tiaseptiani
New member
Aku bersiap dengan posisiku . kugenggam pedang ini dengan kedua tanganku dan mengarahkan udara menyelimuti pedang peninggalan Tabi ini dan berhasil!. Sekarang udara sudah mengitari seluruh badan pedang namun dengan susah payah aku menstabilkannya
“bagus, pertahankan itu terus…” Toru berjalan kesamping beberapa langkah dan menunjuk ke arah kanannya ada sebuah samsak tinju sudah tergantung disana “sekarang, coba kau arahkan udara yang ada di pedang itu ke samsak ini, bukan dengan pedangmu tapi dengan anginmu” jelas Toru
“anginku? Ma-mana bisa?” aku tak yakin
“sama seperti kau hempaskan aku dulu, tinggal kau gerakan menuju ke samsak ini dan fokus saja menyerangnya”
Baiklah, aku pasti bisa. Pasti bisa. Dan harus bisa!
Ku menutup mata untuk berkonsentrasi, sejenak kurasakan ada yang aneh pada pedang yang kupakai, aku tidak tau apa yang salah pada awalnya terasa tidak nyaman, namun kini perlahan-lahan sepertinya pedang ini mulai dapat beradaptasi dengan anginku dan menyerap kekuatannya, terlihat dari lingkaran aliran udara yang ada di pedangku kini lebih stabil.
aku merasa ada dorongan aneh yang berasal dari pedang ini, entah apa itu tapi aku jadi sedikit percaya diri untuk menyerang samsak itu.
"Toru, untuk jaga-jaga kau lebih kepinggir lagi" pintaku sedikit khawatir, dan dia menuruti kata-kataku.
ku pandang sebentar pedang ini dan ku ayunkan sekali tebasan Horizontal sedetik kemudian samsak itu terbelah dua, tidak! lebih dari itu. semua terpukau pada kejadian setelahnya, angin itu mengenai dinding besi yang ada dibelakangnya dan membuat lubang seperti disayat oleh benda sangat tajam.
"a a apa yang aku lakukan ?" aku tergugup melihatnya
Toru melangkah mendekati lubang sayatan tersebut untuk memastikannya, tidak lama dia memeriksa wajahnya berpaling padaku "hebat... sekali tebas kau bisa memotong naga sekalipun dengan itu" senyum merekah di bibirnya
seketika suara gaduh mengeluh-eluhkan kehebatanku barusan menggema di aula ini, tidak di sangka paman Max juga sudah datang melihat tepat saat aku menebasnya.
"sudah kuduga" Ka Lisa mendekatiku dan melirik pedang yang kugunakan "Pedang itu istimewa, dia bisa membantumu mengendalikan kestabilan pengendalianmu " senyumnya
"pengendalian ku?" ku berpikir sejenak dan menemukan jawaban pada akhirnya "pantas saja tadi aku merasa aneh pada awalnya namun saat aku terus menggenggamnya, pedang ini seakan-akan menjadi sangat nyaman tanpa beban saat aku mengalirkan udara padanya"
"wah wah, kita lagi-lagi terbantu dengan adanya barang dan benda pemberian dari si wanita merah itu ya" Duo menggaruk kepalanya
"iya... benda yang berharga untukku" makin kuat ku menggenggamnya perlahan-lahan pedang itu menghilang "huaaa...! kemana pedangku??" ku angkat tangan dan membalik-balikannya didepan wajahku "bagaimana ini... pedangku..."
"tenang Ka Lia"
Putri kecil muncul tiba-tiba diantara kami dengan memperlihatkan senyum nakalnya "pedang kakak tidak hilang, dia menyatu dengan tangan kakak, jika saat kakak membutuhkannya, dia akan menampakan diri seperti ini" Putri mengulurkan tangan dan perlahan-lahan muncul pedang perak lebih panjang dari pedang biru langit milikku.
"ulurkan saja tangan kakak, dan pintalah dalam hati kakak agar pedang itu menampakkan dirinya"
kucoba mempraktekan apa yang dikatakan Putri kecil, kupinta dengan sepepenuh hati agar pedang itu menampakkan wujudnya dan berhasil! tapi, bukan hanya satu pedang yang keluar seperti sebelumnya, melainkan dua buah pedang biru langit dengan motif burung Phoenix yang sama seperti tadi ada di kedua tanganku
"i.. ini jadi dua.." kataku gugup
"sepertinya pedang itu memang sepasang, bila dilihat dari ukuran dan panjang pedang itu, memang harusnya Double Sword, berbeda dengan milikku ini" Putri menjajarkan pedangnya dengan kedua pedang yang kupegang, dan memang benar ukurannya jauh lebih pendek dan ramping
"praktis, jadi tidak perlu menggunakan sarung pedang di punggungku bila ku membawanya" Putri kecil terlihat setuju dengan tanggapanku itu, dengan segera ku biarkan kembali kedua pedangku itu menghilang dalam genggamanku
"nah, sekarang kau hanya tinggal berlatih untuk daya insting dan reflek mu, kali ini harus duel lagi dengan seseorang dan menggunakan tangan kosong, tanpa menggunakan ilmu elemen apapun" ku perhatikan terus tiap kata-kata Ka Wiliam itu "ini juga melatihmu untuk bertahan dan menghindari serangan"
"apa tidak terlalu cepat melatihnya sekaligus hari ini?" tanya Narisa
"tidak, karena nanti kita semua akan dapat pelatihan extra dari Putri, dan katanya Lia pun harus ikut berlatih" jelas Ka Wiliam
"kalian semua tau seperti apa Putri itu bukan? dia pasti tidak sekedar memberikan pelatihan ringan, pasti akan sulit dijalani bila tidak dengan hati-hati" lanjut ka Lisa
"tapi Ka Lia kan belum siap. apa tidak terlalu dipaksakan?" protes Narisa memegang lengan baju Ka Lisa
"Tidak Narisa, aku rasa Putri sudah tau Lia bisa menjalaninya, karena itu dia tidak ragu melibatkannya"
semua jadi tampak tegang dengan kabar ini, karena putri itu memang mempunyai kelebihan yang tidak kami semua punya, entah apa yang akan dia rencanakan untuk pelatihan kami.
"wah-wah.. apapun itu, lebih baik kalian berpikir positif. apapun bila kalian merasa tidak sanggup akan terasa sulit" Paman Max maju mendekat "latihan berat macam apapun itu, kalian akan bekerja satu team, jika kalian bergerak bersama, tidak akan ada yang tidak bisa, kelemahan kalian akan ditutupi oleh yang lain dan menjadi kesatuan dalam penyerangan dan pertahanan"
"kalau begitu siapa yang akan melatihku selanjutnya?" tanyaku
"Aku Lia" Shinji maju kedepan, Pria dengan Mata sipitnya dan rambutnya yang hitam pekat menggunakan baju lengan kutang.
"aaaa..... Shinji...?" aku tidak percaya harus berhadapan dengan dia, dia itu kan jago karate
"hanya aku yang cocok untuk melatihmu dalam serangan tangan kosong"
“bagus, pertahankan itu terus…” Toru berjalan kesamping beberapa langkah dan menunjuk ke arah kanannya ada sebuah samsak tinju sudah tergantung disana “sekarang, coba kau arahkan udara yang ada di pedang itu ke samsak ini, bukan dengan pedangmu tapi dengan anginmu” jelas Toru
“anginku? Ma-mana bisa?” aku tak yakin
“sama seperti kau hempaskan aku dulu, tinggal kau gerakan menuju ke samsak ini dan fokus saja menyerangnya”
Baiklah, aku pasti bisa. Pasti bisa. Dan harus bisa!
Ku menutup mata untuk berkonsentrasi, sejenak kurasakan ada yang aneh pada pedang yang kupakai, aku tidak tau apa yang salah pada awalnya terasa tidak nyaman, namun kini perlahan-lahan sepertinya pedang ini mulai dapat beradaptasi dengan anginku dan menyerap kekuatannya, terlihat dari lingkaran aliran udara yang ada di pedangku kini lebih stabil.
aku merasa ada dorongan aneh yang berasal dari pedang ini, entah apa itu tapi aku jadi sedikit percaya diri untuk menyerang samsak itu.
"Toru, untuk jaga-jaga kau lebih kepinggir lagi" pintaku sedikit khawatir, dan dia menuruti kata-kataku.
ku pandang sebentar pedang ini dan ku ayunkan sekali tebasan Horizontal sedetik kemudian samsak itu terbelah dua, tidak! lebih dari itu. semua terpukau pada kejadian setelahnya, angin itu mengenai dinding besi yang ada dibelakangnya dan membuat lubang seperti disayat oleh benda sangat tajam.
"a a apa yang aku lakukan ?" aku tergugup melihatnya
Toru melangkah mendekati lubang sayatan tersebut untuk memastikannya, tidak lama dia memeriksa wajahnya berpaling padaku "hebat... sekali tebas kau bisa memotong naga sekalipun dengan itu" senyum merekah di bibirnya
seketika suara gaduh mengeluh-eluhkan kehebatanku barusan menggema di aula ini, tidak di sangka paman Max juga sudah datang melihat tepat saat aku menebasnya.
"sudah kuduga" Ka Lisa mendekatiku dan melirik pedang yang kugunakan "Pedang itu istimewa, dia bisa membantumu mengendalikan kestabilan pengendalianmu " senyumnya
"pengendalian ku?" ku berpikir sejenak dan menemukan jawaban pada akhirnya "pantas saja tadi aku merasa aneh pada awalnya namun saat aku terus menggenggamnya, pedang ini seakan-akan menjadi sangat nyaman tanpa beban saat aku mengalirkan udara padanya"
"wah wah, kita lagi-lagi terbantu dengan adanya barang dan benda pemberian dari si wanita merah itu ya" Duo menggaruk kepalanya
"iya... benda yang berharga untukku" makin kuat ku menggenggamnya perlahan-lahan pedang itu menghilang "huaaa...! kemana pedangku??" ku angkat tangan dan membalik-balikannya didepan wajahku "bagaimana ini... pedangku..."
"tenang Ka Lia"
Putri kecil muncul tiba-tiba diantara kami dengan memperlihatkan senyum nakalnya "pedang kakak tidak hilang, dia menyatu dengan tangan kakak, jika saat kakak membutuhkannya, dia akan menampakan diri seperti ini" Putri mengulurkan tangan dan perlahan-lahan muncul pedang perak lebih panjang dari pedang biru langit milikku.
"ulurkan saja tangan kakak, dan pintalah dalam hati kakak agar pedang itu menampakkan dirinya"
kucoba mempraktekan apa yang dikatakan Putri kecil, kupinta dengan sepepenuh hati agar pedang itu menampakkan wujudnya dan berhasil! tapi, bukan hanya satu pedang yang keluar seperti sebelumnya, melainkan dua buah pedang biru langit dengan motif burung Phoenix yang sama seperti tadi ada di kedua tanganku
"i.. ini jadi dua.." kataku gugup
"sepertinya pedang itu memang sepasang, bila dilihat dari ukuran dan panjang pedang itu, memang harusnya Double Sword, berbeda dengan milikku ini" Putri menjajarkan pedangnya dengan kedua pedang yang kupegang, dan memang benar ukurannya jauh lebih pendek dan ramping
"praktis, jadi tidak perlu menggunakan sarung pedang di punggungku bila ku membawanya" Putri kecil terlihat setuju dengan tanggapanku itu, dengan segera ku biarkan kembali kedua pedangku itu menghilang dalam genggamanku
"nah, sekarang kau hanya tinggal berlatih untuk daya insting dan reflek mu, kali ini harus duel lagi dengan seseorang dan menggunakan tangan kosong, tanpa menggunakan ilmu elemen apapun" ku perhatikan terus tiap kata-kata Ka Wiliam itu "ini juga melatihmu untuk bertahan dan menghindari serangan"
"apa tidak terlalu cepat melatihnya sekaligus hari ini?" tanya Narisa
"tidak, karena nanti kita semua akan dapat pelatihan extra dari Putri, dan katanya Lia pun harus ikut berlatih" jelas Ka Wiliam
"kalian semua tau seperti apa Putri itu bukan? dia pasti tidak sekedar memberikan pelatihan ringan, pasti akan sulit dijalani bila tidak dengan hati-hati" lanjut ka Lisa
"tapi Ka Lia kan belum siap. apa tidak terlalu dipaksakan?" protes Narisa memegang lengan baju Ka Lisa
"Tidak Narisa, aku rasa Putri sudah tau Lia bisa menjalaninya, karena itu dia tidak ragu melibatkannya"
semua jadi tampak tegang dengan kabar ini, karena putri itu memang mempunyai kelebihan yang tidak kami semua punya, entah apa yang akan dia rencanakan untuk pelatihan kami.
"wah-wah.. apapun itu, lebih baik kalian berpikir positif. apapun bila kalian merasa tidak sanggup akan terasa sulit" Paman Max maju mendekat "latihan berat macam apapun itu, kalian akan bekerja satu team, jika kalian bergerak bersama, tidak akan ada yang tidak bisa, kelemahan kalian akan ditutupi oleh yang lain dan menjadi kesatuan dalam penyerangan dan pertahanan"
"kalau begitu siapa yang akan melatihku selanjutnya?" tanyaku
"Aku Lia" Shinji maju kedepan, Pria dengan Mata sipitnya dan rambutnya yang hitam pekat menggunakan baju lengan kutang.
"aaaa..... Shinji...?" aku tidak percaya harus berhadapan dengan dia, dia itu kan jago karate
"hanya aku yang cocok untuk melatihmu dalam serangan tangan kosong"
Last edited: