Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ byYNA
(LANJUTAN)
Tasuku
Lembaga Riset, Penelitian dan Karantina pemerintah Negara Perserikatan Asia, wilayah Indonesia, the research building of scientist.
Program ujicoba serum terhadap manusia.
__________________________________________
_________________________________
Laki laki itu melongo seperti orang keterbelakangan mental, dia didudukkan diatas kursi menghadapiku, ujung hidungnya bergerak gerak,
"makan…" bisiknya.
Daina menunggu dibagian luar ruangan kaca itu,cemas harus mengurungku berdua dengan manusia yang setengah terinfeksi,
tapi masalahnya tidak ada yang mau membantuku melakukan ini,semua yang ada di lembaga penelitian ini hanya menjadikan orang yang terinfeksi sebagai obyek penelitian,
dan banyak dari mereka yang tidak berani berinteraksi langsung dengan orang orang yang terinfeksi,
Aku tidak mau langsung memakai orang tidak bersalah demi kepentinganku, bagiku, mereka yang terinfeksi masih tetap manusia dan saat ini sedang merasa frustasi menghadapi hidup mereka.
apakah pantas memanfaatkan hidup orang lain dan memberikan harapan palsu,setelah itu membuang mereka?
“tenang,” kataku,menatap matanya yang kuyu dan tidak bersemangat,
“apa Dokter kesini…untuk membunuhku?!” Tanya nya ketakutan, tapi aku meraih pergelangan tangannya
"lakukanlah,Dokter, tidak ada bedanya lagi hidup ataupun mati"
aku tidak memperdulikan ocehannya, kemudian kutanyakan keadaannya,
“tidak bisa berhenti…lapar…,” dia sejenak memandangi urat leherku, benar benar parah,batinku.
Bagi seseorang yang tidak cocok pembawaan genetiknya,
virus itu perlahan akan memakan setiap sel dalam tubuhnya hingga habis, lalu akhirnya tidak ada lagi sel yang tersisa ditubuh korban untuk dimakan, dan virus itu mencari sumber makanan mereka lewat tubuh orang lain, bakteri dalam viruslah yang mendorong otak memberikan penyerangan terhadap orang lain, bagi orang awam, ini terlihat seperti kanibalisme atau semacamnya, padahal sesungguhnya tidak, justru tubuh si korban yang perlahan membusuk dan mati hingga bakteri dan kuman yang bersarang dalam virus itu mencari dan mengambil sumber “makanan” seperti darah,daging, dan lemak dari tubuh orang lain.
Si pemilik tubuh sesungguhnya telah lama mati, dan yang berkeliaran mencari mangsa itu adalah ‘apa’ yang tersisa dari virusnya.
Tapi bagi orang yang susunan gen nya sesuai untuk virus itu, mereka akan tetap mati tetapi kemampuan berpikir mereka akan tetap ada dan ketangkasan fisik meningkat ratusan kali lipat.
berapa lama waktu hingga proses muatasi selesai berbeda pada tiap orang,
tapi bagi individu yang kuat-dalam artian memiliki IQ tinggi-perkembangan virus dalam darah bisa menjadi sangat lambat dan terkontrol.
“saya disini bukan untuk menyakiti anda,pak,tenang,ya” kataku.
Pria itu tampaknya mempercayaiku,akulah yang merasa senang, perlahan kuusap pergelangan tangannya dengan kapas beralkohol,dan kusuntikan tepat di urat yang tampak 3 kali lebih besar dari biasanya,dan berwarna hitam keunguan itu.
Sekejap kemudian pria itu telah terkapar lunglai, Daina segera menyerbu masuk,
“Tasuku! Serumnya bekerja!” katanya menghambur kepelukanku,
“Dr.Gabriel” sela salah seorang peneliti yang menjadi 'senior' ku yang juga bekerja di lembaga penelitian Negara.
“terima kasih atas kerja samanya, pasien akan kembali dalam pengawasan kami, kira kira berapa lama sampai serum itu menyebar?”
“kita akan lihat perkembangannya dalam 4 minggu” jawabku. ”tidak apa,kita tunggu saja, saya juga senang bekerja sama dengan anda semua,” seraya menjabat tangannya.
Sang Dokter memakai kembali masker yang sedari tadi dikalungkan dilehernya, walaupun hanya menular lewat cairan,ternyata masih ada juga yang khawatir memikirkan kemungkinan menularnya virus melalui udara.
Ia melambaikan tangannya ke belakang,
paramedis dengan cepat bertindak dan membawa pria malang itu keruangan lain dimana ia akan diawasi dan mendapat perawatan intensif.
“tentu saja kami telah memilih yang paling tidak agresif diantara mereka,untuk ukuran dalam status infeksi 45%, dia cukup tenang dibandingkan teman temannya yang lain,”
“apa dia diletakkan diruang terpisah?” Tanyaku.
“tentu, hanya yang diletakkan ditempat terpisah yang kami jadikan bahan penelitian, tenang saja, Dr.Gabriel,kami semua professional di bidangnya, anda tidak perlu mencemaskan hal yang tidak perlu”
“hanya memastikan…” ujarku tanpa bermaksud menyinggung perasaannya
Kami berdua keluar dari kamar percobaan itu menuju lobby untuk menunggu perkembangan yang akan terjadi nanti, aku berjalan santai sambil memeriksa dokumen penelitian,
Daina mengikutiku sambil berusaha mengajakku bicara,
“kenapa Tasuku mau bekerjasama dengan pemerintah?” Tanya Daina
aku menghela nafas “sejak aku tahu bekerja sama dengan perusahaan swasta sama saja dengan bunuh diri” jawabku,”rasanya aku lelah sekali,"
“kenapa? Kan' masih bisa mencari jalan lainnya? Mereka bersikap sangat meremehkan Tasuku, padahal sampai saat ini mereka sendiri saja belum bisa membuat kemajuan seperti yang Tasuku buat, hanya karena Tasuku muda maka Tasuku dianggap kurang pengalaman? Itukan tidak adil…”
“mustahil” jawabku lagi, “perusahaan swasta hanya akan memikirkan bagaimana cara mengeruk untung sebanyak banyaknya dari jerih payahku, nanti bukannya akan ada keadilan untuk sesama, malah akan semakin banyak manusia yang menderita,bukan itu impian yang kucita citakan”
“tadinya aku ragu bekerja sama dengan lembaga penelitian negara,” kataku lagi,
“aku tidak mau terjadi konflik internasional memperebutkan formula itu, juga tidak mau disebut memihak negara manapun, tapi, kalau sekarang, aku tidak ragu lagi, semua orang akan mengerti kalau aku bekerja demi kepentingan masyarakat banyak,”
“jadii…,Tasuku keliru,ya? Sebelumnya?” Daina menyahut dengan suara menggoda
“aku juga bisa salah,kan?!” kataku,
Daina mengangguk angguk,
“jenius yang bisa salah penilaian,ternyata tidak sesempurna yang kukira…”
Kali ini aku benar benar tertawa dibuatnya, ”bukankah karena aku begini makanya Daina jatuh cinta?”
Kali ini Daina menyerah kalah,
“Tasuku terlalu baik hati…”
Aku tahu dia akan bilang begitu,aku bahagia…
“Dr.gabriel” Dr.Dominique, salah seorang peneliti yang membantuku kali itu menghampiri aku dan Daina yang tengah berbincang di selasar,
“apa anda membawa sampel darah undead original itu?”
“maaf,tapi,aku rasa apakah tidak lebih baik sisanya kukerjakan sendiri di laboratorium pribadiku?” aku balik bertanya, pria itu tertawa, seakan apa yang kuucapkan merupakan sebuah candaan.
“tidak semua orang bisa mengingat semuanya sekaligus seperti anda,Dr.Gabriel, kami perlu contoh sedetil detilnya,” katanya dengan sopan “anda tidak lagi bekerja sendiri sekarang” lalu dia membungkuk dan pergi.
“kita tidak akan memberikannya dengan mudah,kan?” komentar Daina disampingku.Aku hanya bisa menenangkannya.
“apa boleh buat,sayang,” kataku perlahan, “sekarang kita sama seperti yang lain, bekerja untuk pemerintah, dan tidak akan mendapat keistimewaan,tentu saja sampel Stast masih akan kusimpan,karena aku masih harus membereskan beberapa hal lagi dengannya,setelah itu,untuk apa menahannya bagi kita sendiri?”
Daina hanya bisa cemberut menanggapiku,
Bekerja sama dengan Negara berarti membagi penelitianku pada banyak ahli lain, berbagi ilmu memang menyenangkan, tapi bersosialisasi dengan banyak orang yang juga ahli dan memiliki idealisme berbeda dengan kita merupakan hal rumit.
Terkadang juga akan berselisih paham dengan orang lain,
jika memaksakan pendapat yang tidak sama hanya akan membuat masalah bertambah,
Daina benar, aku selalu terbiasa bekerja sendirian,
pola pikir yang kumiliki berbeda dengan orang kebanyakan.
aku menyadari betapa besarnya resiko penelitian yang kukerjakan, karenanya selama ini aku hanya perlu ruangan sendiri tempat aku melakukan riset seorang diri pula,tanpa bantuan siapapun.
Dalam kegilaan yang parah dan bayangan masa lalu yang menyakitkan,
nyaris seperti Dr.Frankenstein dalam cerita Fiksi karangan Mary Shelley., tapi Daina menolak menyamakanku dengan tokoh dalam novel tersebut,
karena menurutnya pada akhir cerita penelitian menghidupkan orang mati yang dilakukan jenius itu malah berbuah malapetaka yang menghancurkan hidupnya bahkan hidup orang orang yang ia cintai.
Namun aku tidak menginginkan larut dalam kesombongan,
aku juga tidak ingin mereka reka apakah para peneliti disini lebih tinggi atau lebih rendah daripada diriku (tentu itu hal yang tidak boleh…)
aku tidak suka adu kepintaran dengan orang lain, meski aku juga tidak suka kalah,
tapi meski tidak suka kalah, aku lebih puas jika bisa menang terhadap diriku sendiri.
Karena sampai sekarang tidak ada lawan yang kuanggap sepadan denganku meski aku menghaturkan salam permusuhan sekalipun.
Ini bukan kesombongan, tapi rasa kebanggaan kepada diri sendiri,
semua manusia wajib memilikinya demi kesuksesan masa depan mereka.
tidak ada lawan yang lebih berbahaya bagiku,selain aku.
aku tahu sejauh apa kemampuanku,
hanya saja perasaan cintaku terhadap daina…
meluluh lantakkan hatiku sedemikian rupa sampai tidak berbentuk lagi,
sejak mengenal Daina untuk pertama kalinya, aku merasakan pahitnya kekalahan,
karena hanya demi seorang gadis aku bersedia memberikan segalanya,
dan aku bertekad, selama punya kedua tangan ini, aku akan melindunginya, dan jika aku tidak lagi punya kedua tangan ini, aku akan melindunginya dengan jiwaku,
lebih baik mati daripada menyakitinya.
Cinta yang gila dari seorang pria yang telah kehilangan segalanya,
namun selalu merasa mudah mendapatkan segalanya pula.
Segalanya kecuali cinta dan kasih sayang,
Aku hanya mengenal tangan kak Ari yang melindungi dan membimbingku selama ini, sekarang tanganku lah yang melindungi dan membimbing Daina
aku pecaya aku mampu selama aku memiliki kekuatan dan tekad untuk hidup,
Orang egois macam apa yang ingin bertahan ,
meski hanya dengan tekad saja. Ah,aku benar benar tinggi hati.
*******************************
*******************************