~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

bagaimana menurut kalian novel pertama Dyna (daina) ini?


  • Total voters
    35
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

ini bukan nangis,kaitooo,,,,
ini kelenjar air mata,,,,^^;
maksud daina,,,,ini cairan otak,,,,ehh!!! bukan!!! ini tuhh zat tertentu,,,,
*maksa.com*
heeeeeeeeeeeeeeeeee~

@dear kawan kawan ii,,,,
senang juga,dehh,,,,banyak yang ngasih saran dan advice berharga buat daina,,,
^^

makasih dah memperhatikan daina ini,yaaaa
daina akan lebih berusaha!!

ok!!!! next!!!!
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

maaafff kk masykuurrr,,,,,,
dan terima kasih sudah mengingatkan daina,,,,,
*berlutut dikaki kk masykur*

huuaaaa!!! daina setuju sama kk masykur,yang diatas emang terlalu ekstrim!!
,,,,terutama ungkapan yang ini:



kayaknya sangat terobsesi banget,yaaa,,,dan agak MENAKUTKAN...
(emang siapa coba' yang bikin kata kata diatas!)
*ditinju sama kk masyur sampe mental kebulan*

sebenarnya dah dai revisi berkali kaliiii~
(posting nggak,ya??? posting nggak yaaa???)
tapi karena ini adalah bagian dari cerita yang nggak bisa dipisahkan,
rasanya ada yang kuraaaanngg aja kalau nggak ikutan dai posting kesini,,,
habisnya,lewat scene diatas,tergambar jelas kepribadian 'Tasuku' yang sesungguhnya,
bagaimana ia mencintai,(cinta yang berlebihan) atau bagaimana ia terobsesi kepada 'Daina' dan terikat sangat dalam,,,
(mereka jadi tawanan satu sama lain)

apa terlalu eksplisit,ya???
atau kesannya kampungan,gitu????
(huuaaaa!!! daina nggak ngerti diri daina sendiriii!!!!)
dai bukannya berusaha memberikan penjelasan,yaa
tapi dai mo ikutan nge-review ajaaa~

maaf kk masykuurr,,,,,sekali lagi daina mohon ampuunnn~
*nangis darah*
thanks,,,,that's was very very very very important to me,,,,

@kaito,,,,

ok!!!! next!!!
^^

:))
mungkin ditulis ulang dengan kalimat yg berbeda.....terkadang 1-2 kata yg tepat bisa mewakili 1 paragraf,bgt pula sebaliknya :finger:
coba baca2 "pudarnya pesona cleopatra" (Habiburahman elshirazy) disitu walaupun bahasanya biasa aja, tapi benar2 menyentuh (sampe nangis aku >:'()
tapi secara keseluruhan udah bagus kok mbak dai, aku ikutin terus lho ceritanya.....
semangat!=b=
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

HOHO lumayan...

tpi mata q jdi sakit...meratiin monitor trus...
@_@

aq print dlu bru aq ksh tanggapan lanjutannya okewh??

BY THE SNOW WOLF
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

@kakak masykur,,,,
dah daina edit dibagian yang dikutip sama kk kemarin,,,,
kalau berkenan mohon dilihat terus dibandingkan dengan yang sebelumnya,,, kalau ada yang salah mohon katakan pada daina biar daina betulkan,,,,
*digetok kk masykur sok2 merintah*
heeeeeeeeeeeeee~
kalau dai liat liat lagi,juga ada beberapa kalimat yang kesannya diulang ulang,yaaaaa~
*lain kali daina akan lebih teliti saat mengecek*
makasihh banyak,yaaa,,,,kk,,,,,
dai bisa meng-edit nya ratusan bahkan ribuan kali lagi,,,
(nggak ada kata puas demi mencapai puncak,betul,kan' kk???)
jangan sungkan lagi ngasih kritik & saran,yaaaa,,,,

@kk lothan,,,,
akhirnyaaaa,,,,datang juga,,,,,,
*dai udah siap diceramahi panjang lebar sama kk lothan,hehe*
mohon review-nya,kk


************
next!!!!
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(LANJUTAN)


Ari

_______________________________________
____________________________________


"baik, akan saya cari tahu lokasi mereka,sebisa mungkin menemukan mereka sebelum semuanya terlambat"

“Pemusnahan,lakukan yang terbaik untuk tercapainya tujuan”tukas Boraknitchov.
Saat aku melangkahkan kakiku keluar ruangan, Alexander Boranitchov memanggilku kembali,

“tunggu sebentar Aryanov Gabriel”
Mengurungkan niatku keluar ruangan, aku tetap bertahan berdiri didepannya.

“selama ini, untuk apa kau bertempur?”

untuk umat manusia,tentu saja.
Ketika aku hendak menjawab demikian,Boraknitchov memotong kalimatku:
“ah,sampaikan terima kasih ku pada adikmu, berkat dia, ksatria terbaik paladin dapat pulang dengan selamat” imbuhnya “pikirkan baik-baik pertanyaanku tadi sebelum menjawabnya, aku tidak ingin kau menyesal karena keyakinan yang salah”

Aku tidak mengerti maksudnya, namun aku berjanji dalam hati untuk memikirkannya.

Setelah memberi hormat untuk terakhir kali nya, aku pun berlalu dari hadapan Boraknitchov.

“gagal,ya? kapten?”dua orang pria berpapasan denganku sekeluarnya aku dari ruangan Boraknitchov, salah satunya menghampiriku.
kuhentikan langkahku, menanti nanti didalam hati,apa gerangan yang ingin dia sampaikan padaku.
“ada apa,Caesar?” tanyaku,

kakek tua berbadan bongkok itu tertawa mengejek seraya berbisik ditelingaku,
“sudah kuduga, Alexander terlalu gegabah memberikan posisi kapten pada anak ingusan sepertimu” bisiknya ditelingaku sambil berlalu,
sepasang kapak besar di punggungnya bergesek saat ia melewatiku dengan senyum mengembang penuh kepuasan.

Pemuda kurus berpenampilan seperti Pastor yang tadi berjalan beriringan dengannya menutup kitab suci yang ia baca,
“Ari, lain kali kalau kau tidak sanggup, aku bisa menggantikanmu” katanya, “semoga tuhan melindungi kita semua”

“kau juga, Yudas” tukasku meninggalkannya berdiri mematung dibelakangku. Sempat kudengar dia menggumamkan “amen” perlahan.

Sialan, apakah berita kegagalanku ini merupakan gosip terpanas di divisi utama?

Walau Boraknitchov memilihku sebagai pemimpin divisi utama organisasi Paladin,kenyataannya Banyak juga yang berkata aku tidak cocok untuk posisi ini, Armando Caesar termasuk kawan seperjuangan Boraknitchov dimasa awal pembentukan Paladin, baik istri maupun anaknya ikut menjadi korban virus terkutuk itu, karenanya dia termasuk orang yang agak sulit mempercayai orang lain,

Ia tidak pernah setuju Boraknitchov mengangkatku sebagai ketua divisi utama, dia berpendapat aku terlalu muda sehingga cendrung terbawa emosi dan lebih baik jika Boraknitchov sendiri yang mengambil alih posisi tersebut,walau telah berkali kali usulnya itu ditolak Boraknitchov dengan alasan ia sendiri sudah terlalu tua.

Aku terlalu lelah untuk berpikir,
di kepalaku terus terngiang pertanyaan boraknitchov,

“untuk apa kau bertempur?”

Untuk apa? Kemanusiaan?? Untuk orang orang yang tidak kukenal sebelumnya? Untuk menolong orang lain yang mebutuhkan? Tidak, semua agar tidak ada orang lain yang mengalami penderitaan sepertiku, tapi apa yang bisa kulakukan?
Aku bahkan belum tentu pernah mengenal mereka,
Kenapa aku berjuang?
Kelihatannya belum ada satu jawaban pun yang memuaskan hatiku.



***************************************
***************************************
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Stast



Lokasi tidak diketahui.
___________________________________________
___________________________________

Tempat ini terlihat seperti salah satu bagian kastil kuno, dengan tempat tidur putih berkelambu beludru merah yang menampakkan nuansa magis, disinilah Luciferina dan kawan-kawan yang lain membawaku, kastil tersembunyi diantara reruntuhan kota masa lalu dan undead kelaparan yang menginfeksi seluruh kota.

“kau baik baik saja?”
Luciferina menengok sang origin ini yang tengah menikmati makan malam,
Stast yang lebih senang menyendiri menghempaskan mayat wanita berlumuran darah itu pada kaki,

“sangat mengganguku,Ferina…,” ujarku berusaha bicara lembut, menyeka darah yang berceceran dari bibirku,
merah.
kupandangi di dalam cermin,Warna mataku yang hitam kelam perlahan berubah menjadi merah keruh,

“Aryanov kuat sekali,ya”komentar Luciferina tenang, “kalau saja aku tidak datang, kau pasti sudah habis sekarang”

“aku tidak mau mendengar itu,”ujarku sendu,“harus sabar menghadapinya, Aryanov Gabriel bukan orang biasa,” ketika aku mengakhiri kalimat,masuklah vampir besar,
melihatnya membuat orang berpikir akan penampilan 'monster' yang sesungguhnya.

“memalukan!” makinya.“sudah kukatakan, lebih baik aku yang pergi kesana, kenapa mengutus si tua Bangka ini?! Kalau ada orang yang paling pantas jadi pemimpin, akulah orangnya!”

“tidak bisa,Bruce,”kata Luciferina acuh tak acuh. “bahkan akupun tidak bisa menjadi pemimpin kalian, kalau itu maksudmu, apa lagi kau” Luciferina mendengus tidak sabar,

Aku merebahkan diriku dan menutup kelambu,
membiarkan dua sosok mati berdiri mematung bagai batu itu terus diam tanpa beranjak,aku memerlukan istirahat sejenak,
Aryanov Gabriel memisahkan tubuhku secara brutal,akhir akhir ini proses regenerasiku agak melambat jika berurusan dengan luka sedahsyat itu.

“tujuanku ke Irak, tadinya aku dan Ferina akan mencari bibit yang terbaik,Kapten divisi utama Paladin,atau harapan, apapun itu yang dapat mencegah kekalahan kita...”

“kalau begitu, kenapa tidak ditemukan!” bentak Bruce.

“apa kau buta?!” Luciferina melempar meja tulis tua disebelahnya hingga hancur berkeping-keping. "vampir hanya kita saja, tidak ada yang lain…"
Aku diam menatap kearah vas bunga disamping tempat tidurku,sekaligus kearah jendela,terlihat bulan yang bersinar keperakan dari balik tirai satin, jari jari tangan halus ini membelai kelopak mawar yang terpajang indah itu, tampak mengagumi kecantikan yang dapat rusak dalam sekejap,

“aku,selalu menyukai benda yang mudah pecah,mudah rusak…” desisku.
Bruce dan Luciferina yang tadinya saling memojokkan terdiam, “benda mudah pecah, justru karena bisa rusak, makanya sangat berharga,bukan?”

“yeah,” jawab Bruce enggan “karena kita tidak seperti itu,Stast,”

Stast ini berkata padanya: “benar, kita tidak akan rusak, tidak akan membusuk, bisa hidup selama apapun yang kita mau, hanya kita yang bisa,”

Luciferina menyahut “kapan kau akan mulai memakai otakmu, Bruce, kita hanya bertiga di dunia ini, setelah Elsida musnah, Stast menyadari hal itu, selama ini kita selalu bekerja sendiri sendiri, sudah saatnya kita bersatu, kita akan membalaskan dendam pada manusia yang telah memperalat lalu membuang kita!”desaknya.

“Ferina, kita adalah maha karya terhebat mereka, para manusia yang ingin mencoba menjadi tuhan” “berkat mereka, aku tidak perlu tidur satu malampun,jadi tunjukkan terima kasihmu sedikit...” lirihku.

“hm!” Luciferina membuang nafas.

“jadi,dengan menciptakan sejenis kita?” tukas Bruce, “bagaimana caranya?”

“tidak bisa orang biasa, Bruce,” aku berujar “harus dengan otak manusia yang sangat cerdas,jika tidak, dia akan berubah jadi mayat hidup biasa, itu tidak berguna,”

“harus manusia paling brilian yang sebanding dengan Aryanov Gabriel!!” seketika segala kelembutan dan kesenduan yang sedari tadi kupertahankan lenyap,aku menyeringai kejam sambil memperlihatkan deretan gigi taring.

“aku akan mencarinya,” kata Bruce “aku sudah mengerti,dan akan kucari hingga ujung dunia,”
“calon pangeran berdarah kita,” tambahnya yang kemudian segera dipotong oleh argumentasi Luciferina.

“Bruce! Kau yang memiliki tenaga terbesar diantara kami,setidaknya, kita bergerak bersamaan, sesuatu yang buruk selalu terjadi pada saat kita berpencar!”

Aku ingin sekali berkata 'aku bosan' saat mendengar pembicaraan tanpa arah dua rekanku ini, “Luciferina benar,tapi aku tidak punya niat bepergian dalam waktu dekat”

Bruce dan luciferina melempar senyum dingin kearahku,

Tanganku yang membelai kuntum mawar merah itu semakin mengeras,lalu dengan sekali sentakan,sekuntum bunga itu musnah dalam genggamanku.

“Aryanov Gabriel…” terbayang olehku wajah sang musuh, “ini semua karena kami gagal mendapatkanmu,siapa sangka? kau bahkan lebih kuat dari Stast ini…” aku bicara sendiri tanpa mampu mengendalikan diriku.

“kau memang benar, Aryanov, kalau kami memang sudah seharusnya takut padamu!”


Desauan angin menghantarkan lagu kematian.



**************************************
**************************************
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Jiahhh...
keren negh Ceritanay..
Jd Ngx pErLu lg Joemz bCa Manga..
hha

Lebih SerU baca Yg ne..
sambUnganya Mna daiNa..

daina Berbakat Jg yagh..
ne baru Joemz Suka..
talk Less dO more...

Mna Bintangnya Buat Joemz..

hhhe
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

05:

The Day You Disappeared...
________________________________________
_____________________________

Tasuku



Rumah sekaligus laboratorium pribadi Tsaraniakova Gabriel, Bali,wilayah Indonesia,pukul 12;05
________________________________________
_____________________________

Aku sedang mencatat hasil akhir percobaan yang kudapat hari ini dibantu Daina, Ketika ponselku berdering. Ternyata kak Ari, sistem hologram kuaktifkan,seketika layar tembus pandang yang merefleksikan lawan bicaraku secara virtual muncul di udara kosong, sepintas terlihat seperti sistem proyektor film puluhan tahun lalu.

“ya?”sahutku gembira,kak Ari tertawa hambar dan nampak lelah.

“bagaimana keadaanmu?”

“sehat,kak,dengar…,ini benar benar luar biasa, dalam sample darah Stast terdapat jutaan bakteri yang entah kenapa mencegah proses pembusukan dan meningkatkan sel sel dalam otak menjadi 10 kali lipat lebih cerdas dari semula, dan meningkatkan kekuatan fisik jauh diatas rata rata manusia normal”

“hng…,aku sudah tahu itu, aku bertempur melawan mereka nyaris sepanjang hidupku,”tukas kak Ari pelan,”tidak ada kemajuan,ya?” tantangnya.

Aku hanya tersenyum menatapnya, “tidak ada yang aku tidak bisa,didunia ini” kataku dengan pasti,”aku sudah tahu mekanisme nya”
Mata kakakku terbelalak lebar, dia menatapku penasaran,

“aku mau dengar semuanya” pintanya tanpa bisa menahan senyum bangga yang memang ingin kulihat dalam setiap detik aku berusaha.

“virus undead,”jelasku, “sama dengan bisa ular, mengandung racun dan obat sekaligus, tapi hanya jika aku bisa memakai dosis yang benar, dan mendapat kepastian data tentang susunan sel dalam darah undead original, dalam hal ini, hanya Stast,”
"tapi,resiko menggunakan virus original dalam penelitian,sama besarnya, virus original sama sekali berbeda dengan virus biasa,lebih ganas,dan aku ragu jika Stast menyerang orang,yang terkena serangan memiliki kesempatan untuk sembuh,virus dalam darah Stast amat langka, dan aku belum bisa menciptakan obat untuk yang satu ini"

"dia memang biasanya selalu menghabisi korbannya,dan hanya membiarkan yang berpotensi untuk bertahan hidup demi menambah pasukan generasi kedua-nya,ah,ya,dan kau berhasil memecahkan rahasia nya?”kak Ari memotong perkataanku,

“belum,”jawabku,”aku akan melakukannya besok, kerena jika aku tidak hati hati, nyawa banyak orang akan jadi korban”
“yang kuserahkan pada kakak waktu itu hanya hasil awalnya,hanya dapat menanggulangi infeksi kurang dari 30%, lalu aku dapat formula yang mampu menetralkan infeksi 30% atau lebih,dan terbukti berhasil, aku telah mengumumkan nya pada media diseluruh dunia dan berkat sampel darah Stast yang kakak berikan padaku, besok akan di ujicoba formula terbaruku, dengan presentase lebih besar, yaitu 50%, pada manusia*” kataku dengan serius,

“kalau berhasil,kak, maka obat yang dapat membuat kita kebal terhadap virus inipun akan segera dapat kuciptakan,akhirnya,sama saja dengan cacar ataupun kusta,jika kita tahu dengan benar cara menanganinya,maka tidak akan ada masalah...”
kak Ari menampakkan wajah seakan hendak meninjuku saking gemasnya

“dasar belagu, kau ini,tapi, semoga berhasil, kau sudah tahu aku akan selalu mendukungmu apapun yang terjadi”

“ini juga belum sempurna,hasil akhirnya belum ”

Daina yang sedari tadi mendengarkan obrolanku dengan kak Ari maju dengan wajah agak sedikit ngambek, “oleh-oleh,” katanya pada bayangan kak Ari yang terpantul dari layar ponselku,
wajah Kak Ari berubah kecut,

“disitu juga ternyata kau, benda bulat, kukira kau tidur karena kekenyangan makan,” godanya.

Wajah Daina yang cemberut semakin menekuk mendengar kata kata kak Ari, “kakak bawel, awas,ya! Kalau pulang nanti tidak akan kubukakan pintu!” teriak Daina histeris, tawa kak Ari semakin kencang.

“adik ipar yang jahat,nih,kau mana bisa menikah kalau tidak ada restu dariku” lalu Daina melempar tempat pulpennya kearah kak Ari, tapi yang dilempar malah semakin tertawa terpingkal pingkal, “sudahlah, percuma! Nanti saja kita adu gulat kalau aku sudah pulang,” kata kak Ari, Daina ikut tertawa,

“makanya cepat pulang! Aku tidak akan memaafkan pembohong,lho!” tiba tiba kulihat wajah kak Ari melembut, namun secepat kilat ia mengalihkan pandangannya kearahku.

“kasih tahu istrimu, aku tidak akan mati dengan mudah!” ujarnya tersenyum.

“tentu saja, aku juga tidak akan mengakui laki laki lemah yang mati dengan mudah sebagai saudaraku,”sahutku, kak Ari mendelik heran

“kalian ini cocok,ya, makanya kalian berjodoh” komentar kak Ari memasang muka sok sedih yang dibuat buat.

Aku hanya tersenyum,sesaat kemudian kakakku mengakhiri percakapan.
“sudahlah,aku mau kembali bekerja,ada beberapa hal lagi yang harus kuselesaikan hari ini, semoga penelitianmu berhasil,Tasuku”

“dan semoga harimu menyenangkan,kak,”jawabku, kak Ari nyengir sesaat sebelum ia menutup teleponnya,

Daina mendekat ke arahku,”syukurlah,kelihatannya kak Ari baik baik saja,ya,Tasuku?”

“tentu saja dia akan selalu baik baik saja, kakak kan’ kuat”kataku,

Daina mengangguk angguk setuju,”benar,kak Ari orang paling kuat sedunia!” katanya dengan wajah polos,tawanya yang seperti anak kecil itu lumer jadi satu bersama senyumannya dan sorot mata yang telah mengalihkan pandanganku atas apapun didunia ini.
Kupeluk pinggangnya dari belakang, Daina berjengit kaget,

“kalau aku bagaimana?” tanyaku,Daina berpaling kearahku, menyentuhkan tangannya ke pipiku,”Tasuku kenapa?”ia balik bertanya.

“aku hanya ingin tahu aku ini bagaimana?” aku memejamkan mata,kebenamkan kecupanku di ubun ubun rambutnya yang halus itu, Daina terperanjat,

“Tasuku…”

“Daina hanya milikku…” kataku,aku menyesali pikiranku yang tidak dewasa.
ternyata aku juga posesif,
Tapi Daina memahaminya, dia meraih tanganku dan menciuminya,

“Tasuku yang terbaik…”katanya lirih,”Tasuku laki laki terbaik...” ku cium pipi istriku dengan lembut,

“ya,deh,maaf,ya,bikin kamu takut…”
Daina melepaskan diri dari pelukanku, meraih buku catatannya,

“ayo kita lanjutkan penelitiannya,”katanya mengingatkanku. Sembari meraih tabung percobaan yang sedari tadi kusterilkan, aku memperhatikan wajah Daina yang tenang,
bagi Daina, asalkan ada aku disisinya saja, dia sudah tidak perlu apa apa lagi,

demikian pula kakak, bagi kakakku,demi memastikan aku baik baik saja, dia akan terus mencari kekuatan,meski harus menempuh jalan mana saja, Aku berpikir, baik kakak dan aku sedang berjuang dijalan kami masing masing,tak pernah bertentangan sekalipun, Baik itu aku maupun kak Ari,

dan kak Ari sendiri adalah pahlawan dalam hidupku melebihi siapapun,
Dan akupun tahu Daina hanya mencintaiku,tapi rasa kehilangan macam apa yang kupikirkan barusan? Tanyaku dalam hati.

Mereka adalah orang orang yang berharga bagiku, yang ingin kulindungi dan alasan aku berdiri saat ini… Tapi kenapa sesaat tadi aku merasa rindu seperti mereka akan menghilang saja?!


Aku bahkan belum menyadari,bahwa apa yang kurasakan saat inilah yang disebut ‘Firasat’.


*********************************
*********************************
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(LANJUTAN)

Tasuku


Lembaga Riset, Penelitian dan Karantina pemerintah Negara Perserikatan Asia, wilayah Indonesia, the research building of scientist.
Program ujicoba serum terhadap manusia.
__________________________________________
_________________________________



Laki laki itu melongo seperti orang keterbelakangan mental, dia didudukkan diatas kursi menghadapiku, ujung hidungnya bergerak gerak,
"makan…" bisiknya.

Daina menunggu dibagian luar ruangan kaca itu,cemas harus mengurungku berdua dengan manusia yang setengah terinfeksi,
tapi masalahnya tidak ada yang mau membantuku melakukan ini,semua yang ada di lembaga penelitian ini hanya menjadikan orang yang terinfeksi sebagai obyek penelitian,
dan banyak dari mereka yang tidak berani berinteraksi langsung dengan orang orang yang terinfeksi,

Aku tidak mau langsung memakai orang tidak bersalah demi kepentinganku, bagiku, mereka yang terinfeksi masih tetap manusia dan saat ini sedang merasa frustasi menghadapi hidup mereka.
apakah pantas memanfaatkan hidup orang lain dan memberikan harapan palsu,setelah itu membuang mereka?

“tenang,” kataku,menatap matanya yang kuyu dan tidak bersemangat,

“apa Dokter kesini…untuk membunuhku?!” Tanya nya ketakutan, tapi aku meraih pergelangan tangannya

"lakukanlah,Dokter, tidak ada bedanya lagi hidup ataupun mati"
aku tidak memperdulikan ocehannya, kemudian kutanyakan keadaannya,
“tidak bisa berhenti…lapar…,” dia sejenak memandangi urat leherku, benar benar parah,batinku.

Bagi seseorang yang tidak cocok pembawaan genetiknya,
virus itu perlahan akan memakan setiap sel dalam tubuhnya hingga habis, lalu akhirnya tidak ada lagi sel yang tersisa ditubuh korban untuk dimakan, dan virus itu mencari sumber makanan mereka lewat tubuh orang lain, bakteri dalam viruslah yang mendorong otak memberikan penyerangan terhadap orang lain, bagi orang awam, ini terlihat seperti kanibalisme atau semacamnya, padahal sesungguhnya tidak, justru tubuh si korban yang perlahan membusuk dan mati hingga bakteri dan kuman yang bersarang dalam virus itu mencari dan mengambil sumber “makanan” seperti darah,daging, dan lemak dari tubuh orang lain.

Si pemilik tubuh sesungguhnya telah lama mati, dan yang berkeliaran mencari mangsa itu adalah ‘apa’ yang tersisa dari virusnya.
Tapi bagi orang yang susunan gen nya sesuai untuk virus itu, mereka akan tetap mati tetapi kemampuan berpikir mereka akan tetap ada dan ketangkasan fisik meningkat ratusan kali lipat.
berapa lama waktu hingga proses muatasi selesai berbeda pada tiap orang,
tapi bagi individu yang kuat-dalam artian memiliki IQ tinggi-perkembangan virus dalam darah bisa menjadi sangat lambat dan terkontrol.

“saya disini bukan untuk menyakiti anda,pak,tenang,ya” kataku.
Pria itu tampaknya mempercayaiku,akulah yang merasa senang, perlahan kuusap pergelangan tangannya dengan kapas beralkohol,dan kusuntikan tepat di urat yang tampak 3 kali lebih besar dari biasanya,dan berwarna hitam keunguan itu.

Sekejap kemudian pria itu telah terkapar lunglai, Daina segera menyerbu masuk,

“Tasuku! Serumnya bekerja!” katanya menghambur kepelukanku,

“Dr.Gabriel” sela salah seorang peneliti yang menjadi 'senior' ku yang juga bekerja di lembaga penelitian Negara.
“terima kasih atas kerja samanya, pasien akan kembali dalam pengawasan kami, kira kira berapa lama sampai serum itu menyebar?”

“kita akan lihat perkembangannya dalam 4 minggu” jawabku. ”tidak apa,kita tunggu saja, saya juga senang bekerja sama dengan anda semua,” seraya menjabat tangannya.
Sang Dokter memakai kembali masker yang sedari tadi dikalungkan dilehernya, walaupun hanya menular lewat cairan,ternyata masih ada juga yang khawatir memikirkan kemungkinan menularnya virus melalui udara.

Ia melambaikan tangannya ke belakang,
paramedis dengan cepat bertindak dan membawa pria malang itu keruangan lain dimana ia akan diawasi dan mendapat perawatan intensif.

“tentu saja kami telah memilih yang paling tidak agresif diantara mereka,untuk ukuran dalam status infeksi 45%, dia cukup tenang dibandingkan teman temannya yang lain,”

“apa dia diletakkan diruang terpisah?” Tanyaku.

“tentu, hanya yang diletakkan ditempat terpisah yang kami jadikan bahan penelitian, tenang saja, Dr.Gabriel,kami semua professional di bidangnya, anda tidak perlu mencemaskan hal yang tidak perlu”

“hanya memastikan…” ujarku tanpa bermaksud menyinggung perasaannya
Kami berdua keluar dari kamar percobaan itu menuju lobby untuk menunggu perkembangan yang akan terjadi nanti, aku berjalan santai sambil memeriksa dokumen penelitian,
Daina mengikutiku sambil berusaha mengajakku bicara,

“kenapa Tasuku mau bekerjasama dengan pemerintah?” Tanya Daina
aku menghela nafas “sejak aku tahu bekerja sama dengan perusahaan swasta sama saja dengan bunuh diri” jawabku,”rasanya aku lelah sekali,"

“kenapa? Kan' masih bisa mencari jalan lainnya? Mereka bersikap sangat meremehkan Tasuku, padahal sampai saat ini mereka sendiri saja belum bisa membuat kemajuan seperti yang Tasuku buat, hanya karena Tasuku muda maka Tasuku dianggap kurang pengalaman? Itukan tidak adil…”

“mustahil” jawabku lagi, “perusahaan swasta hanya akan memikirkan bagaimana cara mengeruk untung sebanyak banyaknya dari jerih payahku, nanti bukannya akan ada keadilan untuk sesama, malah akan semakin banyak manusia yang menderita,bukan itu impian yang kucita citakan”
“tadinya aku ragu bekerja sama dengan lembaga penelitian negara,” kataku lagi,
“aku tidak mau terjadi konflik internasional memperebutkan formula itu, juga tidak mau disebut memihak negara manapun, tapi, kalau sekarang, aku tidak ragu lagi, semua orang akan mengerti kalau aku bekerja demi kepentingan masyarakat banyak,”

“jadii…,Tasuku keliru,ya? Sebelumnya?” Daina menyahut dengan suara menggoda

“aku juga bisa salah,kan?!” kataku,

Daina mengangguk angguk,
“jenius yang bisa salah penilaian,ternyata tidak sesempurna yang kukira…”

Kali ini aku benar benar tertawa dibuatnya, ”bukankah karena aku begini makanya Daina jatuh cinta?”
Kali ini Daina menyerah kalah,
“Tasuku terlalu baik hati…”
Aku tahu dia akan bilang begitu,aku bahagia…

“Dr.gabriel” Dr.Dominique, salah seorang peneliti yang membantuku kali itu menghampiri aku dan Daina yang tengah berbincang di selasar,
“apa anda membawa sampel darah undead original itu?”

“maaf,tapi,aku rasa apakah tidak lebih baik sisanya kukerjakan sendiri di laboratorium pribadiku?” aku balik bertanya, pria itu tertawa, seakan apa yang kuucapkan merupakan sebuah candaan.

“tidak semua orang bisa mengingat semuanya sekaligus seperti anda,Dr.Gabriel, kami perlu contoh sedetil detilnya,” katanya dengan sopan “anda tidak lagi bekerja sendiri sekarang” lalu dia membungkuk dan pergi.

“kita tidak akan memberikannya dengan mudah,kan?” komentar Daina disampingku.Aku hanya bisa menenangkannya.

“apa boleh buat,sayang,” kataku perlahan, “sekarang kita sama seperti yang lain, bekerja untuk pemerintah, dan tidak akan mendapat keistimewaan,tentu saja sampel Stast masih akan kusimpan,karena aku masih harus membereskan beberapa hal lagi dengannya,setelah itu,untuk apa menahannya bagi kita sendiri?”
Daina hanya bisa cemberut menanggapiku,
Bekerja sama dengan Negara berarti membagi penelitianku pada banyak ahli lain, berbagi ilmu memang menyenangkan, tapi bersosialisasi dengan banyak orang yang juga ahli dan memiliki idealisme berbeda dengan kita merupakan hal rumit.
Terkadang juga akan berselisih paham dengan orang lain,
jika memaksakan pendapat yang tidak sama hanya akan membuat masalah bertambah,

Daina benar, aku selalu terbiasa bekerja sendirian,
pola pikir yang kumiliki berbeda dengan orang kebanyakan.
aku menyadari betapa besarnya resiko penelitian yang kukerjakan, karenanya selama ini aku hanya perlu ruangan sendiri tempat aku melakukan riset seorang diri pula,tanpa bantuan siapapun.
Dalam kegilaan yang parah dan bayangan masa lalu yang menyakitkan,
nyaris seperti Dr.Frankenstein dalam cerita Fiksi karangan Mary Shelley., tapi Daina menolak menyamakanku dengan tokoh dalam novel tersebut,
karena menurutnya pada akhir cerita penelitian menghidupkan orang mati yang dilakukan jenius itu malah berbuah malapetaka yang menghancurkan hidupnya bahkan hidup orang orang yang ia cintai.

Namun aku tidak menginginkan larut dalam kesombongan,
aku juga tidak ingin mereka reka apakah para peneliti disini lebih tinggi atau lebih rendah daripada diriku (tentu itu hal yang tidak boleh…)
aku tidak suka adu kepintaran dengan orang lain, meski aku juga tidak suka kalah,
tapi meski tidak suka kalah, aku lebih puas jika bisa menang terhadap diriku sendiri.
Karena sampai sekarang tidak ada lawan yang kuanggap sepadan denganku meski aku menghaturkan salam permusuhan sekalipun.

Ini bukan kesombongan, tapi rasa kebanggaan kepada diri sendiri,
semua manusia wajib memilikinya demi kesuksesan masa depan mereka.
tidak ada lawan yang lebih berbahaya bagiku,selain aku.
aku tahu sejauh apa kemampuanku,
hanya saja perasaan cintaku terhadap daina…
meluluh lantakkan hatiku sedemikian rupa sampai tidak berbentuk lagi,

sejak mengenal Daina untuk pertama kalinya, aku merasakan pahitnya kekalahan,
karena hanya demi seorang gadis aku bersedia memberikan segalanya,
dan aku bertekad, selama punya kedua tangan ini, aku akan melindunginya, dan jika aku tidak lagi punya kedua tangan ini, aku akan melindunginya dengan jiwaku,
lebih baik mati daripada menyakitinya.

Cinta yang gila dari seorang pria yang telah kehilangan segalanya,
namun selalu merasa mudah mendapatkan segalanya pula.
Segalanya kecuali cinta dan kasih sayang,

Aku hanya mengenal tangan kak Ari yang melindungi dan membimbingku selama ini, sekarang tanganku lah yang melindungi dan membimbing Daina
aku pecaya aku mampu selama aku memiliki kekuatan dan tekad untuk hidup,

Orang egois macam apa yang ingin bertahan ,
meski hanya dengan tekad saja. Ah,aku benar benar tinggi hati.


*******************************
*******************************
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(LANJUTAN)


Tasuku

____________________________________________
_____________________________________


Tidak terasa sudah 3 minggu aku bekerja di lembaga penelitian milik Negara ini.
Aku masih tidak dapat berbaur dengan benar,
tapi aku tetap serius dengan pekerjaan ini,seberat apapun,akan kuanggap sebagai tantangan,
untuk itu akupun sengaja memilih rumah yang hanya berjarak dua blok dari tempatku bekerja sekarang,yang hanya memerlukan 10 menit perjalanan jika memakai mobil,

kak Ari pulang kerumah,
walau hanya untuk 3 hari saja, dia selalu cemas dan mengatakan aku agak kurusan, sore itu kami bersantai di beranda seperti kebiasaan kami sejak dahulu, apalagi sudah 6 bulan tidak bertemu sejak dia menghadiri upacara pernikahanku dulu,
selebihnya kami cuma berhubungan lewat telepon,
kak Ari hanya mengenakan piyama abu abu longgar yang di gulung di bagian lengan hingga otot bahu dan dada nya yang kekar terbentuk karena pekerjaan ektrim nya sebagai Paladin jelas terlihat,
dia tidur seharian, dan bangun ketika aku dan Daina sudah pulang kerumah sore harinya,
matanya hampir selalu setengah tertutup seperti malas untuk dibuka, dan dia kelihatan senang dapat berbincang denganku, tapi sama seperti Daina,
dia juga berusaha menyumpaliku pai dan makanan lainnya,

“sudahlah kak,aku baik saja, tidak perlu dicemaskan” aku berusaha mengelak

“jangan membantah, lagipula, kau tidak akan mati kekenyangan kalau hanya makan sedikit saja,” kak Ari menghisap rokoknya dalam dalam.
Dia melompat dengan gesit ketika aku hendak merebut rokok dari tangannya.

“merokok tidak baik untuk kesehatan,kakak” tegurku setengah hati.

Kak Ari mencelos
“hah! asyik kerja sampai lupa makan juga tidak baik untuk kesehatan”
dan akhirnya ia kembali duduk dengan tenang di sofa antik yang terbuat dari rotan,tepat disebelahku. kami berpandangan satu sama lain.

“bagaimana kau disana?” kata kak Ari mengalihkan pembicaraan.

“hah? Oh,tidak ada masalah,” jawabku
kak Ari menyipitkan mata elang nya tidak percaya, menghembuskan asap rokok tebal dalam nafasnya

“kau itu Tasuku” ia menirukan gaya bicara almarhum ayah kami dulu "tipe penyendiri yang sulit dimengerti,tentu sulit bagimu berbaur dengan orang orang yang tidak dapat memahami dirimu”

aku tertawa "aku tidak butuh dipahami,kak,biar aku yang memahami mereka” jawabku

kak Ari tersenyum “adik kebanggaanku yang memiliki hati lebih baik daripada siapapun” gumamnya
"semua yang ada dilembaga milik pemerintah pastilah ilmuwan kacangan yang tidak sepadan denganmu, kalau bukan kau, mana mungkin bisa tahan berada disana?”

“tidak juga,kok” aku membuang muka,tapi kak Ari semakin memepetku hingga nyaris tidak ada jarak lagi diantara kami

“mereka sok tahu sekali,kan? Karena merasa kau orang baru?! Ayo,ceritakanlah…” ia menyenggol bahuku,lagaknya seperti ibu ibu tukang gosip saja.

“me...,memang ada yang menyebalkan…” aku terpancing “beberapa…”
kak Ari tergelak puas disaat aku tersadar bahwa telah dikerjai.

“nah,begitu,dong” ia menepuk bahuku dan mengguncangnya seperti sahabat lama.“tetaplah seperti ini selalu,ya?”

“kakak apa apaan…” tukasku.
Kak Ari tersenyum dan menundukkan kepala “jangan berubah” pintanya padaku,

"apanya? aku tidak mengerti”

“kau tahu,Tasuku, terkadang aku takut padamu,” ia berkata lagi,kali ini sambil menghela nafas lega.

“iya,ya, selama ini kita belum pernah melakukan pertengkaran kakak adik…,” potongku "bagaimana jika suatu saat kita dihadapkan sebagai musuh,ya?”

kukira kami hanya bercanda, jadi aku tidak serius mengatakannya,tapi tiba tiba wajahnya berubah jadi serius.

“itu tidak akan pernah terjadi” sahutnya keras.
“kita tidak akan pernah saling menyingkirkan untuk alasan apapun,meski itu tidak adil untuk hidup manusia lainnya, kalau misalnya aib itu adalah kau,lebih baik kita hancur bersama saja”

Aku terdiam sesaat “maaf,kak…, aku tidak bermaksud…” ketika aku kembali mengangkat wajah menatap kak Ari,
ternyata wajah kak Ari sudah merah padam menahan tawa, “lucu sekali…!” serunya, “kau sedang menulis novel,Tasuku?”
“sampai akhir jaman pun,mana mungkin kita bermusuhan?! Dan kau langsung memasang tampang tegang begitu! Dasar polos!” melihat kakakku terpingkal pingkal menahan tawa, aku juga ikut tertawa.
Daina datang melempar bantalan sofa kearah kak Ari.
Kak ari melotot dengan gaya sok tahu, Daina berkacak pinggang menghadapinya.

“bukannya bantu bantu! Malah santai disini!” teriak Daina
“ayo kita memasak!”

“baik,bu! Sebentar lagi…” teriak kak Ari,dia tahu Daina hanya ingin memakan masakannya setelah sekian lama, karena kami tidak punya orang tua lagi,kak Ari yang memasak dan mengerjakan semua tugas rumah tangga, makanya masakan apapun yang dibuat kak Ari selalu enak rasanya,Daina sangat menyukai bila kak Ari yang memasakkan untuk kami.

“Tasuku,ini,” kak Ari menyerahkan bungkus rokoknya yang masih penuh ketanganku
“kau tidak akan melihat aku merokok lagi selama aku disini”ia berjanji.

“hanya selama disini?” aku menaikkankan alis penasaran.
Kakakku cengengesan. “akan kuusahakan” katanya meringis.

“kak Ariiiiiiiiii!!” teriak Daina, terdengar bunyi ‘tang tong teng’ dia mengetuk pinggiran wajan dengan sendok.

“ya…ya…” kak Ari berpaling sebal tapi tetap berdiri mendatangi Daina didapur
tak lama bau masakan yang wangi dan sedap tercium keseluruh rumah.
Aku menopang dagu dengan kedua tanganku, masih duduk diteras rumah, menatap laut yang terlihat jelas dari halaman rumahku,debur ombak yang memecah lautan,
beberapa anak kecil bermain di tepian pantai,tawa mereka riang.

Bali masih wilayah murni hingga saat ini tapi berapa lama kedamaian ini akan bertahan?
Sampai para makhluk yang bangkit dari kematian itu datang untuk menginvasi…
lalu apakah arti kami sebagai makhluk hidup? Ternak dan sumber makanan bagi para undead?

Kakakku adalah Paladin, tugasnya melindungi mereka yang tidak bersalah agar tidak menjadi korban.
Kakakku adalah Paladin…
Paladin yang seharusnya tidak punya kelemahan,
terngiang kembali kata kata kak Ari barusan,

“Kau tahu,Tasuku? Terkadang aku takut padamu…”

Aku tahu…
Aku tahu kak Ari mencintai Daina…
Tapi aku merebut kesempatan itu darinya,
kesempatan untuk dicintai oleh Daina...!

Karena aku juga tahu,seperti aku mencintai Daina dan rela memberikan apa saja milikku untuknya,seperti itulah kakakku akan memberikan apa saja miliknya untukku.

Ombak menempur karang,
suaranya bagaikan pertempuran yang menyayat hati,
bahkan karang yang kokoh itupun akhirnya akan berlubang,
apakah kakakku juga seperti itu?
Terlihat kuat, tapi tetap memiliki kelemahan…

tuhan,aku hanya manusia…,
aku sama sekali tidak bisa menyingkirkan rasa egois dan prasangka dalam hatiku, aku juga tidak bisa menahan godaan untuk mewujudkan satu dua keinginan yang bukan demi orang lain,
tapi demi diriku sendiri…

Aku,


Akulah kelemahan terbesar kakakku.



***************************************
***************************************
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

maap ya daina,,saya ga bz baca ampe selesai,,cuma baca3-4 capter doank,,,
abiz na ga biasa baca novel,,atau cerita panjang,,,,jadi ga betah,,,
tapi klo ini bener2 cerita pertama daina~~~~~~~~
HEBAT BANGET~~~~~=b==b==b=
,,baru pertama aja uda segini apa lagi klo uda diasah ampe jago,,,,
pertama nya c emang pusing,,
yg daina kata,,mabok,,ga ngerti karakter2 na,,,
tapi mulai ke tengah uda mulai asik(walau tetap masi pusing)
ga tw jg pusing di mana nya,,rasa nya ada yg ganjal aja gthu hehehe
mungkin gara2 daina yg pertama2 nulis na mepet2 kurang enter,,,
tapi kyk nya yg baru2 ini uda makin bguz aja,,,maap ya ga bz ngikutin~~><

tak kirim star biar semakin semangat~~
tapi jangan hiraukan aku ini
TETaP SEMANGAT SAYA YAKIN BANYAK YANG MENUNGGU ENDING DARI DAINA!!
CHAYOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO~~~~~~~~~~~>
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

tengkyu kitty,,,,,,
dari awal dai dah merasa pengaturan tulisan dai kurang enter,,,hoho
akan daina perbaiki,,,,
thanks atas kunjungannya,kitty,
kalau ada waktu silahkan mampir lagi,^^

@kk masykur
kk masykur mana,nihhhh?????
hiks,,,,,dai nunggu tanggapannya,,,,hiks,,,,daina sendirian,nihh
jangan ngilang,kk~
huaaaaaa~

@joemz
makasih dah datang,,,,
mohon diterima bintangnyaa,,,,^^
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Lanjutkan Lg dai...
Dah Ngx Sabar negh Mw baca lg...
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Daina.


_______________________________________
_______________________________


Suamiku berusaha keras beradaptasi ditengah lingkungan yang sulit ini,
tapi tetap saja bagi jenius sepertinya hal yang sulit berbaur dengan orang lain secara lebih dekat,

Tasuku menguasai berbagai macam bahasa, tahu etika dan sopan santun formal melebihi siapapun didunia ini, tapi sebenarnya, dia yang ada ‘didalam’ sangat tertutup dan kurang pergaulan.

Orang hanya akan menganggapnya aneh, karena terkadang apa yang dia bicarakan tidak pernah sesuai dengan yang ingin mereka dengar,
Tasuku sangat suka berbicara dengan gaya filsafat, juga sulit dimengerti, tapi aku tahu dia adalah orang yang paling pertama kali mengulurkan tangan jika orang lain meminta bantuan.

Ketika dia berkata tidak perduli tentang keuntungan yang akan didapat jika penelitian mereka berhasil, orang memandangnya seakan ia orang munafik,
dan Dr.Dominique berkomentar
“jika demikian untuk apa aku berada disini?” dan semua orang tertawa,
Tasuku hanya diam,meneruskan meneliti bakteri virus melalui mikroskop, dan menyuruhku mencatat satu dua hal baru yang ia temukan.

Pada jam makan siang aku menyemangatinya dan berkata bahwa ia tidak perlu memikirkan apa yang dikatakan orang padanya, karena mereka belum tentu tahu apa yang harus dilakukan tanpa dirinya, Tasuku hanya tersenyum,lalu ia berkata padaku dengan sayangnya:
“Aku tidak butuh dipahami,biarkan aku saja yang memahami mereka”
maka ia pun membuktikannya, setiap hari selalu ada laporan kemajuan yang dibuat oleh Tasuku, dan tidak seorangpun dapat menyamai kemampuan berpikirnya yang seperti Einstein itu.

Senyumnya semakin hari semakin cerah seperti malaikat,
ia sungguh sungguh tampan, dan begitu optimis segalanya akan berjalan dengan lancar.

Pada minggu ke 4, pasien terinfeksi 48% menunjukkan tanda tanda kesembuhan, 8 orang dokter yang melakukan penelitian termasuk Tasuku akan melakukan riset lebih besar, dan sedang menyusun rencana untuk meminta dana tambahan,
Dr.dominique memanggil Tasuku dan aku keruangannya,
dengan sedikit berbasa basi pada awalnya, akhirnya ia mulai mengutarakan niatnya,
“begini,Dr.Gabriel, aku ingin membahas masalah penelitian yang sedang kita kerjakan saat ini”

“maksud dokter?” kata Tasuku tidak mengerti.

“jangan berpura pura lagi di depanku,kau sendiri tahu saat ini kita sedang mengusahakan meminta pengadaan dana yang luar biasa besar dari pemerintah,”
Dr.dominique menyunggingkan senyum sinis,

“maaf,tapi saya merasa pembicaraan ini tidak ada hubungannya dengan saya…” Tasuku hendak memutus pembicaraan,tapi Dr.Dominique memotong perkataannya.

“tentu ada hubungannya” katanya cepat “kau adalah penemu terbesar dan peneliti yang menyumbangkan hasil pekerjaan terbaik dari yang pernah kami lakukan selama hampir 15 tahun ini”
“satu kata darimu saja bisa menghancurkan kami semua…”

“dengar” kata Tasuku “saya tidak peduli,saya tidak pernah memiliki niat apapun selain bekerja disini”
“asalkan saya punya fasilitas untuk tetap bekerja dan menyelesaikan penelitian…” nada suaranya memohon.

“tidak semudah itu” senyum diwajah Dr.Dominique menghilang "masalahnya adalah…ehm,kau terlalu pandai, aku sendiri bingung kenapa mereka tidak menempatkan peneliti jenius sepertimu di Lab pribadi,”
“walau demikian adalah yang paling menguntungkan bagi kami”

Saat itu aku tidak dapat mengendalikan emosi ku sebagai wanita dan seorang istri.
“terus terang saja,dokter,apa yang anda inginkan dari Dr.Tsarania?!”cetusku berang.

“maaf,kalau anda tersinggung,nyonya,”“tapi kalau Cuma Dr.Gabriel yang memberikan kontribusi dalam penelitian,tentu akan sangat merepotkan bagi kami”
“jadi,yang ingin saya tanyakan adalah,apakah anda bersedia jika semua kemajuan yang telah dibuat oleh anda sampai saat ini kami klaim sebagai hasil karya bersama?”

Ini sudah kelewatan, Tapi aku tahu bahwa aku sama sekali tidak berhak mengambil keputusan, jadi aku hanya bisa memandang pasrah kearah Tasuku,
apapun yang ia capai hingga hari ini adalah hasil kerja kerasnya,bahkan sebelum dia bekerja di Lab milik pemerintah,kenapa...

Tasuku diam untuk beberapa saat,melihat Tasuku tidak terpengaruh,Dr.Dominique mencoba dengan cara lain,
“ini bukan tawaran cuma cuma,bisa anda bayangkan keuntungan yang kita dapat jika dana segar itu mengalir dengan lancar,Dr.Gabriel? ”

“bukan uang masalahnya”
Tasuku mengangkat wajahnya,itulah wajah seorang yang pandai dan memiliki harga diri tinggi yang selalu kukagumi selama ini.
“lakukan sesuka anda,Dr.Dominique,” wajahnya tersenyum tanpa beban. “saya hanya butuh waktu agar bisa menyempurnakan penelitian saya hingga selesai, jadi biarkan saya bekerja kembali,terima kasih.” Dan ia keluar dari tempat berudara menyesakkan itu. Aku mengikutinya dari belakang,

“Tasuku mau?! Kenapa?!” cecarku.

“mau bagaimana lagi? Dia kepala penelitian disini, dan dia yang memimpin, kalaupun aku tidak bersedia, dia pasti akan tetap melakukan apa yang dia inginkan, karena manusia memang seperti itu” Tasuku berbicara dengan cepat sekali.

“tapi mereka mungkin hanya bisa membuat kekeliruan, atau bahkan menggunakan dana penelitian yang dibicarakan tadi untuk kepentingan pribadi!” aku berkata keras keras, saat kami masuk ke ruang pribadi Tasuku,

"Tasuku direndahkan sekali!!! Mereka pikir bicara dengan siapa?! Mereka berusaha membodohi seorang yang seratus kali lebih pintar dari mereka!!! Terlebih lagi mereka jahat!!!!” aku berteriak teriak,tapi Tasuku tidak menghiraukanku sedikitpun,dia malah berkutat dengan layar komputernya, dan menyesuaikan beberapa grafik disana,
kesabaranku habis, aku duduk di depan mejanya menyilangkan tanganku,air mataku bercucuran,

“Tasuku bodoh,”
Tasuku menengadah kearahku, “Daina?” katanya,

“tidak adil mereka mengklaim kerja keras Tasuku seumur hidup seenaknya, dinamakan tim, tapi Tasuku melakukan segala sesuatunya seorang diri selama ini, Tasuku juga tidak pernah dibantu siapa siapa, itukan tidak adil…” hanya lengan Tasuku yang kurasakan meraihku kedalam pelukannya, aku bisa merasakan kesedihan dalam kehangatan yang mengalir darinya,

“aku minta maaf…” bisik Tasuku pelan ditelingaku “jika tidak kuiyakan, orang orang itu akan menempuh segala cara agar bisa mengusai keadaan,aku tidak mau kejadian yang sama seperti Clarken terulang pada kita, aku lebih beruntung karena proyek ini diawasi oleh pemerintah, dan jika mereka melakukan hal yang tidak pantas, pasti tidak akan dibiarkan begitu saja,”

“tapi jika itu terjadi,Tasuku yang tidak bersalah juga akan…” Tasuku menghentikan kata kataku dengan ciumannya, aku merasa tidak berada di bumi lagi pada saat dia melakukan hal itu padaku.

“Daina pernah bilang tuhan selalu bersamaku, jadi pasti tidak apa apa, aku akan baik baik saja” menempelkan dahinya ke dahiku, meraih tanganku dan menciumnya dengan sayang,

“selalu…,”aku memejamkan mata, “karena Tasuku adalah dewa bagiku…” suamiku tersenyum,menghapus air mata yang mengalir di pipiku.

“lagipula aku akan menyelesaikannya sebelum mereka sempat menyadari…” Tasuku tertawa…

“Daina tadi menyebutku bodoh,memangnya apa yang tidak mampu aku lakukan?” dia berpura pura cemberut sekarang.

“karena Tasuku terkadang menakutkan…”

tasuku tertegun,”apanya yang menakutkan?”

“kau tahu sedang dimanfaatkan,kau juga tahu orang memiliki niat licik terhadapmu,tapi kau menerimanya begitu saja, seakan ingin menguji sampai dimana batas kemampuanmu…”

Tasuku tersenyum pahit “ya,jika itu aku saja,aku masih bisa menahannya…” aku memandangi wajah tampan berona keemasan didepanku, aromanya senatiasa mebuatku mabuk dalam kecintaanku terhadap dirinya, aku ingin dengar kelanjutannya…

“tapi jika yang menjadi sasaran niat jahat itu adalah Daina…, aku akan mendatangi dan menghancurkan mereka dengan tanganku sendiri…”

Itulah hal yang ingin kudengar, dia akan selalu…selalu… Selalu rela melakukan apa saja demi diriku… Meski berbuat dosa sekalipun…

mana ada hati wanita yang tidak sakit jika dicintai sedalam itu?
Jika aku menatap matanya, aku hanya akan menemukan bahwa ia sangat mencintaiku,
setiap kali rasa sakit yang kunikmati itu tergali semakin dalam, lalu berbagai macam impian menutupi luka tersebut. Terjadi begitu saja,

Aku tidak menjawab panggilannya,aku menyusupkan kepalaku kedadanya, ingin mendengar detak jantungnya yang mengatakan bahwa ia masih tetap ada di sisiku.

Aku teringat petuah lama, tapi kemudian dengan segera melupakannya, terhanyut oleh sepotong cinta.


Tapi terkadang, jika kau terlalu banyak berharap,kau akan merasakan kekecewaan melebihi besar harapanmu…



*******************************
*******************************
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Daina

Dua hari kemudian.

__________________________________________
___________________________________


“Benar tidak perlu diantar?”

Kak Ari mengepak barangnya yang tidak banyak sama sekali itu.
Aku dan Tasuku membantunya,
ini adalah kunjungannya yang kedua sejak kami pindah kemari,
walau dari tadi aku hanya duduk duduk saja di kamar kak Ari,menonton mereka berdua berdebat mengenai barang apa yang harus dibawa dan tidak dibawa-akhirnya Tasuku berhasil menjejalkan kotak p3k ke dalam koper kak Ari- dari sedikitnya jumlah barang yang akan dibawa,kelihatannya kak Ari benar benar tidak punya kesempatan untuk bersantai lebih banyak.

Sekarang mereka ribut masalah mengantar kak Ari ke ****** udara.

“tidak usah,kau pikir siapa yang mengajarimu menyetir?” katanya terbahak pada Tasuku. Aku duduk di atas tempat tidur memandang Tasuku dan kak Ari,
mereka seperti anak kecil yang saling mencemaskan,
sambil mengawasi kak Ari dan Tasuku-apa boleh buat karena selama ini mereka hanya dua bersaudara saja-Aku memikirkan banyak hal.

kak Ari sebenarnya juga keren, ketampanannya berbeda dengan Tasuku yang kharismatik dan elegan layaknya seorang pangeran,
kak Ari dengan rambut sehitam arang dan mata elangnya,rasanya mustahil jika tidak ada wanita yang jatuh hati.
terkadang aku kesal karena dia sangat cerewet seperti seorang ibu,
beda dengan Tasuku yang jahil tapi manisnya minta ampun,
kesan “wild” itu,aku dan kak Ari sering menjahili satu sama lain, tapi bukan berarti dia orang yang jahat,malah dia sangat baik sekali,
kak Ari seperti seorang kakak bagiku…
dia adalah pengganti keluargaku yang telah tiada…
mau menerimaku disini tanpa membeda bedakan aku dan tidak pernah memperlakukanku seperti orang asing.

Aku sangat bingung, kenapa kak Ari yang punya pekerjaan mapan, wajah yang bentuk tubuh yang tidak bisa diabaikan, sampai sekarang belum pernah memperlihatkan pacarnya pada kami?
Rasanya tidak mungkin laki laki dewasa berumur 28 tahun tidak punya pacar sama sekali, kalau tidak,sih,benar benar parah.

Tiba tiba muncul ide jahil dikepalaku,

“bulat! Sedang apa dibawah?!” seru kak Ari ketika aku menggeledah kolong tempat tidurnya, aku segera keluar dari sana dan mendapati sosok jangkung itu berdiri didepanku. Ekspresinya penuh tanda tanya.

“heheheheee…” aku mengerling menggoda

“Daina,yang benar saja, disitu kan’ kotor…” Tasuku mengulurkan tangan membantuku berdiri.
Sambil menepuk nepuk sedikit debu yang menempel dibahuku, aku kembali duduk di tepi ranjang kak Ari.

“aku sedang mencari buku dewasa…” kataku.

Baik kak Ari maupun Tasuku saling melempar pandang satu sama lain, lalu sama sama tertawa lepas.

“aduh,yang begituan mana ada…”kata Tasuku prihatin.

“sudah kuberikan pada suamimu semuanya…” tukas kak Ari disela sela tawanya.

“kakak!” protes Tasuku ”jangan buka rahasia,dong”

“kenapa ingin tahu?” Tanya kak Ari duduk disampingku dan Tasuku,
aku menjawab tanpa ragu:
“karena aku ingin tahu seperti apa pacar kak ari”

“benarkah,aku juga ingin tahu…” sambut Tasuku “tapi kurasa selera kami tidak berbeda jauh” tambahnya.

Kak Ari mengibaskan tangannya dengan gaya tante tante,
"oh,yang benar saja,aku benci gadis pendek berwajah bulat kekanak kanakan…” dia mencibir.
Dan aku melempar bantal ke wajahnya.

“kau akan jadi bujang lapuk seumur hidupmu, aku bertaruh untuk itu!” teriakku.
Orang paling menyebalkan itu menyingkirkan bantal yang menimpa wajahnya

“pacarku banyak,merepotkan kalau dihitung satu persatu…”lagaknya dengan sombong.

“sok cakep! Pantas tidak laku!”

“sudahlah…” Tasuku menyela “menurutku Daina imut imut,kok…”

“kau dengar itu?! Aku ini imut,tahu! Dasar kakak bujang lapuk…,”

“Cuma kebetulan saja,kok…”

“yang penting aku lebih cepat laku daripada kakak!” aku menjulurkan lidah kearah kak Ari.Sementara orang yang kuejek setengah mati malah menutup telinganya,

“justru itu tanda kehebatan kakak,sebentar lagi dunia akan takluk dihadapannya” Tasuku ikut mengipasi.

Acara kumpul bersama seperti ini jarang terjadi karena kak Ari tidak selalu berada dirumah, misi sebagai Paladin memang mengharuskannya berkeliling ke banyak tempat diseluruh dunia. Akhirnya setelah setengah jam berlalu dengan kacau,tiba saatnya kak Ari berangkat, walau waktu telah menunjukkan sudah pukul 8 malam,

Tasuku resah karena dia belum sempat memasukkan semua barang (aku curiga ia ingin balas dendam karena kak Ari memaksanya makan hampir setiap saat selama beberapa minggu terakhir ini)

“tengah malah banyak kabut, hati hati…!” Tasuku mengingatkan kak Ari yang sudah berada dalam mobilnya dan memasang sabuk pengaman.

“bukan aku yang menerbangkan pesawat, tapi Ryo” jawabnya santai.
“dia sudah berjanji akan menjemputku,karena kami habis ini langsung melaksanakan misi di Athena”

“hati hati dijalan,ya,kak” aku bersembunyi dibalik punggung Tasuku,tidak tahu harus memasang wajah seperti apa. Kak Ari menjulurkan tangannya keluar melalui kaca mobil.
Lagi lagi dia mengusap ubun ubunku,

“kau tahu apa yang harus dilakukan” pesannya padaku.

“aku akan berusaha!” tentu saja aku bisa menjadi istri yang baik untuk Tasuku, kalau dia pulang nanti, dia akan melihat kalau aku sudah lebih pandai memasak dan juga pekerjaan rumah tangga lainnya,itu tekadku.

Ia melambaikan pada aku dan Tasuku untuk terakhir kalinya
Mobil kak Ari meluncur di jalan beraspal,
meninggalkan kami dibelakangnya,
Tasuku menguap, dia menggeliat pelan disebelahku, “kakak akan cepat pulang,” katanya padaku,
"tentu saja” aku meyakinkannya.

Kami bergandengan tangan masuk kerumah, tidak kuhiraukan suara ombak,
sementara Tasuku terus menerus memalingkan wajahnya menatap tepian pantai…
Seperti sedang resah,
tapi aku tidak dapat menebak apa yang sedang dipikirkannya.



***********************************
***********************************
 
Last edited:
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

aku masih baca terus kok mbak dai,kmarin aku terkapar sakit 4 hari,tapi tetep baca updatenya terus :D
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

kk masykuuurrr~
*jabat tangan kk masykur*
syukurlah dikau muncul lagi,kk,,,huuuuuaaaa!!!
sakit??
cepat sembuh,kk~
semangaaaaaaaaaaaaattt!!!

dan cepat bisa bantuin daina betulin kesalahan diksi atau semacamnya,,,
hehe,,,,,
maafkan daina yang payah ini,kk,,,
^^;
dan jangan sungkan sungkan menggembleng daina,,,hiyyyaaaaaa~
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

udah sembuh kok skarang :D
kalo kesalahan yg berhubungan dgn sastra aku gk ngerti
tapi jujur aja :D krna aku pakai teknik baca cepat,tiap bagian2 romantis2nya aku cepetin,agak lambat lagi di bagian yg seru2 aja :D
 
Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

biasa,dalam satu elemen 'gado gado' pasti ada satu elemen yang jadi prioritas,
Lo ngambil 'satu' Lo dpt smua, itulh keunggulan ny
dai pasti dah tau waktu nyiptain ni cerita
 
Last edited:
Back
Top