-temanku yang lain, kami sekarang sedang berkumpul di depan kastil saat ini, melihat beberapa pekerja membersihkan sisa-sisa reruntuhan yang telah hancur.

"kau lupa apa yang mereka ceritakan pada kita? Lia pasti tidak akan menunjukan dirinya di depan kita, karena pasti dirinya sangat aneh sekarang hahaha" celetuk Niwa menjawabnya dengan nada menyindir

"Lia mempunyai sayap ya? dan katanya yang kemarin membawa Mora, Wisnu dan Leo ternyata Lia, walaupun Lia tidak sadar apa yg dia lakukan" Azula penasaran

"kau mau saat bertemu dengannya, lalu kau diculik juga ke hutan sana?" tunjuk Kiba ke pegunungan yang ada di kanan kami

pemikiran mereka picik sekali, seolah-olah ka Lia itu wanita yang jahat. kalau mereka memang bisa berfikir benar, mereka pasti tau kenapa Mora, ka Leo dan Wisnu sampai ka Lia bawa seperti itu.

kalau aku jadi Ka Lia, aku malah tidak akan membiarkan mereka bertiga kembali dalam keadaan hidup.

"Teman-temannya Lia itu juga sangat aneh ya, walau kita ada disini juga sudah aneh, dan kejadian mengerikan yang membuat kita kehilangan tempat tinggal kita dan kerabat kita" Niwa menggaruk-garuk dagunya

"maksudmu mereka ada kaitannya ya?" tanya Yuko tidak sabar dengan mengangkat sebelah alisnya

"tidak baik menyimpulkan sesuatu tanpa ada sumber dan bukti yang jelas..." ka Ken menyela mereka "ya kan kami hanya mengira-ngira saja, karena aneh menurutku"

mereka hanya melihat dari segi pandangan mereka saja, ka Lia mana pernah berencana menghancurkan tempat tinggalnya sendiri, mereka menyedihkan.

aku tau soal teman-teman ka Lia itu walau hanya lewat cerita dari Ka Lia, dan dari cerita yang selama ini aku dengar darinya, teman-temannya itu sangat baik dan pasti mereka yang membantu kita selama ini.

hikatodwu kan mereka?

ku korek-korek isi kepalaku mengingat apa yang selama ini ka Lia ceritakan padaku mengenai mereka, aku teringat akan hal penting yang pasti membuat ka Lia akan kebingungan menghadapinya, pasti.

dia pernah cerita kalau dia dengan Toru sudah bertunangan kan? tapi selama ini di dunia kami, ka Lia menjalani hubungan dengan ka Ken dengan serius. Ka Lia pasti sangat kebingungan sekarang

ku menatap ke arah Ka Ken dengan tatapanku yang seadanya

"membuatku ikut-ikutan pusing saja" hatiku mengucap dan ku garuk-garuk rambutku yang gimbal

"hei lihat, itu kan yang di panggil Ka Wiliam dan Ka Lisa" Kyu menunjuk ke arah kerumunan petugas gedung yang sedang memperbaiki kastil dan disana berdiri Ka Wiliam dan Ka Lisa yang sedang menggendong seorang gadis kecil berambut pirang panjang wajahnya mirip sekali dengan Ka Lisa bermata Biru milik Ka Wiliam dan bibir mungil mirip Ka Lisa.

"wah... itu anak mereka ya? cantiknyaaaa" Yuko matanya berbinar-binar melihat si gadis kecil

Ka Wiliam dan Ka Lisa sepertinya sedang mengatur para pekerja itu

"tapi aneh, mereka semua tinggal di kastil ini kan? kalau diperhatikan mereka itu bukan keluarga deh. ko bisa tinggal dalam satu atap?" Jhon penasaran

"mulai lagi mereka menggosipkan yang tidak-tidak, lebih baik aku pergi saja dari sini" ku beranjak dari dudukku dan melangkah meninggalkan mereka, baru beberapa langkah ku berjalan Gilang memanggilku "Mau kemana Mark?"

"mau cari angin..." kataku acuh dan melanjutkan jalanku meninggalkan mereka

aku tidak berani pergi terlalu jauh, mereka bilang perbatasan pelindung sekarang di perkecil jadi aku hanya pergi ke sebuah taman kecil yang berjarak sekitar sepuluh meter dari tempat awal aku berjalan, kulihat sebuah bangku panjang berwarna putih dibawah sebuah pohon rindang terlihat sangat nyaman, kuputuskan duduk saja disana.

dari sini juga masih terlihat jelas para pekerja yang membersihkan kastil, aku bertanya-tanya "apa yag menghancurkan kastil adalah orang-orang yang sama dengan yang menghancurkan tempat tinggal kami?"

aku terus berfikir dan menemukan kemungkinan kalau pelakunya sama, pasti akan terjadi hal mengerikan lagi dan bulu kudukku pun berdiri

saat diriku asik berfikir, aku mendengar suara wanita yang sedang mengobrol, ku arahkan kepalaku ke arah dimana suara itu berasal, di arah kananku. ku dengarkan obrolan-obrolan ringan yang mereka bicarakan dan sepertinya salah satu suara itu tidak asing untukku "itu suara Ka Lia"

saat aku menangkap sosok mereka ternyata dugaanku benar, itu Ka Lia dengan temannya yang sepertinya jauh lebih muda, karena terlihat dari wajahnya yang masih sangat imut melebihi Ka Lia. tapi ada yang berbeda dengan Ka Lia.. dia benar-benar memiliki Sayap seperti Malaikat, apanya yang aneh? aku malah sangat terkesan dengan wujudnya itu, menjadi indah.
 
"hei-hei Utako... aku tidak mau difoto... aku kan belum membereskan diriku... lihat ini.. masih berantakan seperti semalam kan?" Protes ka Lia

"beberapa Foto saja Ka Lia, ayolaah... untuk aku masukan ke dalam album foto... kapan lagi kau mau memperlihatkan sayapmu dalam keadaan tenang begini kan? ini kesempatan langka"

anak itu terus memotret Ka Lia tanpa peduli dengan semua protesnya, itu lucu sekali menurutku karena setahuku Ka Lia orangnya memang tidak pernah Percaya diri bila difoto kecuali kalau dirinya berfoto dengan beberapa orang bersamaan.

kulihat anak itu sudah puas memotret Ka Lia dan pergi dengan Berlari pelan, terlihat dari caranya berlari anak itu senang sekali mendapatkan foto Ka Lia barusan, kulihat Ka Lia menggaruk-garukan kepalanya dan menghela nafas dan melihat ke arahku, wajah kami bertatapan sesaat lalu dia terkejut

"Ma, Mark??" katanya dengan gugup dan dia berusaha menutupi sayapnya agar tidak terlihat olehku, namun percuma, mana mungkin sayap itu bisa di sembunyikan, aku hanya bisa tertawa kecil padanya "Ka Lia aneh hahaha"

dia langsung murung mendengar kata-kataku "aku aneh ya..?" tapi ku lanjutkan kata-kataku dengan ringan "iya aneh, Sayap sebesar itu mana bisa di sembunyikan... hahaha percuma lah mau kau tutupi pakai tanganpun, tapi it's ok, cocok kok untuk Ka Lia" ku kedipkan sebelah mataku padanya

dia berjalan menuju ke arahku dan duduk tepat di samping kananku "huuh... cocok ya?" dia menghela nafas sepertinya tidak sependapat denganku "tidak semua orang merasa sayap ini cocok denganku" katanya lirih, namun dia langsung hapus dengan tersenyum kembali seperti biasa padaku

"tidak bisa dihilangkan ya?" ku bertanya padanya

"apanya?" tanyanya padaku heran

"sayapnya... siapa tahu bisa di lenyapkan dan dimunculkan sesuka hati Ka Lia"

"harusnya bisa, tapi sedang tidak bisa sekarang. kau bisa lihat dari dekat, masih banyak luka di sayapku ini Mark, apalagi semalam habis ada kejadian seperti itu, pasti ada tambahan luka walau sedikit di sayap ini jadi sementara tidak bisa ku masukkan sayap ini, kalau aku paksakan... nanti Ami bisa membunuhku" dia mencibir ada nada mencemooh di dalamnya

"hahaha...." ku tertawa dan memperhatikan sayapnya yang putih bersih itu, dan memang dapat ku lihat goresan-goresan kecil yang bersarang disana "sakit ka?" dia menoleh padaku "itu, lukanya apa sakit?" sambungku "sudah tidak sih, tapi kata Ami kalau aku paksakan memasukkannya akan membuat luka-luka ini terbuka lagi"

"karena sayap itu juga ya, Ka Lia tidak menampakan diri Kakak pada teman-teman yang lain?" dia terkejut atas ucapanku barusan

"yah... salah satunya itu. aku pasti akan dibilang aneh oleh mereka kalau muncul dengan keadaan begini?" Wajahnya murung mengatakan itu "iya sih... itu pasti" dia makin muram saja mendengar kata-kataku "tuh kan... benar dugaanku... mereka pasti bilang aku aneh...."

"siapa bilang Ka Lia aneh? malah kelihatan menakjubkan dimataku, jangan dengarkan mereka... mereka orang-orang payah, kalau memang Ka Lia aneh, aku sekarang pasti bilang kk aneh" celetukku sebal

"itu barusan kamu bilang ANEH" dia menunjuk mukaku dengan jarinya

"kan itu contoh, misalkan memang aneh, sekarang aku pasti bilang aneh.." kataku meyakinkan

"tuh kau bilang ANEH lagi padaku.." masih menunjuk mukaku

"itu kan misalkan... aaaaaakh"

Ka Lia tertawa terbahak-bahak didepanku karena usahanya untuk membuat lelucon itu. yah walau sebal,senang juga bisa bercanda seperti biasa dengannya

"sedang apa kau sendirian disini?" tanyanya padaku lagi

"sedang cari angin saja..." kataku santai "cari angin? disana kan ada teman-teman yang lain" dia menunjuk ke arah orang-orang tidak punya otak itu "malas..." ku palingkan wajahku dari Ka Lia

"hmm... kalau seperti ini biasanya kau itu sedang ada masalah dengan mereka... siapa? Gilang? Ichi? atau siapa?" tanyanya padaku terus seperti kereta api

"tidak ada ka... sudahlah... tidak usah memikirkan mereka" keluhku padanya dan aku langsung menanyakan masalah Teman-teman Ka Lia yang aku tidak kenal "teman-teman dari DeepBlue ini, mereka teman-teman Ka Lia yang pernah Ka Lia ceritakan ya? hikatodwu?" mendengar pertanyaan ku itu Ka Lia langsung tersenyum "iya"

"mereka hikatodwu yang pernah ku ceritakan padamu dulu" setelah berkata demikian senyumnya perlahan menghilang "maaf ya, dulu banyak yang tidak bisa ku ceritakan padamu. termasuk sayap ini" dia mengarahkan ibu jari ke arah sayap putihnya itu.

"Ka Lia sudah punya sayap itu sejak lama?" kataku heran. Ka Lia mengangguk perlahan "bahkan jauh sebelum mengenal kalian lho. hanya saja yang bisa melihatnya hanya hikatodwu saja, manusia asal dunia kita tidak ada yang bisa melihatnya, dan sayap ini tidak ada gunanya sama sekali, hanya hiasan saja" gerutunya sambil cemberut.

"lho ko begitu? waktu itu kudengar Ka Lia yang membawa Lleo, Wisnu dan Mora pergi dari lantai dua kan? itu artinya sayap itu berguna untuk terbang"

"dulu aku tidak bisa menggunakannya sama sekali untuk terbang..ahhaha, dan saat membawa mereka bertiga... " wajah nya terlihat sedih kembali "aku sedang tidak ingat apa-apa, saat aku sadar... aku malah tidak bisa berbuat banyak"

"kalau aku jadi Ka Lia, aku tidak akan membiarkan mereka hidup lho" kataku sambil meliriknya

"huss... mereka juga berhak hidup tau, aku juga sedang memikirkan apa yang akan kulakukan untuk menepati janjiku pada Tabi atas mereka bertiga"

"lho ko Tabi?" kataku heran "waktu itu bukan aku lho yang ingin membunuh mereka, yah... kau pasti tau siapa" dia mengedipkan sebelah matanya padaku

Ka Lia berdiri di depanku dan merapikan pakaiannya tidak lama kemudian dia memutar kepalanya kekiri dan kekanan seperti mengawasi sekitar kami, lalu dia tersenyum kepadaku lagi dan mengulurkan satu tangannya "ayo, mau ikut tidak?"

aku heran dan tetap mengulurkan tanganku menggapai tangannya "mau kemana?"

"mencari tempat aman, aku sedang tidak mau diganggu oleh teman-temanku yang sejak tadi mengejar untuk mengajakku bermain" katanya sambil mencibir penuh kegembiraan
 
aku ditariknya ke arah bunga yang tumbuhnya lebih tinggi "pegang tanganku yang kuat ya!" dia langsung menarikku ke atas tanpa memberikanku waktu untuk bersiap dan mengira mau apa dia.

aku sangat terkejut dia melayang ke udara sampai menyeretku bersamanya "Huaaaaa...!!"

"pegangan yang kuat... aku akan mengajak mu ketempat faforitku hahaha..." tanpa perduli wajahku yang ketakutan dia mengepakan sayapnya dan melesat keatas kastil, dia menurunkanku di atap bagian belakang kastil, mungkin agar tidak terlihat para pekerja yang ada di bagian depan dan samping kastil

kulihat kearah bawah, sungguh menakutkan karena sekarang aku ada di tempat yang amat tinggi, bagaimana kalau aku jatuh? pasti langsung mati, wajahku langsung pucat saat itu juga.

"hei lihat!" Ka Lia memukul pundakku pelan dan menunjuk ke arah hutan "wooow..." aku terkesan dengan pemandangan yang aku lihat, banyak burung2 yang berterbangan di atas hutan itu dan jauh disana ada gunung-gunung yang tidak terlalu tinggi terjajar indah

"pantas saja jadi tempat faforit..." kataku takjub "iya kan? aku suka pemandangan itu" dari wajahnya memancarkan kekaguman pada alam yang ada di hadapan kami sekarang ini

"Door!" tiba-tiba muncul dari bawah seorang gadis dengan sayap yang sama dengan Ka Lia "kyaaa!!" ka Lia kaget dan spontan mundur dari gadis itu.

"hahhaha... Kakak.. sedang apa disini? aku mencarimu kemana-mana" gadis itu terus saja menunjuk-nunjuk ke Ka Lia, dia kelihatanya kewalahan mengimbangi ocehan gadis itu hahaha, gadis yang cantik. rambutnya hitam lurus dan panjang dengan mata biru, hidung mancung dan bibir berwarna pink yang mungil, kontras dengan kulitnya yang putih.

dia melihat kearahku dengan heran "siapa dia ka?" tanya nya pada Ka Lia "kenalkan.. dia Mark, adik angkat dari duniaku" mendengar kata-kata Ka Lia barusan gadis itu melesat melayang memutari tubuhku, gadis itu juga bisa terbang, wajar lah karena dia juga memiliki sayap yang sama dengan Ka Lia, aku sangat gugup di perhatikan sedemikian detail olehnya

"tidak ku sangka Kakak punya adik selain aku" sambil melototiku "tapi tetap saja akulah adik yang paling disayang Ka Lia" dia menjulurkan lidahnya padaku

"apa-apaan dia" gerutuku sebal

"dia memang begini Mark, kenalkan... namanya Putri Kecil. aku sudah pernah menceriitakannya kan?"

oh jadi ini yang Ka Lia ceritakan.. cocok bila disebut si Centil oleh Ka Lia, dia memang sangat centil dan manja sekali padanya

"kenapa kau mengikuti ku Putri..." kata Ka Lia sebal "aku kan ingin bersamamu... sudah lama kita tidak bertemu kan? dan aku khawatir pada keadaanmu, Lihat saja itu!" dia melihat kearah sayap Ka Lia

"hahaha... tenang saja.. beberapa hari lagi juga akan sembuh kok" katanya menenangkan Putri Kecil "belum tentu... diamlah, biar ku sembuhkan luka-luka itu"

Putri berjalan kebelakang Ka Lia dan mengarahkan telapak tangannya menyentuh Sayap Ka Lia, tangan itu bercahaya dan seketika luka-luka yang disentuhnya hilang tanpa bekas sama sekali, dia mengarahkan tanganya keseluruh bagian sayap Ka Lia agar tidak ada luka yang tertinggal satupun

"nah selesai" Ka Lia merentangkan sayapnya "waaah... lukanya hilang semua.. hebat kau Putri!" katanya sambil tersenyum "siapa dulu.. adiknya kakak..." katanya bangga, dan Ka Lia pun mengelus-elus kepala gadis itu.

"hebat.... aku baru melihat keajaiban seperti barusan" kataku takjub "hahhaha jangan heran.. disini adalah gudangnya keajaiban Mark.." ka Lia menjawabku dengan percaya diri

Ka Lia mulai lagi menggerak-gerakkan sayapnya, direntangkan dengan sekali gerakan serempak kedua sayapnya di condongkan melawan arah tubuhnya dengan perlahan sayapnya perlahan-lahan melesat masuk kedalam punggung diantara sela tulang pundaknya, setelah masuk semua, terlihat kulitnya meninggalkan sebuah bekas seperti garis kerutan di sisi kanan kiri sela tulang pundaknya jelas terlihat dari bagian pundak yang tidak tertutup oleh bajunya, ternyata dari kerutan itulah keluarnya sayap Ka Lia.

"hei, jangan dilihat terus... membuat ku tidak nyaman saja kau Mark" gerutu Ka Lia sambil cemberut "dengan begini aku sudah tidak perlu menghindar dari kau dan yang lain Mark" katanya tersenyum

"lagipula untuk apa selama ini menghindari kami Ka? harusnya dengan sayap itu, kakak make up dan kenakan pakaian feminim seperti Putri itu, dan dengan anggun datang kehadapan mereka seperti halnya Angel..." kataku mengoreksinya

"hahaha dia benar ka, sesekali membuat orang-orang itu terkesan lebih padamu kan menyenangkan, jangan berpakaian seperti lelaki terus..." ledek Putri kecil padanya

"nah benar itu, dengan sayap tidak akan cocok menggunakan Jeans dan T-Shirt hahaha"

"huuh kalian sama saja.." gerutunya pada kami yang sedang tertawa.
menyenangkan juga bersama Putri Kecil, walau dia centil dan manja tapi baik padaku walau tadi awalnya menyebalkan, mungkin karena dia hanya ingin tau lebih detail tentangku.
Ka Lia menggenggam liontin yang tergantung di lehernya, wajahnya sekilas tampak kekhawatiran.

"Matatabi apa baik-baik saja ya? semalam dia bilang energinya habis karena menggunakan semua Chi yang dia punya"

"kenapa tidak kita periksa saja? jika ada yang terluka aku akan menyembuhkannya" kata Putri kecil ringan

"Matatabi?" wajahku menatap mereka bingung, siapa yang mereka bicarakan "Matatabi ya namanya? Burung Phoenix bodoh yang sudah membakar Kastil ini" nada bicaranya mengejek sambil melihat Liontin yang dipegang Ka Lia

"jangan asal bicara Putri... kalau tidak ada dia, aku dan yang lain semalam pasti sudah mati." kata Ka Lia protes

Ka Lia menggenggam erat batu liontin berwarna merah muda itu sambil memejamkan matanya, saat itu juga Liontin tersebut bersinar dan cahayanya melesat keluar dan munculah sosok burung kakatua imut seukuran ayam jantan, memang lebih besar daripada burung kakatua pada umumnya yang hanya seukuran tangan namun ada yang berbeda, jambul, sayap dan ekornya ada sedikit kobaran apinya.

"Ma,Matatabi?" tanya Ka Lia sambil memandang burung itu tanpa berkedip

"huahaahahahhahaha" tawa Putri kecil menggelegar membuatku kaget saja, entah apa yang membuatnya tertawa seperti itu, sedangkan sang burung hanya mengepak-ngepakkan sayapnya mempertahankan dirinya agar tetap terbang didepan kami.

"hei, inikah Matatabi yang semalam bertempur bersama Ka Lia?" wajah Putri di dekatkan ke tubuh Burung itu "ada apa ini? kenapa jadi menciut seperti ini? hahahaha" katanya terkekeh

"Matatabi... kau imut sekali hahahaha...kenapa kau jadi imut begitu?" Ka Lia tidak sanggup menahan tawanya

"sudah kubilang kan? aku kehabisan energi saat kekacauan semalam" burung itu bisa berbicara dengan suara sangat imut seperti burung Beo, lagi-lagi Ka Lia dan Putri kecil tertawa terbahak-bahak secara bersamaan "wahahahahahhaha"

apa yang salah pada burung itu? Matatabi?

"sampai suaramu pun... hahaha... kemana suaramu yang menggelegar seperti semalam???" Puteri sampai memegang perutnya menahan geli yang terasa di perutnya itu.

"ano.... itu Matatabi?" ku beranikan diri menyela perkataan mereka

"iya Mark ini matatabi, tapi... hahahaha... wujudnya benar-benar berubah hahahaha..." Ka Lia benar-benar tidak bisa menahan tawanya sendiri "Sampai... sampai suaranyapun... menjadi manis seperti itu hhahahha..." lanjut Putri terbahak-bahak.
 
Last edited:
"ini memang wujud sementaraku, agar tidak mengeluarkan energi yang tidak perlu. jadi lebih baik menggunakan wujud kecil seperti ini" Matatabi membantah mereka dengan semangat

"tapi seperti itu imut juga. dia kan jadi bisa berada didalam kastil tanpa takut membakar semua isi kastil" jelas Ka Lia sambil mengurut dagunya

"betul juga, kalau orang-orang yang akan melihatnya pun tidak akan ketakutan seperti semalam itu hahaha" ledek Putri kecil padanya lagi.

"aku lapar... aku butuh makanan... aku belum makan apapun sejak kesini" Matatabi merajuk pada mereka dengan mengangguk-anggukan kepalanya

"jadi kau makan juga? aku kira kau tidak makan... aku sama sekali tidak tau..." raut wajah Ka Lia sedih memandang Matatabi.

"keluar-keluar langsung minta makan, enak sekali kau..." gerutu Putri Kecil sambil mengelus-elus kasar kepala Matatabi

"Tabi sama sekali tidak memberitahukan cara merawatmu. maaf ya... aku jadi tidak tahu.." ka Lia sedikit menunduk dihadapan Matatabi untuk meminta maaf.

"tidak perlu khawatir... makananku sama seperti manusia pada umumnya" putri yang mendengar perkataan Matatabi langsung melotot dihadapannya "burung itu makannya hanya biji-bijian! tidak ada yang makan makanan manusia..!" Matatabi mengelak "Kau pikir aku ini Burung apa Gadis sok Tau?!" balas Matatabi padanya sambil menjulurkan kepalanya lebih kedepan

aku hanya bisa diam mendengarkan perdebatan mereka. rasanya pemandangan ini sangat langka dan tidak akan pernah bisa ku lihat . seperti di negri dongeng yang isinya manusia, malaikat dan burung ajaib. aku hanya nisa tersenyum menikmati keindahan dihadapanku ini.

"kalau begitu kita minta Akira untuk membuatkan makanan untuk Matatabi di dapur" Ka Lia membalik badannya melihat ke arah bawah depan kastil yang banyak para pekerja bangunan, tapi dia terlihat kaget melihatnya, sepertinya Putri menyadarinya juga dan langsung ikut melihat kearah yang sama dengan Ka Lia. karena penasaran akupun ikut melihatnya sambil membungkuk

"siapa mereka?" tanya Putri pada Ka Lia "aku juga tidak tau, tapi kalau mereka berbicara berbicara dengan Ka Wiliam, ka Lisa dan Relena.. itu pasti hal penting" katanya dengan wajah serius

dibawah sana dapat kulihat satu orang pria paruh baya dengan rambutnya yang putih dan didampingi tiga pria lainnya yang lebih muda, mereka sambil melihat-lihat serpihan bangunan yang hancur dan seperti berkomentar tidak menyenangkan karena Ka Wiliam dan Ka Lisa terlihat tidak suka padanya.

"Putri, tadi lewat mana kau kesini? siapa tau bisa kita lewati untuk menghindar dari mereka" tanya Ka Lia

"ada pintu dibelakang sana, aman kok" Putri melesat menuruni atap dengan sekali lompat dan Ka Lia meraih tanganku "ayo Mark, Kita turun"

ku meraih tangannya dan aku berpegangan kuat padanya saat dia menarikku dan menahanku untuk turun perlahan-lahan setelah kaki kami menapak ke tanah, Putri menghilangkan sayapnya sama dengan cara Ka Lia menghilangkan sayapnya juga

"Begini lebih leluasa bergerak. ayo!"

"Kau jadi seperti manusia" Matatabi memandangnya

"aku memang manusia! berisik juga burung ini jika lapar ya!"

aku hanya bisa tertawa dibelakang mereka "anak itu bahagia sekali sejak tadi aku perhatikan selalu tertawa kecil melihat kita" Matatabi melirik kearahku

"ah, tidak, bukan begitu.. habis kalian lucu" ku menutup mulutku dengan tangan

"tertawa itu sehat Matatabi... sudah ayo kita bergegas" kata Ka Lia

kami pun berlari menuju sebuah pintu di belakang kastil, kami memasukinya dan dibalik pintu itu terlihat ada beberapa pelayan sedang berisih-bersih dan menyiapkan bahan-bahan makanan. kami berhenti di depan seorang anak muda mungkin sebaya denganku. rambutnya hitam pekat, matanya berwarna coklat terang dengan wajah yang imut.

"Akira....!" teriak Ka lia Padanya

"ya?" Akira membalik badannya menghadap kami "ada makanan yang tersisa yang bisa dimakan?"

"makanan? ada... untuk siapa Ka Lia?" kami menatap Matatabi serempak

"wah...!!! kenapa burung ini jadi kecil????" Akira terkejut melihat wujud Matatabi yang seperti burung Kakatua itu "ini burung Phoenix yang semalam kan?" tanyanya tak percaya

"ternyata tiap yang melihatnya memperlihatkan reaksi yang sama dengan Ka Lia dan Putri tadi hahhaa" kataku tak bisa menahan tawa "itu sudah pasti, wujudnya semalam benar-benar mengagumkan... apa kau akan berwujud seperti ini selamanya Matatabi?" tanya Akira pada burung itu

"kapanpun aku ingin berubah, akan aku lakukan" katanya datar

Akira pun membuatkan makanan untuknya, ikan-ikanan yang mudah dia makan dan beberapa biji-bijian, cara makannya rakus sekali, seperti sudah satu tahun tidak makan hahaha

"Tadi diluar aku melihat ada orang asing, siapa ya kira-kira mereka?" tanya Ka Lia pada Akira "kau melihatnya ya, sepertinya mereka datang dari Kedutaan Negara, pasti karena kastil ini yang berantakan yang membuat mereka kesini" jelas AKira

"Kedutaan sampai kesini.. Ka Wiliam dan Ka Lisa pasti akan dapat masalah..." ka Lia memperlihatkan Wajah resah

"mereka memangnya bekerja pada pemerintah? kok sampai bisa ada orang Kedutaan kesini?" tanyaku pada mereka

"keluarga Ka Wiliam bergelut dalam bidang politik disini, jadi kalau ada skandal pasti akan mencoreng nama baik mereka di kepemerintahan" jelas Ka Lia padaku

aku tau itu pasti hal buruk, dan sangat tidak menguntungkan bagi semuanya.

entah kenapa tiba-tiba Ka Lia, Putri dan Akira terdiam untuk beberapa saat "kenapa tiba-tiba semuanya diam?" tanyaku pada mereka

"sepertinya kami harus meninggalkan kamu dulu Mark, kau bisa ketempat teman-teman yang lain kan?" tanya Ka Lia padaku

"iya, hanya tinggal kedepan saja kan?" tanyaku "iya, bila kau bingung minta di antar saja oleh para pelayan kastil, kami ada keperluan dulu" jelas Akira sambil membersihkan tangannya dengan sebuah kain yang ada di atas meja.

"ketempat yang biasa kan?" tanya Putri pada Akira "iya" jelas Akira singkat

"Mark aku tinggal dlu ya, ada urusan mendadak..." Ka Lia memegang pundakku sebentar dan langsung berlalu berjalan menjauh mengikuti kepergian Putri dan Akira

aku tidak tau ada apa dan mau kemana mereka, tapi sepertinya serius. karena sesaat tadi wajah mereka menegang. apapun yang sedang kalian hadapi, aku harap kalian bisa menyelesaikanya.

semoga bencana ini segera berakhir, aku percaya pada Ka Lia dan teman-temannya, mereka pasti akan menyelesaikan ini semua dan mengantarkan kami semua pulang, itupun kalau kami masih mempunyai tempat tinggal, karena saat itu rumah kami sudah dijarah oleh orang-orang tidak dikenal itu, berkat Ka Lia dan Teman-temannya kami masih selamat sampai saat ini.

semalam juga pasti pelaku yang sama, dan lagi-lagi kami diselamatkan. walaupun aku tidak tau apa yang dihadapi oleh mereka semalam, tapi pasti mengerikan, aku salut Pada Ka Lia yang bisa bertahan dalam kengerian ini. mungkin karena ada Hikatodwu disisinya yang menjadi sumber kekuatannya, dan juga... Ka Toru.. sang Pangerannya... pujaan hatinya yang dia selalu tunggu-tunggu sejak lama sekali.

aku akan terus berdoa yang terbaik untuk semuanya, berjuanglah Ka Lia.

*****


Bersambung~
 
Last edited:
Chapter 9
Markas Gurun Anubi





Saat aku sedang berada di Dapur bersama Mark, Putri Kecil, dan Akira menyiapkan makanan untuk Matatabi, Relena mengirimkan Kami Pesan melalui Telepati.

Aku, Putri dan Akira diikuti oleh Matatabi dibelakang kami melewati ruangan demi ruangan menuju tempat Pertemuan yang sebelumnya pernah ku datangi saat pertama kali sampai disini. diperjalanan kami bertemu dengan yang lain dan berjalan bersama-sama menuju tempat pertemuan.

"apa yang terjadi ya? sampai kita dikumpulkan seperti ini" Sora heran

"pastinya membahas penyerangan semalam... kita kan belum membahasnya sama sekali kan? karena diluar dugaan, kenapa Sarnax bisa tau keberadaan kita padahal sudah dipasang pelindung oleh Putri" jelas ami

semua sudah memasuki ruangan dan telah menduduki kursi masing-masing, kami semua terpaku pada Ka Wiliam, Ka Lisa juga Relena yang sejak tadi sedang berdiskusi bertiga saja.

"bisakah kita mulai?" kataku sedikit berteriak agar mereka dapat mendengarnya

Ka Wiliam, Ka Lisa dan Relena memandang kami semua dengan serius, Ka Wiliam melipat tangannya di atas meja dan menutup matanya.

"kita ada sedikit masalah dengan Departemen pemerintah yang ada disini" jelasnya pelan

"karena penyerangan semalam?" tanyaku khawatir

"secara tidak langsung IYA, karena dia mendapatkan kabarnya entah dari siapa dan mengecek kesini, setelah apa yang dilihat dengan mata kepalanya sendiri, mereka mengira ini tindakan terorisme."

"apa? Terorisme? hahaha pemikiran Rasional ya?" aku tertawa pelan tidak percaya dengan apa yang dikatakan Ka Wiliam barusan.

"wajar Lia, mereka tidak melihat apa yang sudah menyerang kita semalam, mereka hanya melihat puing-puing yang runtuh dan terbakar. mungkin mereka mengira itu karena ledakan bomb skala kecil" jelas Ka Shiho

"itu benar... karena Aku, Relena dan Lisa adalah orang Departemen, maka akan jadi sorotan lebih dimuka umum, termasuk DeepBlue. apalagi belum lama ini juga terjadi gerakan terorisme disekitar negri ini yang meresahkan semua warga" Ka Wiliam bangun dari duduknya dan berjalan menuju foto Hikatodwu yang ada di dinding

"kasus seperti ini pasti akan diberitakan berlebihan oleh pihak-pihak yang ingin mencari keuntungan pribadi, para wartawan pasti akan berdatangan mencari berita. dengan begitu, disini akan bertambah daftar orang yang tidak ada kaitannya dengan organisasi yang akan terlibat" sambil berkata demikian mata Ka Wiliam tidak lepas dari lukisan itu

"kalau sampai pihak luar ada yang mengetahui keberadaan organisasi kita, dan masalah yang kita hadapi, kita semua tau apa yang akan terjadi" sambung Ka Lisa dengan wajah serius

"kita tidak bisa terus berada disini, ini berbahaya..." Fuji menggigit kuku jarinya di atas meja mengkhawatirkan keadaan yang tidak baik ini

"akan ada banyak korban lagi yang berjatuhan bila kita terus berada disini, semalam mereka sudah menemukan lokasi kita, tidak menutup kemungkinan malam ini akan ada pasukan mereka dalam jumlah besar yang akan menyerang kembali" hero berkata dengan santai sambil meminum minuman kaleng yang dipegangnya.

"karena itu sekarang aku mengumpulkan kalian disini" ka wiliam mambalikan badannya menghadap ke kami kembali dan berjalan menuju kursinya "kita akan segera meninggalkan kastil, tapi masalahnya kemana kita akan pergi? pasukan kita hanya ada disini, jika kita pergi tanpa pasukan, aku tidak yakin kita bisa bertahan menghadapi mereka"

"kita masih punya satu sekutu bukan? di gurun Anubi sana?" kepala Duo berputar menatap kearah Toru

"maksudmu pasukan Paman Max?" tebakan Toru benar dengan terlihatnya anggukan kepala dari Duo

"dia mempunyai cukup pasukan terlatih, dulu aku dan Toru pernah diselamatkan oleh mereka, pasti tidak akan ada alasan untuk mereka menolak membantu kita, karena Toru itu keponakan paman Max sendiri" Duo mengarahkan ibu jarinya ke arah Toru tapi wajahnya tetap mengarah ke ka Wiliam.

"baiklah, itu bisa kita coba. Toru hubungilah Max, apakah dia bisa menerima kita bergabung dengan mereka" pinta Ka Wiliam

"Baik! akan aku hubungi dia, tapi aku rasa hanya mengandalkan pasukan dari paman Max tidak akan banyak membantu" jelas Toru pasrah

"kita akan membawa pasukan juga dari DeepBlue, posisi gurun sangat strategis untuk persembunyian karena jauh dari penduduk" jelasnya lagi dengan lantang

"gurun? bukankah malah akan mudah bagi pasukan Sarnax menemukan kita ditempat terbuka seperti itu?" protes Sora pada mereka

"jangan anggap remeh pangkalan rahasia mereka Sora, tingkat keamanannya sama dengan DeepBlue dan Pangkalan kita. jika tiba disana kau pasti akan mengetahuinnya sendiri" Toru mengambil Handphone dari saku celananya dan menekan tombol yang ada disana "halo, Max disini" terdengar suara orang tua dari speaker handphone itu walau tidak begitu jelas..

"halo paman Max, ini aku Toru"

"ah... Keponakanku... bagaimana keadaanmu nak?" terdengar sapaan yang ramah dari paman Max pada Toru dari arah Handphone tersebut "tidak begitu baik Paman, aku butuh bantuan paman segera"

di ceritakanlah kondisi kami saat ini dan tujuan toru menghubunginya, sepertinya paman Max mengerti dengan kondisi yang diceritakan Toru, tidak lama kemudian Toru mengakhiri komunikasi dengan paman Max "Kita bisa segera kesana, mereka akan mempersiapkan segalanya besok" jelas Toru pada semuanya

"tapi bagaimana cara kita kesana? apa tidak akan terlalu mencolok bagi departemen jika tiba-tiba saja tempat ini dikosongkan?" tanya Shiho

"itu serahkan saja padaku dan Lisa, perkembangannya akan ku kabarkan pada kalian. untuk malam ini aku minta semua bersiaga dan kumpulkan semua pengurus kastil juga keluarga dan teman Lia ke ruang bawah tanah" ka Wiliam memelankan suaranya "kita tidak akan tau kapan mereka akan menyerang kita lagi"

"aku akan memastikan pelindungnya bekerja lebih baik" Putri berdiri dari duduknya "kami berharap padamu Putri kecil" Ka Lisa tersenyum kearahnya "percayalah pada kemampuan mu, kau pasti bisa membuatnya lebih kuat" lanjut Relena

"iya" Putri pun melangkah pergi sambil tersenyum semangat karena mendengar ucapan Ka Lisa dan Relena

"maaf, sepertinya sudah saatnya aku harus mulai melanjutkan latihan bertarungku... mengingat kejadian semalam... aku malah benar-benar merepotkan Toru saat bertarung dengannya" aku bersungguh-sungguh saat mengatakannya, karena aku tidak ingin selalu menjadi beban

"kalau begitu aku saja yang melatihmu Lia" Duo mengangkat satu tangannya menawarkan diri sebagai pelatih Lia

"aku rasa di tempat paman Max ada tempat berlatih" senyum Toru menghiasi wajahnya sungguh menawan

"benaaar??? Duo... mohon bantuannya..!" aku sedikit menundukkan kepalaku ke arah Duo "aah... tidak usah seperti itu Lia... kau harus serius nanti, kalau tidak... aku akan membuatmu babak belur, mengerti?" dengan percaya diri Duo berkata seperti itu membuatku mencibir kecut padanya "kuhajar balik kau nanti"

*****
 
Last edited:
hari menjelang malam, semua siaga didalam dan diluar kastil. bergantian patroli berkeliling mengitari halaman. suasana malam ini sangat tenang sepertinya tidak akan ada tanda-tanda kemunculan mereka.

aku sedang berada di dalam kastil dengan Sora dan Ami, aku sangat suka dengan seragam yang kami kenakan sungguh cool menurutku. Baju berwarna merah tua dengan pelindung dari besi di kanan dan kiri bahu berukirkan lambang sayap burung di sisi kanan, celana ketat hitam dengan pelindung yang sama di kedua lututnya. celana ini akan memudahkan kita untuk bergerak, lentur sangat sempurna dan yang paling membuatku menyukainya adalah topi yang kami pakai dari bahan warna merah tua dengan lambang sayap burung berwarna biru kecil di kanannya.

"ini sangat keren..!!! aku suka topinya" mataku terus berkaca-kaca melihat topi yang dipakai Ami "hahahaha... ini kerja keras Sora lho" aku memutar kepalaku menatap Sora dengan tidak percaya "hahaha matamu jangan begitu Lia..." tangan Sora menutup mataku

mataku memperhatikan bagian bahu dan lutut sora "itu.. kenapa musti dipasang pelindung dibagian itu?"

"ooh.. ini agar musuh tidak dapat menyerang titik lemah dari tangan dan kaki, kau tau?" Sora merenggang-renggangkan tangannya" persendian bahu dapat dengan mudah bergeser dari tempatnya bahkan dengan sekali tebas menggunakan pedang akan putus, begitu juga lutut"

"mengerikan... kau memikirkan terlalu jauh" muka ku suram

"hahaha kalau kau selalu ada di tengah-tengah kami pasti akan menyadari hal-hal seperti itu" Ami pun ikut tersenyum "bertahan untuk hidup juga penting"

"Hei Kalian!!! apa-apaan ini? kenapa kami selalu dikurung diruang bawah seperti itu!" tiba -tiba suara teriakan teman duniaku mendekati kami "kalian kira kami tidak bisa menjaga diri kami apa?" aku, Ami dan Sora hanya diam dengan wajah serius menatap beberapa teman priaku yang ada didepan kami.

"karena kalian lebih aman disana... di atas sini berbahaya lho" jawab Sora dengan tersenyum

"Harusnya kan kalian yang hati-hati.. kalian kan wanita, harusnya serahkan pada laki-laki" Ami yang mendengarkan perkataan mereka melangkah maju dengan sedikit kesal "Kalau begitu, buktikan kalau kalian memang tidak lemah"

dalam keadaan masih terkejut mereka di tantang oleh Ami berkelahi dengan tangan kosong, terlihat dari cara Ami melambaikan satu tangannya tanda meminta mereka maju untuk menyerangnya.

"A, Ami kau serius?" kataku gugup "biar mereka rasakan sendiri kekuatan wanita lemah ini" katanya Lantang

"Ami kalau kesal tidak bisa di hentikan Li, Kita lihat saja... apa teman mu bisa melawannya?" senyum Sora seperti mencemooh mereka

"melawanmu? aku tidak suka memukul wanita... wanita itu untuk dilindungi bukan untuk disa..." Tinju Ami melesat tepat di depan wajah si A tanpa melukainya namun hempasan anginnya membuat si A terkejut dan tidak bisa melanjutkan kata-katanya "Hentikan PIDATOMU!"

"kalian tidak serius malah akan babak belur, kalian tau itu?" cibirku pada mereka "Kau membela siapa sih Lia?" tanya si B gugup "Ha? Aku? Aku dukung yang menang saja" aku nyengir lebar di depan mereka "kebiasaanmu dari dulu ya Lia" kata si B sebal

"ayo jangan ragu serang aku" pinta Ami pada si A, tanpa ragu lagi Si A langsung melesatkan tinjunya kearah Ami namun dengan mudah di tangkap tangannya itu dan di pelintir ke belakang tubuhnya "Adaaaaww!!! sakiiit!!"

"hanya segitukah kemampuan lelaki?" ami melepaskan tangannya "lebih baik kelian kembali kebawah dan istirahat disana, kecuali jika kalian ingin mati di atas sini bersama kami" cetus ami dengan aura membunuhnya

"seram sekali dia Sora" aku berbisik kepada Sora "kekuatan terpendamnya muncul" ledek Sora menimpali "aku jadi kepikiran.. bagaimana cara Toma menghadapi kemarahan Ami yang seperti itu"

"tenang... Toma itu ahli menjinakan hewan buas sekalipun..." aku dan sora melirik ami yang ternyata melotot marah pada kami "Kyaaaaa..!! Lariiii...!! wahahahhahah.." aku berteriak menarik Sora untuk lari menghindari kejaran Ami "awas kalian yaaaa!!!!"
 
malam ini kami lalui tanpa ada tanda-tanda kedatangan pasukan Sarnax, saat pagi menjelang kami semua bersiap-siap untuk melakukan perjalanan menuju Gurun Anubi tempat paman Max berada.

kami menggunakan Bus berkapasitas 60 orang agar semua bisa naik dalam 1 mobil. kami tidak ingin mengambil resiko jika menggunakan kendaraan yang terpisah.

"kita akan memakan waktu sekitar tiga jam menuju kesana" ka wiliam melirik arloji di pergelangan tangan kirinya "kita mau kemana?" tanya kakak kandungku yang duduk di kursi belakang "kita akan pindah ke tempat yang lebih aman tapi mungkin tidak akan senyaman di DeepBlue" jelas Ka Wiliam

Relena berdiri dari tempat duduknya dan berputar menghadap kursi belakang "aku rasa semuanya sudah harus tau apa yang tengah terjadi agar dapat menyesuaikan diri dengan keadaan" Relena menatap khusus kepada teman dan keluargaku

"saat ini kita tidak dalam keadaan aman, beberapa waktu lalu kalian kami minta tetap diruang bawah tanah karena Deepblue telah diserang oleh pasukan yang telah menghancurkan kehidupan kalian, bukan hanya itu..." Relena menutup matanya sesaat "kini ada yang lebih berbahaya lagi, mereka bisa membunuh kita dalam sekejap"

seketika wajah orang-orang seisi Bus menjadi cemas ketakutan, khususnya teman dan keluargaku "kita akan mati..." kata salah satu temanku yang wanita "walaupun kita akan mati, tapi kita tidak akan mudah begi mereka membunuh kita, karena itu kita akan menuju tempat dimana kita bisa berlindung dan bertahan" jelas Relena

"karena itu, apapun yang kami katakan dan perintahkan untuk kalian, kami harap kalian melakukannya tanpa bertanya alasannya" kata Ami di sela-sela perkataan Relena

"kalian yakin sekali bisa menyelamatkan kami?" pertanyaan bodoh dari salah satu temanku memancing kemarahanku yang duduk di samping Toru "Kau pilih percaya pada mereka atau sekarang kau turun dari Bus ini?!" tanganku bergerak menunjuk keluar jendela, tangan Toru menepuk pundakku dan memintaku untuk kembali duduk

"apapun yang terjadi, kalian dalam lindungan kami, jika kalian mau menuruti perkataan kami, kami jamin kalian akan lebih lama bertahan hidup dibanding kami" kata Toru pelan sambil menarikku duduk kembali

setelah perkataan Toru barusan tidak ada lagi yang berbicara kecuali canda tawa mereka masing-masing "sampai sana kita tidak akan bersantai-santai, kita akan mulai berlatih... kita akan mempersiapkan diri kita untuk kemungkinan terburuk" jelas Ami "apa Max sudah dijelaskan situasinya Toru?" tanya ka Wiliam "sudah, nanti bus kita akan di pandu saat masuk perbatasan markas mereka"

"bagus kalau begitu" wajah ka wiliam terlihat lebih santai

tidak lama sampailah mereka di perbatasan dan Toru menyapa salah satu dari 3 pria yang sedang duduk di atas sebuah mobil jip, dengan seragam mereka yang serba cream terlihat Toru sangat akrab dengan mereka bertiga, mereka pasti sudah lama kenal, dan akhirnya kami melanjutkan perjalanan dengan di iringi oleh mobil jip itu di depan bus kami.

kami mulai memasuki Gurun dan udara mulai sedikit gersang makin jauh kami masuk makin tidak ada pepohonan yang dapat dilihat. sekeliling kami hanya ada pasir... ya padang pasir yang sangat luas. ini sudah pasti Gurun Anuby yang Toru maksud. tidak lama mobil depan dan bus kami berhenti, dapat kurasakan prlahan-lahan Bus kami berguncang seperti gempa bumi, tidak dapat kami pungkiri kalau kami semua fokus melihat kejadian didepan kami yang menyebabkan tanah sedikit bergetar.

terlihat sebuah pintu rahasia terbuat dari logam membuka menganga lebar membuat sebuah terowongan yang dapat dimasuki oleh kendaraan kami "Wooow..." kata kami serempak

setibanya di dalam dan kami semua telah turun dari Bus, paman Max menyambut kami dengan hangat "Selamat datang saudara-saudaraku..." sapa paman Max "Paman..!" Toru berlari memeluk pamannya itu "Keponakanku yang tampan..." senyum membentang di bibirnya
 
Last edited:
"selamat siang Tuan Max" sapa ka Wiliam dengan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dan disambut hangat jabatannya itu oleh paman Max "panggil saja Max, anda pasti Wiliam dari kementrian bukan?"

"benar sekali... maaf bila kami semua jadi merepotkan anda disini" ka wiliam sungkan "hahahaha.. tidak masalah... membantu keponakan dan seluruh temannya adalah sebuah keharusan... anggap saja markas sendiri... lagipula... cerita yang kudengar dari Toru sangat menarik, kita akan bicarakan ini di ruanganku, sekarang lebih baik kalian istirahat dulu dan merapikan barang-barang bawaan kalian.. kebetulan banyak kamar kosong walau tidak besar" Paman Max tersenyum dan meminta anak buahnya mengantar kami ke kamar juga membantu membawakan barang-barang kami.

setelah semua beres merapikan barang-barangnya, aku dan semua anggota Hikatodwu pergi ke tempat paman Max untuk berbincang-bincang sedikit, sungguh tegang suasana disini dan aku belum terbiasa dengan suasana yang seperti ini, Toru yang menyadari hal itu menepuk pundakku pelan sebanyak 3x "santai saja, kau seperti tidak pernah bertemu paman Max saja" kata Toru dengan senyum "ini kan bertemu langsung.. beda dengan yang dulu.. dan situasinya juga berbeda" kataku gugup, toru hanya tertawa ringan padaku

diruangan ini terdapat tiga buah meja bundar dengan di hiasi taplak meja berwarna cream dan kami duduk disana "jadi Dunia Lia sudah hancur di serang oleh mereka... dan dua hari lalu DeepBlue juga diserang oleh mereka bahkan dengan seekor Naga" paman Max mengulang perkataan yang toru pernah bicarakan di Telpon

"karena itu kami berinisiatif untuk kesini, karena tempat ini cukup aman" jelas Toru

"itu memang benar.. kita bisa bertahan dari semburan api naga itu, tapi untuk menghadapi langsung Naga-naga itu.. aku rasa masih cukup sulit jika berhadapan langsung..." Paman Max mengurut dagunya "karena itu, bisakah kami meminjam aula latihan anda untuk kami berlatih?" tanya Ka Wiliam "ah.. kalian mau latihan? tentu saja... aku juga ingin melihat keahlian kalian seperti yang aku tahu sedikit... kalian itu spesial"

"bukan spesial.. tapi aneh... ahahhaa" Duo mulai mengeluarkan candaannya "terutama Lia, dia mendapatkan peliharaan aneh sejak sampai di DeepBlue" lanjut Duo "apa maksudmu aneh?" lirik ku padanya "waah.. apa itu Lia? kau membuat keajaiban baru lagi?" tanya Paman Max lembut "bukan seperti itu paman.. aku hanya mendapat teman baru dan dia menyelamatkanku malam itu"

"waah... aku mau melihatnya" senyum paman max seolah memohon "keluarkan saja Lia.. dikeluarkan sekarang tidak akan apa-apa, Matatabi memakai Wujud kecilnya, jadi tidak akan apa-apa" jelas Relena "tapi nanti akan di tertawakan lagi" kataku mengelak "hahaha tidak akaan..." Yasha meyakinkan

akhirnya aku menyerah dan memutuskan untuk mengeluarkan Matatabi dari Liontin ku, ku genggam erat liontinku dan muncullah Matatabi dari sebuah cahaya merah, wujudnya masih imut seprti sebelumnya "ini Matatabi Paman Max" paman Max mendekatkan Wajahnya pada Matatabi "waaah.. ini Phoenix ya? pasti sangat kuat" paman Max mengelus kepala Matatabi "selamat siang Tuan" jawab Matatabi

"wah wah.. bisa berbicara" paman Max terkejut "iya paman dan dia dapat berubah menjadi Phoenix besar jika saat kita membutuhkan bantuannya" paman max mengelus kepalaku " teman baru yang sangat berharga ya kau memang pantas memilikinya" senyumnya seolah dia tau semua pikiranku

"baiklah... kalian bisa menggunakan Aula latihan kapanpun kalian mau, dan jika kalian butuh relawan untuk berlatih.. pasukan ku siap menemani kalian" paman max tersenyum dan meminum juice yang ada di mejanya, kami pun mengobrol biasa dengannya seperti keluarga yang baru bertemu sekian lama.

di sinilah markas baru kami setelah maskas Deepblue diketahi oleh Sarnax, kami akan mulai latihan keesokan harinya dengan beragam rencana pelatihan untuk kami semua, tentunya untukku khusus belajar bela diri dan menggunakan alat seperti pedang, dan Pistol karena aku masih belum begitu menguasainya.

hari esok akan kami jalani dengan semangat walau latihan berat akan kami jalani

*****


Bersambung~
 
Last edited:
Chapter 10
Latihan





"kita akan menjalankan latihan dalam beberapa metode, dan khusus untuk Lia, kau akan dilatih extra untuk menguasainya, karena kau belum memasuki tahap yang akan kita lakukan, jadi untuk mengejar kau akan dilatih oleh beberapa orang" Ka Lisa menuliskan semua arahannya di sebuah papan tulis yang ada di depan kami.

"baik, tapi kak, bagaimana aku bisa mengejar ketinggalanku? dalam hal gerakan maupun teknik aku masih blm bisa"

"jam pelatihanmu dua kali lebih lema dibanding yang lain, asalkan tubuhmu kuat menjalaninya" sorot mata ka Lisa memandangku Ragu "apa kau yakin sanggup menjalaninya Li? seperti yang kita ketahui tubuhmu cukup lemah"

aku sedikit tersinggung dengan perkataan Ka Lisa itu walaupun itu benar adanya, tubuhku rentan terkena demam apalagi bila aku terlalu lelah "aku rasa, jika melihat pentingnya hal yang aku kerjakan, aku tidak akan mudah sakit" senyum kupaksakan

"baiklah, kita lihat perkembangan kedepannya. besok kita akan mulai berlatih siang hari. untuk Lia, kau akan mulai jam 7 pagi dengan Duo"

"siap!" kataku lantang

"lalu kita akan melakukan latihan macam apa?" tanya Fuji bingung menatap ke semua orang

"kita akan latihan bertarung antar kelompok, dimana diharuskan saling menyerang kelompok lawan dan melindungi anggota kelompok sendiri" jelas ka Lisa

"menarik" Yasha mulai menanggapi dengan serius "kelompoknya akan di undi atau menentukan sendiri?" tanya Yasha lagi

"nanti akan kita undi, satu team terdiri dari 5 orang aku dan wiliam juga akan masuk dalam salah satu kelompok yang nanti terbentuk"

"APAAAAA.....????!!!!!!!" semua terkejut mendengar ka Lisa dan ka Wiliam akan ikut berlatih "tidak perlu berteriak seperti itu juga kan" Ka Lisa menutup telinganya

"kami juga perlu latihan, memangnya kalian pikir kami sehebat apa sampai harus tidak latihan?" wajah ka Wiliam agak cemberut memandang semuanya

"hei-hei.. melawan kalian berdua itu susahnya bukan main... yang benar saja..." cetus Duo jengkel

"itu sebuah tantangan bukan? hanya melawan aku dan Lisa sudah kecut seperti itu, semangat kalian yang tadi kemana?"

"berdoa saja kalian satu team dengan Ka lisa dan Ka Wiliam" kataku datar "kalau dia berdua beda team akan jadi tontonan seru saat latihan, tapi kalau mereka satu team... ooh.. jangan sampai aku melawan teamnya" Duo mengangkat kedua tanganya tanda menyerah

"aku harap bisa satu team dengan mereka haha" wajah ka Shiho benar-benar terlihat berharap akan datangnya kesempatan itu "niat sekali kau membantai kami" cetus Yasha "aku mau balas dendam karena kalian sudah berani mengintip kami sewaktu kami mandi" mata ka Shiho memancarkan kebencian saat menatap Yasha

"itu kan sudah lama... lagipula kami sudah di hukum berkali-kali oleh Ami dan Sora, apa kurang cukup.. huaaaah... tega sekali" Duo merajuk

"aku belum kan?" ka Shiho mencibir membuat yasha, duo dan beberapa orang lainnya bergidik, tentu saja karena mereka merasa telah salah mengintipnya mandi

"pembicaraan jadi melenceng seperti ini" ka Lisa menggelengkan kepalanya "baiklah... untuk saat ini kurasa cukup, besok sebelum latihan kita berkumpul di aula, untuk Lia jam 7 langsung ke aula bertemu denganku dan Duo" mendengar arahan Ka Wiliam aku langsung menganggukan kepalaku tanda mengerti

tidak lama setelah itu kami bubar, Ka Lisa dan Ka Wiliam mengumpulkan teman dan keluargaku untuk memberikan arahan dan menjelaskan situasinya.

ruangan kami tidur berisikan empat single bed dengan seprai berwarna coklat tua. sesuai dengan jumlah ranjang yang ada, ruangan ini di isi untuk empat orang. aku ditempatkan bersama dengan Kyu, Azula dan Citra.

awalnya aku sedikit canggung ada di antara mereka tapi sepertinya mereka tidak memperlihatkan sikap tidak suka padaku. dan akhirnya kami bisa berbicara seperti biasanya

"Kapan semua ini berakhir Li?" tanya Citra yang sedang berbaring santai di kasurnya sambil memainkan rambunya yang panjang

"semoga tidak lama lagi..." kataku sambil merapikan rambutku yang berantakan

"kita bisa pulang kan? aku rindu kamarku..." Kyu merajuk di kasurnya

ku menatap teman-temanku ini, senang rasanya mereka masih seperti biasa tanpa ketakutan yang berarti, tapi senyuman dan keceriaan seperti sekarang ini pasti akan hilang jika sarnax dan pixie sampai ketempat ini.

"kenapa Lia? wajahmu suram sekali?" Azula menyadari kegelisahanku

"tidak apa-apa... aku hanya..." aku tidak sanggup mengatakannya, aku tidak sanggup!

aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku pada mereka dan melemparkan tubuhku ke kasur "aku mau istirahat, besok aku harus latihan dan bekerja keras..." ku menghela nafas berat

"latihan apa?" tanya Kyu "belajar berkelahi hehehehe" ku berusaha membuat suasana sesantai mungkin "huaaa? kau berkelahi? sepertinya menarik, kami bisa lihat kan?" kata Azula bersemangat "kami kan bebas kemana saja asalkan di dalam markas ini" senyum Citra menggodaku

"iya boleh, pasti seru lho, bukan hanya aku yang latihan, semua teman-teman Hikatodwu akan latihan" saat itu Kyu langsung bangun dari tidurnya dan memandangku lekat-lekat "ada ka Wiliam???" aku kaget mendengar pertanyaannya itu "te..tentu saja ada, ka Wiliam kan yang akan membimbing kami nanti " langsung serempak mereka berteriak kegirangan "Kyaaaaa"

"kenapa sih? jangan bilang kalian suka Ka Wiliam" kataku sedikit tidak yakin tapi melihat reaksi mereka seperti itu sudah terjawab "dia sudah menikah lho, punya anak.. heeei....."

"dia keren Li... gagah dan indo banget.. bule hahahaha" aku tidak percaya dengan perkataan Kyu barusan, mereka Fans dengan Ka Wiliam.. huooh masalah... masalah.....

****************
 
pagi telah tiba, sudah jam 7 pagi, aku bersiap ke Aula dengan teman-teman sekamarku karena mereka sudah merengek-rengek minta ikut. di jalanpun tidak disangka bertemu yang lain, juga keluargaku.. matilah aku...... aku tak kan bisa berkonsentrasi jika seperti ini. pasti.

dijalan semua berkomentar ini dan itu membuat pusing, belum lagi ibuku dan kakakku yang ceramah seperti biasa, nanti terluka, bisa celaka, tidak perduli ocehan mereka, ini kulakukan demi hidup juga toh? aku terluka sekarang untuk lebih kuat kedepannya

sesampainya di Aula, Duo telah menungguku dan ternyata bukan hanya dia yang ada di ruangan besar itu, semua orang ada

"Kenapa semuanya disini...!!!???" kataku pada mereka "kalian itu latihan jam 10 siang nanti kan.. jam 10 jam 10..!!!" kataku kesal dan menunjuk-nunjuk mereka

"hahaha... habis ini menarik... kami selalu ingin melihatmu menghajar Duo" jelas Niwa sambil tertawa

"lagipula kalian memerlukan wasit kan?" tanya Kira "wasit apa?? kan wasitnya ka wiliam... masa semua kesini? mana bisa aku konsentrasi kalau begini?" kataku dengan muka cemberut

"harus bisa.. anggap saja seperti waktu latihan denganku dipantai" Toru ikut-ikutan membela mereka sambil tersenyum "jangan berwajah seperti itu disaat seperti ini" gerutuku

"baiklah segera dimulai saja, nanti hari makin siang" Ka wiliam melangkah maju "untuk semua yang ada disini silahkan mundur sampai garis putih" pinta Ka Wiliam kepada semuanya, lalu Ka Lisa maju dengan membawa Pedang dari bambu dan diserahkan padaku dan juga Duo

"sementara pakai ini dulu, jika pakai pedang asli, aku khawatir Lia tidak dapat menahan dirinya untuk tidak melukai mu Duo" jelas Ka Lisa dan melangkah menjauh kembali

"kita Latihan menggunakan Pedang?" tanyaku

"Yups, melihat kemarin itu, kau memiliki banyak kelemahan dan untungnya Toru bisa menutupinya jadi kau tidak terluka, tapi Toru hebat sekali bisa menyesuaikan dalam kondisi seperti itu" Duo melirik ke arah Toru

"aku mohon ajari aku Duo" kataku dengan serius

Duo tersenyum dan mengambil Kuda-kuda "ayo bersiap" katanya, akupun memasang kuda-kudaku "kau serang aku duluan Lia" pintanya dan tanpa pikir panjang aku langsung berlari dan mengayunkan Pedangku kearah wajahnya namun dengan gerakan yang sangat gemulai Duo berhasil menghindar dan mengarahkan gagang pedangnya tepat mengenai belakang leherku "aw...!!" jeritku kesakitan

Duo dengan santai berada di sampingku dengan tersenyum menggoda sedangkan teman-teman Hikatodwu mentertawakanku pelan "kau terlalu lambat Lia!" teriak Yasha menggoda "berisiik!" teriakku padanya dan diiringi gemuruh tawa yang lain, berbeda dengan teman-teman dan keluarga dari duniaku, mereka terlihat tegang tanpa tertawa sedikitpun

"gunakan keahlian peringan badanmu Lia, dan kerahkan semua kekuatan di pundak dan tanganmu, titik-titik kelemahanmu harus kau perhatikan, kepala atas, leher belakang dan pinggang samping itu titik lemah saat menggunakan pedang" jelas Duo padaku

"baik akan aku coba lagi" ku ambil Kuda-kuda kembali, ku gunakan peringan tubuh sebisaku sambil berfokus untuk menyerang Duo lagi.

"kali ini harus bisa!" ku berlari dan menusukkan pedang kayuku dengan satu tangan, Duo berhasil menghindar kesamping, tanpa ragu aku langsung mengubah arah pedangku kearahnya dan dia berhasil menahan dengan pedangnya

"gerakan pedangmu sudah lebih terarah" jelas Duo sambil menghindar

aku melesatkan pedangku menuju tepat ke arah kepalanya dan di tangkis kembali oleh Duo, saat itu juga tangan kiriku mengarah ke perut Duo sambil tersenyum ku bilang "kau lengah Duo" dengan hentakan kaki aku mengeluarkan hempasan angin dari tangan kiriku hingga membuat Duo terpental namun dia berhasil menjaga keseimbangannya sehingga hanya terhuyung saja

"kau... kenapa malah pakai tenaga angin!!??" perotes Duo, namun setelah itu teman-teman Hikatodwu bertepuk tangan "Kalian juga! kenapa kalian malah bertepuk tangan??? bodoh!" protesnya

"hebat Lia! hahahah kau bisa memukulnya di awal-awal seperti ini!" Teriak Toma

"ckckck... Duo... tidak ada larangan dari awal untuk menggunakan angin bukan?" ku memberikan jempol terbalikku padanya "apaaa...!!?" Duo mulai kesal

"tadi itu apa?" tanya teman-teman duniaku

"kalian diam saja!" teriak Duo pada mereka "jangan kasar begitu bodoh!" kataku sebal

"kalau tau boleh seperti itu sejak tadi saja aku keluarkan cih!" gerutunya

"ok seriuslah Duo, kalau tidak serius akan ku buat kau babak belur khukhkhu" ku tertawa menggodanya

"percaya dirimu terlalu tinggi" Duo berlari dan gilirannya menyerang tanpa aba-aba sama sekali, refleks tubuhku menghindarinya "ups nyariss..." kataku

gerakan Duo terlalu cepat, dalam sekejap dia sudah ada di sampingku dan menyerang pinggangku dengan pedangnya "Kyaaa..!" aku terduduk sambil memegang pinggang kananku "sakit..."

"satu sama" kata Duo sambil mengacungkan ibu jarinya kebawah. kucoba untuk berdiri dengan perlahan dan menarik nafas dalam-dalam, fokuskan pandangan kearah Duo dan mulai melangkah maju menyerang.

saat pedangku berada tepat didepan perutnya, Duo siap untuk menangkis namun dalam sekejap kutarik kembali pedangku dan kuputar tubuhku sambil melangkah kearah belakangnya dengan cepat lalu kutusuk punggungnya "cih...pengalihan" Duo tertunduk jatuh

saat ini aku sama sekali tidak memperhatikan sekitar, pikiranku hanya tertuju pada Duo, lawan Duelku. kalau saat ini kami pakai pedang asli, pasti aku sudah mati kehabisan darah.. aku kalah telak, dia selalu tau sela dari seranganku.

kali ini Duo berlari cepat lalu menjatuhkanku dengan cara menyerang kakiku dengan pedangnya, saat ku terjatuh dia langsung berdiri diatasku dan mengarahkan pedang tepat didepan wajahku "Skak Matt" dia mengatakannya dengan terus menatapku, mata kami saling bertemu.

kami sudah dibanjiri keringat masing-masing luka merah dan sedikit lecet di beberapa bagian tubuh dan nafas kami sudah terengah-engah seperti habis lari maraton.

tepukan tangan mulai terdengar di telingaku, kulihat keluarga dan teman-teman duniaku bertepuk tangan, juga Hikatodwu "awal yang sangat bagus Lia!" seru ka Wiliam

Duo meraih tanganku dan membantuku untuk bangun "terima kasih", Toru mendekat dan memberikanku sebuah handuk kecil dan minuman Kaleng yang dingin "Kerja bagus" pujinya padaku sambil mengusap-usap keringat di dahi dan leherku menggunakan handuk yang dibawanya "terima kasih Toru" kataku malu

"kita istirahat dulu Lia, nanti dilanjutkan oleh Toru" jelas Ka Wiliam

semua teman Hikatodwu terus saja meracau membicarakan aksi aku dan Duo tadi, tidak ketinggalan teman-teman duniaku juga sangat terkejut apalagi yang wanita, aku sedikit bangga mereka bisa melihat ini. aku ingin membuktikan pada mereka aku bisa.

kecuali pada ketiga orang itu (Mora Dkk) mereka melihatku sedikit merasa takut, memang harus seperti itu.
 
aku merasa kepanasan, saat aku mencoba mengikat rambutku, Toru mengambil alih dan mengikatkan rambutku dengan ikat rambut yang aku pegang.

"nanti kita akan latihan mengalirkan energi udara pada senjata kita" toru menjelaskan latihan yang akan kujalani bersamanya

"kenapa digabung seperti itu? memangnya bisa?" kataku sambil meneguk minuman

Toru memegang pedang kayu yang sebelumnya kupakai lalu perlahan-lahan pedang kayu itu menyibakkan rambutku saat mendekatinya "wah.. ada angin di sekeliling pedang itu" kataku terkejut

"dan angin ini bisa kita atur kecepatannya, bahkan bisa seperti ini" Toru mengambil kaleng minumanku yang sudah kosong dan mendekatkan ke pedang itu dan "SRAAAAK" Kaleng itu terkoyak, tercabik-cabik hingga lubang mengaga di bagian yang tersentuh

"uwoooow....!!!"

yang berteriak itu bukan aku lho, bukan aku, tapi teman-teman duniaku yang ada disekitarku yang tidak sengaja melihat kejadian itu

"bagaimana melakukannya Toru?"

"kok bisa seperti itu?"

pertanyaan-pertanyaan mereka membuat Toru dan aku diam seribu bahasa karena bingung mau jawab apa, dan pikiran nakal sedikit muncul di kepalaku "kalian mau tau seperti apa?" kulirik penuh menggoda pada Kyu yang saat itu mengenakan Rok sebatas lututnya

ku berjongkok didepan Kyu dan kubuka kedua telapak tanganku tepat dibawah Rok Kyu "caranya seperti ini.!!!" sekejap berikutnya Rok Kyu terangkat tinggi ke atas karena udara yang aku hempaskan dari tanganku, spontan Kyu berteriak dan berusaha menutup roknya "hahahahha pakai Pink" kataku nakal

"kyaaaa...!!! Lia...!!!" teriak Kyu malu "Putihnya...." kata Mark dengan tersipu malu "Mulus banget" disambung oleh Candra yang Mesum

"kau ini iseng sekali sih Lia..." toru memegang kepalaku dengan menatap sebal tapi tidak dapat disangkal wajahnya juga memerah "wajahmu merah tuh hahaha"

"berisik" katanya sebal

“Lia”

Ka Lisa memanggilku dari belakang, ku bangun untuk mendekat padanya. Kulihat ditangannya sebuah pedang berwarna biru langit “apa itu ka?” pertanyaan bodoh, tentu saja semua juga tau itu pedang

“saat Fuji dan yang lain kembali dari dalam hutan saat kejadian dimana kau membawa Mora dan yang lain, mereka memberikan pedang ini padaku. Ini milikmu” Ka Lisa menyerahkan pedang itu padaku dan ku terima

“pedang ini…” kulihat corak dibagian pangkal pedang itu melambangkan kepala seekor burung dan dengan sayap yang merentang di kanan kirinya

“itu milik Shirotabi” jelas Toru disampingku

“iya, ini pedang yang dipakai olehnya malam itu…” tanganku menggenggamnya erat-erat

“gunakanlah untuk berlatih, kau membutuhkan senjata bukan? Sudah saatnya kau punya senjata sendiri” ka Lisa memagang pundak ku “aku merasakan aura yang berbeda dari pedang itu, kurasa itu akan sangat membantumu”

“aura…?” ku menatap ka Lisa tidak mengerti

“nah sudah saatnya berlatih, jangan terlalu lama bersantai disini” Ka Lisa mendorongku ke tengah aula disusul oleh Toru yang sejak tadi tersenyum semangat seperti sedang mendapatkan kesempatan untuk memberikanku pidato

*****
 
“entah kenapa tiap kali melihat Lia berlatih elemen membuatku merinding dan takut padanya” celoteh Duo dari arah kanan aula sedang santai di tribun sambil meminum minumannya

“itu karena didalam dirimu mengetahui potensi anak itu sangat besar dan bisa berbahaya bila tidak dapat mengendalikannya” jelas ka Shin

“ya, kau benar… Lia masih kurang terlatih membuatku takut didekatnya” jujur Duo “saat dia pertama kali belajar dengan Toru, dia melempar Toru dengan udara padahal belum diajarkan caranya”

“kali ini kejadian apa yang akan membuat kita terkejut lagi ya?” sambung Natsu

*****
 
Back
Top