DeepBlue Kingdom ~ By: Shirotabi ~

Chaper 14
Kenangan Mereka Yang Telah Pergi

_____________________________





pagi yang cerah....

bagaimana kabar kalian disana? Fuji... Narisa... kak Shiho... aku sangat merindukan kalian

ku sandarkan diri pada kursi yang sedang ku duduki, menatap langit dan mengambil nafas panjang "fuuh..." ku hembuskan dengan perlahan

ku tata wajahku sedemikian rupa agar tidak tampak kesedihan sama sekali "lihat? aku tidak menangis lagi"

"hoi" sebuah tangan memegang kepalaku dan membuatku makin menatap ke atas, tampaklah sosok Pria yang bersuara itu "Duo..."

dilepaskan tanganku dan ia ikut duduk tepat di sampingku "sedang apa kau? pagi-pagi melamun saja... tidak baik untuk wanita sepertimu"

aku tau Duo pasti mengkhawatirkanku "tidak kok... aku sedang menikmati langit pagi ini... sangat cerah..." kuberikan senyuman termanisku padanya "darimana kau? badanmu bau sekali keringat" seketika ku tutup hidung saat mencium aroma tak sedap dari tubuhnya

"hehehe... aku sedang lari pagi bersama yang lain" Duo menunjuk ibu jari ke arah belakangnya

"lalu mana yang lainnya?" ku sedikit melirik ke arah yang di tunjuk Duo

"mereka di belakang... aku mau cepat-cepat sampai... saat tiba disini malah melihat wanita berambut hitam sedang melamun"

aku sedikit jahil menggoda Duo dengan kerlingan mataku "kau mengira aku ini Sora ya..? hihihihi"

"yang benar saja... tentu tidak... dari belakang juga sudah terlihat itu dirimu... badanmu itu kecil haha"

ku sipitkan mataku sambil memalingkan wajah dengan sebal "sial"

"huuh... malangnya nasibku... pagi-pagi aku hanya bisa meminum air mineral saja" sapat kulihat Duo menenggak sebotol air mineral kecil yang dia bawa, membuatku terkekeh "biasanya Fuji yang membuatkan sarapan sih... sekarang kau harus membiasakan diri..."

"....." seketika suasana hening karena Duo langsung menatap langit dalam diam... aku hanya bisa mengikutinya menatap langit yang sama

ku tau apa sebabnya... kami berdua mengenang hari-hari disaat Fuji masih hidup... dia yang biasa memasak untuk kami semua. membuat sarapan, makan siang dan juga makan malam... tanpa sedikitpun mengeluh. Karena hal yang paling ia sukai adalah memasak... dan masakannya juga sangat enak, aku sebagai wanita saja benar-benar kalah telak! tentu saja karena aku juga tidak bisa memasak

"aku tau ini pasti akan membuatmu teringat kembali dan akan membuatmu sakit, tapi..." aku hanya bisa menatap Duo dengan bingung apa sebenarnya yang ingin dia katakan "yang aku dengar... kau melihat kejadian saat Fuji dan Narisa di bunuh dengan langsung?" dengan ragu dan sangat hati-hati Duo mengucapkan tiap kalimat, sangat jelas terlihat ia tidak ingin salah bicara

"bagaimana menceritakannya ya..." ku kembali menatap langit dan sedikit terbayang akan kejadian itu

"sudah, tidak perlu di ingat lagi... aku yakin itu sangat menyakitkan"

ku melirik padanya dan mengangkat jari-jariku mendekati kepalanya, dengan senyuman menggoda ku gerak-gerakan jariku didepan wajahnya "kau mau melihatnya sendiri dari dalam kepalaku? aku bisa menunjukkannya padamu... hehe"

"Hei! pagi-pagi sudah menggoda pacar orang...!"

aku dan Duo menoleh kearah suara tersebut terdengar, ternyata Yasha dan yang lain sudah ada di belakang kami, dan ternyata yang menyapa kami tadi adalah Yasha dengan bertolak pinggang menatap kami

"ooowh.... kau mengganggu kami saja... padahal sedang tanggung nih...!!" celoteh Duo tidak jelas membuat tanganku tidak tahan untuk menjitaknya "aw..!"

"perkataanmu bisa membuat orang lain salah paham!" kataku melotot padanya

"tapi kan memang tanggung... padahal sedikit lagi kau akan menunjukkanya padaku... tapi tak apalah..." kerlingan matanya mengisyaratkan hal yang tidak ku mengerti "lain kali saja saat kita berdua" lagi-lagi ku jitak kepalanya karena perkataan isengnya itu

Yasha langsung menarik baju Duo dan menyeretnya menjauhiku "ayo lebih baik kita mencari makanan, sudah saatnya sarapan ini..." katanya sambil memiting Duo, yang lain hanya tertawa melihat kelakuan mereka itu "kita bertaruh, siapa yang makan paling banyak, malam ini akan memijat yang kalah!" Yasha menanggapi tantangan Duo dengan santai sambil terus memiting Duo, kemudian dengan susah payah Duo membalikkan badannya kearahku

"oi Toru.. ku kembalikan kekaksihmu..."

Toru hanya mengangkat alisnya keheranan dan sedikit tertawa menatapnya, sedangkan yang lain pemit pergi mengikuti Duo dan Yasha melangkah masuk kedalam kastil, Toma dengan sengaja menyenggol bahu Toru saat ia melangkah pergi sambil tersenyum lembut, sepertinya itu sebuah isyarat

"mereka itu...." gumamnya

ku tersenyum padanya dan memanggilnya untuk duduk disampingku "apa yang dilakukannya tadi disini?" tanyanya padaku, aku hanya bisa diam sebentar dan sedikit berfikir "...mungkin dia hanya mau menghiburku saja"

mendengar perkataanku, Toru menjadi sedikit cemas "kau tidak apa-apa kan?"

"tentu tidak... Duo saja yang terlalu khawatir... tadi aku hanya sedang menikmati cuaca pagi ini dengan memandang langit" ku alihkan pandanganku menatap ke langit yang aku bicarakan "tapi sepertinya dia salah mengartikannya haha"

"dalam kondisi saat ini, setiap yg melihatmu sendirian di tempat seperti ini pasti akan mengira seperti itu, mungkin kalau tadi aku yang ada di posisi Duo akan mengira hal yang sama"

sekilas ku tersenyum, aku mengerti mereka pasti masih mengkhawatirkanku, tapi aku rasa mereka salah, yang harus di khawatirkan adalah Ogawa, karena dia kehilangan teman dekatnya sejak kecil, dia pasti sangat sedih

"Ogawa bagaimana?"

"dia akan baik-baik saja... Akira selalu bersamanya"

"kau tidak selalu bersamaku" kataku menggodanya

sedikit tertawa dia memandangku sambil membelai rambutku "akhir-akhir ini tidak, karena kau sudah melalui masa sulitmu sendiri, lihat saja.. kau sudah bisa bercanda seperti sekarang"
 
Last edited:
perkataannya benar. aku sudah melalui masa-masa terpurukku, karena aku sudah berjanji tidak akan terus menangisi mereka, yang sekarang harus ku lakukan adalah melanjutkan perjuangan mereka, aku harus lebih berjuang untuk mengakhiri ini semua

"hei... kau ingat? saat dulu kita #######?"

aku memutar otak memikirkan hal yang dimaksud oleh Toru "#######...?"

"ya, saat dulu kami para pria ditantang oleh kalian para wanita untuk #######" katanya tertarik untuk membahasnya

ya, aku mulai mengingatnya, kejadian itu... hal yang lucu untukku.. walaupun aku tidak ikut dalam ####### itu secara langsung... namun aku juga kena imbasnya...

"yang lucunya... walaupun kami kalah dan hukumannya adalah tidak boleh bertemu dengan para pria selama 1 minggu... kalian tetap saja menemui kami.. termasuk kamu Toru hahaha"

Toru tersipu malu namun berusaha menutupinya dengan membantah "tidak benar.."

"benar... dan kita sama-sama diam pada yang lain agar tidak ketahuan... tapi malah Fuji yang sedang bersama Narisa bertemu dengan Duo dan Sora hahaha..."

Toru sepertinya merasa lega melihatku bisa tertawa hingga ia terus melanjutkan kenangan masa lalu itu "kami beruntung juga tidak kalah... karena aku tidak mau menggunakan pakaian wanita dan wig panjang berkeliling sekolah... itu memalukan"

"padahal aku mengharap sekali Sora merekam hal itu di kameranya... hahaha"

"itu tidak akan pernah terjadi..." katanya tersipu malu

aku tidak bisa berhenti tertawa karena aku bisa membayangkan saat mereka menjadi wanita dan berkeliling sekolah, pasti akan membuat gempar

"Heeeei... Toru....Lia...!!!"

ada yang memanggil kami, dan terlihat sosok Yasha melambaikan tangan kearah kami dari depan pintu Kastil "apa kalian mau disana terus sampai siang??!! tidak mau sarapan bersama kami??!!" teriaknya

sambil tersenyum padanya kami melangkah mengikutinya memasuki Kastil untuk menikmati sarapan yang pastinya tidak kalah nikmat...



______

______________
 
duduk di atap Kastil tempat biasa ku menghabiskan waktu senja dengan menatap indahnya langit sore, tidak ketinggalan Matatabi yang menemaniku dengan merebahkan tubuhnya melingkar nyaman di sampingku.

"situasi disini semakin sulit" Matatabi berkata dengan suaranya yang berat sambil menatap sayup padaku "apakah semua ini ada hubungannya dengan Puteri?" aku menatap heran "bagaimana mungkin kau berfikir semua ini ada kaitannya dengan Puteri?"

"bukankah mereka bisa menembus perisai yang di buat oleh Puteri saat membuat dimensi tempat kalian berlatih? aku rasa... mustakhil mereka melakukannya sendiri... bagiku... perisai yang dibuat Puteri itu sangat kuat, aku bisa merasakannya walau hanya dari dalam kalungmu sekalipun"

perasaanku saat ini sungguh kacau. antara sedih, bingung, kesal dan bimbang "kenapa? padahal Pixie adalah Cloning yang dibuat dari DNA ku, kenapa dia tidak bisa merasakan apa yang kurasakan?? bahkan dia bisa menjadi kejam seperti itu"

"manusia kembarpun tidak akan mempunyai sifat yang sama, tiap manusia akan mempunyai sifat berbeda-beda... apalagi... lingkungan hidup yang berbeda, sudah pasti semua sifat tidak akan sama"

ku menatap lekat kedalam matanya "kau berfikir begitu?" Matatabi hanya bisa mengedipkan matanya sekejap dan mengangguk pelan

tangan ini, dengan tangan ini aku akan mengakhiri semuanya, kekeliruan yang dibuat oleh Pixie dan Sarnax akan segera aku hentikan. Tidak, bukan AKU melainkan KAMI

ku angkat tangan hingga muncul Sepasang pedang yang sebelumnya ku gunakan. Matatabi yang melihat pedang ini mulai berdiri tegak "Lia" panggilnya "coba kau silangkan kedua pedang itu di depan tubuhmu"

dengan kikuk dan bodohnya aku mengikuti apa yang ia katakan, tanpa ku tau apa yang mau ia lakukan, Matatabi langsung menyemburkan api dari mulutnya ke arahku

"Kyaaaa...!!" panas! panas! Panas! tapi... tidak... hanya hangat! kubuka mata, dan betapa terkejutnya aku. Pedang ini melindungiku dari semburan api Matatabi.
Matatabi menghentikan semburan apinya dan kembali duduk didepanku

"pedang itu juga mempunyai perisai untuk melindungi tuannya" aku hanya bisa terdiam melihat kedua pedang yang berada di genggaman tanganku ini

"tapi... kau kan tidak harus menyemburkan apimu padaku! kau bisa memberitahukannya langsung kan!?" kataku kesal

"Teori itu tidak terlalu bagus, lebih baik dilakukan langsung"

"rupanya kau disini Lia" Toru muncul tiba-tiba dari bawah atap dan melesat naik tepat di depanku

"ada yang mencariku?" kataku menyambutnya

"aku yang mencarimu... sedang apa kalian disini? kau juga memegang pedangmu?" Toru menatap Aku dan Matatabi bergantian

"Toru... aku mau latihan lagi"

"ha?"

"ayo kita latihan lagi!!!" aku dengan cepat memegang kedua pudaknya dan mengguncangkan badannya

"tu-tunggu dulu.. kenapa kau tiba-tiba..." Toru menatap Maatabi namun hanya dibalas dengan gelengan kepala olehnya

"ayo lanjutkan latihan yang sempat tertunda...!!!"

"matatabi... ada apa dengannya?" Toru merasa heran sendiri sedangkan Matatabi hanya duduk santai menatap kami "tidak tau..."

_______________
_________
_____
 
Chapter 15
Kenangan yang Singkat
____________________



keringat membasahi seluruh tubuh dan nafasku sudah tidak beraturan. Terlihat Toru juga demikian, keringat menetes dari wajahnya. tapi aku belum merasa puas dengan semua yang kami lakukan ini

pedangku dan pedangnya saling berbenturan dan bergesekan menciptakan suara dentingan seolah-olah membentuk sebuah irama musik

"apa mereka akan baik-baik saja?" Sora Khawatir, ia bersama Toma dan Ami sedang melintasi tempatku dan Toru berlatih

"mereka akan baik-baik saja..." lanjut Toma

"tapi ini sudah hari ke tiga Lia dan Toru latihan seperti itu, aku takut mereka cidera" Sora Khawatir

"inilah salah satu cara bagi Lia untuk melupakan semua kejadian yang telah terjadi, apa kalian ingat? saat ia masih di tempat tinggalnya, bila ia sedang mengalami masalah atau sedang banyak pikiran, ia akan menyibukkan dirinya dari pagi hingga malam tiba. itu dia lakukan agar pikirannya tidak berfokus pada hal-hal yang membuatnya sedih, dengan melakukan aktifitas yang padat, maka semua beban yang ia rasakan dapat ia singkirkan untuk beberapa saat" jelas Toma

"yang aku khawatirkan malah bukan Lia" jelas Ami di sela-sela perkataan Toma membuat mereka berdua melirik padanya "Toru yang aku khawatirkan... walaupun itu baik untuk Lia, namun beda dengan Fisik mereka terlebih Toru kan? mereka butuh istirahat..."

dengan gemas Ami mendekatiku dan Toru "Kalian berdua!" teriaknya.

suaranya yg keras itu membuat gerakan ku dan juga Toru terhenti seketika.

"daripada kalian membuang-buang tenaga tidak jelas seperti itu... lebih baik kalian ikut kami!"

"kemana?" tanyaku sambil mengatur pernafasan

"nanti kau juga akan tau..." dengan kerlingan matanya Ami menyeret kami untuk bersiap-siap

______________________

_________

____



10.00 AM

mataku langsung berkaca-kaca melihat tempat yang sedang ku datangi ini, merasa tidak percaya atas pemandangan yang kulihat, aku sangat senang Ami dan yang lain mengajakku ketempat ini.

"ROLLER COASTEEEEER...!!!!" teriakku saat melihat wahana di depanku dengan Trail nya yang meliuk-liuk, membuatku tidak sabar untuk menaikinya

"haha... aku tau kau pasti akan menyukainya" kata Ami tersenyum di belakangku bersama yang lain

"iya, dia pasti senang ketempat hiburan seperti ini, ini kan tempat faforitnya dari dulu" lanjut Duo

"tapi... kenapa kami juga musti ikut sih???" protes Yasha pada Ami

aku dan Toru hanya bisa tertawa melihat Ami menjadi bulan-bulanan Yasha dan Duo, karena kesini adalah usulnya dan Sora "ayolah... semua ikut denganku naik Roller Coaster itu ya!" kataku memaksa sambil menarik-narik tangan Yasha dan Duo

"jangan bilang kalian takut naik itu?!" kataku senang meledek mereka dengan tampang pucatnya

menyenangkan sekali!

saat menaikinya, semua berputar-putar di mataku, suara teriakan teman-temanku dan toru yang ada disamping bersamaku sangat jelas terdengar, satu masalah yang membuatku terlihat sangat kacau. kami lupa mengikat rambut! alhasil setelah selesai menaikinya rambutku, Ami juga Sora sangat berantakan! membuat Toru, Yasha dan Duo tertawa sampai sakit perut

Sora penyelamat kami, karena dia adalah wanita TULEN Feminim maksudnya, dia selalu membawa peralatan wanita termasuk SISIR.

"HoeeekK!!"

"hahaha Yasha Mabuk!" tertawa Duo yang melihat Yasha muntah-muntah di pinggir jalan

"hahaha... aku tadi hanya sedikit pusing setelah menaikinya, tapi kau payah juga Yasha, baru segitu saja sudah muntah" kataku

"aku mana biasa menaiki yang seperti itu!!! HoeekK!"

kasihan juga aku melihatnya seperti itu, ku ingat di ranselku ada minuman dingin yang ku beli sebelum naik, dan kuberikan padanya agar ia merasa lebih baik "Trims" katanya

"jika kau sudah terasa lebih baik... kita menuju wahana selanjutnya...!!!" teriakku semangat

"ooooh... Tidak lagiiii......." keluhnya

langkah demi langkah ku berjalan dengan sangat riang, sekelebat aku melihat di arah kiri ada sebuah toko yang menjual Boneka banyak sekali jenis dan ukurannya. kakiku refleks terhenti dan aku tersenyum lebar menatapnya

"kau mau?" tanya Toru dengan tiba-tiba sambil memegang pundakku

ku gelengkan kepalaku menolaknya lalu tersenyum "tidak..."

lalu dengan sedikit memaksa Toru menarik tanganku menuju tempat itu "eh"

"Sora, Ami. ayo ke toko itu, kalian juga pasti suka" katanya memberitahukan toko boneka yang aku maksud pada Ami juga Sora, sontak mereka ikut berteriak kegirangan "Boneka!!" sedikit merengek2 mereka meminta Yasha dan Duo membelikannya untuk mereka

aku hanya bisa tertawa melihat mereka. sangat senang rasanya melihat banyak keceriaan hari ini, berkat mereka juga aku bisa melupakan sejenak masalah yang tengah kami hadapi

sesampainya di toko tersebut Toru mempersilahkanku untuk memilih apa yang aku mau "pilihlah apa yang kau suka, aku akan membelikannya untukmu"

"tapi... aku takut mahal" kataku ragu

"tidak apa... lagipula... ini untuk pertama kalinya aku membelikanmu sesuatu bukan? pilihlah yang kau suka, tidak usah mengkhawatirkan yang lain. aku ingin kau mendapatkan yang terbaik" katanya dengan tersenyum mengelus kepalaku

"yang jelas aku tidak akan memilih boneka berbentuk manusia seperti yang ada di kamarmu Toru..." kataku terkekeh meledeknya "kau ini..."katanya malu

ini semua bagaikan kencan bagiku, Kencan Ganda yang di rencanakan oleh Ami dan Sora untuk membuatku bahagia, dan itu berhasil, Kencan yang menyenangkan "sekarang... Kita ke Rumah Hantu!!!" kataku sambil berjalan cepat meninggalkan yang lain dibalakang sambil memeluk erat boneka besar yang dibelikan Toru untukku

Sora dan Ami hanya meringis menolak keinginanku dan memohon pada Yasha dan Duo untuk menolaknya, namun nampaknya mereka malah setuju untuk masuk ke rumah hantu

"kapan lagi bisa melihat kalian ketakutan seperti sekarang ini? hahahah..."



****



malam ini, Toru menemani minum teh hangat di Beranda Kamarku, susananya sangat tenang dan langsit sangat indah..

"langit dimana aku sering melihatnya saat aku mengintip dari matamu..."

"kau masih mengingatnya ya?"

"tentu saja... kau sering berdiam di beranda ini sambil menikmati teh seorang diri dan mengobrol dengan ku melewati telepati... dari kamarku.. aku selalu memejamkan mata untuk dapat melihat apa yang kau lihat disini... dan sangat menakjubkan..."

sejenak kami sama-sama terdiam menikmati lamunan masa lalu, begitu sesaknya saat itu bagiku, dan pastinya juga bagi Toru. disaat dimana kami sama-sama tidak dapat menikmati waktu bersama, dibatasi oleh dimensi yang asing

terlintas pikiran jelek di kepalaku, pikiran yang seharusnya tak boleh ada, membuat dadaku sesak "apakah... jika semua ini berakhir... Putri akan mengirim aku dan teman-teman ku kembali ke dunia asalku? dan tidak akan bisa bersama kalian lagi, kembali seperti dulu..."

mataku menerawang jauh ke atas langit mencari jawaban yang sebenarnya tidak ingin ku temukan

"aku tidak tau... kalian disini juga karena kestabilan antar dimensi sedang goyah bukan? semua sudah bercampur jadi satu... sampai bisa membuat kotamu hancur... aku tak takin akan hasil akhirnya seperti apa..." Toru menahan nafas sejenak dan aku mendapati sorotan mata pesimis darinya "apakah.. kita akan tetap hidup sampai akhir..."

"harus..." kataku memotong ucapannya "semua harus tetap hidup..." ku minum kembali teh yang kupegang, tiap teguknya memberikan rasa hangat ke dalam dadaku
 
Back
Top