Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ byYNA
Daina
____________________________________
_____________________________
Callcuta,Bengala Barat,
India.
____________________________________
_______________________________
Invasi terjadi dua hari setelah aku memutuskan menuruti usul Tasuku untuk memakaikan rantai padanya.
Aku membuatkan yang cukup panjang agar ia bisa berkeliling rumah dan bebas melakukan kegiatan seperti makan atau kekamar mandi,
Tasuku sangat keberatan,karena jika demikian sama saja dengan ia tidak memakai apa apa,dan marah marah mengatakan aku tidak mengerti dan sebagainya.
Aku tidak perduli,yang penting,aku tahu Tasuku tidak akan pernah melukaiku,aku percaya pada Tasuku.
Tapi sayang sekali hari hari mengerikan itu terjadi lagi,
Undead memenuhi setiap sudut kota,
aku hanya berdua dengan Tasuku di tempat tinggal kami,lantai sepuluh sebuah apartemen,
semua kamar dilantai sepuluh ini adalah milik keluarga Gabriel,
kak Ari yang menyiapkannya untukku dan Tasuku agar tidak ada seorangpun yang tahu keberadaan Tasuku,
agar tidak ada media atau apapun yang mengeksposnya secara berlebihan.karena sulit menyimpan rahasia,
meski itu terhadap tetanggamu sendiri,
kak Ari menepati janjinya,dan dia melindungi tasuku dengan caranya sendiri.
tapi bagaimana cara kami menghubunginya,sekarang?
“Kabel telepon terputus…,bagaimana ini?! Bagaimana kita dapat meloloskan diri?!” aku menunduk,mencuri pandang pada Tasuku yang mengintip dari celah jendela.
tadinya kupikir bersembunyi dan menunggu kesempatan adalah yang paling baik,tapi aku tidak menyangka,
invasi nya terjadi dalam skala sebesar ini dan dalam waktu sesingkat ini,
mungkin dalam waktu dua hari lagi,Negara ini akan jatuh ketangan para undead,
kak Ari…dimana kau?!
Tasuku menggebrak dinding dengan marah.
“Jika begini,sebelum Paladin berhasil mengatasinya,kita bisa keburu ditemukan,”
dia menatapku cemas.
Untuk pertama kalinya aku merasa senang karena dia tampak perhatian padaku setelah sekian lama.
“Tidak apa apa, aku akan selalu bersama Tasuku!” aku mengangguk “Tasuku pasti bisa melindungiku,”
Tasuku tersenyum hambar melihat keyakinanku.
“Daina,berjanjilah,kalau keadaan menjadi lebih buruk lagi…,berjanjilah bahwa kau akan tetap hidup” tiba tiba Tasuku menatapku nanar.
Rantai ditangannya yang terpasang erat bergemerincing lembut.
“Aku berjanji…,tapi kita akan selalu bersama,kan?”
Tasuku tidak menjawabku, aku mendesaknya hingga wajah tampan itu berada dekat sekali dengan wajahku.
“Jika aku mati” ujarku perlahan,berbisik ditelinganya ”aku ingin mati bersama denganmu…!”
Aku mendekatkan bibirku pada bibirnya,Tasuku mencoba mengelak tapi aku segara dapat meraih wajahnya dan mencoba menciumnya sekali lagi,
Kali ini suamiku tidak melawan,entah apakah aku yang khilaf melupakan segalanya,
atau memang Tasuku juga sudah sama tidak tahannya sepertiku,
bibir kami akan bersentuhan, sesaat kemudian…
Braaakkkk!!!!
Pintu didepan kami melesak dengan kuat hingga terlepas,
dari arah luar,berdatangan,lima atau enam zombie,
makhluk mengerikan itu menatap kearahku dan Tasuku bergantian,membaui udara,mencari apapun yang bisa menjadi mangsa mereka.
“Tidak…” desisku ketakutan,
makhluk itu berdesakan masuk,dan dibelakang mereka,ikut masuk juga seorang laki laki yang…
Apa dia manusia?! Tubuhnya terjahit jahit sembarang,walau tubuhya tubuh seorang laki laki, kepalanya bukan kepala manusia,
melainkan kepala dua ekor binatang…,kepala banteng dan juga kepala beruang besar,
Aku gemetar,
Tertatih tatih meraih pistol kecil didalam kantong rok ku yang sejak lama kusiap kan,
aku bukan ahlinya menembak,tapi saat ini…,hanya aku yang dapat melindungi Tasuku.
“Daina! mundur!” teriak Tasuku,
Zombie itu menerkamku,terlambat menyadari bahwa yang diincar sejak awal adalah aku!
Apa yang terjadi selanjutnya aku tidak dapat melihat dengan jelas,
Tubuhku basah oleh darah makhluk itu,
aku membuka kelopak mataku,
dan yang terlihat dimataku adalah Tasuku yang bertempur untuk melidungiku,
ganas seperti singa, murka seperti dewa…
Rantai yang mengikatnya putus,hanya ada sebagian pecahan rantai itu yang masih terpasang di tangan dan kakinya, tubuhnya ringan bagai kapas,ketika zombie itu berhasil melukainya,membuatnya semakin marah.
“Graaaaaahhhhhhkkkkhhh!!!”
Tasuku memperlihatkan gigi giginya yang runcing,merayap seperti cicak didinding,menempel di langit langit,
dia melakukannya tanpa terpengaruh gravitasi sama sekali,
gerakannya cepat,matanya mengintai dan membiaskan aura kematian.
seperti predator yang sesungguhnya.
“Syahhhhahhahhahhhhhhh!!!!” chimera,makhluk berkepala hewan itu berteriak amat marah
Sementara para zombie itu menatap langit langit dengan bingung,
tanpa memberi kesempatan sedikitpun,Tasuku menjatuhkan diri kelantai,
dan membelah tubuh mereka dengan cakarnya yang tajam,
begitu gampang seperti mayat mayat itu terbuat dari stereo foam yang mudah dihancurkan,
menunjukkan padaku secara nyata,
bahwa dialah pemangsa sebenarnya.
Darah menggenang hingga sampai di kaki ku, aku mengerinyit ngeri.
Hanya tingga sang chimera sekarang,
Makhluk itu memperlihatkan giginya yang besar seperti taring macan pedang,
sangat berlawanan dengan gigi taring tasuku yang pendek dan anggun,
dia terlihat menakutkan,dan gerakannya juga cepat.
Tasuku menyeringai,
Akhirnya makhluk itu menyerang suamiku,
“Tasukuuuu!” teriakku histeris,antara rasa takut luar biasa dan panik ditengah pertarungan mengerikan itu, aku menutup mata sekuatnya,
hanya beberapa detik kemudian,
Kepala banteng itu terlempar ke hadapanku, tepat di kaki ku
aku melihat Tasuku dan bangkai makhluk itu dipelukannya,ia merunduk,kemudian mulai menyedot cairan merah pekat menjijikkan itu perlahan.
“Aaaaaaaaaaaahhhhhhh!” lengkingan teriakanku tidak tertahankan lagi,
Bunyi bunyian darah yang disedot paksa melalui gigi tajam Tasuku, dan suara ketika ia menggigit tepat di pembuluh darah makhluk itu memenuhi ruangan
“Tasuku…hentikan…Tasuku…” aku merintih menyebut namanya,sekujur tubuhku terasa lemas…
Suamiku telah selesai dengan makhluk itu.
Dia berbalik ke hadapanku dengan mulut yang berlepotan darah,
warna matanya saat itu,bukan merah darah, juga bukan warna biru teduh yang kukenang,
entahlah,bagian mata yang seharusnya berwarna putih,berubah jadi hitam,dan pupil matanya mengecil,berwarna putih keruh, ia menghampiriku,mendekatiku pelan pelan…
lama kami saling terdiam.
Aku memberanikan diri menyentuh pipi nya yang kini sedingin es.
“Tasuku?”aku memanggil namanya, “Tasuku…!” dan memeluk tubuh yang pasrah putus asa itu,menangis menggantikannya,
“Bunuhlah aku..”pintanya, ia menyelipkan pistol kecilku diantara jemari tanganku yang gemetar ”Aku tidak punya banyak waktu,aku akan berubah jadi undead sepenuhnya sebentar lagi” bisiknya lembut ditelingaku, “saatnya mengucapkan selamat berpisah”
“Tidak! Tidaakkk!” bantahku, “Aku akan gila…aku akan mati…” aku tidak dapat menahan air mataku untuk tidak tumpah.
“Aku mau bersama Tasuku…! Mau bersamamu…!”
“Rantai ini…” Tasuku melirik pecahan rantai yang membelit tangan dan kakinya,”sebenarnya bukan untuk menghalangi virus ini mengambil alih tubuhku, sebenarnya sama sekali tidak berguna…,tapi,” dia berkata dengan bersungguh sungguh.
“rantai ini ada untuk melindungimu dari ‘iblis’ dalam diriku, untuk melindungi pandangan 'manusia' dalam diriku juga…”bisiknya lirih
“Ini mimpi,kan?” “Hanya mimpi buruk…”aku terisak "Ini mimpi...aku berharap ini hanya mimpi!" aku berkeras membalikkan kenyataan yang percuma.
“Aku,tidak akan pernah meninggalkanmu… aku bisa hidup tanpa apapun didunia ini,tapi aku tidak bisa hidup tanpamu,” ujarnya lembut, aku bisa menyentuhnya, tapi anehnya aku bisa merasakan betapa ia mencintaiku,
betapa aku dicintai selama ini.
Kenapa? Kenapa justru disaat saat begini,tasuku yang kucintai kembali menjadi dirinya sendiri?!
“Aku menyebutnya mimpi buruk,jika suatu hari aku terbangun dan mendapati kau tidak ada disampingku…,hanya bayangan bahwa aku pernah memilikimu yang dapat menguatkan langkahku…” Tasuku berbisik tanpa henti,tubuhnya berbau darah segar,tapi aku tidak memikirkan itu dan terus mendengar setiap kalimat yang ia utarakan padaku
“Aku memang tidak mampu hidup tanpamu,Daina,tapi apa kau tahu?” kami sama sama terisak dan berpandangan,aku mengangguk angguk seperti orang gila mendengarkannya bicara,
”akan lebih menyedihkan bagiku jika aku melihatmu tidak bahagia”
“kebahagiaanku adalah Tasuku” sahutku,
“meski aku mungkin akan menyakitimu?!” ia bertanya ragu ragu
“barusan Tasuku melindungiku…,”
Tasuku terdiam sejenak,seperti memikirkan kemungkinan baru,
"Sebentar,biarkan aku berpikir..., kalau kita berpisah sekarang...bagaimana caramu keluar dari kota ini? apartemen ini jelas tidak punya pertahanan apa apa untuk melindungimu"
aku menatapnya dengan berharap,
berharap ia memikirkan hal sama seperti yang kupikirkan.
"Aku akan mengeluarkanmu terlebih dahulu,secepat mungkin" Tasuku mengangguk, ”Apapun itu, kekuatan terkutuk ini,aku akan menganggapnya berkah selama kekuatan itu membantuku untuk melindungimu”
Terima kasih,Tuhan...
“Bagaimana sekarang?!”tanyaku padanya
“Kita harus keluar dari sini,sebelum undead lain menemukan kita!” ia menarik tanganku, aku akan mengantarmu ketempat aman terdekat, mungkin itu pos Paladin, kalau beruntung,kita akan bertemu kak Ari disana,yang jelas selama infeksi nya belum 100%,kurasa kita bisa tenang tenang saja” Tasuku mengarahkan alat pemindai di matanya,yang perlahan kembali berubah warna menjadi merah gelap.
Alat pemindai menunjukkan tulisan 85%,naik hampir 10% dari yang kuperiksa tadi sore, “Pasti karena tasuku minum darah undead tadi” ujarku.
Tasuku menggeleng,”jika aku tidak melakukannya,pasti saat ini aku menginginkan darahmu”
Aku bergidik.
“Naiklah,jangan membantah” Tasuku berjongkok menyodorkan punggungnya padaku, "kita berlomba dengan waktu,sebelum virus ditubuhku bermutasi dengan sempurna"
aku segera melompat ke punggungnya,
Tasuku membuka jendela balkon, dan melompat kebawah, aku menjerit tertahan,
Lantai sepuluh! dan kami meluncur begitu saja.
“Sejak kapan kau bisa begitu?!” tanyaku sewot,
Tasuku tertawa,
“Daina pikir bagaimana caraku kabur dari rumah sakit?”
Kami melewati kota yang hancur,banyak sekali zombie disekeliling kami,
ada banyak mayat hidup yang mencoba menyerang kami,dan Tasuku menghancurkan mereka yang menghalangi jalannya,
Aku sedang digendong di punggung orang yang mungkin lima menit lagi atau besok,tidak tahu kapan...
akan berubah menjadi makhluk berbahaya yang ganas, mungkin nyawaku berada dalam genggamannya, tapi aku tidak takut sedikitpun,
Akan kupikirkan bagaimana menghadapi nasib kami nanti saja,
sekarang yang kuinginkan hanya menikmati perlindungan laki laki yang kucintai meski hanya sesaat.
********************************
********************************