Bls: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ byYNA
04:
Revenge
____________________________________________
______________________________________
Ari
Markas besar paladin,
Moskow,Rusia,
pukul 13:46 siang.
_________________________________________
______________________________________
Bukannya aku yang baik hati, tapi Ryo yang menuduhku macam-macam tidak bisa kusanggah lagi.
“nah, dia menikah dengan gadis pujaanmu, jadi bagaimana sekarang?”
Aku menghela nafas, ”dia yang kau bicarakan itu adikku,bodoh, makanya hati-hati kalau ngomong”
“tidak akan ngomong lagi deh, ” kata Ryo kelihatan menyerah, tapi ketika aku lengah,dia mendaratkan tendangan keras diwajahku, aku menghindar tapi terlambat.
“kau…” kataku melotot ke arahnya, menyapu darah segar yang mengalir disudut bibirku,mulutku terasa asin, tapi Ryo malah tertawa
“kenapa lengah begitu Ari? Patah hati rupanya?”
Dengan tidak sabar aku balas menyerangnya, melontarkan pukulan beruntun kearah Ryo,
tapi laki-laki berambut chesnutt yang selalu memasang ekspresi setengah bosan itu sangat tahu pola seranganku,
setiap gerakanku hanya perlu dihindari dengan sekelebat bayangan tubuhnya yang bergerak ringan,
tepat pada saat tendangan Ryo sekali lagi mendarat di dadaku, tendanganku pun menerobos masuk merobek pelipis kanan nya.
Aku dan Ryo sama-sama terpental ke belakang,
“tetap paling berasa,yaa,” komentar Ryo, saat aku mengulurkan tangan, membantunya berdiri, Ryo menyambutnya dengan enggan.
“tendanganmu,maksudku,” celutuknya, aku tersenyum,
“Kapten! Ryo! cukup latih tandingnya!” gadis cantik imut imut dengan model rambut bob berlari menghampiri kami,
“kenapa,Mikia?”Tanya Ryo,
Mikia, adalah nama gadis itu, meskipun dari dulu aku sudah merasa dia memiliki perasaan khusus pada Ryo, namun tetap saja, Ryo agak telat mikir menghadapinya,
Entahlah, aku malas ikut campur,
Ryo memang selalu terlambat menyadari sesuatu,
”kakek memanggil kalian, cepat ikut aku!” sambil melemparkan handuk kering kearahku dan Ryo, Mikia membalikkan badannya dan melangkah cepat-cepat,
tapi aku sempat melihat semburat rona merah di pipinya.
Ryo menempelkan plester luka di pelipis,
meringis dan bertingkah seakan lukanya itu masalah besar sambil melempar senyum mengejek kepadaku, yang kuabaikan begitu saja.
Kami melewati selasar panjang,yang menghubungkan ruangan tempat latihanku dan Ryo tadi dengan aula utama.
inilah benteng pertahanan Paladin sekaligus harapan terakhir umat manusia, dan dipersenjatai dengan berbagai macam teknologi canggih saat ini, berada didalamnya mengingatkanku akan cerita cerita film klasik tentang pesawat ruang angkasa pada tahun 1980-an.
“apa yang ingin Pemimpin bicarakan?” Tanya Ryo,
“tidak tahu, kemungkinan besar ingin membicarakan kegagalan pasangan unggulan kita” Mikia melirikku ingin tahu
“jangan Tanya aku,sepertinya, keberadaan Stast disana terencana, aku tidak tahu apa tujuan mereka sebenarnya”
“Wow, apa dia keren?” Tanya Mikia lagi.
“keren sekali, sampai sampai, kalau saja kau melihatnya, kau pasti akan jatuh cinta padanya” sambar Ryo penuh keyakinan.
Mikia melemparkan pandangan tak senang kepada ryo yang bersikap biasa saja tanpa mengerti situasi, aku menghela nafas,
“mau keren bagaimanapun, juga, tetap saja dia makhluk yang sudah mati,”
Mikia dan ryo berpandangan mendengar kata-kataku
“Ar,” panggil Mikia, sambil berusaha mengimbangi langkahku yang kupercepat.
“Kita harus memastikan dengan benar dimana invasi selanjutnya akan terjadi, penting, agar kita bisa mencegahnya,paling tidak memperkecil dampak yang akan ditimbulkan oleh perkembang biakan virus”
“aku sudah tahu,”kataku serius, “penting sekali menentukan apa yang harus dilakukan selanjutnya, aku juga bukan orang yang suka bersantai santai saja, sementara orang lain yang membutuhkan aku masih banyak diluar sana”
Baik mikia maupun Ryo sama sekali tidak berbicara apa-apa sementara kami masuk ke dalam lift yang membawa kami ke lantai teratas.
Akhirnya sampailah kami di sebuah ruangan dengan pintu berlapis baja,
Ku dekatkan wajahku ke pemindai, agar alat sensor pengenalan bola mata bekerja dengan baik, tak lama kemudian, sebuah alat pengenal sidik jari keluar dari dalam dinding,kucocokkan sidik jariku dengan cara menempelkan telapak tangan diatas permukaan kaca yang halus itu, sistem komputer pemindai dengan segera bereaksi.
“Aryanov Gabriel,kapten, silahkan masuk,”
Pintu baja bergeser perlahan, aku masuk diikuti Mikia dan Ryo yang telah melakukan pemindaian sama seperti yang kulakukan sebelumnya,
Yang menantiku dibalik pintu adalah atasan kami,Alexander boraknitchov, guru besarku, sekaligus pemimpin resmi organisasi Paladin.
Pria paruh baya dengan perawakan tinggi besar dan berjanggut lebat yang telah beruban, namun usia sama sekali tidak mengurangi pembawaannya yang berwibawa dan bijaksana.
“anda memanggil saya?” tanyaku seraya membungkuk memberi hormat, Boraknichov menggangguk, duduk dengan sikap berwibawa seorang Pemimpin di meja kerjanya, baju angkatan darat dan lencana kebesaran nya semakin menampakkan aura yang membuat siapapun akan menundukkan kepala di depan orang sehebat dirinya.
“bagaimana perjalananmu?” Tanya Boraknitchov langsung pada pokok pembicaraan.
Aku menyiapkan hati dan menjawab pertanyaannya,
“maaf,tuan, pemusnahan gagal”
Dagu Boraknitchov bertopang diantara kedua tangannya.
“Tidak mengapa”
Aku terbelalak mendengar jawabannya, kukira aku akan mendapatkan sanksi, atau paling tidak, ganjaran atas kegagalan pertamaku,
“tapi,bukankah kegagalan tidak dapat dimaafkan!” sanggahku, Boraknitchov tersenyum arif,
“menurut Kisaragi, pertarungan itu tidak seimbang. ” jawabnya pelan.
Berpaling kebelakang, aku tidak tahu seberapa besar mataku melotot kearah Ryo.
Ryo membuang muka tanpa menanggapi,
“Kisaragi?” pandangan boraknitchov beralih pada Ryo.
Ryo menjelaskan tanpa mempedulikan tatapan peringatan dariku, “kesalahan terbesar kami saat itu adalah, tidak membawa pasukan dan persenjataan yang cukup, musuh begitu banyak, dan ada seorang bocah tak terinfeksi yang kami lindungi, musuh lebih banyak diluar dugaan kami, dan dua ekor vampir, karena pada saat Kapten kami hendak memusnahkan Stast the origin, datang vampir betina menyelamatkannya,Kapten sempat terluka,pak, sementara saya sendiri kewalahan menghadapi banyaknya pasukan mayat hidup mereka”
Boraknitchov menggangguk paham, “salah perhitungan,eh?” komentarnya.
Baik aku dan Ryo sama-sama tidak berani menggangkat muka, hanya saja aku menyesalkan Ryo yang ikut menanggung kesalahan karena kelemahanku,
sama sekali bukan sifatku memanfaatkan kebaikan teman.
”yang harus disalahkan adalah saya, saya tidak cukup punya kekuatan, Ryo tidak ada hubungannya dengan semua ini, saya adalah Kapten divisi utama, kesalahan dan kegagalan selama dibawah kepemimpinan saya adalah tanggung jawab saya, saya akan menanggung apapun konsekuensi nya” jawabku.
Ryo tampak tidak puas, namun aku sama sekali tak mempedulikan ekspresi wajahnya, dia tidak perlu berkorban sampai sejauh itu hanya untuk orang sepertiku.
“wah wah, Aryanov Gabriel, sekarang bukan saatnya drama persahabatan,Kita disini membicarakan yang sudah berlalu, dipersoalkan seperti itupun tidak akan memutar kembali waktu yang sudah lewat dan tidak akan mengubah kenyataan,” Boraknitchov berdiri dan menepuk bahuku
“siapapun pernah gagal, kalau kau berpikir akan menang dengan kekuatan, kau salah besar, jika kau bertempur hanya mengandalkan kekuatan berarti kau sama dengan undead,"
"dan apakah undead itu?” boraknitchov menatapku,Ryo dan Mikia bergantian.
“undead adalah…makhluk yang telah kehilangan hati sebagai manusia, karena itu undead adalah musuh yang dibenci dan harus diperangi oleh kita,manusia” jawabku.
“jangan malu merasa takut, rasa takut adalah hal yang dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup” Boraknitchov mengulangi frase yang selama ini terus kuingat seumur hidupku.
Ryo, Mikia, dan semua anggota Paladin tahu itu, kami tahu kami dibayangi oleh kematian kapan saja, dan kami harus selalu mengingat itu disetiap hembusan nafas kami.
Alexander Boraknitchov kembali duduk dikursinya,
“tidak ada yang harus dipertanggung jawabkan, aku hanya ingin tahu situasi saat itu, sekarang kita kembali ke permasalahan yang paling ingin kubahas, kita semua tahu undead tidak suka berpartner, apalagi sampai melindungi satu sama lain”
Suasana hening, udara di sekelilingku membentuk atmosfir yang tidak dapat kujelaskan dan menggandung misteri
“dan menurutmu, Kisaragi? Apa kedua undead itu benar benar bekerja sama?”
Ryo mengangkat wajahnya, menjawab pertanyaan Boraknitchov.
“benar,tuan, undead perempuan itu, sepertinya generasi kedua, sama seperti Elsida, dan, benar,dia menyelamatkan Stast dan berhasil melukai Kapten…,itu juga yang menyebabkan kegagalan kami,”
“apakah jalan pikiranmu sama denganku?” kata Boraknitchov
“mereka mengubah pola pergerakan mereka…” gumamku, “atau mereka merencanakan sesuatu,entah apa”
Pria penuh kharisma itu mengangguk mendengar jawabanku,
“ada sesuatu yang akan terjadi, minta semua divisi bersiaga, laporkan juga perintah persiapan penjagaan darurat dan periksa kelengkapan senjata di tiap negara diseluruh dunia, kita tidak tahu apa yang mereka rencanakan, tapi berhati hatilah ”
Mikia dan Ryo membungkuk memberi hormat sebelum akhirnya meninggalkan ruangan, kini hanya aku dan Boraknitchov yang bertukar pikiran satu sama lain.
"apa kau mendengar sesuatu yang lain saat itu?" tanya Boraknitchov.
aku teringat kata-kata stast,
"aku tuhanmu,akulah hukummu sekarang," katanya"datanglah, pewarisku"
serta merta hatiku tersentak, aku menatap Boraknitchov,
“ada apa? Apa kau menemukan sesuatu?”
“mereka mencarinya,” gumamku pelan ”mereka mencari Raja baru untuk mereka!”
Boraknitchov tampaknya sangat tertarik dengan analisaku,
“darimana kau bisa menduga seperti itu??”
“mereka takut akan kepunahan” kataku perasaanku berkecamuk, menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan Stast, andai aku bisa menanyai nya lebih banyak…
“kekalahan undead, keberadaan paladin, tentu merupakan malapetaka besar bagi spesies baru seperti mereka, mereka memang kuat dan brutal, tapi mereka tidak terkoordinir dengan baik, pasukan mayat hidup pun akan mudah tercerai berai tanpa tersisa, berbeda dengan kita yang memiliki kecerdasan dan akal yang sehat juga kemampuan tempur yang terlatih dengan baik,
mereka hanya sekumpulan serigala lapar yang mengandalkan insting satu sama lain, tampak nya Stast the origin menyadari hal itu,eh?” Boraknitchov membenarkan pernyataanku
"hanya itu yang mampu kujabarkan saat ini,selebihnya,alasan selengkapnya pasti akan kita ketahui sebentar lagi" Boraknitchov tersenyum "Tapi,Gabriel..., menurutmu kekuatan macam apa…, yang memungkinkan untuk menyatukan para undead?” kata Boraknitchov, kembali dagu nya bertopang pada tangan,
aku tidak menjawab.
kekuatan yang besar,
kekuatan yang memungkinkan pihak mereka menjadi kuat tanpa tanding,
kekuatan seperti milikku...
“namun, itu artinya mereka sedang lemah,kan? Kita harus pandai memanfaatkan keadaan ini” ucap Boraknitchov.
aku mengangguk setuju.
tiba tiba merasakan perasaan tidak nyaman.
*****************************************
*****************************************