Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ byYNA
07:
Our Prince,
Our Clan's...
__________________________________
________________________
(LANJUTAN)
Ari
___________________________________
________________________
Aku meninju manusia separuh Undead itu hingga ia terpelanting.
Clarken amat terkejut dengan perbuatanku,
aku menariknya,menghempaskannya seperti karung berisi kapas, dan menahannya di lantai.
Dengan kakiku.
“katakan” aku tidak bisa menahan diriku sendiri, “apa yang kau ketahui tentang Dr.Gabriel?!”
berapa banyak kebetulan yang bisa terjadi didunia ini?
Selain semuanya hanya rekayasa.
Bodoh sekali jika aku bisa ditipu semudah itu.
Pria dibawah kakiku tertawa sekarat.
“huh? matamu mirip sekali dengannya..."
"baiklah,akan kukatakan,sebelum virus ini mengambil alih tubuhku beberapa menit lagi,”
“orang yang berada dibalik rencana itu,rencana menghancurkan Dr.TsaraniaKova Gabriel…”
Aku menunggunya bicara,
tapi sebutir timah panas menghentikan detak jantungnya sebelum ia sempat menjawab pertanyaanku,
pria itu tewas dengan lubang menganga bekas peluru di dadanya.
Aku berpaling pada Clarken yang memegang pistol,
kini semua hal terlihat jelas dimataku.
“kau pelakunya” ujarku.
Clarken tersenyum,senyum paling licik yang pernah kulihat.
“ya,Aryanov Gabriel, akulah,yang menjadi dalang-kalau bisa dibilang begitu-yang berada dibalik semua ini, itu bukan,hal yang ingin kau ketahui?”
“kenapa” geramku.“apa salahnya padamu?!” Satu menit,aku hanya memberinya waktu satu menit untuk menjelaskan,setelah itu aku tidak perduli apapun yang sekiranya akan terjadi.
“karena aku, Robert Clarken, pemilik perusahaan besar yang akan menguasai dunia, dan aku tidak pernah gagal mendapatkan apapun yang kuinginkan,”
Dia berdecak seperti mengasihaniku,
“adikmu,orang yang berpotensi,tapi dia terlalu jujur dan lurus, dia tidak mau bekerja padaku,,juga tidak mau menyerahkan penelitiannya padaku,”
“maka aku mencari cara, bagaimanapun,agar bisa mendapatkan segala yang pada awalnya kubayangkan dapat ia hasilkan untuk perusahaan ini, yaitu uang,kemasyhuran,dan kekuasaan melebihi yang dapat dibayangkan,sesuatu, yang aku tahu dia bisa meraihnya hanya dengan satu tangan,”
“dunia tidak butuh satu raja, hanya yang kuat yang bertahan hidup,”
dia tertawa,suara tawanya bercampur antara marah,gelisah,dengki dan iri hati yang bercampur menjadi satu,aku tidak dapat menahan rasa jijikku lebih lama,
“dunia tidak butuh pria baik hati yang mau melakukan apa saja untuk kepentingan orang banyak,pengecut yang hanya hidup didunia mimpi!
"kebahagiaan yang setara untuk semua manusia,mana ada! Kuat dan lemah itu mutlak, hukum alam lah yang berlaku, laki laki baik hati yang tidak mengerti hal itu,tidak boleh ada didunia ini!”
Ketika ia mengakhiri kalimatnya, aku telah maju dengan kekuatan penuh, kearahnya,
aku akan membunuh orang ini.
aku pasti akan membunuh orang ini...!
Seberat apapun dosa yang akan kupikul nantinya,
posisi macam apapun yang akan memberatkanku…
bagiku,Robert Clarken sama hina nya,sama rendahnya,
dan sama derajatnya dengan undead,
para mayat hidup yang menjual jiwanya pada iblis agar dapat menyelamatkan hidup mereka sendiri!
Para pengawalnya bersiap menghadangku, tapi bagiku,yang terbiasa bertempur melawan makhluk makhluk yang bangkit dari kematian,
berkelahi dengan manusia tidak ada artinya,
aku menendang mereka satu persatu dan mematahkan tulang mereka dengan sangat mudah kulakukan,juga saat aku harus bertahan ditengah hujan peluru yang ditembakkan kearahku,
setiap peluru yang mereka tembakkan tidak mampu merusakkan bahkan menggores jaket kulit yang kukenakan,
percuma,hanya tangan seorang vampirlah yang mampu mencederaiku,
pertahanan sempurna,
perlengkapan elit paladin,teknologi tercanggih yang kami ciptakan untuk bertempur melawan mereka yang tidak bisa mati.
Mereka memukulku, tapi aku tidak merasakan sakit,aku telah terbiasa akan pukulan vampir yang ratusan kali lebih berat tekanannya,
kegaduhan yang timbul memancing para pengawal datang lebih banyak,
aku tidak takut,biar sebanyak apapun mereka,
aku sudah sering merasakan bagaimana rasa takut yang sebenarnya,
Salah seorang pengawal clarken memghunuskan pisau dan menyerang kearahku, sangat lambat bagiku hingga aku dapat menangkap pisau itu, dengan sarung tanganku yang dapat memicu arus listrik, aku menjepit pisau itu diantara telapak tanganku,
memberikan efek kejutan halus yang tidak disangka oleh orang itu dan membuatnya terpental karena arus listrik yang mengalir deras melalui pembuluh darahnya,
ia kejang kejang sesaat sebelum akhirnya pingsan,
sudah kukurangi energi mematikan yang mengalir melalui sarung tanganku,
jika memakai energi maksimal,dia akan terpanggang dalam beberapa detik,
aku tidak pernah memukul orang tak bersalah kecuali mereka pantas dipukul,
namun hari ini aku punya pengecualian untuk itu.
Akhirnya selesai, empat puluh orang, kurang lebih,
aku telah menghajar empat puluh orang begitu saja,
hanya membuat mereka pingsan, tapi bukan itu tujuanku sekarang.
Robert Clarken berjalan mundur, gemetar dan ketakutan,
dia mencoba menembakku tapi aku lebih cepat darinya, berlari kencang menubruknya hingga tersungkur,
pistolnya terlepas dari tanggannya,
aku kembali berdiri dan membiarkan dia menyeret kakinya dengan susah payah,
“tidak mungkin! Apapun yang kau lakukan,tidak akan dapat merubah keadaan,dia hanya calon undead baru yang sebentar lagi akan terlahir kembali sebagai makhluk yang bukan manusia! Tidak akan ada yang memujimu bahkan walau kau membeberkan segalanya pada semua orang,sia sia saja!
Sudah terlambat,sekarang,seluruh dunia adalah musuh bagi TsaraniaKova Gabriel!” ia berteriak seperti orang gila.
“a…,kalau kau membunuhku,apa tidak berakibat buruk pada posisimu?? Paladin tidak akan membiarkan anggotanya berbuat semena mena,kan?”
“kau benar,tidak ada seorangpun yang berpihak pada nya…," Aku berjalan santai memungut pistolnya, “posisi?...” aku mengacungkan mulut pistol itu,tepat kearahnya. "persetan dengan semua itu"
Clarken merayap mundur perlahan, “ku…kumohon…,jangan bunuh aku…”ujarnya mencicit.
Darahku semakin bergolak,
apa Daina juga memohon seperti itu untuk nyawa adikku??
Untuk nyawa adikku….
ia memperlakukan Tasuku seperti hewan,ia tidak punya belas kasihan ketika menjatuhkan vonis yang lebih berat dari pada kematian untuk adikku,
darah dagingku…
Tubuhku menggigil seketika, menarik pelatuk dan pistol ditanganku meletus seketika memuntahkan peluru yang melesat menuju dahi bajingan yang telah merenggut kebahagiaan satu satunya saudara kandung yang selama ini kusayangi dan kujaga.
Bunyi desingan peluru tumpul menambrak permukaan keras dan berderak bagaikan gading gajah, terdengar seperti irama musik yang tak pernah kuduga sebelumnya.
Dalam jarak dua setegah meter,Tasuku berdiri dihadapanku.
Marah dan terluka.
Ia menghalau peluru itu dengan tubuhnya,
Sebelah tangannya bermutasi, aku pernah melihat mutasi seperti itu sebelumnya, tulang yang berkait menjadi satu seperti tombak.
Stast…,dia juga memakai senjata yang sama,
tentu saja teman terbaik undead dalam pertahan dan penyerangan adalah tubuh mereka sendiri.
“tidak akan kubiarkan” katanya saat serpihan peluru itu berjatuhan dari lengannya yang digunakannya sebagai tameng. “kakak tidak akan kubiarkan mengotori tangan kakak dengan darah orang ini…”
“Tasuku! Kau…” aku tidak menyangka sama sekali akan bertemu dia disini.
Clarken begitu ketakutan sampai kukira ia telah terkencing di celana,
Tasuku berbalik kearahnya,“aku tahu kau pelakunya…,perbuatanmu sudah tidak termaafkan,kau menghancurkan hidupku,
sekarang kau nyaris membuat kakakku jadi pembunuh,” ia menutup matanya sesaat
”dengar,aku menghentikannya bukan untuk menyelamatkanmu, aku hanya tidak ingin” ia menatapku dengan mata semerah darah
“aku tidak ingin kakakku menjadi pembunuh…” mata itu memelas,
Akupun melemparkan pistol itu ketanah,
“kau ingin melakukannya sendiri?” ujarku dingin,Tasuku menyeringai jahat.
Rasanya mengerikan karena itu tampak seperti bukan wajahnya.
Ia mengacungkan tombak tulang itu kearah Clarken
“aku bersumpah,kau akan mati ditanganku,” dia berkata lembut. “jika aku sudah bukan manusia lagi…,jika aku bisa sembuh seperti sediakala pun, aku akan mencarimu hingga neraka dan menghancurkanmu!”
dalam hatiku senantiasa mengutuk Clarken, aku ingin sekali melenyapkan pria itu,
tapi aku selalu percaya Tasuku adalah adikku yang sangat adil dan bijak,
biar dia sendiri yang memutuskan hukuman macam apa yang akan diberikannya pada pendosa itu.
walau aku tidak bisa menebak apa yang dipikirkannya dengan datang dan menghentikan tindakan yang kurasa paling tepat untuk dilakukan.
Kegaduhan yang luar biasa menyeruak diantara kami,
para wartawan dan reporter televisi menyerbu kearah kami, tertarik akan bunyi letusan senjata api yang kutembakkan barusan.
Diikuti petugas kepolisian,
mendekat hati hati membopong Clarken yang tertegun ketakutan tanpa suara menjauh dariku dan Tasuku
Mayat pria berewok itu bangun,
telah berubah menjadi zombie sempurna,
Tasuku merebut pistol ditanganku,
menembak zombie baru yang bersiap ingin menerkam siapa saja yang ada didekatnya.
Satu tembakan,zombie itu belum rubuh,
kupikir gawat jika Tasuku melihat darah disini,
aku dan Tasuku sama sama berlari menerjang,
Tasuku meraih tanganku,dan melemparkanku tinggi sekali,
tepat pada saatnya aku berhasil mencengkeram ubun ubun zombie itu,dengan sekali tarikan nafas, listrik ribuan mega watt yang mengalir dari tanganku membuat zombie itu terbakar jadi abu.
Kematian yang sakit,pembalasan yang setimpal untuk manusia sepertinya.
“itu…undead!!! Cepat lari!!! Selamatkan diri kalian!”
“dia berbahaya!!! Menjauhlah!!!”
“biar Paladin yang mengatasi ini!”
Tetap saja semua orang yang menyaksikan kejadian mengerikan itu berteriak ketakutan, menyangka bahwa aku tengah melakukan pemusnahan,
mereka semua menyadari Tasuku juga dalam keadaan setengah bermutasi,
dan tidak mau mengambil resiko tetap berada ditempat,
meskipun beberapa stasiun televisi tetap bertahan mengambil gambar dari jarak jauh.
ditengah kegaduhan itu,seorang gadis kecil berlari sambil menangis karena ia tidak dapat menemukan dimana ibunya berada, ketika berlari,ia tersandung, dan Tasuku dengan gerakan sangat cepat, merengkuh tubuh anak perempuan itu dalam pelukannya,melindunginya,
“tidak apa apa?” Tanya tasuku pada si gadis kecil yang terdiam menatapnya,
gadis kecil itu sepertinya ingin mengucapkan terima kasih pada Tasuku,namun tangan yang gemetar ketakutan merampas anak itu,
“menjauhlah dari anakku! Monster!” maki seorang wanita yang sepertinya ibu si gadis cilik,
“jika yang kau inginkan santapan,lebih baik nyawaku saja yang kau ambil!”
Tasuku tidak membalas kata kata wanita itu,dia diam tak bergeming,
Lalu memalingkan wajahnya.
keterlaluan sekali mereka,
padahal jika Tasuku tidak menyelamatkan anak itu, mungkin ia sudah mati terinjak injak ditengah kekacauan ini.
“gawat!” aku merasa gusar, aku amat mencemaskan Tasuku yang keberadaannnya amat mencolok,
orang orang yang semula datang untuk mencari sensasi dan berita hangat yang mungkin akan laku dijual dikoran koran,kini berlarian histeris setelah melihatnya,
“kita pergi,Tasuku! Kalau tidak akan jadi lebih heboh lagi…!”
Aku menengadah keatas langit,terjadi ledakan bunga api diudara,
kepanikan semakin menjadi jadi, mereka semua mengira ada invasi mendadak,
Pada saat itu,
sebuah mobil menyeruak diantara kami,
Daina,dengan wajah luar biasa cemas,
Tasuku bergerak,cepat sekali hingga sedetik kemudian ia telah berada didalam mobil,diikuti Ryo yang membawa bazooka mini,
(apa dia yang membuat ledakan tadi untuk mengalihkan perhatian?)
Aku masuk paling terakhir sebelum akhirnya mobil berpacu meninggalkan halaman universitas ternama tempat acara diadakan.
Daina mengebut mobilnya sampai rasanya ia melanggar kira kira seratus rambu rambu lalu lintas.
“bukankah aku sudah melarangmu datang kemari?!” bentak Tasuku pada istrinya, Daina merengut bandel.
“tapi aku berguna,kan? Aku akan buktikan aku berguna untukmu…!” bantahnya,
Tasuku diam tak menyahut, dia menyandarkan tubuhnya di jok mobil disebelahku,
Ryo yang duduk jok depan disamping Daina menyerahkan mini bazooka itu kepadaku, aku menyimpannya di bagian paling belakang mobil yang kosong
“mereka berhasil merekam kejadian tadi,aku yakin” imbuh Ryo “aku tidak keberatan dengan hal gila apapun yang ingin kalian lakukan barusan,aku hanya ingin tahu apa tindakan kalian selanjutnya” saat bicara matanya tertuju kearahku.
“tidak ada” jawabku,”karena sudah mengantongi nama dalang dibalik semua ini,kita lanjutkan pencarian Stast saja,masalah bagaimana cara kita menghancurkan bangsat itu,akan kita pikirkan nanti,"
"mulai sekarang,keberadaan Tasuku harus dirahasiakan,kita tidak bisa menuntut apa apa jika Tasuku masih dalam keadaan seperti ini,akan semakin mempersulit keadaan...
yah,pokoknya beri aku waktu sedikit lagi,aku pasti akan menemukan Stast” janjiku.
“bukan begitu tasuku?” aku balas bertanya pada tasuku.
“hmm...” adikku menjawab lesu. “kalau aku masih bisa tertolong…”
Daina mencuri dengar dengan harap harap cemas, aku tahu ia ingin menyela kata kata Tasuku, tapi niat itu diurungkannya.
Maka aku menggantikannya menyampaikan apa yang kami rasakan pada Tasuku.
“kau jangan bilang begitu, aku akan lakukan semua yang terbaik untukmu,”
“kalau begitu berjanjilah,” kata Tasuku tanpa melihat kearahku.“jangan mengotori tanganmu untuk hal yang tidak perlu, karena aku tidak rela kau melakukan sesuatu yang menorehkan dosa yang akan kau sesali seumur hidupmu,”
“nyawa manusia itu berat, menghilangkannya juga akan sangat berat,walau manusia yang tadi itu memang pantas dibunuh” ujarnya lagi.
kuakui,aku memang tidak sabar,
jika berhubungan dengan Tasuku,aku tidak bisa menyabarkan diriku.
dalam hal ini dia selalu lebih unggul dariku,
dia memang kelemahanku yang terbesar...
“mengakulah” balasku "tadi kau mati matian menahan diri untuk tidak membunuhnya,kan? Kenapa harus ditahan tahan? Kurasa lebih baik dia terbunuh ditanganmu saja sekalian,itu pantas untuknya…”
Tasuku menyeringai seram lagi,aku dapat melihatnya dari kaca spion,
menatap tempat duduk berisi Daina didepannya,
“aku memang berniat melakukannya” dia bicara tapi suaranya sangat halus,terdengar seperti desisan.
“kalau aku sudah bukan manusia lagi...”
**********************************
**********************************