~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

bagaimana menurut kalian novel pertama Dyna (daina) ini?


  • Total voters
    35

YUmee_miru

Well-known member
Descendant of the DeathMaster


By : Daina Amarea Winata



SINOPSIS:


Namaku Tsaraniakova Gabriel.
Ini adalah duniaku.
Tahun 2090 dimana perang besar sedang terjadi.
Perang melawan virus mematikan yang mengubah manusia menjadi monster ganas pemakan daging.
Dan yang lebih mengerikan lagi, Virus ini belum ada obatnya.

Awalnya memang aku hidup bahagia dengan kakakku serta wanita yang kucintai,
Dimanapun selama ada mereka berdua, aku merasa mampu melakukan segalanya,

Saat ini aku bekerja sebagai peneliti,
Bersama kakakku Ari yang juga seorang prajurit Paladin.
Kami berdua bertekad menemukan obat yang bisa menyembuhkan virusnya dan mengubah dunia.
Namun sesuatu terjadi, dan merenggut semua mimpi itu...




2mdqo00.jpg





_______________________________________


Enjoy, Read and Review ^-^
 

Attachments

  • medieval.jpg
    medieval.jpg
    404.5 KB · Views: 1,401
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

PROLOGUE:

"tidak akan kubiarkan lagi,orang lain merasakan penderitaan yang kita rasakan saat ini..."

sumpah itu terucap dari mulut seorang bocah laki laki,sambil memeluk bocah laki laki lain yang lebih muda darinya.
Api semakin membesar,melahap puing puing rumah mereka,tanpa menyisakan apapun selain bara dan asap tebal yang menebarkan bau kematian.

"kakak...apa ayah dan ibu bisa pergi kesurga?" tanya anak laki laki yang lebih kecil,sang kakak menatap kobaran api tanpa bergeming,
air mata mengalir dipipinya namun dengan sorot mata dingin seakan tak merasakan apapun,ia menyeka air matanya lalu berpaling menatap wajah si adik.

"tidak,tasuku..." jawabnya tegas
"tidak akan ada surga,sampai semua kengerian ini berakhir"


__________________________________________________

BAB:
01:
TASUKU.
_______________________________________

TASUKU.



"apa kau bodoh? kita bisa saja mendapat hadiah nobel kalau begitu!"
kenapa aku begitu suka melihat sicantik ini marah marah?

"tenang saja,sayang...,sabar saja dulu, kita tidak akan jadi bodoh dengan berhati hati dan-hei-kita tidak mungkin mengujicoba serum itu pada manusia biasa tanpa tahu efek sampingnya,kan?"
Daina mengangguk lesu

"iya,Tasuku benar...,eh,tapi kalau berhasil? apa yang akan kau lakukan? pasti tidak akan salah,ini firasatku!" katanya antusias "tasuku jenius,kan,jadi tidak mungkin salah! dan lagi,mungkin kau akan mendapat banyak sekali uang"
ia berceloteh dengan wajah lucu,aku jadi semakin ingin tertawa melihatnya.

"tidak penting jadi uang atau tidak,yang paling penting itu,kita bisa mencegah penularan virus-nya dengan sempurna, kalau aku bisa menemukan obat yang bisa menetralkan infeksi 100%..." baru saja hendak kujelaskan,Daina sudah mencubit pipiku dengan gemas

"iyaaa! tahu! susah,ya,ngomong sama seorang jenius! tiap hari dikasih ceramah akbar"

"habis kalau boss tidak dikasih tahu,mana paham..."
kucium bibirnya dengan lembut,lihat saja,akan kubalas berkali kali lipat.

Daina meronta ronta,berusaha melepaskan diri dariku,tapi agak ogah juga.

"ih,Tasukuuuuu..." katanya terengah engah kehabisan nafas, "kalau percobaanmu berhasil,kau bisa membebaskan seluruh dunia dari pengaruh virus itu,membebaskan anak anak yang dikarantina...orang tua juga...kakek nenek juga...semua oraaang" ia bicara dengan logat kekanak kanakan seperti biasanya.
mengalihkan pembicaraan!!
cetusku kesal di dalam hati, agak sebal juga tidak dihiraukan begini, sambil merenggangkan pelukanku,kutatap mesra wajah kekasihku.

"bahkan seluruh dunia...,supaya tidak ada lagi penderitaan karena kehilangan orang orang yang mereka sayangi..."
bisa kulihat Daina tersenyum lembut saat mendengar jawabanku,

"tuhan besertamu,Tasuku,dia yang maha kuasa akan mendengar mimpimu,kau akan mewujudkannya"
Ya,dan kau juga hadiah terindah yang pernah diberikan tuhan padaku,batinku dalam hati,

"tapi tetap saja,kita harus menunggu kak Ari datang membawa sampel penting dalam beberapa hari lagi,mudah mudahan tidak ada masalah"
Daina mengangguk mengiyakan,kuciumi kening kekasihku,sesuatu yang menyenangkan berkumpul didadaku, seakan semua kenangan buruk yang selama ini selalu hadir dimimpiku hilang bersamanya.

Ini adalah tahun 2090,masa dimana seluruh negara dibenua Asia berkumpul membentuk suatu negara baru,negara Asia.
beberapa benua lain juga melakukan hal ini dan ini bukannya tanpa sebab.
Alasannya adalah,saat ini dunia sedang berperang.
tapi bukannya berperang antar negara seperti selama ini,mereka berperang melawan kepunahan manusia.
Kejadiannya berawal ditahun 2003,lebih dari 80 tahun lalu,
Saat konflik antar negara yang mengacu pada system energi nuklir sedang berlangsung dibeberapa tempat diseluruh belahan dunia.

Digunakanlah senjata virus yang memungkinkan makhluk hidup memiliki kekuatan diatas manusia normal,tidak bisa mati,dan tidak merasakan sakit,
namun virus yang awalnya hanya disuntikkan dalam tubuh para prajurit militer terpilih itu memiliki kelemahan,yaitu mutasi genetik yang terjadi pada setiap orang dengan DNA yang tidak memiliki kecocokan dengan virus tersebut,
seperti vampir dan zombie...

Karena itulah proyek biological weapon-senjata biologis-itu selalu dimusnahkan usai pertempuran,
hingga pada suatu hari,satu undead-sebutan untuk orang yang terinfeksi- bernama Stast the origin berhasil lari,
dan terjadi dampak mengerikan yang tak pernah diduga sebelumnya,
virus itu menular.Seluruh dunia terinfeksi,

Saat ini hampir separuh planet ini jatuh dibawah jajahan para undead, seperti Benua Afrika dan sekitarnya.Dan tidak menutup kemungkinan Benua lain juga.
Dalam 50 tahun terakhir,mereka yang terinfeksi,wanita,pria,anak anak, maupun orang tua dikarantina oleh pemerintah.
dan mereka yang tampak berbahaya akan dimusnahkan secepatnya.
Yang lebih mengerikan lagi,virus ini belum ada obatnya.

"bayangkan,Tasuku,kalau kau tidak berbuat dosa,tidak pernah berbuat salah,tidak menyakiti siapapun,tapi semuanya akan selesai dalam sebuah luka atau goresan sekecil apapun,tidak berhak memilih jalan hidupmu selanjutnya, kecuali kematian,bahkan meski bisa menghindar dan tetap hiduppun,kau akan kau akan selalu berharap kematian menjemputmu,tidak ada yang menyenangkan,kurasa,jika hidup dengan cara mengambil kehidupan orang lain" Daina memeluk punggungku.
orang tua Daina sendiri juga telah tiada,meninggal karena virus tersebut dan invasi para undead,
dia tinggal bersamaku dan kakakku,Ari.
sedikit sekali negara yang aman dari jangkauan undead seperti tempat kami bermukim sekarang,membuat kami berkali kali harus hidup berpindah karena invasi dadakan,

"aku takut..."lirihnya pelan.

aku berbalik,
"tidak apa,semua akan segera berakhir,aku janji"
Sesaat kami saling berpandangan,Daina berpaling menatap jendela yang menampakkan pemandangan dimana gerimis mulai turun
lalu kutarik tubuhnya ke sofa,menubruk tubuhku sendiri,aku menjadi gila sesaat melihatnya begitu bahagia dan raga kamipun menyatu.

_______________________________________________________
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

ARI.
__________________________________


Perjalan Ari dalam usaha memburu sampel darah VAMPIR undead,Stast the origin,
tertanggal 20 agustus 2090,
afhganistan.
___________________________________________



Bukannya aku membenci tugas ini,
aku suka semua tugas yang dihibahkan padaku,tapi apa yang kucari sangat sangat menyebalkan hingga aku bertekad jika aku menemukannya,
aku akan mengurungnya dulu dalam botol atau membiarkannya menari pada roda dalam kandang seperti tikus putih.

Stast the origin, undead yang membuatku bersemangat menjalankan tugas ini, konon sangat sulit ditangkap,
kenapa desas desus seperti itu beredar diantara paladin, rasanya sekarang aku bisa mengerti.
Seperti biasa aku ditemani Ryo,partner setiaku,
kami banyak bertemu kota kota mati,bahkan segerombolan undead yang segera kuhabisi,tapi bukan itu yang kami cari sekarang.

Sasaran Paladin adalah Stast the origin,
sang original undead sejenis vampir-istilah yang digunakan bagi mereka yang DNA nya cocok dengan virus-pemimpin pasukan zombie dan ghoul yang masih hidup hingga sekarang,
tercipta dari tentara militer yang digunakan sebagai proyek senjata biologis.
kudengar semua bahan percobaan dimusnahkan,
entah bagaimana caranya ia lolos dan menebar malapetaka ini,yang jelas, dari panjangnya usianya,eksistensinya yang tidak wajar-tidak bertambah tua- dan kemampuan bertahan hidupnya,jelas dia bukan manusia lagi.

"sial sekali! apa sudah tidak ada orang disekitar sini?!" Ryo memaki,memacu mobil lebih cepat.

"kenapa marah?!" sambarku tak kalah kesal,"bukankah kalau tidak ada siapapun justru semakin baik?! merepotkan kalau harus bertarung sambil melindungi seseorang"
Ryo mencibir mendengar khotbahku,dalam soal satu ini kuakui kemiripanku dengan Tasuku. Aku tersentak ketika Ryo melempar kotak rokok kosong kearahku.

"bagaimana dengan ini?! stok menipis,nih!"
aku hanya tersenyum kecil,kurogoh saku jaketku,meraih kotak rokok yang ada disana dan menyerahkannya pada Ryo (diambil tanpa sungkan)

"Daripada tidak ada..."

"Ar,apa kau pernah berpikir untuk menikah saja? sudah 28 tahun,kan?" kata Ryo sambil menyulut rokoknya.
Pertanyaan yang terdengar lucu bagiku.

"memangnya apa yang kau pikirkan?"

"jadi benar,yaa"

"apanya?"

"kau suka pacar adikmu..."
aku seperti tersedak sebutir telur mendengarnya,sejak kapan Ryo yang telmi...

"kata siapa itu?!"

Ryo memandangku penuh kemenangan.

"kita sudah bersahabat sejak lama,kau pikir apa yang dapat kau sembunyikan dariku?!harusnya laki laki seusiamu wajar kalau gonta ganti pacar,tapi kau malah jadi bujang lapuk begini,padahal tampang oke,menyedihkan..."

"bicara seenaknya! kau sendiri tidak lebih laku dariku,kan? ada waktu mengkritik orang lain,koreksi diri sendiri yang telat mikir itu dulu"protesku

"bah!" Ryo meludah "bukankah 'wanita dimana mana sama saja!' tapi kalau mencintai pacar adik sendiri sama saja terjebak,kan? ha...ha..."

"caramu tertawa menyebalkan sekali" tukasku.
Aku ikut menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya,
"tidak ada yang namanya terjebak,aku akan menyerahkan apa saja, apapun asal Tasuku bahagia,saat ini dia prioritasku yang utama"

"khas mu,ya,tapi belum tentu Tasuku senang kalau tahu"

"makanya,jaga mulutmu itu,brengsek yang selalu berada disekitarku" umpatku kesal,
Ryo terbahak melihat mukaku yang tertekuk sedemikian rupa, lalu untuk beberapa saat kami tidak berbicara satu sama lain dan memilih bekerja dalam diam,

"ngomong ngomong masih seberapa jauh lagi,sih?"setelah beberapa lama suara Ryo memecah keheningan.

"entahlah,tapi menurut informasi Mikia,disinilah terakhir kali Stast dan pengikutnya terlihat pasti mereka mengincar kota yang memiliki banyak penduduk sebagai sumber makanan mereka,"
VROOOOMMMM!!!!

Ryo menginjak pedal gas dengan kecepatan tinggi ketika satu dua ghoul menghadang didepan kami, menabrak tubuh makhluk menjijikkan itu sampai pecah,cairan merah kekuningan berbau busuk merembes diantara kaca mobil, Ryo menyalakan wiper karena darah undead itu belepotan menghalangi jarak pandangnya.

"sampah dunia" aku memaki

"yeah" sahut Ryo setuju
Ghoul,adalah makhluk semacam chimera (monster buatan) yang dikembangkan semasa perang dahulu, kelinci percobaanya adalah para prajurit tawanan perang yang akan dihukum mati,ingatan mereka dihapus,dan hanya diberi naluri untuk makan dan menghancurkan,minim kecerdasan.
hanya para vampir yang tahu cara mengendalikan mereka.
sebenarnya sama dengan zombie, tapi chimera lebih cenderung pada makhluk setengah binatang.

"kudengar Stast yang kita cari ini juga membiakkan chimera" Ryo melanjutkan

"darimana kau tahu?"

"itulah,informasi basis militer,dan beberapa di perbatasan irak,tahu,kan' Paladin hanya diberi sedikit informasi tentang latar belakang targetnya-selalu seperti itu-tapi dengan banyak koneksi" katanya santai.

"apa dia kuat?" ia bertanya lagi "sudah lama tidak ada lawan kuat sejak si vampir cantik elsida di spanyol"

Aku tertawa, "berdoalah"
jalanan yang kami lalui hanya jalan kecil beraspal yang tak terawat,banyak kerusakan disana sini dan mobil mobil celaka yang tumpang tindih ditengah jalan,pemandangan biasa.
Saat aku dan Ryo sibuk dengan pikiran kami masing masing,tampak 100 meter didepan kami lambaian tangan seseorang.
seorang bocah laki laki kecil.

"bagaimana,nih" Ryo melirik padaku

"hentikan mobilnya" jawabku, Ryo mengangguk dengan wajah malas.

"katanya tadi tidak suka barang tambahan..." keluhnya mengejekku
Ryo menghentikan mobil dan melongokkan kepalanya,

"hei! bocah! mau apa diam disitu,cepat naik!!" tegurnya.
anak laki laki berkebangsaan irak itu menengadahkan tangannya yang kurus,gemetar dan dalam bahasa inggris yang tidak lancar mencoba bicara pada kami.

"tuan,tolong minta makanannya..."
aku menghela nafas.Dengan bahasa inggris pula kutanyakan padanya:

"kau sendirian? keluargamu dimana?"

"desa didekat sini...tuan,sedang bersembunyi,mereka menunggu bantuan datang"

"naiklah" ujarku setelah mengamati bahwa bocah itu tidak memiliki luka secuilpun ditubuhnya.
aku membuka pintu belakang dan bocah itu dengan cepat naik kemobil kami.

"kami hanya punya roti dan beberapa makanan kalengan,itupun kalau kau mau..." tawarku
sibocah menerima makanan yang kusodorkan dengan penuh rasa syukur.
memang,aku tadi bilang repot,tapi aku juga tidak suka mengistilahkan manusia sebagai 'barang tambahan'

"siapa namamu?" tanyaku
bocah itu megap megap menelan roti,cepat cepat mengunyah sebelum menggumamkan kata "Umar" pada akhirnya.
kuperhatikan wajahnya yang letih, timbul rasa iba dalam hatiku,
ingatanku melayang pada Tasuku,Tasuku dulu juga pernah sekecil ini,
walaupun Umar cilik ini tampak kotor dan kepayahan,tapi dia tetap bertahan hidup, berjalan untuk mencari bantuan,
perasaanku ngilu membayangakan anak sekecil ini harus harus bertahan hidup seorang diri,
diantara para predator mematikan itu.

"apa desamu masih jauh dari sini,hei bocah?" kata Ryo.

"satu mil...kira kira"

"sudah berjalan satu mil tanpa disergap?! hebat sekali..." ada nada ejekan dalam suaranya,Ryo pasti memikirkan hal yang sama denganku,
aku mengisyaratkannya untuk diam.

"apa kalian anggota Paladin? kudengar pekerjaannya...memusnahkan mereka yang tidak bisa mati" nada canggung dalam suara Umar berkurang,matanya nanar menatap penampilanku dan Ryo bergantian,tapi ia masih berhati hati.

"bocah sok tahu,kau sedang bicara pada kapten divisi utama kami," tukas Ryo,Umar terlonjak kaget.

"jadi...anda adalah...Aryanov Gabriel,kapten para Guardian?"
aku mengangguk malu, Ryo tampak puas sekali,sedangkan Umar terkagum kagum memandangiku,membuatku salah tingkah.

"Paladin adalah organisasi elit yang dibiayai dan didukung penuh oleh pemerintah diseluruh dunia,Guardian adalah sebutan untuk divisi utama mereka yang hanya beranggota 12 orang pilihan,dan yang terkuat...adalah Aryanov Gabriel..." ia mengulang kata kata yang nyaris selalu didiktekan di sekolah dasar itu,aku semakin kikuk.

"senjatanya adalah pedang perak...dibuat khusus untuk memburu dan membasmi undead..."

"kau salah," Ryo menyela "senjata terbaik kami,adalah tubuh kami sendiri"

"kami sering mendengar cerita tentang kalian,pengetahuan umum yang wajib dihapalkan disekolahku"

"bukan begitu,itu hanya digenerasiku saja," aku tak tahan lagi, "sebenarnya banyak anggota Paladin yang lebih hebat,kok,misalnya sir Alexander boraknitchov,ketua kami"

"tahu banyak juga,ya,bocah! dan kisaragi Ryo,tentu" Ryo tak mau kalah,

"kami selalu menunggu kedatangan kalian" kata Umar polos dengan mata berkaca kaca,
tak ada nada menyalahkan dari kata katanya,tapi rasa ngilu didadaku semakin menekan,
mungkin kedatangan kami amat terlambat,mungkin ada banyak nyawa yang terlambat diselamatkan,

Undead dapat dibunuh dengan teknologi umat manusia saat ini,tapi vaksin untuk menyembuhkan orang yang terinfeksi virus yang menimbulkan bencana karena berkembang diluar dugaan tersebut masih belum dapat diciptakan,
Tasuku telah berhasil membuat vaksin yang dapat menanggulangi infeksi 30% tapi itu belum hasil maksimal,
adikku memerlukan data yang lebih akurat lagi,
untuk itulah aku disini.

"kelihatannya sebentar lagi kita akan sampai"
kata Ryo padaku,
Umar mengangguk,

"eh,apa kau tahu tentang Stast the origin?"
Umar menggeleng menjawab pertanyaan Ryo

"sudah kuduga"
aku menatap jalan berbatu yang seakan tiada batas,

Kebodohan terbesar umat manusia adalah virus ini,mereka hanya bisa membuat tanpa tahu akibatnya akan sangat fatal,
seandainya membunuh undead sebanyak apapun,tetap saja virusnya akan menyebar dan manusia akan punah pada akhirnya,
dengan kemungkinan tersebut, aku dan Tasuku berjuang dijalan kami masing masing, untuk misi yang sama.
menciptakan surga dan hari esok yang lebih baik.

_________________________________________________
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

ARI.

________________________________


Aku tidak ingat berapa lama aku tertidur...
rasanya persendianku sakit sekali,sampai dimana tadi,ya?
ah,ya...
aku datang ke desa Umar,sekilas itu tempat yang bijak untuk bersembunyi, dengan tembok beton tinggi yang dibangun mengelilingi desa,
tapi bagaimana mereka menghalau undead yang bisa terbang seperti chimera?
sungguh suatu misteri bagiku,
mereka menyambut kami,dan...
apa yang terjadi selanjutnya?
Ryo berusaha menghubungi markas untuk mengevakuasi,lalu...

Kupaksakan mataku yang seperti direkatkan selotip super kuat untuk bangun, untuk terbuka,akhirnya aku berhasil duduk.
"bangun juga,kau!" Ryo duduk mencangkung dihadapanku. "kukira pura pura seperti rencana kita semula,ternyata kau terjebak betulan,dasar kapten payah tak tahu malu"
aku nyengir walau mataku berkunang kunang,
"biar...,kau kan' tahu aku tidak pandai akting"
kudapati kami berada diruangan berdinding batu terisolasi,
dengan teralis besi,tempat itu tampaknya sebuah penjara bawah tanah yang lembab dan remang remang,
penerangan satu satunya adalah lampu kecil kekuningan sekitar 10 meter dilorong bagian luar, cahaya temaram melewati jeruji besi tempat kami ditahan.
"gas yang mengandung obat bius, aku sih sudah tahu bakal begini,tapi karena sepertinya mereka tidak berniat membunuh kita,jadi aku memutusan tetap konsisten pada skenario awal kita,pura pura terjebak"
Ryo mengacungkan jari telunjuk.
Sejak awal kami sudah tahu,mustahil didaerah mati seperti ini,ada seorang bocah yang bertahan,para undead tidak menyerangnya,tidak akan,
dan itu karena mereka diperintah oleh seseorang,
siapakah yang memiliki kuasa atas para undead,jawabannya tentu saja,Stast the origin! siapa lagi kalau bukan raja terror itu...
"orang orang desa itu ternak" Umar menghampiriku dan Ryo,terisak.
"mereka dikurung dalam tembok untuk menjadi makanan para undead pada akhirnya,itu menurut si vampir,dan...dia akan membebaskan kami jika kami memancing Aryanov Gabriel hidup hidup" "maafkan saya,tuan...keluarga saya juga ada disana..."
"bukan salahmu,malah kami sangat terbantu," kataku menghiburnya.
"ya,kalau tidak begini,mana bisa melaksanakan misi dan bertemu Stast?" lanjut Ryo,aku membenarkan,bahkan cara seekstrim apapun agar bisa menyelesaikan misi kami akan ditempuh, jika kami tewas dalam bertugas,berarti hanya sampai disitu riwayat kami,semua anggota Paladin tahu resikonya,bahwa mereka bisa mati kapan saja.
tapi kenapa aku? kenapa Stast menginginkanku hidup hidup?
"mereka mengurungmu disini dan tidak menepati janji,ya?"
"iya...vampir itu melanggar janjinya,dan kami semua dikurung kembali dipenjara bawah tanah ini..."
Aku terhenyak,siapa yang mau percaya pada undead?
undead hanya percaya pada kaum mereka sendiri...
"kami akan mengalahkan Stast,membebaskan keluarga dan teman temanmu,itu saja yang harus kau tahu" aku menepuk pundak Umar,membesarkan hatinya. "lagipula,kau tidak mengatakan yang mana Aryanov Gabriel,kan? makanya kami berdua masih berkumpul disini"
Umar mengangguk angguk,
"tapi bagaimana caranya kalian lolos? kalian tidak punya senjata apa apa lagi..."
Ryo bangkit berdiri,mematahkan gigi sampingnya sendiri dalam satu sentakan keras.
"caramu menjijikkan sekali,Ryo" aku membuang muka,
Ryo cuek saja tanpa menjawabku,
"senjata kami telah dicampur dalam tulang dan dialirkan bersama darah kami,lihat baik baik,bocah!" ujarnya bangga pada Umar.
dalam gigi yang dipatahkannya sendiri,Ryo menarik keluar seuntai benang halus,
"makanya tidak ada yang naksir kau sampai sekarang" komentarku
Ryo melotot,
"diam dan lihat saja,"
mustahil mengalahkan Ryo dalam segala hal,sebenarnya akulah yang merasa beruntung berpartner dengannya.
Ryo menggesek gesekkan benang tipis itu pada teralis besi,terdengar bunyi 'klik' dan salah satu anak teralis itu terlepas,
Ryo mengulanginya lagi ditempat lain,hingga tercipta jalan keluar yang cukup untuk dilewati manusia dewasa.
"ayo" ajakku pada Umar "kalau tinggal disini kau bisa jadi camilan mereka"
Umar menatap takjub dan tak mampu bersuara,tapi ia menyambut uluran tanganku.
"keluarga dan teman teman saya masih ada disini..." katanya padaku.
"kalau begitu,kau dan Ryo membebaskan tawanan dari sini,lakukan secepat mungkin dan berhati hati"
Zombie berwajah buruk dengan pakaian sipir penjara berlumuran darah bergerak maju kearah kami,menyeret kakinya dengan susah payah.
tubuhnya telah membusuk dan tampak lapar.
Umar meringsek ketakutan memepet pada dinding batu,
"Takut,nak? mereka itu lambat," sambil tersenyum tidak peduli Ryo berlari kearah mayat hidup itu, Zombie itu mencoba menyerangnya,tapi Ryo berkelit cepat sekali dan mematahkan leher simayat hidup diikuti suara 'krak' pelan
"dasar tukang pamer" komentarku,
kalau zombie,mudah saja menghadapinya,kuncinya adalah: HARUS BERGERAK LEBIH CEPAT DARI MEREKA,hanya itu.
kapanpun selalu menyenang seperti ini,diantara serpihan para undead.
Aku merasakan dingin dibagian punggungku,saat seorang zombie wanita berdiri agak membungkuk dibelakangku,agaknya 'ia' mencoba menggigit leherku tapi tanganku lebih cepat.
Kutarik sejumput rambutnya yang panjang tepat di ubun ubunnya, astaga...baunya benar benar busuk sampai aku merasa akan muntah karenanya.
dengan gerakan memutar dan mengerahkan sedikit tenaga,aku menarik kepala si zombie sampai putus putus,sembari melompat mundur menghindari percikan darahnya.
"lihat,kan? hanya kapten kami yang mampu bertempur sebaik itu" kata Ryo enteng,aku tidak sempat menanggapinya karena menutupi Umar dibelakangku.
sekitar sepuluh sampai lima belas mayat hidup bergerak terseok seok menuju tempat kami berada.
"apapun yang terjadi,tetaplah dibelakangku dan Ryo!!" teriakku pada Umar.
anak itu menahan rasa ngeri yang terpampang jelas diwajahnya, tapi karena dia ingin hidup kurasa ia akan menuruti nasehatku...
Umar bersembunyi dibelakang aku dan Ryo yang saling memunggungi.
inilah kuda kuda paling sederhana anggota Paladin jika harus bertempur sambil melindungi sesuatu-atau seseorang-meskipun bagi orang biasa hal ini bisa disebut 'terjepit' tapi bagi kami saat ini keadaan kami bisa dibilang menguntungan karena yang kami lindungi hanya seorang bocah laki laki bertubuh kecil.
keadaan bisa saja jauh lebih buruk dan menyulitkan kalau saja yang sedang kami lindungi adalah orang dewasa.
Tapi bertarung menggunakan tangan kosong melawan undead tetap saja merupakan kenyataan yang amat buruk.
Aku dan Ryo mati matian menggunakan seluruh anggota tubuh kami untuk bertahan dan menyerang,tangan Umar gemetar mencengkeram baju bagian belakangku,tapi ia tidak menangis atau berteriak teriak,
merunduk disaat yang tepat dan tidak melakukan gerakan yang mempersulit kami.
Beberapa menit kemudian,jeritan kengerian bercampur potongan tubuh manusia yang membusuk beterbangan keberbagai arah.
Ryo sedang menarik putus tangan penuh belatung bagiannya dengan bersemangat,ketika tiga zombie kelaparan menerjangku,aku berhasil menghadang dua zombie sekaligus dan membenamkan telapak tanganku diantara usus mayat yang rapuh itu.
Kugerakkan tanganku kesamping merobek perutnya hingga terpisah dari tubuh bagian bawah,
mayat itu menjerit lalu darah menyembur tak terelakkan ke wajahku.
tapi,seekor lagi menerjang pertahananku...

_________________________________________
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

yaaahhuuuuiiiii~~
daina,nihh,,,,
(huh! daina memutuskan ceritanya dibagian yang paling bikin penasaran)
(itu namanya strategi pasar!!)

masih panjaaaaaannggg ceritanyaaa,,,,
fuuaahhh capeknyaaa~~
tunggu update nya,yaaaaaaa!!!!
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(LANJUTAN)

"makhluk biadab! aku ada disini!" Umar keluar dari celah tubuhku dan berlari kebelakang si mayat.
mungkin karena harum darah bocah itu membuatnya ragu, makhluk tanpa kecerdasan itu berpaling,memperlihatkan tampang tolol kebingungan dan pada saat yang bersamaan tendangan ku mengakhiri riwayatnya.
Sambil mematahkan tulang zombie terakhir,
mayat yang tadi badannya telah kupisahkan menjadi dua bagian masih bergerak gerak berusaha menggapai kami,kusentakkan kaki ku menginjak kepalanya hingga hancur.
"Bodoh!" Ryo mencengkeram bahu Umar "apa kau paham yang kau lakukan barusan?! Ari bilang apa padamu?! tetaplah dibelakang kami!" tegasnya.
"kau nyaris jadi hidangan pembuka mereka!"
Umar hampir menangis melihat Ryo jadi begitu marah.
"tidak" aku melerai,melepaskan cengkraman Ryo pada bahu Umar "yang dia lakukan tadi adalah usaha melindungi dirinya sendiri,dan melindungi hidup orang yang melindunginya, bahkan tindakan paling gila sekalipun layak dilakukan jika dalam kondisi terjepit"
Ryo terdiam mendengar kata kataku.
"setelah membebaskan semua tawanan,aku akan menggeledah tempat ini,senjata kita pasti tersembunyi disuatu tempat disini," kata Ryo pada akhirnya
"aku mengandalkanmu" sahutku
Ryo tersenyum hambar membenturkan tinjunya didadaku.
"jangan mati,kapten"
aku berpaling pada Umar.
"Umar,kau tidak boleh lagi melakukan hal yang beresiko seperti tadi! mungkin akan ada lebih banyak undead nantinya, jenis lain yang lebih cepat,kuat,dan mematikan"
"tapi bagaimana kalau kalian sampai gagal? bagaimana kalau kalian sampai kalah...?"
"tak ada yang perlu dicemaskan kalau kau bersamaku,atau Ryo," jawabku tegas "kami tak' kan kalah,dan kami tidak pernah kalah!"
"bagaimana anda bisa tahu?" tanya Umar
aku tersenyum padanya.
"tentu saja karena aku percaya pada partnerku! dan dia akan jadi partnermu sementara ini,jadi hapuslah air matamu! kau tidak boleh mati sekarang"
Umar tertegun mendengar kata kataku "Ya..." jawabnya sambil menyeka air matanya,berusaha untuk tegar.
"hoi! apa khotbahnya sudah selesai?! apa kami boleh pergi?!" Ryo menunggu, Umar berbalik mengikutinya.
aku melihat mereka sampai lenyap dari pandangan.
sepertinya ada satu hal lagi kemiripan yang ada padaku dari Tasuku, kemampuan menyemangati orang.
aku menghembuskan nafas lega karena sudah tak' ada lagi mayat hidup disekitarku, tapi dibagian lain bangunan ini? mungkin saja banyak!
akupun pergi kearah berlawanan penjara yang diapit lorong panjang yang sempit ini,kususuri lorong perlahan lahan,
penerangan yang kurang membuatku berhati hati melangkah.
Aku juga melewati sel yang penuh terisi mereka yang terinfeksi, telah berubah menjadi undead,dan berusaha meraihku.
"pergilah ke neraka" gumamku
Ada tangga diujung lorong menuju keatas dengan pintu tertutup dibagian atasnya...
kelihatannya aku menemukan jalan keluar.
kutendang pintu yang melesak bersama suara keras.
Aku tiba disebuah koridor panjang yang dindingnya terbuat dari batu batu besar, dari berbagai ornamen khas militer yang kutemukan disana sini,
"penjara sipil" aku telah dapat menduganya.
Samar samar terdengar bunyi...
ya,sebuah orgel...,aku menajamkan telinga yakin sudah menemukan apa yang kucari.
Depan...kiri...kanan...atas...
KALAU BEGITU DIMANA ASAL SUARANYA?

Benar benar gelap,hanya ada cahaya bulan dari jendela yang berjejer tanpa ditutup,tapi aku melihat sebuah belokan didepanku.
koridor ini lebarnya tidak sampai sepuluh meter? mungkin akan ada serangan setelah ini...medan yang sempit bisa jadi menghabiskan tenaga ekstra jika harus bertarung sendirian.
Aku telah mencapai belokan,perlahan mengintip dari balik dinding.
ada dua...zombie yang berdiri sempoyongan, mereka membelakangiku...
tapi aku meragukan hanya ada segitu.
rasanya mustahil berjalan maju tanpa mereka merasakan kehadiranku,lalu kucoba mengkalkulasi kemungkinan mereka menyadari bahwa aku ada disini.
Zombie,seperti umumnya undead lain,meski gerakannya lambat dan bodoh,
mereka mengejar mangsanya dengan bau.
Sayangnya,mereka hanya memiliki sedikit kecerdasan yang membuat mereka tidak punya gerakan reflek yang cukup baik.
Aku bergerak tanpa suara,memuntir leher keduanya sekaligus.
hanya jika urat syarafnya diputuskan,gerakan mereka aka terhenti, tapi membunuh vampir tidak semudah membunuh zombie biasa,
harus memotong tubuh mereka di lebih dari satu bagian agar mereka tidak bisa beregenerasi dengan cepat.
itulah perbedaan vampir dan undead biasa.
"aaaaarrrgghhh!!!!" jeritan nyaring seseorang memecah kesunyian,
ada orang hidup,kah?
Aku berlari tak perduli menyongsong maut,
jeritan memekakkan itu berakhir dalam sebuah ruangan...
bunyi orgel semakin nyaring seakan menyumbat telingaku,mengumandangkan lagu yang kejam,
hentikan!
batinku menjerit.
perlahan kubuka pintu ruangan itu...

hanya ada dapur,kosong,
sisa sisa makanan berhamburan,juga baskom cucian yang penuh tak terurus,
air masih menetes netes dari keran berkarat yang hanya setengah tertutup.
'crakk-crak-crak-crakk'
aku menyapukan mata keseluruh ruangan,dan terlihat olehku rak rak besar berisi piring yang berada diujung ruangan, yang menutupi sesuatu dibaliknya,
bisa kulihat siluet makhluk itu,bergerak pelan menikmati entah apa yang tak dapat kubayangkan.
'crakk-crakk-clakkk...'
hanya itu yang terdengar,bunyi seseorang yang makan dengan rakus...
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(lanjutan)


Tenggorokanku tercekat,
'clakk-crakk-clakk-clakk-clakk....'
darahku mendidih seketika, kuraih pisau pemotong daging besar dipojok jagal,

Braaaaakkk!!

Menyingkirkan apa yang mengalangi pandanganku,justru aku merasa mual karenanya...

Makhluk itu,penampilannya nyaris sama seperti mumi,tapi yang paling membuat bulu kudukku meremang, adalah tinggi badannya yang hampir tiga meter diatasku!
tubuhnya kurus,sangat kurus dengan batok kepala yang membengkak dan otaknya yang besar,perutnya juga membuncit melebihi ukuran badannya sendiri.
Undead itu mengangkat wajahnya,menyeringai senang,dimulutnya berceceran darah segar,membuatku tak sengaja melihat apa yang didekapnya,
mayat perempuan.
"tolong...ibu..." kusadari ada gadis kecil terseok didinding,memegangi bagian lehernya yang berdarah.
wanita itu tadi melindungi anaknya...dan mereka...oleh undead itu...
"waaaaaaaaa!!!" aku berteriak kalap,
terbayang banyak sekali kenangan buruk dikepalaku...!
aku menerjang si undead membabi buta.
makhluk itu menjatuhkan makanannya bermaksud menghadapiku terang terangan.
Saat cakarnya nyaris mengenaiku aku mengelak ringan,menjatuhkan pisau jagal ditanganku dan merunduk mengincar bagian dagu, makhluk itu tinggi,namun cuma kakinya saja yang panjang,
itulah kelemahannya (dan keuntunganku)

Aku tidak peduli...! aku tidak peduli...! matilah! matilah! cuma itu yang ada dalam kepalaku,kewarasanku seakan menghilang.
Ia' tersapu mundur saat tinjuku membuat tulang rahangnya retak-pasti bergeser beberapa senti-makhluk itu menyambar pergelangan tanganku-jenis cepat tapi tolol-hanya dengan satu tanganku yang bebas,kutusukkan telunjuk dan jari tengahku kerongga matanya,ia melengking kesakitan melepasanku.
Undead tersebut tak dapat melihat lagi,ia menyerang asal asalan dan saat ia lengah,aku meraih pisau jagalku,membelah tubuhnya tepat ditengah hingga tercerai berai.

Sambil menetralkan nafasku yang memburu,kudekati gadis cilik yang menangis itu.
"kau tidak apa apa?" tanyaku padanya.
ia membelakangiku,masih menangis.
"aku tidak mau...mati..." isaknya pelan.
aku memandang darah yang mengucur deras dari luka dilehernya.
menghitung berapa detik yang berlalu.
Gadis kecil itu hendak menerkamku,
sudah bermutasi!
pikirku, sekarang apa lagi?
Maka dengan pisau jagal ditanganku,aku memenggal kepala zombie baru yang malang itu,
"padahal,kau pasti akan lebih bahagia jika mati sebagai manusia..." harapku.

Aku yang sekarang,masih belum cukup.aku harus jadi lebih kuat lagi,agar bisa menyelamatkan semuanya,
bahkan hanya seorang gadis kecil saja tidak bisa kutolong,
benar benar...kuat apanya?
Aku marah pada diriku sendiri.

Suara orgel terus berputar disekelilingku,membuatku mengingat kenangan yang selalu ingin kulupakan,
bunyi mars pemakaman...ata lagu klasik entah apa...
Bunyinya semakin nyaring,kini aku tahu,dimana aku harus menemukannya, hanya dengan mengikuti bunyi itu...
lagu yang seperti membimbingku untuk menemukannya...

Berlari dan berlari...aku mengikuti suara sayup orgel dan akhirnya tiba disebuah ruangan yang lain.
sebuah ruangan besar...meja dan kursi berantakan diujung ruangan besar pertama yang kulihat dibangunan ini...,

"Selamat datang...,Aryanov Gabriel..."
aku menoleh pada gema merdu menyenangkan yang berasal dari tengah ruangan,dimana seorang pemuda berambut hitam berpotongan jabrik duduk menyamping diatas kursi,melipat kakinya.
Aku tak dapat melihat wajahnya yang tertutup rambut jabrik sehitam malam itu dari bagian samping, tapi aku bisa melihat pijar nyalang kemerahan dari matanya.
"musik yang indah,ya? musik adalah hal yang paling menyenangkan,menurutku"
aku tersadar apa yang sedang ia pegang.
sebuah orgel antik dengan hiasan yang sangat indah.
"Stast the origin" tebakku,
ia terkikik geli,seperti orang tua menertawakan cicitnya.
"ini mainanku yang berharga..." ia hanya memandang orgelnya.
"Stast!!" panggilku lebih keras.
Vampir itu bergeming, ia menolehkan wajahnya padaku, "padahal kami selalu menyukai keindahan dan kerapuhan...,"
Wajah itu wajah paling tampan yang pernah kulihat, benarkah dia telah hidup 80 tahun? dia tampak seperti pemuda yang berusia tak lebih dari sembilan belas tahun bagiku,
jika benar demikian,virus itu benar benar keajaiban yang bisa menghentikan waktu bagi mereka yang terpilih,
"apa yang kau inginkan dariku?" ia bertanya dengan sikap angkuh seorang raja.
"aku akan memusnahkanmu" mataku menatap langsung pada mata sang raja terror itu.
Stast tersenyum meremehkan."hanya itu? padahal aku bisa memberimu kekuatan,dan keabadian,juga posisiku..."
aku tidak mengerti apa yang ia bicarakan?
"Darahmu..." kataku akhirnya "dan juga membawa pulang kepalamu adalah misi utama terpenting bagiku!"
Wajah Stast yang pucat semakin memucat. Sedetik kemudian ia menguasai diri. Tersenyum menyeramkan dan mengacungkan telunjuknya keatas.
Reflek aku menengadah keatas.
beberapa meter diatasku,Ratusan Ghoul-manusia kelelawar-menempelkan dirinya dilangit langit ruangan.
"kalau kau tidak mau,terpaksa aku harus memaksamu..."
memaksa apa? apa yang ia bicarakan dari tadi?
"ada permintaan terakhir?" Stast berdiri dan mengangkat tangannya seperti melambai,isyarat bagi para ghoul untuk tidak menyerang terlebih dahulu.
"ya,matilah kau,undead!" sahutku.
saat terakhir,kulihat Stast menurunkan tangannya.
Ratusan undead bersayap itu mengerubutiku,aku melompat kesana kemari menghindari serangan mereka.

"Satu luka kecil saja,habislah aku..."
Desakan nuraniku membuncah, aku tidak malu mengakui bahwa saat ini aku merasa takut,karena rasa takutku ini,
adalah naluri makhluk hidup yang berjuang demi mempertahankan nyawanya sendiri.

**********************************************************
**********************************************************
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Daina



__________________________________


Seol,korea,12 jam sebelumnya
__________________________________

Sore itu...,Tasuku Sedang mandi ketika aku merapikan bunga bunga untuk dipajang di vas.
aku mengganti bunganya setiap hari,
aku suka bunga,Tasuku juga suka, aku tidak mengerti kenapa laki laki suka bunga,yang jelas Tasuku berbeda dari laki laki pada umumnya,dia baik hati dan lemah lembut,seperti pangeran dalam buku dongeng...
Saat aku sedang terlena oleh bayangannya,orang aslinya memelukku dari belakang,menutupi mataku dengan tangannya, aku terpekik kaget, huh!
ia menutupi mataku dengan tangan
"yang mana? satu,kucing tetangga,dua,kepiting,tiga,presiden amerika?" katanya riang.
"Tasuku!" jawabku jengkel, Tasuku melepaskan tangannya
"ting-tong! satu buah bantal!" teriaknya sok heboh
"apa tidak ada cara menyapa yang lebih baik,tuan kucing?"
Tasuku tertawa mendengar omelanku.
"jangan dipikirkan,yaa,Daina kan' manis"
setelah menjahili,lalu merayu! kejahilan nomer satuuu!!
Tasuku sedang menyuap sereal ketika aku bertanya "apa Tasuku dapat kabar dari kak Ari?"
kusodorkan sebotol susu dingin dari kulkas kearahnya, dengan senang hati Tasuku menuang lebih banyak susu kedalam mangkuk serealnya,orang yang makan sereal pagi disore hari,ya,cuma dia...
"si kakak kan' memang biasa menghilang berbulan bulan,pekerjaan Paladin memang mengharuskan begitu,dia pasti kembali membawa sampel darah Stast,kok," Tasuku tersenyum lembut padaku. "tidak ada yang perlu dicemaskan,Daina..."
Tasuku tenang sekali,pikirku,tapi memang tidak ada yang perlu dicemaskan soal kak Ari,sih,Tasuku lagi lagi benar,
"kak Ari kan' kuat,yaa" kataku kemudian,
Tasuku tidak henti hentinya memandangiku, wajahku memerah dengan sendirinya.
"Daina,ada yang ingin kubicarakan..."
"Tasuku! tadi ada telepon!"
kami tertawa bersamaan,
"ok,ladies first" Tasuku menyentuh ujung hidungku.
"cuma telepon,kok,dari kantor Tasuku...,katanya, Mr.Robert Clarken ada yang ingin dibicarakan" jawabku dengan muka pura pura cemberut.
"hmm..., apa masalahnya,sih? orang itu agak menyebalkan akhir akhir ini"
aku hanya diam memperhatikannya,
Tasuku berjalan kearah telepon,lalu terlibat pembicaraan serius yang tak kumengerti.
tak berapa lama kemudian,Tasuku berhenti bicara dan menghela nafas.
"kenapa?" tanyaku ketika melihatnya kembali dengan wajah tak senang.
pria yang kucintai tidak menjawabku,ia berlalu menuju lab pribadinya dilantai atas.lantas mengurung diri disana.
Aku sudah terbiasa melihatnya begitu menyibukkan diri disana,mengurus penelitiannya.
ingatanku melayang pada kepingan kenangan perjumpaan pertamaku dengannya,
berbeda dengan sang kakak yang memerangi undead dengan kekuatan fisiknya, Tasuku mengabdikan diri dalam bidang ilmu pengetahuan dalam usaha mereka menyempurnakan vaksin yang nantinya akan menghentikan perkembangan virus,
Tasuku adalah jenius sejati, dia ber IQ tinggi dan sekarang memimpin penelitian besar yang didanai oleh Robert Clarken milyader kenamaan dunia yang juga pemilik Clarken.Corporation,perusahaan kimia terkemuka.

Sedangkan aku sendiri,berasal dari sebuah desa kecil di Thailand,
nama lengkapku Daina Amare,aku ini benar benar biasa saja, berambut hitam panjang,berkulit putih,mata besar, dan tubuhku pendek, tinggi badanku pas pas'an,
kak Ari malah sering memanggilku "bulat" (menyebalkan!) karena tubuhku yang mungil,makanya aku terkesan agak montok,ugh...


Setahun setelah meraih gelar Dokter,Tasuku mengadakan penelitian didesaku,kak Ari juga ikut kesana, dan itulah awalnya.
lalu terjadi invasi,hanya aku yang selamat, waktu itu umurku masih 16 tahun
lalu aku dibawa oleh kak Ari kerumahnya untuk tinggal bersama,meski mulutnya pedas,tapi kak Ari memperlakukanku dengan baik seperti adiknya sendiri,dia juga sudah seperti kakak bagiku.

Aku tinggal menumpang pada mereka,
aku disekolahkan hingga lulus kuliah,dan aku membantu Tasuku sebagai asistennya,
kami selalu berpindah pindah tempat tinggal,
Pekerjaannya menyebabkan kak Ari jarang berada dirumah,
lalu,Tasuku lebih banyak mengurung diri dirumah karena penelitiannya, itulah menyebabkan kami menjadi dekat,
sering berbincang dan membicarakan banyak hal dalam hidup kami,
Tasuku yang lembut,baik hati,tampan,dan penuh kasih sayang selalu menjadi sosok yang kukagumi dari dasar hati.
aku menyukainya sejak lama,suka pada caranya bicara, suka pada kepribadiannya, maupun suka pada rambut pirang keperakannya...
Tapi aku tidak pernah berani berharap lebih banyak karena...mungkin aku hanya anak anak bagi nya?
sudah begitu banyak kebaikan kuterima dari mereka,apa aku serakah mengharapkan lebih?!
lagipula mana mungkin Tasuku suka gadis tidak dewasa sepertiku?!
itulah yang kupikirkan hingga aku tidak berani berpikir macam macam.
aku tergila gila padanya,tapi aku takut ia menjauh dariku,dan kuputuskan diam saja.
Tapi,tapi!! ternyata cintaku tidak bertepuk sebelah tangan!
ternyata Tasuku juga menyukaiku...,dia bilang mencintaiku dua tahun lalu,dimalam ulang tahunku ke dua puluh,
dia,Tasuku yang itu!
Jantungku berdebar debar mengingat sensasi yang kurasakan setiap kali aku berada dalam dekapannya.
menikmati setiap butir kasih sayangnya mengalir diantara urat nadiku.walaupun disaat bersamaan aku dilanda perasaan 'takut kehilangan' yang amat besar sampai terasa sakit.
aku sudah kehilangan segalanya dan sekarang hanya dia yang kumiliki.
Aku berdoa menutup rapat kedua mataku demi terwujudnya impian Tasuku,impian yang tercipta setelah mengalami berbagai macam cobaan dalam kehidupannya.
"sayang!" seru Tasuku menuruni tangga. "cepat siap siap,kita ditunggu untuk makan malam"
"apa...Tasuku? sekarang?" kataku tergagap.
"jangan khawatir,cuma evaluasi,kok,Mr.Clarken yang menyuruhku datang,sebetulnya aku juga sedang malas, karena mungkin akan ada wartawan juga disana dan konferensi pers,mengumumkan kemajuanku pada seluruh dunia"
aku tahu ia bangga,tapi sama sepertiku,Tasuku benci hal hal menyolok.
"apa aku harus ikut? kan' aku tidak ada hubungannya..."
"jelas harus," Tasuku mencium kening ku,lalu mencium pipiku, "mana bisa calon nyonya Dr.Tsaranichova Gabriel ditinggal dirumah?! bikin cemas saja"
calon...nyonya?
lalu aku teringat bahwa ada hal yang ingin disampaikan Tasuku sebelumnya,
jangan jangan...

Hatiku berbunga bunga memikirkan kemungkinannya.

*****************************************************************
*****************************************************************
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

mn nih lanjutanya.. penasaran... hwhw
keren ceritanya...
ud kyk film2 hollywood aja....

bintang deh untuk daina... ^^
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

makasihh dah mampir,kaito,,,
^^
cerita daina ini bergenre science fiction-romance,
hohohooo~
*ketawa maniak*
kenapa judulnya "descendant of the deathmaster" ?
karena,,,,,,,

INI TENTANG SIAPA YANG AKAN MENJADI RAJA TERROR BERIKUTNYA...
^^

cukup segitu spoilernya,
^^;

heeeeeee~
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(LANJUTAN)

Daina
_____________________________________________

pukul 19:20, restoran italia berbintang lima 'le potrait'.

_____________________________________________

Sepatu berhak tinggi ini sangat menggangguku,aku sama sekali tidak terbiasa menggunakannya.
Dengan cueknya Tasuku menggandeng tanganku memasuki restoran kelas atas itu,
hanya ada satu hal yang terbaca jelas dipikiranku,
"aku baru pertama kali kesini!"
diluar dugaan,ternyata Tasuku dikenal banyak orang.Terlihat jelas dari cara mereka saling menyapa dengan akrab,
ada lagi-dan inilah yang paling kubenci-gadis gadis menor yang genit berusaha menarik perhatian Tasuku, aku tidak menyalahkan mereka karena kekasihku memang mempesona,tapi tetap saja aku kesal-walau Tasuku tidak menoleh sebelah matapun pada mereka-para gadis itu cantik cantik seperti artis, atau jangan jangan mereka memang artis?!
makanya menyebalkan...

Haaaahhh, ini semua bukan duniaku, terlalu banyak kemewahan,
aku cuma gadis dusun dan kampungan dibandingkan mereka semua...
berarti dia memang bukan orang biasa,ya,Tasuku memang hebat.
"selamat datang,Dr.Gabriel" aku melihat pria paruh baya gendut yang mengenakan jas mahal menyambut Tasuku dan memeluknya,
aku tidak ingin dikira berlebihan, tapi menurutku ia bukan orang yang menyenangkan, keramahannya terlalu dibuat buat.
dia adalah Robert Clarken yang mendanai penelitian Tasuku.

Aku juga melihat nona yang cantik sekali dengan pakaian mewah yang seksi dibelakang pak tua itu.
menatapku aneh dari balik bulu matanya yang lebat.
bibir sensualnya menyunggingkan senyum aneh seakan aku tatakan gelas jelek yang tidak boleh berada disini.

"Perkenalkan,ini nona Ivanka Mendez,sekretarisku,wanita luar biasa yang memenangkan piala ratu sejagat dua tahun berturut turut, dan...Ivanka, ini Dr.Tsaraniakova Gabriel,peneliti brilian yang memimpin proyek terbesar kita saat ini" sambung Clarken memperkenalkan.

Tasuku menerima uluran tangan Ivanka Mendez secara bersahabat.
namun wanita itu berlebihan menahan tangannya.

"panggil Ivanka saja,kita bisa saling mengenal lebih jauh setelah ini"
ia bisa berbicara langsung sambil berbisik ditelinga laki laki, wanita ini sudah terbiasa berlaku seperti itu,rupanya...
kudengar wanita kota besar seperti itu...

"terima kasih" jawab Tasuku sopan, cepat cepat melepaskan tangannya. raut wajahnya tampak tidak senang dibalik senyumannya.
tapi Tasuku tetap saja memikat.
aku sudah jatuh cinta berkali kali padanya,tentu saja malam ini juga,
aku begitu memujanya.

Ivanka tampak salah tingkah.
sekali lagi aku tidak menyalahkan para perempuan yang terpukau pada kekasihku.
itulah uniknya daya tarik Tasuku, bak penyihir.

"sudah kusiapkan ruangan khusus, akan ada para undangan dari perusahaanku,para petinggi perusahaanku,yang sudah tidak sabar ingin melihat kemajuan apa yang telah kau buat" Robert Clarken membimbing kami menuju meja diruangan khusus yang ia maksud.
ada perasaan aneh, bahwa aku sama sekali tidak dihiraukan.
namun lengan Tasuku terus melingkar di pinggangku sambil kami berjalan.

"orang orang menyebalkan,ya" bisiknya.
aku tertawa kecil mendengarnya.

"setuju,membosankan!" aku balas berbisik "tapi lumayan mirip penghargaan oscar ditelevisi, makanannya juga kelihatan enak"

"justru itu, Daina tahu kan' aku sangat tidak suka hal hal yang berlebihan"
aku melihat Tasuku membuang nafas.
Mr.Clarken melirik ingin tahu.
aku sudah diajari sejak kecil bahwa berbisik ditengah umum itu tidak sopan, maka aku diam, Tasuku tersenyum geli menatap wajahku yang seketika memucat.
yang jelas bagiku,masa bodoh dengan yang lain, asalkan Tasuku ada saja,itu sudah cukup!

Kami duduk disebuah meja yang panjang, dimana ada banyak orang duduk bersama disekeliling meja.
makanannya terdiri dari berbagai macam seafood,dan hidangan kelas atas lainnya,
aku mengisi piringku dengan sedikit makanan saja-yang kira kira aku suka-aku tipe yang amat lambat ketika makan,makanya aku lebih memilih makan sedikit daripada akan membuat Tasuku malu gara gara aku makan terlalu lambat.

Tasuku menuangkan sesendok besar udang saus mayonaise ke piringku,muka ku merah padam ketika berpasang mata menatap heran pada Tasuku yang terlihat begitu perhatian padaku.

"sampai diambilkan segala...!" protesku.

"bukan apa apa,Daina suka sekali udang,kan' makan yang banyak,ya!"

Tasuku berpaling kepada Mr.Clarken.
"dia suka makan dengan banyak lauk,dan kalau makan agak lambat, jadi kita pelan pelan saja" ia menjelaskan dengan wajah nyaris tertawa.

"ha...ha...ha...,bagus! siapapun selalu berharap dapat makan lebih banyak, masa bodoh dengan kolesterol" lelucon Robert Clarken memancing tawa semua orang yang hadir disana,kemudian milyuner ternama itu mempersilahkan pelayan mengisi gelas anggurnya.
Tasuku melakukan hal yang sama dengan hormat.
Tasuku tidak suka minuman keras, tapi dia sanggup melakukan apa saja demi menyenangkan orang lain.
makanya aku cinta Tasuku...

Banyak juga yang melirik penasaran, begitu ingin tahu siapa kekasih Dr.Tsaraniakova Gabriel yang termasyur,
mungkin mereka akan kecewa kalau tahu akulah orangnya...
dan aku sangat mengerti, kejahilan Tasuku yang lainnya,dia suka melakukan hal tidak terduga yang menimbulkan kehebohan.
terlepas dari semua itu,perasaan kesalnya bahwa orang lain hanya memandangku sebelah mata saja, ia menunjukkan perlakuan amat menghargai ku, seakan memaksa orang lain untuk percaya kalau akulah gadis tercantik yang berada disana.
mencerminkan kepribadiannya yang sebenarnya,juga sifat setianya padaku.

Ivanka terlihat benci sekali padaku.
aku tidak tahu mengapa, tapi karena ia terang terangan begitu, maka aku juga tidak akan ragu balas memelototi wajah cantik dengan tatapan menghina itu.

"semuanya,sebelum bersantap,mari kita bersulang terlebih dahulu,mendoakan keberhasilan proyek penelitian ini untuk seterusnya" kata Mr.Clarken mengangkat gelas berisi anggur ditangannya.
Tasuku juga mengangkat gelasnya,maka aku juga ikut-benar benar bodoh-mengangkat gelasku.
semua tamu yang semeja dengan kami bersulang.

Layar besar yang sedari tadi tidak kuperhatikan di ruangan khusus itu bergulir memutar serangkaian laporan penelitian ketika kami semua mengakhiri acara makan.
Tasuku berdiri menghadapi kami semua,
rupanya sudah saatnya,ya?

"dengan ini" katanya memulai "saya mengumumkan bahwa saya telah berhasil membuat satu satunya formula, vaksin yang dapat menghentikan mutasi awal dari virus Undead..."



***************************************
***************************************
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(LANJUTAN)

Daina

_____________________________________

"yang ingin saya sampaikan adalah, bahwa kami dari C.Corp telah berhasil membuat kemajuan besar dalam ilmu pengetahuan dan pengobatan,sebagaimana yang akan kami tunjukkan berikut ini"

saat mata semua orang berkonsentrasi pada layar LCD itu, aku masih makan-seperti biasa,aku lambat sekali dalam soal makan-tapi aku tidak takut ketinggalan,kok
Tasuku bersamaku saat dia sedang melakukan penelitiannya,
aku yang mencatat semuanya,aku juga yang membantunya melakukan percobaan pada seekor anjing labrador hitam yang terinfeksi.

aku bisa saja menolak saat selembar kertas diserahkan padaku.
lembar yang berisi keterangan singkat sebagai berikut:
_________________________________________________

LEMBAGA KESEHATAN PEMERINTAH NEGARA ASIA.
CABANG SEOUL.DAERAH KOREA,MENYATAKAN:

KEPADA: Dr.Tsaraniakova Gabriel.

HEWAN: ANJING.
NAMA RAS: LABRADOR HITAM
JENIS KELAMIN: BETINA

Status:
Berdasarkan pemeriksaan sampel darah,kornea mata,serta kemampuan nalar.
dinyatakan SEHAT sepenuhnya.
Kami secara resmi MENGHAPUSKAN status TERINFEKSI sebelumnya,
Diberikan izin melakukan aktifitas seperti biasa dan TIDAK PERLU DIKARANTINA.

Hormat kami,




Lembaga kesehatan Negara Asia.
___________________________________________________

padahal,Tasuku telah berulang kali menunjukkannya padaku dirumah, (dia juga membacakannya ratusan kali untukku)
baik decak kagum,komentar,dan pujian tak henti henti nya dilontarkan atas keberhasilan Tasuku,
Tasuku membungkuk sopan,kemudian berkata:
"ini belum hasil akhir,tuan tuan dan nyonya nyonya, sampai sekarang,seperti yang anda sekalian lihat,vaksin ini hanya berhasil menghentikan mutasi tahap awal, virus dapat merusak sel sel tubuh lebih parah, saya juga telah mencoba metode yang sama pada anjing lain-dalam hal ini saya memilih mereka karena kecerdasan dan naluri hewan ini-dengan presentase infeksi lebih tinggi yaitu 75%, dan sampai saat ini saya belum menemukan perkembangan yang berarti"

aku tahu Tasuku sedang kesal saat mengucapkannya,
vaksin yang ia temukan hanya dapat menghentikan mutasi dengan presentase sangat kecil, 30% dan mungkin lebih kecil lagi...

"yang saya lampirkan tadi adalah laporan Status terakhir hewan yang dijadikan percobaan, sejauh ini hanya dapat menyembuhkan infeksi 30%, mengenai bahan penelitian, saya memakai darah dari vampir bernama Elsida dari spanyol,yang baru baru ini dikalahkan oleh organisasi Paladin,"

"ya,perusahaan kami bekerja sama dengan organisasi elit tersebut,dimana kakak saya menjabat sebagai kapten divisi utama, dan..." Tasuku terlihat menarik nafas sejenak "sayang sekali,Darah dari undead generasi kedua seperti Elsida tidak mencukupi untuk dijadikan data, perlu data yang lebih lengkap sehingga saya harus menunggu bahan penilitian yang akurat, sampel STAST THE ORIGIN, sisa sisa pasukan senjata biologis,organisasi Paladin melacak jejak raja undead tersebut ditimur tengah,saya percaya mereka akan segera menangkapnya"
saat Tasuku bicara, dia sama sekali tidak terkesan 'formal' atau resmi,
dia bicara dengan tenang seperti biasa,
tapi kemampuan spesialnya membuat orang diam dan mendengarkan adalah keistimewaan tersendiri.

terkadang aku hanya melihatnya bicara tanpa mengerti apa maksud dari perkataannya.

"kalau percobaan kali berikutnya berhasil" ia menambahkan "dapat dipastikan tidak hanya upaya untuk menyembuhkan orang yang terinfeksi, tapi juga jaminan kekebalan tubuh terhadap serangan virus ini bukanlah sebuah mimpi"

para tamu undangan makan malam yang terdiri dari para petinggi di perusahaan Robert clarken itu awalnya menatap cemas, tapi segera setelah Tasuku mengucapkan kalimat terakhirnya, mereka mendesah lega, harapan itu muncul kembali,
kuakui,tenang rasanya mendengar masih ada harapan untuk hidup lebih baik dari sekarang,
dunia tidak banyak berubah,memang...
tapi akan lebih menyenangkan jika bisa hidup tanpa rasa takut.
ini hanya pikiranku yang seorang gadis biasa, aku sama sekali tidak mengerti pikiran orang orang kelas atas,
tapi yang kupikirkan pasti benar,aku bisa merasakannya.

Tasuku kembali duduk disampingku,
matanya berkilat lembut,
warna blue safir yang kusuka.
saat Tasuku kelihatan akan membuka mulutnya untuk berbicara padaku, Mr.Clarken bergegas menyapanya.
"bagus sekali,Dr.Gabriel,aku tahu kau pasti bisa melakukannya, sejauh ini hanya kau yang bisa membuat kemajuan sebesar ini," kata Mr.Clarken

jelas,lah...
Tasuku kan' jenius yang otaknya canggih,beda dengan orang biasa, aku berkata bangga dalam hati.
memperhatikan Tasuku yang terbawa pembicaraan yang sepertinya amat serius.
aku tidak ingin jadi pengganggu, mungkin sebaiknya aku diam saja sendirian.
"apa kita tidak apa bicara tentang bisnis berdua saja? tidak enak bicara didepan banyak orang"
Clarken seperti tidak sabar ke pokok persoalan,
ia mengetukkan jari ke meja dengan gelisah.
Tasuku malah menatapku.

"tidak apa apa kutinggal sebentar?" pintanya lembut.

"uuhh, pergi saja,lah, kenapa harus minta ijin padaku" ah,muka ku merona lagi...

Tasuku mengedipkan sebelah matanya dengan lagak genit padaku, (jenius tapi tingkah lakunya bodoh,batinku)

"jangan khawatir,madamoiselle,hanya sebentar" Mr.Clarken berlalu diikuti Tasuku di belakangnya.

Pembicaraan berlanjut diantara para wanita.topiknya mengenai gaun dan perhiasan.
(tas mu bagus,ya/beli dimana?/ah,biasa saja/ dll)

Tidak mengerti!
kenapa mereka mau mengeluarkan uang yang banyak hanya untuk selembar gaun?! padahal dunia sedang krisis begini...
kenapa mereka tidak menyumbangkan uang saja untuk anak anak miskin?! dan bagaimana mungkin harga sebuah tas saja sama dengan harga sebuah mobil?!
(yang lebih bodoh,yang membelinya...)

"Gaun yang indah sekali,nona Mendez" puji wanita berambut keriting warna cokelat emas di dihadapanku.
tubuh wanita itu kurus ceking,tapi perhiasan yang melekat ditubuhnya pasti bisa menambah berat badannya 4kg.
Ivanka berlagak merapikan rambut menggunakan jemari jemari lentiknya.

"kupesan lewat butik kenalanku diparis,tapi ini kan' tidak seindah gaunmu,nyonya" ia melirik kearahku,tatapannya...merendahkan.
aku menunduk memikirkan Dress merah tanpa lengan bergaya klasik yang kukenakan,tampak sangat biasa jika dibandingkan gaun ketat bermodel putri duyung dengan bagian punggung terbuka lengkap dengan syal bulu angsa yang dikenakan Ivanka Mendez.
kami seperti bumi dan langit.

Sudahlah,mikir apa,aku ini...
toh' Tasuku hanya melihat kepadaku,
aku tidak perlu orang lain selain Tasuku untuk melihatku.

Atmosfir tempat ini tidak cocok untukku.
aku juga tidak punya kenalan,aku harus cepat cepat mencari kesibukan sampai Tasuku kembali,
terpikir olehku untuk memperbaiki riasan saja, setelah itu menyendiri,

"permisi...dimana aku bisa...menemukan toilet?" Tanyaku pada salah seorang pelayan.

"silahkan lurus saja,nona,ada beberapa ruangan yang disekat untuk rapat pribadi,nanti akan ada belokan" pelayan itu berlalu sambil membawa senampan penuh kue kue manis.

Aku tidak ada kepentingan mendesak hingga harus ke toilet,kalau hanya untuk memperbaiki riasan,bisa kulakukan pelan pelan,
aku ingin melihat lihat tempat ini dulu,
aku belum pernah menghadiri perjamuan besar sebelumnya,
wajarlah kalau aku terkagum kagum begini...
aku melihat lihat hingga bosan beberapa menit kemudian,
dan mulai berpikir untuk kembali ke tujuanku semula,

apa yang sebaiknya perlu kuperbaiki? apa bedakku luntur?
wah,sudah muncul! perasaan khas anak perempuan...

aku sedang mencari cari toilet ketika aku mendengar suara lembut Tasuku berbicara dari ruangan yang terpisah dari ruang perjamuan...



******************************************
******************************************
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(LANJUTAN)


Daina

____________________________________________


Tadinya aku bermaksud lewat saja,apa gunanya menguping...

"Tidak bisa begitu!!!" Suara teriakan keras menghentikan langkahku.
Mr.Clarken rupanya...
aku merapatkan tubuhku ke dinding (Tasuku maaf...! Daina benar benar anak bandel!)

"coba kau pikirkan,mana mungkin kau tidak tertarik mengambil keuntungan dari jerih payahmu sendiri?! apalagi jika kau mematenkannya atas nama perusahaan kami..."

"Yang anda maksud,keuntungan saya atau keuntungan anda?"
Suara Tasuku mengalir seperti air,lewat celah dari pintu yang sedikit membuka,aku dapat melihat Clarken dan Tasuku yang berdiri berhadap hadapan.

"tolong jaga bicaramu,Dr.Gabriel,semua punya kepentingan yang sama disini"

"ini mengkhianati kesepakatan awal" Tasuku membalas "saya mau menerima kontrak dengan anda,tapi saya tidak ingat pernah memberikan wewenang untuk anda mengusai penelitian saya" "apalagi barang tersebut belum sempurna,ah,tadinya saya menerima tawaran baik anda untuk mengindari konflik yang akan terjadi diseluruh dunia, jika saya membiarkan satu Negara besar berada di belakang saya, anda memang penyandang dana, tapi itu bukan lantas memberi anda keleluasaan mematok harga demikian tinggi, bagaimana orang bisa hidup kalau begitu? bagaimana dengan kesejahteraan orang lain yang tidak mampu?"

"semua orang punya maksud,Tsarania..." mata Mr.Clarken mendelik tidak sabar.
ia kehilangan wibawanya sama sekali sekarang.
"kau tahu perusahaan kimia milikku telah penyokong penelitianmu,dan berkat itu kami memiliki nama baik dan koneksi,juga kepercayaan para investor dan bisa melebarkan sayap bisnis keseluruh dunia,tapi itu saja belum cukup" katanya membujuk,
akhirnya ia bicara jujur,

aku menghela nafas sedih,kenapa ada,ya, orang yang rela memohon demi kepentingan pribadi yang jelas jelas merugikan orang banyak?

"segalanya akan menjadi milik kita,kekayaan,kemasyhuran,dan kekuasaan,kau tinggal tanda tangan saja maka semua akan beres,
sesaat setelah mematenkan obat itu atas nama perusahaanku!" desaknya.
Tasuku terdiam.

"supaya anda bisa menjualnya dengan harga diatas standar,bahkan terlampau tinggi,begitu?" Tasuku tidak menatap lawan bicaranya,
kalau dia begitu,artinya dia marah.

"ternyata kau paham juga maksudku" tanpa bersusah payah menyembunyikan niatnya,lelaki tua gendut itu terkekeh.
"semua orang akan datang berbondong bondong ke tempatku, hanya untuk serum penyembuh virusmu itu! dan tiap Negara akan memberikan apa saja keinginanku agar daerah mereka terselamatkan, brilian,bukan?"
ia tertawa keras sekali.
mencoba meyakinkan Tasuku, tipe orang seperti Robert Clarken ini sepertinya sangat yakin, jika dengan uang,siapapun akan menyerah...

aku menutup mataku,
jangan,Tasuku...
jangan diterima...

"sungguh menjijikkan..." komentar pedas Tasuku membuat tawa diwajah Clarken memudar.
"lantas bagaimana nasib orang orang kecil? mau bilang apa? 'ada uang ada barang',begitu? saya bekerja bukan untuk alasan payah semacam itu,hilang sudah rasa hormat saya,Mr.Clarken, saya akan kembalikan besok semua dana yang anda keluarkan untuk penelitian saya selama ini,kirimkan saja semua rincian tagihannya pada saya" pada saat Tasuku akan berlalu,Pria gendut itu menahannya.

"Tunggu sebentar, pikirkan dulu keuntungannya...,bagaimana kalau sekretaris pribadi? sebagai awalnya, kau lihat kan' sekretaris pribadi ku diluar? kau tidak harus memikirkan gaji-nya,bukankah lebih baik kalau ratu kecantikan dunia yang mendampingimu kemana mana daripada upik abu lusuh yang kau bawa malam ini"

BRAAKKK!!

Tinju Tasuku mendarat diatas meja kosong,
furnitur mahal yang terbuat dari kayu pilihan itu melesak kedalam,tampak bekas kepalan tangan ketika Tasuku menarik buku buku jarinya.

"kata kata seperti apapun...masih bisa menahannya...tapi..." suara Tasuku terputus putus saking marahnya.
"kalau lain kali ada yang menghina nya lagi didepanku, siapapun orangnya, akan KUHANCURKAN"
wajah tenang yang kukenal berubah menjadi menyeramkan.
matanya melotot dan memancarkan kemurkaan luar biasa, aku belum pernah melihatnya semarah itu...

apa karena Clarken tadi menyebutku 'upik abu lusuh'...?
kami terobsesi satu sama lain,
dia...Tasuku tidak akan memaafkan itu,aku juga akan merasakan kemarahan yang sama jika ada yang mengatakan hal buruk tentang Tasuku.

Clarken mundur beberapa langkah. Meskipun gemetar,ia tetap berusaha mempertahankan kakinya berpijak.

"ha...hancur katamu? kita lihat saja nanti siapa yang akan hancur, kau akan menyesal sudah menolakku"
rupanya Mr.Robert Clarken keluar dengan terburu buru hingga tidak melihatku.
aku memasuki ruangan itu,aku melihat Tasuku sedang duduk sendirian diatas meja kosong dengan wajah sendu, sambil memandangi buku jarinya yang memerah.

"apa itu sakit?" Tanyaku menghampirinya,Tasuku tampak kaget melihat kemunculanku,tapi aku sama sekali tidak bisa menahan diri agar tidak memeluknya...
aku menyentuhkan jemari Tasuku ke pipiku,mencium tangannya pelan, Tasuku tampak senang dengan apa yang kulakukan,
disentuhnya pipiku lembut sekali dengan tangannya.

"cuma segini,kok...aku masih harus belajar dari Kakak,nih..."
jawaban Tasuku menghapuskan kekhawatiran di dadaku, dia tidak akan pernah berbohong padaku,aku tahu...
sama seperti aku tidak akan pernah berbohong padanya.

"eh,Tasuku...mengakhiri kerja sama dengan orang itu?" tanyaku lagi.

"kau...dengar,ya?"

"sedikit..." jawabku sambil menundukkan wajah, aku sudah menguping,dan aku sangat malu,maaf,yaa...Tasuku...

"maaf...Daina..." aku mengangkat kepalaku, kok?

"kenapa malah Tasuku minta maaf?! harusnya tadi kau pukul hidungnya sampai patah!"

Tasuku tersenyum malu malu mendengar komentarku.
aduh! apa aku terlalu bersemangat?!

"Daina..." ia memanggil namaku lagi,dengan suara yang menggambarkan dengan sangat jelas,bahwa saat ini dia sedang jatuh cinta "maukah jadi istriku?"

aku tertegun,
"apa harus dijawab sekarang,Tasuku...?"

"itu kan' namanya kejutan...,lagipula seperti tiket taman bermain yang diberikan tiba tiba, mana mungkin ditolak,kan?"
gawat...dia tahu itu, dia tahu aku sangat mendambakannya...

"kalau ternyata ditolak,bagaimana?" Raut santai di muka Tasuku menghilang sesaat.

"kalau ditolak" katanya lagi "aku akan memohon, kalau perlu aku akan mengemis cinta padamu,supaya kau mau jadi istriku"
Tasuku betul betul berlutut dihadapanku,
aku semakin salah tingkah,
tentu saja aku mau! tadi aku kan' cuma bercanda saja...

"Tasuku,berdiri...aku...tidak enak..." aku seperti orang bodoh saja.

Tasuku berdiri dan menatapku tajam,tidak ada siapa siapa diruangan yang kosong ini,kenangan penting yang hanya jadi milik kami berdua.

"Daina Amare...,menikahlah denganku"
Saat kata kata terakhir tadi diucapkan oleh Tasuku,aku sudah merasa bahwa kaki ku tidak berpijak dibumi lagi,segala hal tampak begitu terang dimataku,
Tasuku mendekat untuk menahan tubuhku yang linglung,memelukku didadanya yang bidang.

"aku...bersedia..." ujarku perlahan

"aku sudah tahu,kok,Daina pasti bersedia," Tasuku tertawa lepas,aku mencubit lengannya pelan,ia mengaduh dan mempererat pelukannya,
meskipun aku sama sekali tidak menangis terharu, tapi Tasuku mengerti...



******************************************
******************************************
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

@eragon,
bukan kamu!mana mungkin!

******
fuaaahhhh selesai satu bab
^^;

btw makasih banyak buat teman teman yang udah ngasih kritik n masukan berharga buat daina,
itu sangat berarti buatku,daina sampai nggak tahu harus ngomong apa saking senangnya,,,,
pokoknya daina harus menjadikannya 'sempurna' dulu sebelum menyiapkan mental dan mengirimnya ke penerbit,,,,,,,,
(jujur,daina sangat takut)
*muntah darah*

sekali lagi,makasih banyak,all
ok!!! next!!
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

02:
______________________________________

GOD,PLEASE LET HER STAY IN MY SIDE...

_____________________________________________
__________________________________________________


Ari


Pertempuran diperbatasan Irak
(LANJUTAN)
___________________________________



"Prajurit Paladin,bertempurlah dengan mengingat beban yang diserahkan di pundak kalian,bertempurlah dengan mengingat kematian didalam setiap detak jantung kalian, karena kalian bisa kehilangan nyawa kapan saja"

Kalimat pak tua Alexander boraknitchov kembali terngiang ditelingaku. Yah,kasarnya, yang ingin dia katakan adalah : "bersiaplah untuk mati,pecundang"
tapi kalau jujur,adakah manusia waras didunia ini yang merasa bahwa dirinya sudah siap menghadapi kematian?
walaupun tahu semua manusia pasti mati pada akhirnya, setidaknya aku tidak mau mati sia sia,
sekarang.

"menyerahlah,atau kau tak akan tersisa sedikitpun" Stast menyarankan.
Ratusan ghoul kelaparan meluncur mengerubutiku tanpa henti dari segala arah, rasanya berat sekali memberikan perlawanan tanpa terluka sama sekali,apalagi tanpa senjata...!
aku melompat setinggi yang aku bisa untuk meraih potongan kayu penyangga dilangit langit,mengelak dari enam atau tujuh ekor makhluk bersayap itu yang mencoba melubangi ususku dengan cara bergelantungan,
enak saja mereka ingin menjadikanku makanan,setidaknya mereka harus berusaha keras terlebih dahulu.

"sayang kalau harus jadi santapan" Mata Stast mengikuti tiap gerakan yang kulakukan dengan bergairah,tapi aku tidak punya waktu untuk menebak apa yang sedang ia pikirkan,
pria sinting yang tidak bisa mati!

Aku meluncur turun dengan mulus, menjatuhkan diriku diatas salah satu undead bersayap yang sedang terbang dibawah kakiku,
muncul,
kegilaan menyenangkan membuat mereka tercerai berai, aku menangkap salah satu ghoul dan mencabik sayapnya,rapuh...
hanya material padat yang tanpa daya, tidak punya kemampuan lain selain menyerang,dan lengah,tentu saja.


kiiikkkkk!!!!! kiiikkkkk!!!!!
mereka berkicau seperti burung, kelelawar malam... atau elang pemangsa,
wujud mereka adalah manusia kelelawar besar,
dengan ukuran tubuh nyaris sebesar anak usia 10 tahun, kulit abu abu pekat, tangan yang terhubung dengan sayap mereka, dan kepala botak jelek,

aku melemparkan bangkai ghoul ditanganku sejauh mungkin, darah yang berceceran itu menarik perhatian sesama nya,
syukurlah yang memburuku berkurang sepertiga.
aku menarik mangsaku selanjutnya, dan memisahkan tubuh mereka hingga hancur berkeping keping,
hal yang sama kulakukan berkali kali, aku tidak peduli berapa kalipun,selama tubuh ini masih bertahan...
mungkin dalam sepuluh-lima belas menit terakhir aku telah menghabisi empat sampai enampuluh ghoul sekaligus,

tapi jumlah mereka seperti tidak ada habisnya,
terlalu banyak!

sial! titik lemahku!
aku tidak sempat menghindar saat ada seekor ghoul yang menjadikan ubun ubunku sebagai targetnya.
kalau hanya menyerang dari depan,aku bisa menahannya,
satu hal yang kuingat saat bertarung dengan ghoul,
pancing mereka agar menyerang dari depan, mereka bodoh, jadi gunakan akal sehatmu untuk memancing mereka dari bagian depan!

bicara sih, mudah saja...

sebatang panah besi melesat dan melubangi kepala ghoul itu,sebelum ia sempat melubangi kepalaku juga.
aku menghindar dari ghoul yang jatuh dengan otak berhamburan, menendangnya hingga kawanan ghoul lain mengejar bangkai mati itu bersemangat.

"butuh pertolongan?" Ryo muncul dihadapanku bagaikan hantu, dilengan kanannya telah terpasang bowgun favoritnya, ia melemparkan pedang yang panjang dengan gagang perak berukir.
senjataku.
ia menemukannya, Ryo tidak menunggu jawabanku,ia juga melempar tabung kaca berukuran kecil dengan jarum tipis diujungnya,aku bergegas menyimpannya di saku jaketku,

sempat kulihat Umar ditengah kekacauan itu,dan,astaga! ia menggunakan fire launcher dan menyemburkan api kesana kemari,menghalau undead kelaparan itu,juga melindungi dirinya sendiri.
Ryo memang keterbelakangan mental menyuruh anak kecil begitu bertempur.

"kuserahkan padamu,Ryo"
Ryo mengangguk, mencabut belati dari pinggangnya dan melemparkannya pada undead yang berada paling dekat,makhluk itu menggelepar meregang nyawa.
aku percaya pada Ryo,jika berdua, kami tak' kan kalah,dan kami tidak pernah kalah!

"STAST!!!"
Aku berlari sambil meneriakkan nama musuh besarku,
undead itu telah menungguku,sikap tenangnya menujukkan kebesarannya sebagai raja...
sang penguasa kematian.


************************************
************************************
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(LANJUTAN)


Ari

_______________________________________
_____________________________________________


"Stast!"
kutebaskan pedangku,aku menajamkan mata saat sesuatu yang keras beradu disana,diikuti percikan bunga api,
Stast memberikan perlawanan, dan lengannya telah bermutasi,sebentuk tulang kokoh padat mencuat dari dalam lengannya-lebih mirip tombak daripada anggota tubuh-telah menangkis seranganku.
aku berputar kebelakangnya, mengincar bagian leher,tapi sang raja undead itu begitu gesit,
aku melompat kaget,satu tangannya yang lain nyaris saja sampai ke tenggorokanku, nafasku tercekat,
tak semudah yang kubayangkan.

"padahal kalau kau bisa tergores sedikit saja sudah cukup"
Stast memperlihatkan jari jari tangannya,bukan kuku yang kulihat di ujung jari yang pucat tersebut,melainkan tulang yang sangat tajam,
seperti pisau, anugerah kejam yang hampir saja merenggut nyawaku.
wajahnya yang semula agak malas kini menampakkan aura menantang.

aku maju dengan kecepatan penuh, pedangku kembali beradu dengan tombak mematikan itu,
hanya ada satu yang kuperhatikan sekarang,
Stast lebih fokus melukaiku daripada membunuhku, serangannya sebagian terlihat ringan,tapi sulit dihindari.

"jangan main main!" aku mulai kesal sekarang,tapi harus kuakui ia berhasil, melancarkan tendangan kebagian perutku,dengan kaki yang keras seperti batangan besi itu.
aku terduduk,sakit!
kapten divisi utama Paladin,tidak lantas menjadikanku tahan pukul.
secepat kilat aku mengusai rasa sakit teramat hebat yang membuat ulu hatiku berdenyut hebat,kugenggam pedangku,
menusuk bahu Stast.

kena!

Stast tampak kaget, aku mencabut pedangku dan menunggu sambil menjaga jarak, menyaksikan darahnya tidak berhenti,

"kuat sekali,Aryanov Gabriel," Stast memandangi darah keperakan yang mengucur dari luka dibahunya,
luka itu menutup.
"baru kali ini aku dipermalukan seperti ini"

"aku akan memberikan luka yang lebih besar lagi, akan kupisahkan tubuhmu hingga kau tidak bisa beregenerasi!" aku menyentuh bagian perut dimana Stast berhasil menyarangkan tendangannya.
masih terasa sakit,tapi kurasa tidak apa apalagi...

dengan pedangku menahan salah satu lengannya yang seperti tombak itu,kuhantam tulang pinggul Stast berharap dapat menebasnya disana,
tapi sesuatu yang lain keluar,membuatku terlonjak menghindari nya secara reflek,

"lintah sialan,apa saja yang kau sembunyikan ditubuhmu itu?!" aku memaki.
generasi pertama memang hebat,
sekuat apapun aku,tapi melukainya tanpa terluka sama sekali,tentu saja tidak mudah,aku seperti mainannya.
kami kembali saling menyerang, berusaha saling mendaratkan pukulan, tinju kami membentur satu sama lain,
tidak dapat kuhitung berapa kali aku nyaris terkena pukulannya,atau dia yang nyaris celaka diujung pedangku.
akhirnya,
kepalan tanganku berhasil membobol pertahanan si vampir, yang terpelanting membentur dinding batu,

"Satu-satu...,Draw..." kata Stast menghapus darah disudut bibirnya,

"sekarang,iya" ujarku setuju.

aku tersudut menghindari setiap desakannya, terhuyung mundur, kini balik aku yang terdesak,menangkis serangan beruntun itu agar jangan sampai menghancurkan tengkorak kepalaku.
setiap sentakan yang dilakukan oleh Stast membuat tanganku kesemutan,
akhirnya aku tidak tahan lagi,

detik berikutnya, tulang keras itu menghantam wajahku, bersamaan aku memutuskan satu lengan sang raja undead dalam satu tebasan pedangku.
kami sama sama mundur,rasanya aku kehabisan nafas...

wajah Stast yang pucat semakin memucat, memandangi onggokan basah dilantai batu,yang semula adalah lengannya,
aku tersenyum puas.

"bagaimana mungkin...kau yang manusia biasa bisa melakukannya sampai sini?" tanya Stast penasaran, ia menunjukkan minat yang begitu besar. "sampai dimana kau akan membuatku terkejut,manusia?"

"entahlah," jawabku tersenyum,sembari berdiri tegak memasang kuda kuda "latihannya,seperti neraka" kubentangkan pedangku sejajar dengan alis mata.
Pertahan.

"aku punya usulan" ia sengaja bicara terus untuk mendapatkan waktu yang cukup agar dapat beregenerasi kembali,pikirku.
"seberapa kemungkinannya kau dapat mengalahkanku?!"

"sebesar kemungkinan aku dapat menang darimu" tanpa menghiraukan apapun aku melompat-nyaris terbang-kearahnya,
Stast mundur menghindar,tapi terlambat, pedangku menoreh bagian dadanya sangat dalam, ia tampak berang,tapi masih dapat mengendalikan emosi,

"aku ingin kau...jadi penerusku" pintanya. Darah yang keluar dari tubuhnya semakin membanjir,aku tahu ia sudah mulai melemah.
tapi aku terbelalak mendengar apa yang baru saja diucapkan olehnya.

"apa maksudmu?"

"kau...lawanku yang terkuat selama ini,bahkan lebih dari orang tua menyedihkan Alexander Boraknitchov yang selalu gagal membunuhku, tiga puluh tahun terakhir, kau adalah bibit unggul yang mungkin tidak akan pernah terlahir kembali seratus tahun mendatang"
"jadilah raja bagi kami,aku akan tunduk dibawah perintahmu,calon pewarisku,tubuh yang takkan menua,tak bisa membusuk,jika bukan karena senjata tertentu dan orang tertentu,tak'kan bisa melukainya..."
"dan keabadian...SURGA yang diimpikan semua orang,hanya mereka yang terpilihlah yang dapat mencapai tingkatan tertinggi dalam ilmu pengetahuan diseluruh jagad raya ini"

orang ini gila.

"Kau itu cuma alat" bisikku, "sesuatu yang tidak kubutuhkan,bicaralah sesukamu,jangan pernah mengharap aku akan bersedia masuk dalam ikatan hina dan kekuatan rendah mu yang menyimpang dari hukum alam"

hanya alat, ucapanku itu tentunya amat mengganggu Stast.
"kenapa kau katakan hal semacam itu? kau tidak tahu apa apa..."
ia mulai bereaksi, semua bagian bola matanya berubah menjadi hitam,bahkan dibagian yang seharusnya berwarna putih.

"yang kupercayai,semuanya hanya palsu!" ia menyeringai seram padaku.
"kau tidak tahu apa apa! aku akan memaksamu mengetahuinya!"

ia menyeruduk kearahku,tenaganya sangat besar hingga aku terlempar,jatuh berdebum dilantai batu dingin yang langsung retak menahan berat badanku.

"aku akan membuatmu tahu,bahwa aku tidak menyesal,aku tidak pernah menyesal!"teriaknya,tertawa membahana seperti orang gila.

Ryo yang bertarung melawan pasukan Ghoul dibelakangku menampakkan wajah sama terkejutnya.
kekuatan sang raja undead meningkat berpuluh kali lipat.

baik, aku tidak takut,mari kita bertaruh.
jika aku mati sekarang,berarti hanya sampai disitulah batas kemampuanku,

mulai kini aku pun bersungguh sungguh.

***************************************
***************************************
 
Last edited:
Back
Top