~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

bagaimana menurut kalian novel pertama Dyna (daina) ini?


  • Total voters
    35
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

iya nih...lanjutannya mana daina??????
penasaran..penasaran..penasaran......
 
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Ari

_________________________________
________________________


Aku bersandar di beranda kamarku,
Memikirkan pembicaraanku dengan Alexander Boraknitchov sesaat sebelum aku meninggalkan ruangannya untuk beristirahat tadi sore.

“Sudah sebulan ini,kita tidak menemukan ada pergerakan yang berarti dari para Undead yang biasanya sangat agresif,ada apa ini?” ia bertanya padaku.
Aku terdiam.
sudah pasti,ini mempersulit usahaku mencari Tasuku,
andai saja Stast The Origin tetap meneruskan kegiatannya mencaplok daerah-daerah tertentu di berbagai Negara,mungkin akan lebih mudah melacak keberadaan mereka,

Tapi,jika mencari tanpa ada titik terang dimana sebenarnya sasaran kami saat ini,
Paladin mana mungkin berbuat seceroboh itu.

“Aku tahu apa yang kau pikirkan” Boraknitchov menyela lamunanku, “Jangan biarkan apapun membuyarkan konsentrasimu terhadap tugas,tetap fokus, lagipula belum tentu raja terror baru yang dimaksud itu adalah adikmu,
bisa saja ini hanya jebakan untuk menghalangi jalan kita,Paladin.” Katanya tegas.

“Mengerti” potongku cepat.
Alexander Boraknitchov terdiam sesaat,pada saat saat tertentu,ada kala nya beliau lebih terlihat seperti sahabat daripada seorang pemimpin,

“Gabriel,” aku mengangkat wajahku yang tertunduk “Andaikata raja para undead berikutnya benar benar adikmu, apa yang akan kau lakukan?”

Pertanyaan yang sulit,
Boraknitchov selalu tahu caranya bermain dengan sisi psikologis orang lain…

“Aku tidak tahu…” jawabku lirih “Aku belum siap”

“kalau begitu,siapkan dirimu mulai sekarang,”

Aku membuang pandanganku, menghindari tatapan mata penuh tekanan dari sang pemimpin Paladin.

“Tugas kita bukan melibatkan masalah pribadi kita dalam tugas, tugas kita adalah memusnahkan apapun yang berbahaya,dan kita melakukannya tanpa perduli pada hidup kita sendiri,sejak awal kau tahu hal itu dan memutuskan bergabung dengan Paladin, Aryanov Gabriel, undead tetaplah musuhmu, meskipun dia saudaramu, jika dia sudah melakukan hal yang membahayakan hidup orang orang disekitarnya, kau harus tetap memusnahkannya demi melindungi hal yang paling ingin kau lindungi”

Aku menghela nafas, teringat pembicaraan antara aku dan Boraknitchov barusan, membuatku muak pada diriku sendiri.

Tapi bagaimana kalau ia yang seharusnya kumusnahkan adalah ia yang paling ingin kulindungi selama ini?

“Kakak…” pintu kamar Daina terbuka, wajah bulat imut-imut Daina muncul dicelah pintu,
Tempat tinggalku memiliki dua buah kamar yang satunya sama sekali tidak terpakai, dan disanalah kamar Daina sekarang,

Aku merasa tidak nyaman dengan pengaturan ini, tapi aku merasa sudah terlalu banyak merepotkan guardian yang lain,

Memintanya tinggal bersama Mikia memang bisa, tapi Mikia tinggal berdua dengan kakeknya, Boraknitchov.
Jelas tidak mudah,

Sedangkan messiah…,ah,dia membawa pria yang berbeda keluar masuk setiap malam, aku bisa mati karena cemas menitipkan Daina padanya!

Sejak awal akulah yang menginginkan Daina tetap berada disini agar aku tetap bisa mengawasinya,
Markas paladin adalah tempat teraman yang bisa kupikirkan saat ini.
Setidaknya.

“Kakak,belum tidur?”
Aku menggeleng,

“Justru aku yang harusnya bertanya, Daina kenapa belum tidur?!”
Daina menghampiriku, gaun tidur berwarna jingga muda-nya melambai lambai, ia berdiri disebelahku dan menghirup angin yang berhembus lembut di balkon tempat kami berdua berada,

“Tadi,sewaktu aku dan kakak bermain ditaman, aku seperti merasa Tasuku ada disana, aku sangat senang”

“Benarkah?” sahutku sembari menaikkan alis, heran dengan ketajaman perasaan Daina,
terkadang ia seperti tidak waras jika membicarakan Tasuku, tapi aku paham.

“Aku tidak merasakan apa apa…” sesalku

“Hanya aku yang bisa merasakannya” Daina membusungkan dada bangga.“Mungkin saat itu Tasuku juga sedang memikirkanku,”
ia bercerita sambil sedikit menggoyangkan kepalanya kekiri dan kekanan,
sesekali ia juga bersenandung,
“Aku tahu soalnya sudah sering seperti ini, jika aku memikirkan Tasuku,kesedihanku akan berubah menjadi kekuatan.''
''semakin jauh kami berpisahpun kami akan menjadi semakin dekat” ia terus bercerita dengan riang.
Aku tersenyum,

Dia begitu mencintai Tasuku...,mereka saling mencintai,
cinta yang berubah menjadi sebuah kebutuhan,cinta yang obsesif,
baik Daina ataupun Tasuku sama sama terobsesi satu sama lain,
aku mengakuinya sebagai ketidak-wajaran yang indah.

“Daina…”panggilku.

Daina memalingkan wajahnya kearahku,“Ya…?”

“Seandainya…seandainya saja,nih?!” aku tidak tahu apa yang kupikirkan saat ini…

“Seandainya kau tidak pernah bertemu Tasuku, kau mungkin tidak akan jatuh cinta padanya sampai seperti ini,kan?”

“Maksudnya?” bola mata Daina yang bulat membesar karena penasaran,lucu sekali…

“Apa rasanya kau bisa mencintai… orang lain begitu besarnya,sama seperti cintamu pada Tasuku, andai kau tidak pernah bertemu dengannya?”
aku hampir saja menampar mulutku sendiri saat aku sadar akan pertanyaanku,
bodoh sekali aku ini...

“Mana aku tahu?” jawab Daina yakin “Aku tidak pernah mengatur pada siapa aku akan jatuh cinta…”
“Tapi aku yakin,kak…!” tukasnya tiba tiba “Aku yakin,meskipun waktu itu andai kami tidak bertemu, andaikan kakak dan Tasuku tidak memungutku, aku pasti akan tetap bertemu dengannya,jatuh cinta padanya,disuatu tempat yang lain, entah dengan cara apa”
Aku melihat Daina tersenyum lembut, ia menutup matanya, merasakan desiran angin yang menghembus diatas kulitnya.
Bernafas, sesekali rambutnya yang panjang tertiup angin.
sedetikpun aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari kecantikan yang menyiksa itu,
aku tahu,yang terobsesi bukan hanya Tasuku...
aku pernah merasakan kegilaan yang sama terhadap Daina,bertahun-tahun lalu,
dan sekarang,aku berjuang mati matian agar rasa itu tidak bangkit lagi.

“Memungutmu…” aku dengan cepat menguasai diri dari keterpesonaan yang sesaat tadi membiusku.“Memangnya kau kucing…?”

Daina menatapku gusar.
“Mengajak bertengkar lagi,ya?!”
Aku tertawa,mengusap rambutnya.

“Tidur sana,ini jam tidur anak kecil,tahu!”

Daina berjalan menuju kamarnya, kakinya menghentak kesal, kupikir dia akan berteriak marah padaku,dan ngambek.

Tapi Daina malah berpaling dan tersenyum manis padaku,

“Kak…” panggilnya “aku tidak pernah menyesal telah jatuh cinta pada Tasuku” “Aku bersyukur pernah mengenalnya, aku juga bersyukur telah bertemu kakak dan Tasuku,aku bahagia” ia pun menutup pintu kamarnya setelah tersenyum padaku untuk terakhir kalinya.

Aku tetap berdiri mematung seorang diri.
Tidak tahu mengapa aku menanyakan hal yang tidak berguna seperti tadi?
Daina…
Aku tahu perasaan cinta yang tidak pada tempatnya ini sama saja dosa.
aku mengutuki debaran laknat yang saat ini kurasakan,
manusia macam apa aku yang benar benar egois jika sampai berharap memiliki sesuatu yang bukan untukku?

Pikiranku sesaat tadi benar benar jahat.
Terpikir, seandainya saja Tasuku tidak ada atau nyatakan saja perasaan ini,toh’ tak kan ada jaminan bahwa Tasuku masih hidup…?

Tidak!
Tasuku adalah adikku dan aku tak’ akan mengkhianatinya,
kalau hanya perasaan cinta, sedalam apapun,dan sesakit apapun,
aku bersedia menahannya.
aku tidak akan pernah mengkhianati adikku,
sejak awal aku telah bertekad akan memberikan apapun demi kebahagiaannya,
dan itu tidak berubah,walau dia menjadi raja kaum Undead sekalipun!

Aku menarik nafas panjang. Mengisi paru paruku dengan udara malam,
Anganku melambung entah kemana.



************************
************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Tasuku



Suatu tempat terpencil di Amerika serikat.
_______________________________________
_____________________________


Aku dan Stast terus berjalan tanpa tujuan berhari hari,
Kami berhasil keluar dari Rusia,
Selama perjalanan yang memakan waktu tiga hari itu,Stast membawaku kembali ke amerika,
tapi sedikitpun aku tidak berniat kembali ke sarang undead itu lagi.

Walaupun aku tidak merasakan lelah meski terus berjalan tanpa istirahat, Kurasakan tubuhku mulai melemah lagi.

“Sepertinya sudah waktunya?”
Tak kuhiraukan kata kata Stast disampingku,
Tubuhku oleng, Stast dengan sigap menahanku,

“Apa kubilang?! Ini karena kau tidak mau mendengarkan”

“Aku tidak mau…membunuh!” tegasku.
Stast menghela nafas,mendudukkan tubuhku diatas batu besar,
Kami berada di jalanan beraspal panjang yang sepertinya terus menyambung entah kemana selamanya,
terik matahari sama sekali tidak membuatku kepananasan.
malah sebaliknya,
aku seakan haus akan hawa panas karena suhu tubuhku yang rendah.

Aku melirik sekelilingku,
hanya ada perbukitan pasir berwarna dan tanah kosong,
tidak ada rumah, tidak ada tanda tanda pemukiman

“Ada desa terpencil,1,5 km dari sini” ujar Stast membopongku.
“Aku tidak butuh bantuanmu…”aku menepis tangannya. “Aku bisa sendiri”
Stast akhirnya berhenti berusaha membantuku.

“Aku hanya akan lewat,”ujarku kemudian ”Aku tidak berkeinginan menyentuh atau mencari mangsa dimanapun”

“Terserah kau,my lord” Stast mengangkat bahu “Stast tidak akan memaksamu,karena jika sudah waktunya,'pasti'...”
Stast bersiul, memanggil kelelawar raksasa yang menjadi transportasi utama kami untuk menyusup ke wilayah Paladin.

Chimera itu memiliki sedikit kecerdasan dibanding undead jenis lain, ia mampu mendeteksi dan menghindari setiap wilayah yang rawan, dimana kami mungkin saja terlihat.
Namun Stast sepertinya tidak mau mengambil resiko kami akan terlihat, jadi sewaktu waktu, kami berjalan kaki seperti sekarang,
memakai logika bahwa benda besar sulit disembunyikan.

“Naiklah” ujarnya seraya melompat keatas punggung kelelawar raksasa itu.
Aku mengikutinya dan naik diatas tunggangan para vampir itu.

“Kau menciptakan ini sendiri…?” tanyaku penasaran.

“Tentu,siapa lagi yang bisa kumintai bantuan…?”
Aku tidak bisa menebak suasana hati Stast saat ini, secara fisik,
ia nampak seperti manusia biasa yang berwajah rupawan dan elok.
Disisi lain, hanya orang bodoh yang tidak menyadari perbedaannya.

“Kau sendiri tidak jauh berbeda denganku sekarang”
Aku terperanjat, apa ia menyadari aku memperhatikannya?!
Padahal ia sendiri tidak melihat kearahku sedikitpun.

“Kau bisa membaca pikiranku…?”
Stast menyeringai mendengar pertanyaanku ketika kami membubung semakin tinggi diudara.

“Secara teknis tidak,tapi sebagai kaum yang tidak bisa mati pasti ada beberapa pola pikir kita yang sama”
Dalam hati aku mengakui kata katanya, kuakui sejak bermutasi menjadi undead,ada banyak perubahan pada pola pikirku,

“Bagaimana kau menjadi undead?” tanyaku lagi,berusaha mencari jawaban sebanyak mungkin akan pertanyaanku yang seperti tidak ada habisnya,
ia benar,hanya di sisinya tempatku sekarang,
aku sudah tidak bisa kemana mana lagi,

“kurasa kau sudah tahu bagaimana cara virus itu menyebar dalam tubuh manusia”
Stast tertawa lagi,mengerti maksudku dan tahu apa yang kuinginkan.
Pertimbangan.

Tanpa diminta ia bercerita panjang lebar bagai air mengalir.
Tahulah aku, bahwa ia menyimpan begitu banyak ingatan yang tak pernah terhapus sedikitpun dalam memorinya.

Dan berbagai macam kisah yang terjadi dalam kehidupannya yang tak berujung.

“Yang mana yang ingin kau dengar? Aku bisa menjadi apa saja, baik itu hantu dalam setiap penghidupan yang takut akan keberadaanku maupun dewa bagi mereka yang mengejar kekuatan,kecantikan dan keabadian,”

“mana yang ingin kau dengar? Stast ini memiliki banyak kisah yang hampir semuanya berakhir dalam siklus yang sama,”
“Yaitu ketiadaan,Nothingness…” suaranya tidak lebih dari sekedar bisikan halus,
Aku terdiam, orang ini…

“Aku ingin dengar yang sebenarnya” jawabku.
Stast kembali menyeringai,kali ini seringaian dingin penuh dendam.

“Aku lahir pada tahun 1983, didaerah timur,ayahku adalah militer yang sangat disegani,aku terlahir sebagai anak laki laki yang memiliki kepandaian diatas rata rata,kebanggaan keluarga,
aku telah mengikuti serangkaian tes psikologi yang rumit yang menguatkan bukti bahwa kepandaianku memang bukan isapan jempol, aku sangat mengagumi ayahku,dan mencintai negaraku,"
"karena kecintaanku pada Negara dan rasa kagumku pada ayahku, maka aku memutuskan meninggalkan bangku kuliah untuk bergabung dengan kemiliteran,tepat pada ulang tahunku ke dua puluh, akhirnya aku diterima menjadi salah satu prajurit Negara yang sangat kudambakan, benar benar sebuah batu loncatan yang bagus bagiku dalam menapaki karier militer yang kuidam idamkan”
"apa kau tahu berapa IQ-ku saat itu?" ia balik bertanya,

"Seratus tujuh puluh?" aku mencoba menebak dalam hitungan wajar manusia pada umumnya.

"Non...," tolaknya sambil mengibaskan tangan "Dua ratus dua belas,pas"

Reaksiku biasa-biasa saja,
angka yang relatif rendah bagiku yang pemegang rekor dunia ini,
Aku dua ratus tujuh puluh...
tapi aku sangat malu dengan perhitungan itu,karena menurut kak Ari aku belajar bicara pada usia lima bulan...!

"Jelas tidak bisa dibandingkan denganmu,Yang Mulia" Hibur Stast pada dirinya sendiri,
aku membuang muka.
dan ia pun melanjutkan kisahnya.

“Sejak awal, aku adalah pemuda idealis yang hanya tahu artinya baik dan buruk,apa itu hitam,apa itu putih,aku sudah tahu,
Kemudian,ketika ayahku meninggal dalam perang, bukannya aku tidak merasa sedih, aku juga turut merasakan kebanggaan beliau sebagai prajurit militer yang gugur dalam membela negaranya, lantas apa yang salah dengan itu?!
Matipun tak apa,karena bisa hidup dengan penuh kebanggaan,
Membebaskan mereka yang tak berdosa agar tak menjadi korban,
Apa yang salah dengan itu?
Aku berjuang, aku berperang tak hanya demi membela Negara,tapi juga untuk kebebasan kaum yang lemah dan terjajah!
Dan meninggalkan sesuatu yang berharga yang akan selalu dikenang sampai akhir masa,jalan seperti itulah yang kupilih"
"Saat itu Negara diseluruh dunia memang sedang berperang,nuklir dan kesengsaraan dimana mana,
Akhirnya aku kemudian diutus meninggalkan desaku dan dikirim ke medan perang, meninggalkan ibuku, adik perempuanku, dan tunanganku,Emelie…”
Sampai pada bagian ini, aku sempat melihat sudut matanya yang berkaca kaca, tapi sedetik kemudian, aku berpikir mungkin aku salah lihat.

“Awalnya aku tidak punya firasat apa apa meninggalkan mereka sendirian,
Aku berharap bisa pulang membawa nama besar mendiang ayahku atau membawa kebanggaan yang abadi jika aku gugur”
“Pada masa itu juga,ada banyak macam senjata yang digunakan dalam perang, dan tercetuslah istilah ‘senjata biologis’ yang disebut sebut sebagai senjata yang memiliki dampak terkecil dan teraman dibandingkan nuklir yang banyak memakan korban dan memiliki efek pemusnah massal”

Tanganku terkepal kuat,itulah cikal bakal virus undead yang kami kenal sekarang.

“Senjata biologis yang dimaksud mereka,adalah virus, bagi yang telah diinjeksi dengan virus itu,akan memiliki kemampuan beregenarasi yang cepat, ditambah kecepatan dan kemampuan tempur yang sudah tidak bisa disebut manusia lagi.
Tapi tidak bisa dengan struktur DNA orang biasa, hanya manusia yang memiliki kecocokan DNA dengan virus itu,
dan memiliki otak yang sangat cerdas yang bisa membangkitkan kekuatan yang tersimpan dalam virus itu,"
"mereka yang memiliki struktur DNA yang sesuai bagi virus itu disebut sampel 'The Choosen'-yang terpilih-oleh para peneliti”

Aku sudah tahu soal itu,
Struktur DNA seorang manusia dewasa pada umumnya hanya dapat membuka dua strand dalam otak mereka, dan DNA yang memiliki kecocokon dengan virus itu adalah…
Tentu saja harus ada lebih dari 3 strand yang terbuka dari jumlah maksimal strand yang bisa dibuka dalam otak manusia, yaitu dua belas.
semakin banyak strand yang terbuka, tandanya semakin jenius orang itu,
dan aku juga termasuk didalam lingkaran tersebut.

“Aku adalah salah satu dari sampel The Choosen-yang terpilih-yang diinjeksi pertama kali dalam percobaan mereka”

Aku tahu ‘mereka’ yang dimaksud Stast pastilah pemerintah yang berkuasa pada masa itu.

“Atas persetujuanku sendiri,akhirnya mereka membawaku ke laboratorium tersembunyi,bersama dengan prajurit lain yang ikut menjadi bahan percobaan,mereka yang bersamaku semuanya berotak sama cemerlangnya,sama cerdasnya denganku,
Sebagian dari mereka juga bersedia di injeksi karena rasa kecintaan pada Negara dan tanah kelahiran,sama sepertiku,dan sebagian lagi, karena impian mendapatkan kekuatan dan menyingkap tabir pengetahuan yang tak pernah bisa dipecahkan oleh manusia biasa-
yaitu rahasia hidup abadi”



***************************
***************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(Lanjutan)


Tasuku


_________________________________
________________________


Stast tersenyum sinis saat mengucapkan kata 'Hidup Abadi',
didalam hatinya,entah dia sedang menertawakan apa.
atau mungkin juga ia sedang menertawakan frase 'Hidup Abadi' itu sendiri?!

“Kami dikarantina berbulan bulan,ditempat yang gelap dan lembab mirip penjara bawah tanah,benar saja,begitu diinjeksi dengan virus tersebut,
aku merasakan ada kehidupan dalam tubuhku yang telah mati,aku terlahir kembali menjadi baru dan tidak sama lagi,disisi lain pada saat bersamaan, aku merasakan kebutuhan yang lain," ia sedikit bergidik karena ingatannya pada saat itu mungkin terlalu kuat,
"Kebutuhan akan sesuatu yang gila dan tidak terkontrol, aku mati matian mempertahankan akal sehatku agar tetap berada pada tempatnya, agaknya itu berhasil tapi tidak bertahan lama”
Aku mengerti,
aku juga mengalaminya.

“Masa karantina selesai.Kami dibebaskan dan diperintahkan terjun ke medan perang untuk melihat seperti apa hasilnya.
Sungguh diluar dugaan,baik itu kecepatanku,indera penciuman, dan kecerdasan,semuanya mengalami perubahan drastis melebihi apa yang kubayangkan ketika aku masih manusia biasa,
Aku bagaikan terlahir kembali sebagai hewan,ya.
Hewan liar.
yang terbebas dari tubuh yang fana sebagai wadah.”

“Wadah…” aku mengutip,memandangi telapak tanganku, kuku kuku di jariku memanjang seketika,bermutasi seperti yang kuinginkan.

“Percayalah,” sambung Stast “Kau tidak akan pernah tahu betapa luar biasa mengerikannya saat-saat itu, aku benar benar terlahir kembali dan memulainya lagi”
“Tapi tidak ada hal yang bisa didapat dengan Cuma Cuma didunia ini, kekuatan menyingkap tabir pengetahuan diseluruh alam semesta, kenyataan bahwa manusia bisa memiliki hidup abadi,mewujudkan keinginan mereka menjadi seperti tuhan,Bayarannya setimpal dengan itu,
Hah, mungkin ini kutukan buat seluruh manusia yang mencoba bermain dengan takdir”

aku lebih menafsirkan kata kata itu sebagai kutukan yang diucapkannya sendiri,

“Setiap keajaiban yang dipaksakan,pasti menuntut hal yang seimbang sebagai imbalan,"

Ya,aku pernah mengatakannya,antara racun dan dan obat pun batasnya sangat tipis…
aku melanjutkan mendengar cerita Stast,

"Aku tidak memiliki kontrol lagi terhadap diriku sendiri sejak detik pertama aku melihat setetes darah, hanya setetes dan efeknya luar biasa,aku dapat membaui darah dimanapun aku berada,dan meninggalkan kemanusiaanku entah dimana,
Ketika aku sudah merasa cukup dengan mangsaku, ternyata teman temanku yang lain juga mengalami hal yang sama, mereka juga terperangkap dalam kanibalisme yang mengerikan, medan perang menjadi arena mimpi buruk seram yang seakan tanpa akhir, saat itu,barulah aku menyadari, bahwa aku bukan lagi manusia”

“Bukan lagi manusia…” aku kembali menirukan frase lain yang sama menyakitkan nya itu.
Stast sendiri pun tak dapat menyembunyikan kegetiran dalam setiap kata yang ia ucapkan.

“Hasil akhir yang mengejutkan juga menimbulkan reaksi beragam dari para peneliti, tapi pada dasarnya tidak ada yang menyetujui prilaku kanibalisme yang menjadi pada para prajurit yang telah di injeksi.”

“Aku yang belum tahu apa yang terjadi pada tubuhku,tapi kebutuhan akan darah itu nyata,sementara itu satu persatu teman temanku yang lain mulai kehilangan diri mereka sendiri,ada yang menjadi stress bahkan gila karena tak mampu menahan hasrat yang teramat besar terhadap darah segar dan naluri pemangsa mereka”
“Aku juga sakit,aku juga merasakan rasa bersalah yang luar biasa dalam diriku,memang,membunuh adalah hal yang lumrah dalam perang, tapi jika berubah menjadi makhluk entah apa yang memangsa manusia…itu adalah hal tidak bisa dibenarkan!
Berbagai macam cara kulakukan,baik itu memotong pergelangan tanganku sendiri maupun menggantung leherku sendiri,tapi hasilnya sama saja, aku sembuh dengan cepat,malah setiap darahku yang menetes keluar makin memperbesar kebutuhanku akan darah manusia”

“Lalu,palu keadilanpun telah diketuk,begitulah mereka menyebutnya,
akhirnya diputuskan pelarangan terhadap senjata biologis, dan perintah untuk memusnahkan semua senjata biologis yang ada,
tapi kami tidak bisa dibunuh, jadi kami dimusnahkan dengan berbagai cara yang ada,entah itu dipancung,dibakar,atau diledakkan disuatu tempat yang tidak diketahui siapapun secara bergiliran setiap harinya,"
"Aku tidak perduli bagaimana aku, aku bahkan tidak mau tahu kapan hidupku diputuskan berakhir,silahkan jika mereka mau membunuhku,karena mati adalah satu satunya hal yang tidak mampu kulakukan didunia ini.
ditengah kesedihan dan keputus asaan,aku teringat ibuku,adikku,dan tunanganku,Emelie,
aku telah berjanji kembali pada mereka…
ingatan akan keluargaku didesa menguatkan ku disaat saat terakhir”

Ada banyak kisah dalam hidupnya, tapi hanya kali ini,kisah ini,yang membekas paling kuat dihatinya,

“Lantas? Apa yang terjadi selanjutnya…?” tanyaku, sudut pandang Undead begitu dalam dan berbeda dengan manusia biasa dalam memaknai arti hidup,
Stast menerawang,memandangi langit tampak begitu indah kebiruan,
ia menatap langit yang maha luas dengan mata yang abadi itu,
mata yang telah ditakdirkan tidak akan pernah tertutup selamanya.

“Dan,setelah satu persatu teman temanku di eksekusi,tibalah waktunya pemusnahan bagiku,satu malam sebelum eksekusi,aku merencanakan pelarian diam diam dari penjara bawah tanah tempatku dikurung,
Mudah saja melarikan diri dari penjara primitif dengan mengandalkan kecerdasanku ini,dan aku berhasil kabur dari sana”

“Aku berusaha melarikan diri sejauh mungkin,sejauh mungkin membawa luka yang tidak sedikit baik jiwa maupun ragaku,aku berniat bertemu ibuku,adikku,dan Emelie meski hanya untuk sekejap saja,aku ingin memastikan mereka baik baik saja dengan mata kepalaku sendiri,sebelum mengucapkan selamat tinggal untuk selamanya”

Dalam hatiku berdenyut kuat,
perasaanku ketika ingin menemui Daina, ingin tahu keadaannya,
ingin melihatnya,rasa rindu yang menggebu,Stast juga pernah merasakannya,
merasakan hal yang sama.

“Aku sampai didesa tempatku dibesarkan,tapi bukan sebagai pahlawan,melainkan sebagai buronan paling dicari,penjahat paling berbahaya sekelas teroris yang menjadi incaran pemerintah diseluruh dunia,keberadaanku adalah aib,dan proyek rahasia yang menggemparkan itupun terbongkar”
“Tentu saja keluargaku menyambutku dengan hangat, mereka tahu bahwa aku bukanlah aku yang dulu lagi,tapi mereka tetap menerimaku dengan tangan terbuka, niatku hanya sementara berada disana,hanya untuk mengucapkan salam perpisahan,
Tapi sayang sekali,
Aku tertangkap tepat pada saat aku akan pergi dari sana,”
“Aku berhasil lari,tapi Emelie yang malang,ibuku,juga adikku semua ditangkap dengan tuduhan menyembunyikan buronan,makhluk berbahaya yang seharusnya dimusnahkan”
Ia tertawa,tawa melengking yang kejam, "Tentu kau tahu,apa konsekuensi-nya membantu buronan yang disejajarkan dengan teroris kelas dunia," ia mengusap dahinya,seperti menunjukkan bahwa ia sendiri tidak habis pikir dengan apa yang telah terjadi padanya.

“Karena dianggap membantuku melarikan diri,seluruh keluargaku dihukum mati,Emelie adalah yang terakhir dieksekusi…”
kami sama sama terdiam setelah Stast menyampaikan kalimat terakhirnya,

Aku terpekur sejenak mencoba menghayati makna apa yang terkandung dalam kisah hidup undead yang dikenal orang lain sebagai raja undead yang menebar rasa takut setiap kali namanya disebut.
Kesakitan macam apa,kesedihan macam apa yang telah ia rasakan,

“Jika aku adalah aib,lalu mereka yang dengan seenaknya menentukan takdir manusia itu apa? Ibuku,adik perempuanku,dan tunanganku…mereka salah apa? Nafas manusia ku yang terakhir lenyap sudah, mereka harus membayarnya…”

Aku menatap tajam langsung kemata merah menyala dihadapanku

“Bagaimana kau bisa hidup demikian sekian lama? Bagaimana kau bisa menyingkirkan rasa bersalah pada banyak orang yang nyawanya kau hilangkan?! Itu bukan impian,itu hanya ilusi yang diciptakan oleh kekuatan dan pengetahuan yang gila!”

“Aku dikhianati," balasnya, "Aku hanyalah alat bagi segelintir orang untuk mencapai tujuan mereka,dan setelah semua pengorbananku, aku harus dimusnahkan,enak sekali mereka”
Stast kembali menjawab “Setelah tahu bahwa semua hal yang kupercayai adalah palsu belaka, bagaimana aku bisa menghabiskan sisa hidupku dalam kedamaian?
Bukan salahku jika aku berpikir mereka harus memberikan bayaran yang setimpal atas apa yang mereka perbuat terhadapku”

“Tapi orang orang itu?! Orang orang yang kau jadikan tentara zombie mu?! Apa salah mereka?!”

“Korban itu tak terelakkan dalam setiap perjalanan mewujudkan ambisi, aku sendiri sudah tahu apa yang kulakukan ini salah, tapi dalam hal ini,akulah yang menjadi korban,aku hanya menuntut keadilanku,
keadilan menurut pandanganku,aku dendam pada dunia ini,
aku muak melihat kepalsuan,
tanpa itu semua,hatiku tidak akan puas,lukaku tidak akan pernah sembuh”

Aku tidak yakin apa yang kurasakan saat ini,
mendengar begitu banyak kegilaan,
tapi anehnya,aku setuju dengan pola pikir Stast yang selama ini kutolak,
aku memikirkan Daina,memikirkan kakakku,memikirkan mendiang orang tua kami
Memikirkan mimpi mimpiku yang kandas…

Lalu aku memikirkan Robert clarken,
Kebencian dalam darahku menggelegak, meledak dalam dendam.

“Kenapa kau menceritakan ini semua padaku…”

“Karena kita memiliki nasib yang hampir sama, tapi belum terlambat untuk membuang semua nya bagimu sekarang,aku kehilangan,karena aku terlalu memaksakan hidup bersama mereka,aku terlalu memaksakan kehidupanku yang jelas jelas sudah tidak dapat lagi dipersatukan dengan ‘mereka’ yang kucintai,aku juga menyadari kenyataan yang paling menyakitkan ku, bahwa keberadaanku di sisi mereka hanya akan menggiring orang orang yang berharga bagiku diambang kehancuran”

Dalam hati aku merenungi setiap ucapan Stast,keberadaan yang hanya akan membawa kehancuran bagi orang orang yang dicintai…

“Bukan salah kita…” gumamku, “ada banyak hal yang terjadi diluar kehendakku…”
Aku sudah tahu nasib yang sama pasti akan menimpa Daina jika berada disisiku,
makhluk bukan manusia yang tidak seharusnya ada.
Aku yang mencintai Daina,aku yang paling tidak menginginkan ia menderita karena aku,
aku harus menghilang dari hadapannya,sekarang juga!

“Jadi bagaimana keputusanmu?” Tanya Stast lagi.
Aku terdiam sesaat,

Tiba-tiba,
bayangan kakakku,melintasi batas imajinasiku sampai membuatku nyaris buta.
dia yang telah berkorban begitu banyak untukku,
apa aku lagi-lagi harus...
mengorbankannya...?!

Dalam kekalutan,
terngiang kembali ucapan Stast.



"Korban itu tak' terelakkan dalam setiap perjalanan mewujudkan ambisi"




******************************
******************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

@kaz
iyuuunnn,,,,maap,,,,hiks,,,,
padahal kemarin dah niat update,tapi kepala daina sakit banget serasa mau pecah,,,,
>_<

andai dai adalah undead,,,,fuffufufufufuuu~
nggak usah cemas kalau jatuh sakit,,,,
^^;

@misa
huaaaaaaaa!!! iyaaaaa!! terima kasih banyaaaaakkk,,,,,!!!
btw,misa sangat berbakat jadi tukang repiw,
dai mohon bantuannya lagi,yuuaaaa~
nge-review novel acakadut iniii,,,,,,
^0^

(wiiihhhh!!! IQ- Tasuku tinggiiiii,,,,,!! sebenarnya sejak sebelum jadi Undead pun dai pikir dia adalah 'makhluk tidak normal',,,,mwahahahahhhahaa)
*kabur coz lehernya mo dipatahin ama Tasuku*
^^;

@ERAGON
baik,sir!!! siap,sir!!!
pengarang bodoh ini tidak akan menyerah,sir!!
^0^;
 
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(Lanjutan)

Tasuku


_______________________________________
______________________________


“Kita harus turun…” tukas Stast sebelum aku menjawab pertanyaannya.
Aku mengikuti arah mata Stast yang menengok kebawah.
Terlihat olehku pedesaan yang disebutkan Stast,
aku paham apa yang dimaksudkan oleh Stast, jika chimera raksasa ini melintas terang terangan pasti akan terlihat oleh seseorang,
keberadaan Stast akan mudah terlacak.

selain itu kepalaku mulai terasa sakit lagi, mungkin ini sudah saatnya seperti yang dikatakan oleh Stast?
bahwa saatnya telah tiba untuk berburu?

Perlahan tapi pasti,chimera itu mulai terbang merendah.
Aku dan Stast turun dari chimera itu,

“Pergi,cari jalan memutar yang jauh dari jangkauan manusia jauh dari sini,dan sembunyi, kita bertemu lagi nanti jika aku membutuhkanmu aku akan memanggilmu”
Hewan cerdas itu sepertinya mengerti apa yang dikatakan tuannya,
dan terbang menjauh berbalik arah,menghilang ditengah cahaya matahari.

“Selanjutnya kita bersembunyi dipinggiran desa yang agak sepi,menunggu kesempatan yang tepat agar bisa lewat diam diam” ia melirikku,kembali menyeringai.

Aku memilih untuk diam,
Kenapa kami harus turun? kenapa kami tidak terus saja melewati jalan memutar? dengan begitu aku tidak harus melewati daerah pemukiman...
aku sendiri lebih suka bertindak nekat daripada bersembunyi,
ya,dia sengaja mendekatkanku dengan mangsa,
dia berharap agar aku mau mengikuti naluriku...
aku tahu apa yang ia rencanakan,tapi aku terlalu malas untuk membantah,

“Siapa berikutnyaaa?!”
Aku tersentak ketika terdengar teriakan membahana,
Menarikku untuk mengintip dicelah pepohonan.
Tampak olehku kerumunan masa yang ramai,ditengah tengah desa.
Dua orang laki laki tinggi besar tampak sedang berkoar dengan lantang, didepan mereka puluhan orang mengantri dengan wajah harap harap cemas,
Seorang pria dan anak istrinya tampak menyerahkan sekotak perhiasan,
Kemudian kedua orang itu menukarnya dengan satu ampul cairan putih kebiruan,

Aku tahu cairan apa itu,
ya,itu Vaksin,
dan ironis nya,
aku lah yang menciptakannya.

“Apa hanya segini,tuan?” Tanya laki laki itu, dibelakangnya, tampak wanita dan anak anak pucat yang mungkin adalah keluarga pria itu.

“Jangan banyak bicara! Inipun masih kurang untuk menebus setengahnya!”
Dan pria itu berlalu dengan wajah kuyu.

"Ooh,vaksin,ya?" Stast ikut memperhatikan disampingku, "Padahal tempat sekecil ini sudah lama dilanda musibah kelaparan,benar-benar hebat.menarik keuntungan bahkan dari orang miskin sekalipun" komentarnya.

Aku kehabisan kata-kata,terus memandang dengan getir.
penderitaan dimana-mana?
apa untuk itu aku membuat obat itu?!
inikah hasil dari jerih payahku nyaris seumur hidup,berpikir dan mencurahkan segala ilmu pengetahuan dan kepandaian yang kumiliki...?!
apa untuk tujuan semacam ini aku melibatkan diriku hingga menjadi makhluk bukan manusia seperti sekarang?!
dimana cita-cita ku?!

Ada sesuatu yang perih menusuk dalam dadaku,
sejak dahulu selalu seperti itu, aku menghargai sesama ku sebagai anggota tubuhku yang jika satu jari saja merasa sakit,
maka bagian lain akan ikut merasakan sakitnya,
aku tidak habis pikir kenapa ada orang yang begitu dingin didunia ini,
menyakiti sesama-nya,apa mereka tidak merasakan sakit? bukankah mereka manusia?

Apa artinya cinta dan belas kasih?!

“Vaksin 50% untuk menanggulangi infeksi virus! Giliran siapa lagi sekarang?!”

Seorang wanita tua maju,ada anak perempuan berwajah pucat yang menggenggam tanganya yang gemetar dan letih.

“Jual lah pada kami,tuan,” dengan tangan yang keriput ia menyodorkan beberapa lembar baju,“Hanya ini yang kami punya…”

“Nenek tua!” hardik salah satu pria itu, dari seragam yang ia pakai, aku melihat jelas sekali emblem C.C-clarken corporation-perusahaan kimia miliki Robert Clarken.

“Kumohon…kasihani cucu saya…kasihani…”

“Diam! Memangnya apa yang kau punya hah?! Apa?!”
Tubuh renta itu dihempaskan dengan kasar ketanah berbatu yang kasar,menggelepar sesaat kemudian tak bergerak lagi.

“Neneeekk…nenekk…” sang cucu menangisi jasad renta yang tak bergerak lagi itu.

“Apa dia mati?!” Tanya salah seorang dari dua pegawai Clarken corporation itu.

“Biarkan! Biarkan! Masih banyak yang lain yang bisa diurus selain gelandangan itu” sahut yang lain menimpali.

“Kejam sekali!” seru para warga dengan marah.

“Kalian sama saja dengan Undead...!”
Orang orang perusahaan obat yang merasa terintimidasi mencabut pistolnya, dan menembak gadis kecil yang menangisi jasad neneknya yang telah tiada itu hingga tewas.

“Apa kalian keberatan?! Kalian ingin menghukum kami?! Gadis itu dan neneknya telah terinfeksi sangat parah! Memang sepantasnya mati, apa kalian ingin berakhir sama dalam karantina?! Bunuh kami dan orang orang perusahaan kami yang menyadari bahwa kami menghilang akan menemukan kalian disini!”
Ancam mereka,

Orang orang desa yang semula ramai mengelu elukan menjadi bungkam seribu bahasa.

"Sudah untung kami mau berkunjung kemari! barang ini sedikit! siapa cepat dia dapat,jadi bergegaslah!" bentak mereka lagi,

Stast disampingku tertawa sinis,
“Hah rupanya zaman sekarang hak asasi manusia sudah tidak berlaku didunia yang kacau ini…?” ia menanggapi sangat pedas.

Aku sudah tak dapat menahan diriku lagi.
ketidakadilan semacam ini tidak boleh terus terjadi,
rasa kecewa ku bercampur dengan rasa marah,
tanpa menghiraukan Stast,aku melompat,muncul dihadapan mereka semua.




**********************************
**********************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Stast


_______________________________________
_____________________________


Bagaimana menurutmu jika ada orang yang seharusnya hidup bahagia dan sempurna,
memiliki cinta dan kasih sayang dari orang orang terdekatnya,
dan dilimpahi banyak hal yang dianggap orang lain sebagai anugrah,seperti keindahan fisik,materi,dan ilmu,
tapi kebahagiannya dirampas secara paksa, dan dia terpaksa menjalani hidup yang penuh penderitaan dalam neraka yang bernama 'keabadian'?

Ya,dia,
TsaraniaKova Gabriel,
akan menjadi kaisar baru yang sangat sempurna bagi kelangsungan hidup kaum abadi seperti kami.
keberadaan paling penting.
tidak salah lagi,ia memang ditakdirkan berseberangan jalan dengan Aryanov Gabriel,sang kakak,
jika ada sosok yang mampu mengalahkan Aryanov Gabriel,
Hanya ia yang bisa.

“Siapa kau ini? Antri saja dibelakang,”
Manusia itu mendorong calon raja kami dengan kasar,
dia pikir siapa dia,huh?

Pewarisku tersenyum bijaksana,
“Berikan semua serum itu untuk mereka” pintanya secara halus.
Andaikan jantungku masih berdetak,
pasti…pasti aku merasa sangat berdebar debar sekarang…

“Hah? Apa? Aku tidak dengar…coba ulangi sekali lagi!”
Sang raja memperlihatkan gigi taringnya yang memanjang,
kedua orang didepannya mundur beberapa langkah,
Keadaan sunyi senyap.

Stast ini pun tidak bisa menahan dirinya untuk tidak takjub,

Suara tembakan meletus beberapa kali,
calon penguasa kematian kami tersungkur mundur,terdengar teriakan ngeri beberapa penduduk sipil.

“Undead jahanam,mau melawan,rupanya,”

“Dia sudah terinfeksi begitu parah! Lihat matanya tadi!”

“Huh! Memangnya Undead bisa apa? Tembak saja kepalanya sebelum dia jadi Zombie, beres,kan?”
Bisik bisik dua orang itu berhenti saat raja kami bangkit kembali,
darah keperakan menetes dari dahinya yang berlubang bekas tembakan peluru,
luka itu menutup.

Bersorak dalam hati, aku begitu gembira,dan…
oh! Mata itu!
Dia lapar.
Lapar,dan marah,ck,ck,ck,ck…

Beberapa tembakan dilancarkan kembali, dada,pundak,perut,dan seluruh bagian tubuhnya semuanya tak luput dari sasaran peluru.
ia roboh seketika, tapi bangun lagi,terjadi berkali kali.

Dasar manusia dungu,harusnya lari saja mumpung masih sempat, mereka hanya buang buang waktu menembaki vampir,
dia bukan undead biasa yang bisa kalian lumpuhkan dengan tembakan di kepala,
kecuali kalian punya seni bertarung bagai dewa,
seperti para anggota Guardian Paladin,dan bisa membuatnya tercabik cabik terlebih dahulu sebelum dimusnahkan,

Kalian yang tidak tahu seni apa apa dalam upacara sakral membunuh Undead tidak akan mampu menghentikannya.

Saat semua orang yang berada disana sadar bahwa yang ada didepan mereka adalah vampir, hanya teriakan membahana yang kacau yang terdengar dimana mana.

Tapi terlambat,
sang raja kalap,
menarik dua orang didepannya dan memangsa mereka,mematahkan leher mereka,menancapkan kuku nya diatas daging segar yang segera tercabik dengan mudah,membenamkan gigi taringnya dalam dalam dan mulai menyedot darah mangsanya dengan rakus.

Setiap derak tulang yang patah terdengar sebagai musik yang indah ditelingaku,

setiap jerit kesakitan merupakan orkestra paling berkelas bagiku,
dan dia,
hanya dia yang mampu menciptakan kengerian semacam ini,hanya dia,bahkan aku sekalipun tidak akan mampu menahan rasa takut ketika pandanganku beradu dengan matanya,
mata raja Undead paling kuat sepanjang sejarah umat manusia!

Darah yang membanjiri tanah,mengingatkanku akan masa lalu,
Beberapa orang yang terinfeksi sudah sangat parah,
tidak dapat menahan diri mereka setelah melihat darah yang menyembur kesegala penjuru,
dan mulai menyerang mereka yang sehat.
chaos,kekacauan yang terjadi tidak dapat diramalkan oleh siapapun,

Sedangkan pangeran yang tidak bisa mati itu meraung setelah ia selesai menyantap mangsanya,raungan binatang yang terluka, raungan hewan lapar.
Menghias arena liar itu dengan darah.

Lalu,
sunyi dalam sekejap.

Desa kecil yang telah porak poranda itu hancur lebur.
Pangeran yang berdarah meraung terluka,

“Aku tidak ingin memusnahkan…aku tidak tahu akibatnya akan seperti ini…aku tidak tahu…”
“Aku hanya ingin menolong mereka…”

Dengan sedih ia menggenggam tangan jasad gadis kecil yang mati tertembak didekat jasad neneknya,
tampak terluka dalam hati,
“Aku tidak bisa membiarkan ketidakadilan ini terus terjadi,
aku membuat obat itu…aku menciptakannya agar tidak ada lagi orang yang menderita, agar tidak ada lagi yang mengalami hal yang sama seperti yang kualami,bukan untuk menebarkan penderitaan”

“Apa yang kau lakukan tadi sudah benar, jika kau kehilangan kendali,itu bukan salahmu…” kuberikan penghiburan.
entah apa yang diusahakannya,semua itu percuma,
dia hanya akan menjadi seorang yang membawa bencana dan kematian di sekelilingnya,
itulah takdirnya sekarang,
betapapun ia berusaha menolong orang lain,hasilnya akan jauh dan tidak sesuai dengan yang diharapkan,
begitulah Undead yang mencoba berbaur dengan manusia,
tidak akan bisa,tidak mungkin bisa.

Dan kelihatannya ia sudah menyadari hal itu sekarang.

“Stast The Origin…”bisiknya memanggil namaku “Aku ingin…membalaskan semua dendamku…pada mereka…yang merampas mimpi mimpiku…mereka yang merampas kebahagiaanku,dan merampas harapan orang lain untuk bertahan hidup…”
"Ajari aku...bagaimana caranya agar tidak merasakan apa apa? bagaimana agar tidak memiliki penyesalan? bagaimana!"

“Kau tidak perduli pada korban yang akan jatuh?” aku memastikan.
Ia menggeleng putus asa,

“Bagiku,dunia sudah lama berakhir, duniaku adalah impianku untuk dapat hidup bahagia bersama orang orang yang kusayangi,duniaku adalah mimpi untuk menciptakan surga dimana orang orang bisa hidup damai didalamnya tanpa terbelenggu ketakutan lagi,duniaku adalah Daina yang kucintai…,” ia menengadah keangkasa.

“Jika semua itu telah lenyap direnggut oleh tangan tangan tak bertanggung jawab yang merusak kebahagiaan kami, maka apa lagi yang tersisa dariku?”
“Jika aku tak boleh ada disisinya lagi,lebih baik dunia juga tidak ada, jika aku hancur,lebih baik dunia hancur bersamaku”

Itulah yang ia katakan padaku
Egois,dan hancur, jadi satu dalam keputus asaan dan kegilaan,juga obsesinya pada wanita yang ia cintai.

“Bantu aku,Stast,buat supaya aku dapat membelenggu perasaan bersalah yang menyiksaku setiap saat…” katanya akhirnya

"Itu mudah,My Lord" aku membelai lengannya dengan sikap menenangkan,rasa hormatku padanya tidak pernah berkurang sedikitpun,bahkan meski dia adalah Undead pertama yang memiliki rasa kemanusiaan yang tidak dapat dibandingkan,
dia peduli pada manusia,
apa yang seharusnya menjadi musuh bagi kaum kami.

“Apa yang bisa kau ajarkan padaku?” ia memastikan,

Aku tersenyum dingin.
“Pertama tama,aku bisa ajarkan padamu bagaimana caranya hidup tanpa rasa bersalah”
“Aku bisa membantumu balas dendam,”
“Aku akan beritahu rahasia pengetahuan diseluruh jagat raya ini”
“Kita akan menciptakan dunia dimana semuanya sama,tidak ada yang lebih tinggi dan lebih rendah,tidak ada penderitaan,rasa iri karena tidak memiliki, semuanya sama dalam keindahan yang abadi”
“Akan kujadikan kau raja kami,”
“Dan kita akan menciptakan dunia baru”

TsaraniaKova Gabriel mengetahui jalan pikiranku melebihi siapapun, sudah kuduga.

“Tidak ada yang cuma cuma didunia ini” balasnya.“Apa yang harus kulakukan? Apa bayaran yang kau minta?”

Aku mengangguk senang, deretan gigi taringku terpampang jelas dalam senyuman lebar.

“Bukan syarat,anggaplah ini sebagai kewajibanmu,rajaku..."

"Apa?!" ia berkata serak dan tidak sabar,

"Bunuh Aryanov Gabriel,sebagai bayarannya…”
usulku tanpa ragu,
"Hilangkan pertalian,hubungan asmara,ikatan perkawinan,atau apapun itu,kita tidak membutuhkannya karena kita Undead,makhluk yang bangkit dari kematian,kita tidak mengenal 'cinta' dan 'saudara', My Lord"

Selama jalan masih bersimpangan,manusia adalah musuh kami,
mangsa kami,
makanan bagi kami.
tentu saja Aryanov Gabriel pun adalah musuh,
terutama musuh sang penguasa baru yang sekarang menatapku dengan bimbang.

Pangeran yang abadi terdiam,
Tapi aku tahu ia telah membuat keputusan.




**********************************
**********************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Tasuku


___________________________________________
_______________________________

“Bunuh Aryanov Gabriel sebagai bayarannya”
itulah yang dikatakan Stast padaku,

Pandanganku kabur oleh ingatan akan kasih sayang pernah kudapatkan dari kak Ari,
nuraniku berkata tidak,aku tidak sanggup,
tapi ada bayangan lain,bayangan Daina yang kucintai,bayangan ketika melihat mereka berdua sangat dekat,
lalu bayangan bahwa kakakku adalah sosok yang paling pantas untuk Daina sekarang…
Jika aku tidak dapat memilikinya maka siapapun tidak boleh,
rasa membutuhkanku akan Daina semakin menjadi jadi,

Aku tidak bisa membenci kakak dan Daina sekarang,tapi aku berjanji suatu saat aku pasti akan benar benar membenci mereka,
dalam hati aku mengenang kakakku berkali-kali,karena sebentar lagi,
sebentar lagi kami tidak akan bisa kembali lagi seperti dulu,
ya,aku tidak dapat bersama mereka lagi,bersama kakak,ataupun Daina,
itulah kenyataan.

Kenapa dia?! Kenapa harus aku?!
kenapa harus kami yang bernasib seperti ini?!
kami adalah saudara dan kami pernah berjanji saling melindungi sehidup semati,

Tapi sekarang keadaan berbalik,
aku bukan aku yang dulu lagi, jalan kami bertentangan sekarang,
Keberadaan yang hanya akan membawa kehancuran bagi orang orang yang dicintai…
rasanya aku mengerti arti semua itu sekarang,
aku menatap desa yang porak poranda itu, menatap mayat mayat yang bergelimpangan,
orang-orang yang pada awalnya ingin kutolong…
Kenapa malah jadi seperti ini?!

Ya,duniaku adalah orang orang yang ingin kulindungi,tanpa itu,segalanya percuma,
daripada mereka menghilang dariku,
lebih baik mereka hancur ditanganku,

Tidak ada seorangpun yang boleh bahagia sekarang,
kenapa?
karena dunia ku lenyap,maka dunia siapapun tidak boleh ada.
aku tahu aku egois,tapi aku gila,ya,aku sudah gila dalam kesengsaraan ini,gila karena cinta dan obsesiku yang berlebihan,dan aku tidak dapat menghentikannya,

Daina...Daina...Daina...,kecantikan yang bagaikan heroin yang menjeratku diantara cinta yang tidak wajar ini,aku seperti memakan buah terlarang,
dan dikutuk selama-lamanya.

Maaf,kakak…maafkan aku,Daina…
Maaf…
dan selamat tinggal orang orang terkasih ku,
aku sudah memutuskan kemana aku akan melangkah.


Korban itu tak' terelakkan dalam setiap perjalanan mewujudkan ambisi




Pola pikirku tidak sama lagi,inilah pola pikir Undead,
betapapun aku menampiknya,aku tidak dapat membohongi diriku,aku setuju pada sudut pandang kejam dan abnormal itu.

Dan,kakakku,adalah korban,
bayaran yang setimpal,agar aku tidak lagi merasakan rasa bersalah setiap kali satu nyawa menghilang ditanganku,
Stast benar,akal sehatku mengakui,bahwa setelah aku melenyapkan pertalian darah diantara kami,
pasti akan terasa lega.

Tidak akan ada penyesalan,
sama sekali,tidak ada rasa sesal...


“Ya,aku akan membunuhnya” sahutku menyetujui syarat dari iblis menyerupai dewa yang tersenyum kejam dihadapanku.




*******************************
*******************************
 
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Ari


__________________________________________
__________________________________


Daripada janji ini teringkari,
Aku lebih senang mengubahnya jadi sebuah sumpah.

Aku terus diam memandangi bulan, dimana mungkin saja disuatu tempat Tasuku sedang menatap langit yang sama.

Bingung dengan perasaanku sendiri,
aku tidak ingin kehilangan harapan,
aku menatap pintu kamar Daina yang tertutup rapat,

Ingin bertemu,ingin memeluknya dan menjadikannya milikku…
perasaan kacau macam ini terus kurasakan sejak lama,

“Tidak boleh” aku bicara pada diriku sendiri.
aku kembali menatap angkasa,malam ini tidak ada bulan,bintang pun tidak terlihat,begitu sepi nya...
langit bergemuruh pertanda hujan akan datang.
aku bertekad membunuh perasaan ini secepatnya,
mengunci hatiku serapat mungkin,
dan menunggu hingga pagi datang.

'Aku akan menjaganya hingga kau kembali',batinku,
aku masih belum kehilangan harapan,
aku percaya,

Bahwa darah lebih kental dari air.

Dan ikatan diantara aku dan Tasuku tidak akan goyah semudah itu.
Kuharap bukan hanya aku yang menghargai hubungan darah diantara kami berdua.



***************************
***************************
 
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Daina


_______________________________________
________________________________


Tasuku,aku ingin bertemu...,

Dari jendela kamarku aku menatap langit,
mungkin dia ada disuatu tempat dibelahan bumi yang lain,
tempat jauh yang aku pun tidak tahu dimana.

“Sampaikan salamku padanya wahai angin,katakan aku mencintainya,melebihi apapun…akan menunggunya sampai kapanpun…”
Aku menutup tirai jendela,melemaskan kaki lalu berbaring diatas tempat tidurku,memejamkan mata.

“Selamat tidur Tasuku…” kusebut namanya menjelang tidurku.

Aku mencintaimu…
Aku mencintaimu…
Mencintaimu…




******************************
******************************
 
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Author's Note's

Akhirnya,sampai juga pada bagian yang paling ingin dai perlihatkan pada kalian semua,

bagian dimana malaikat itu jatuh,sayapnya terbakar,
dan terlahir kembali menjadi makhluk jahat yang bernama IBLIS,
(Tasuku tidak sejahat itu,kok!! hihihihiihiii)

oh,ya,,,lagi lagi hal yang tidak penting,nihhhh~
belakangan ini ada E-mail yang datang kepada DYNA,
dari seorang teman yang juga membaca 'Descendant',
E-mail ini hanya berisi kalimat biasa dengan kata kata biasa,
dan nasehat,

tapi yang paling membuat pengarang pemula ini terharu,adalah kata kata-: "terima kasih telah memberikan bacaan yang sangat menarik buatku"


KYAAAAAAAAAAA!!!
kehilangan kata kata,sumpah!!!
hufh,,,,,setiap kali dai kehilangan semangat atau mengalami krisis kepercayaan diri,selalu menyempatkan untuk membaca kembali isi E-mail tersebut, itu menjadi penyemangatku,

keberadaan orang orang yang mendukung disekeliling juga sangat penting,lho!!!
kadang dai pun merasakan betapa beratnya Tasuku yang kehilangan itu semua,
sendirian memang tidak menyenangkan,,,,,hiks,,,,

(terima kasih untuk nona S, E-mail nya akan dai simpan selamanya!! hoho)


terima kasih,teman teman semua!!!!
semangaaaattt!!!
^0^
 
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

iya. . .content-nya bagus dai. . .go dai
 
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

baru baca nyampe bab 2.....
menurutku ceritanya bagus bintang buat daina deh
 
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

11:

Descendant Of The Death Master.
(Awakening)


_____________________________________________
____________________________________

Stast.

Setahun kemudian,
Kuil Artemis, Athena,
Yunani.

_____________________________________________
_________________________________


“Paladin sudah bergerak rupanya…” aku tersenyum mencemooh para pejuang dihadapanku “Menyuruh kalian menyelidiki aku sampai kesini? How Dare You Are…

“John...,jangan sampai kalah,ya” suara seorang wanita merayu manja dari telepon yang sedang ia gunakan.

Anggota Paladin memang unik, yang satu ini bahkan masih asyik menelepon kekasihnya meski telah berhadapan dengan Stast sang kaisar Undead.

“John!” tegur wanita disebelahnya gusar karena menunggu terlalu lama.

“Jangan khawatir,Messiah sayang,kita pasti menang”
meski rekannya mengatakan demikian,
tetap saja wanita bernama 'Messiah' ini bersikap waspada,
tatapan wanita itu seperti tak pernah terputus dariku,seakan mencari jawaban.

“Aku ada pertanyaan untukmu,Stast,” katanya.
Aku masih duduk mencangkung memandanginya.

“Apa?”

Ia mengeluarkan senjatanya, tombak kembar yang berkilat mantap.

“Pertanyaan titipan kapten kami jika kami bertemu denganmu suatu saat,” ia memasang kuda kuda pertarungan.
tubuhnya seringan angin, melayang kepadaku.
jika saja tidak mengancam,ingin sekali aku menyambutnya,
aku tidak setega itu membiarkan makhluk cantik ini menyambar kasar kesana kemari!

Aku tersenyum,
menghindar cepat,
ketika mata tombak itu sampai di batu tempatku mencangkung barusan,
mataku terpana melihat batu itu terbelah jadi potongan kecil.

“Hei, itu pedang yang tajam” komentarku “Kau ingin bertanya apa?”

Wanita yang dipanggil Messiah oleh rekannya yang masih asyik menelepon sang pacar itu benar benar bukan wanita biasa.

Seperti Aryanov Gabriel,dia mengacungkan senjatanya didepan tubuhnya padaku, dan seperti Aryanov Gabriel juga,
senjata itu berkilau sejajar dengan matanya.
Paladin memang memukau,
seumur hidupku aku hanya pernah mengalahkan tiga diantaranya,
termasuk anak dan menantu dari Alexander Boraknitchov,

Haaa,Alexander Boraknitchov, sampai saat ini impiannya mengambil kepalaku belum terwujud,
aku tertawa dalam hati, aku pasti terlihat menyebalkan sekali saat ini.

“Apa yang kau lakukan pada adiknya? Dan kalau masih hidup…ada dimana?!”
Aku selalu menyukai wanita manusia bersuara lantang.

aku menyeringai senang,hingga sesaat melupakan sekelilingku,

"jawab,Undead!" bentaknya lagi,
Well,wanita yang mudah naik darah juga sangat menarik...

“Akan kuberi kau jawaban” ujarku “Hadiah, karena sudah melacakku sampai kesini”
saat aku hendak membuka mulut memberikan jawaban,
tak kusangka,'dia' telah datang membantuku.

“Stast…” Para pejuang Paladin yang terhormat menoleh pada asal suara itu. Messiah tercengang,bahkan lelaki berponsel itu mengakhiri pembicaraannya ditelepon.

Rupa-rupanya...
sang pangeran sudah tidak sabar menunggu hingga ia merasa harus turun tangan sendiri?!

“Jika kau memberitahu mereka jawabannya, apa kau yakin mereka bisa pulang dengan selamat untuk mengatakan apa yang terjadi pada...” ia memasang muka dingin ketika mengucapkan: “kakakku?”

Aku tersenyum,

“Jadi...? Hebat sekali rencanamu...” pria berponsel itu menarik keluar Machine Gun besar yang sedari tadi terbungkus rapi dan tergeletak disampingnya.
“Bagaimana,Messiah?” ia bertanya pada partnernya,yang tidak kuragukan lagi,mengenali kemiripan amat nyata yang ada pada raja kami yang berambut emas sepucat sinar bulan,dengan kapten mereka yang memiliki bola mata sekelam langit malam.

Ia berpikir sejenak,lalu
“Musnahkan semua yang berbahaya” itulah keputusan finalnya.

Mereka berdua memasang posisi bertempur yang sempurna,pasangan yang dapat diandaikan bagai benteng dan meriam yang seperti tidak memiliki celah untuk diserang,

“Satu lawan satu adalah yang terbaik,My Dear Descendant...” aku melompat menghampiri Rajaku.
yang hampir seluruh anggota tubuhnya menegang karena murka,

Pasangan itu sudah bergerak menuju kami.
Dan kamipun memulai pertarungan,
pertarungan ganda.

Yang bagi kami sudah jelas siapa pemenangnya.




*******************************
*******************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Ari.



Markas besar paladin.
_______________________________________
____________________________


“Kakak!” Daina berseru ceria ketika aku baru saja memasuki halaman mansion,
ia kelihatan lebih tenang sekarang,

“Kak…nanti malam kakak pulang cepat,kan?!” Tanya Daina

Aku mengangkat bahu, “Entahlah, memangnya ada apa?”

“Aku akan memasakkan makan malam!”
“Tapi kalau kakak tidak punya waktu tidak apa apa,kok!”ia menambahkan cepat cepat.
Tidak punya waktu? Untuk Daina?! Mana mungkin!

“Aku bisa,kok,tapi aku harus menyelesaikan urusanku dulu,tunggu aku,ya”
Aku mengacak poni Daina yang langsung cemberut “Jangan sampai gosong,ya” godaku.

Daina merengut kesal,“Aku tidak sebodoh kak Ari,kok! Tenang saja!” balasnya.
dan ia berlari sambil mengomel,
aku tertawa dalam hati,akhir akhir ini Daina jadi semakin ceria,ia melakukan berbagai kegiatan bersama Mikia seperti memancing dan memasak,
aku tidak khawatir jika ia bersama sama Mikia,
rasanya tenang memikirkan Daina telah kembali tersenyum.

Kemudian aku berpapasan dengan Ryo,
“Pagi pagi sudah dapat rezeki” Ryo menggodaku, aku jadi salah tingkah

“Tolong,ya” ujarku sok cool didepan Ryo “Daina adik iparku,tidak lebih…!”
Ryo menatap mataku seperti sedang mencari kejujuran,
Tatapan yang mengintrogasi.

“Sampai kapan kau akan membohongi diri sendiri,kapten?” cetusnya.
Aku menggeleng kuat.

“Kalau aku jadi kau” Ryo meninju rusukku pelan “Aku tidak akan melepaskannya dari awal!”

“Brengsek,kau tahu apa” aku tidak begitu menanggapi ucapan Ryo dengan serius,"Sejak awal beginilah kami,kakak beradik,dan hanya itulah perasaan yang dimiliki Daina untukku,baginya aku hanya 'kakak'..."

Ryo diam saja mendengar jawabanku,
aku tahu ini tidak boleh dibiarkan,

Aku sedang tidak ingin ada sesuatu yang menghilangkan fokusku pada tugas,
sementara itu didalam dadaku,jika aku mengingat Daina,
kurasakan jantungku berdetak sangat kencang dan hidup,
perasaan itu lagi.
lebih nyata dan kuat daripada sebelumnya,
bahkan membuatku semakin menderita karena tak memilikinya,

Aku tahu ini tidak boleh,
aku adalah pembohong besar, tidak hanya orang lain yang kubohongi,tapi juga diriku sendiri,
tapi,aku tidak boleh mengecewakan Tasuku,
demi Tasuku, demi utuhnya ikatan persaudaraan kami,
kebohongan macam apapun sanggup kulakukan.

Perasaan inilah,
perasaan terkutuk yang bernama cinta ini,
hingga batinku sangat tersiksa,
adalah awal dosaku pada Tasuku.



*************************************
*************************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Daina



____________________________________________
____________________________________



“Tak terasa sudah setahun aku disini,” kataku pada Mikia ketika kami sedang minum jus didapur,
sepulangnya Mikia dari menyelesaikan misi nya. “Selama itu juga tidak ada kabar apa apa dari Tasuku,”

“Yah,terakhir kali ada informasi yang mengatakan Stast the origin terlihat di Benua Amerika bersama seorang laki laki berambut pirang, setelah itu tidak ada kabar apa apa lagi” Mikia menimpali. “Tapi dia pasti baik baik saja,kok,tenang saja! Kami juga sedang melacak Stast,kan!” Mikia menepuk bahuku bermaksud menghibur,

Aku mengangguk angguk.
rasanya tidak mungkin undead membunuh undead. Tidak ada alasan Tasuku dalam bahaya sekarang.
Mikia benar,dan kalau Tasuku tidak bisa menampakkan diri saat ini,mungkin karena Stast The Origin itu menahannya,
Atau bisa juga karena dia merasa dia yang yang sekarang tidak mungkin bertemu denganku,dan sedang menunggu saat yang tepat.

Yang tidak kumengerti,kenapa memilih Stast the origin sebagai tempat perlindungan?!
Stast adalah musuh Paladin,musuh kak Ari juga.
tapi kalau dipikir pikir lagi, apa ada rumah lain bagi undead selain ditempat Stast?!

Ah! Pusing! Tasuku pasti punya perhitungan sendiri,apalagi dia sekarang adalah undead…
kadang hatiku amat sakit teringat kenyataan itu,
tapi aku bersedia menerima Tasuku walau dia Undead sekalipun,
aku masih tetap mencintainya…
dan cintaku tidak berkurang sama sekali sejak hari pertama kami bertemu hingga saat ini,
aku sudah tidak sabar ingin bertemu…

Susah payah aku men-sugesti diriku sendiri agar tetap tenang.
“Eh…Mikia, malam ini,ulang tahun kak Ari yang ke dua puluh sembilan,kan?” tanyaku “Aku berniat memasak makan malam,aku ingin berterima kasih karena dia sudah begitu baik padaku setahun ini” kataku pada Mikia

Bukannya tanggapan dan saran yang kuterima, malah aku dipeluk dengan gemas dan dicubit oleh Mikia

“Dainaaaaa! Kau memang manis sekali!” katanya histeris,“Sampai melakukan itu untuk si bodoh Ari,kau benar benar baik,'mama' sungguh terharu!”

mama? Mikia memang sangat lucu!
aku ikut tertawa bersamanya,
“Ehhh…,Cuma memasakkan makan malam saja,biasanya kak Ari yang memasakkan untukku setiap hari,jadi hari ini aku ingin membuat kejutan” sahutku kalem.

“Daina itu anak yang baik,yaa” Mikia menepuk dahiku pelan “Kalau aku laki laki aku pasti suka padamu,benar,lho!”
aku tersenyum,Mikia sungguh orang yang lucu.

“Tapi,masa’ Ari sudah 29 tahun?! Benar benar bujang lapuk orang itu!” ia mengurut dagu.

“Kupikir…” ujarku “Dulu Mikia pacar kakak…”
Mikia menatapku dengan ekpresi jijik,

“Lebih baik aku pacaran sama tembok sekalian” ujarnya mengelak.

“Jadi siapa yang Mikia sukai? Masa nggak pernah bilang?” tanyaku penasaran.
Mikia menghirup jus tomatnya, memasang wajah serius.

“Aku tidak beruntung dalam masalah percintaan” sahutnya hambar.
dengan gaya tante tante di pub yang berkeluh kesah...

“Benarkan? Siapa? Siapaaa???” desakku.
Mikia diam saja.

“KakYudas?! Kak Yudas,yaa?!” dalam kepalaku terbayang seseorang yang selalu kulihat bersama Mikia beberapa kali

“Bukan...”

“Kak Ryo,yaa?”
Wajah Mikia memerah, aku sudah menemukan jawaban yang kucari.

“Kak Ryo itu…” aku kehabisan topik,

“Iya,kan?” sahut Mikia “Dia tidak pernah melihatku sebagai seorang perempuan,aku juga tidak mengerti kenapa harus dia orangnya”
ia menenggak jus tomat dengan gaya Oom-Oom menenggak bir,
habis sekali teguk.
wah...dia bisa mabuk hanya dengan jus!
hebaaaaaaaat!
“Tapi aku kan’ perempuan! Masa ‘ aku yang melakukan pendekatan sih! Punya impian tidak ada salahnya,kan,mau ku sih dia yang menyatakan cinta! Mau begitu!” Mikia berteriak teriak kesal,aku tertawa.

Aku mengangguk memahami, “Dulu aku juga mengira Tasuku tidak punya rasa apa apa padaku, kukira Cuma dianggap adik,jadi aku tidak berani berharap apa apa, ternyata dia juga suka aku,dia menyatakan cintanya, lalu kami menikah” kenangku.


Mikia mendengarkan antusias, “Benar begitu,Daina? Berarti aku masih ada harapan,dong?!”
Aku mengiyakan.

“Tapi…,jangan bilang siapa siapa,ya, aku benar benar bisa mati malu nanti”
ia mengatupkan kedua telapak tangannya memohon

“Iya,tenang saja! Kita sama sama berjuang,Mikia!” kataku menyemangati.
Mikia lagi lagi memelukku hingga aku nyaris kehabisan nafas.

“Daina! Kau ini menggemaskan sekali...!”


*************************************
*************************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Ari


Pukul 12:30 malam.

__________________________________________
________________________________


“Daina…” aku memasuki tempat tinggalku yang sepintas tampak seperti apartemen Lux dengan dua kamar didalamnya itu,
mencari cari Daina.

Aku terlambat sekali…Daina pasti sangat kesal,
mungkin dia akan marah marah.
aku melihat meja makan terisi penuh dengan berbagai macam masakan.
juga ada tart besar.

Sambil melepas sepatu dan menggantungkan Coat yang kupakai,aku melihat sepintas tanggal yang tertera pada jam digital yang diletakkan di atas meja,

Ulang tahunku.
pantas saja.

Biasanya Tasuku dan Daina merayakannya bersama sama.
Tasuku akan memaksaku pulang sesibuk apapun aku,
senang sekali mengingat hal tersebut.aku juga senang Daina tidak lupa, dia memang perhatian.
tapi dimana Daina?

Gadis itu tertidur,tubuhnya yang mungil tersampir kelelahan di sofa disebelah meja makan.

Hah,kelihatannya dia lelah menunggu,lebih baik,daripada dia marah marah padaku,

“Daina? Bangun…kalau tidur disini bisa sakit” aku menepuk pipinya, Daina menggeliat,
menjatuhkan pigura kecil dipangkuannya dan kembali tertidur.
terdorong rasa penasaran, aku meraih bingkai foto yang kelihatannya dipeluk oleh Daina sedari tadi sampai tertidur tanpa sadar.

Foto pernikahannya dengan Tasuku. Tentu saja.

Daina kelihatan sangat bahagia terbalut gaun pengantin putihnya,disisi Tasuku.

benar,waktu itu sangat bahagia.
memang sangat bahagia.

“Bodoh sekali aku,dulu sekali,aku pernah bermimpi,bahwa akulah yang ada disampingmu ketika kau mengenakan wedding dress” aku menertawakan diriku sendiri,
aku yakin Daina tidak dapat mendengarku sekarang.
aku lebih baik menghilang jika ia mendengarku.

Aku hendak membangunkan Daina,menyarankan agar ia segera berpindah ke kamarnya,
"Bangun bulat! nanti masuk angin!” aku kembali menepuk pipinya pelan.

Daina tiba tiba menarik tubuhku ke tubuhnya.
bingkai foto yang kupegang jatuh ke pangkuanku tanpa menimbulkan bunyi.
Aku sangat terkejut hingga tak sempat mengelak.
apa ia sadar yang ia lakukan?

Daina memelukku semakin erat, menyusupkan wajahnya dalam dadaku.
aku merasa tak sanggup lagi menahan debaran ini.
gadis yang mencuri semua perhatian dan sayangku hingga tak tersisa lagi.
ketika aku mencoba melupakannya,justru dia terpacang semakin kuat dihatiku.
jiwaku mati rasa, hatiku sakit, tanpa kusadari aku telah menjadi tawanannya sejak pertama kali aku bertemu dengannya.

“Tasuku…”

Aku mendengar nama yang meluluh lantakkan semua harapanku disebut.
kuberanikan diri menatap wajah Daina,
Dan gadis itu tergolek tanpa daya dengan mata tertutup dibahuku.
setitik air mata jatuh membasahi pipinya,
hanya mengigau, batinku.
pelukan Daina mengendur,kemudian terlepas.

Aku merosot didekat Daina yang masih tertidur pulas, aku gemetar, sangat ketakutan.

Menakutkan! Perasaan yang menakutkan!
aku mundur menjauhinya,berjalan menuju kamarku sendiri,
akal sehatku pergi,benakku dipenuhi oleh wajah bidadari kecil yang kucintai.

Aku menanggalkan semua pakaianku, Memutar keran dan air dingin meluncur dari shower mengalir membasahiku, mengguyur kepalaku yang semakin kacau karena tekanan terberat yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.

Kukira gampang melupakannya,
kukira akan mudah membunuh perasaan ini.

Tasuku sudah tidak ada…!


“Tasuku…! Tasuku…!” kucoba mengingat bayangan adikku, tapi tidak berguna.
Aku menyebut namanya bukan untuk mengenangnya. Tapi malah untuk menahan diriku sendiri!

Apa yang kau tunggu? Cinta bisa hadir kapan saja, biar waktu yang akan memutuskannya,sekarang,yang harus kau lakukan adalah menemuinya,
Atau dia akan hilang selamanya!


Atau dia akan hilang selamanya…

Aku tersentak,
meraih jubah mandi,dengan badan masih setengah basah dan air yang masih menetes netes dari rambutku.

menghampiri gadis yang tertidur pulas disofa ruang tamu…
aku mengambil selimut dan menyampirkannya ditubuh Daina,
untuk menghalau dingin.
lantas menggendongnya,

Daina berguling sangat nyaman tanpa terbangun dipelukanku.
aku membawanya ke kamarnya,berhati hati meletakkan ia diatas tempat tidur,
kupandangi sosok yang tenggelam dalam alam mimpinya sendiri itu,
aku membaringkan tubuhku disampingnya, ia begitu cantik dimataku, tanganku perlahan memainkan anak rambutnya.
bulu matanya pendek pendek tetapi lentik,
alisnya lebat dan semakin mempertegas bahwa ia adalah gadis yang baik tapi polos.

Aku mendekatkan wajahku,meraih sejumput rambut panjang tergerai itu dan menciuminya,
merasakan aroma wewangian asing penuh pesona yang memabukkanku.

Aku adalah pria dewasa,dan ia wanita yang sudah dewasa pula,
aku tidak perlu memperingatkan diriku sendiri, aku sudah tahu akan apa yang sedang kucoba lakukan padanya sekarang.

Pandangan moral dalam diriku semakin buram,lenyap bersama aturan aturan yang selama ini kuterapkan pada diriku sendiri.

Luluh lantak karenanya, aku…hancur…
kuciumi rambut Daina,
lalu ubun ubunnya,ia menguap dan menyusup semakin dalam diantara dekapanku.

Aku semakin menggila, nafasku tidak beraturan lagi, mengecup pipinya berkali kali,
turun ke bagian dagu,kemudian lehernya,lalu kembali ke rambutnya.
bergerak hendak melepas kancing piyama motif polkadot yang ia kenakan

Daina tidak bereaksi sama sekali,aku mendekatkan bibirku ke bibirnya, ketika bibir kami akan bersentuhan,lalu aku terhenti melihatnya tersenyum.

“Tasuku…aku cinta…” katanya tertawa sebentar,matanya masih tertutup rapat,lalu tertidur lagi.

Kali ini ia mendengkur halus.

Aku tidak sanggup lagi,kurasa aku akan gila.
aku menyeruak keluar dari kamar Daina,kembali menuju kamar mandi,
membasuh wajahku dengan air dingin,
perasaanku mual,

Aku menyesalinya,karena…
Karena aku amat takut mungkin Daina akan membenciku jika ia tahu apa yang kurasakan padanya,
gairahku padam seketika saat memikirkan akan dibenci oleh Daina,
Yang paling menyedihkanku,
bukan ingatan akan Tasuku yang membuatku terhenti.
aku mengingatnya,tapi itu tidak berguna,aku mengacuhkannya, aku terlena dalam hasratku pada Daina,

bukan hanya hasrat,tapi juga…
Juga rasa cinta yang teramat sangat besar.

“Maafkan aku,Tasuku…aku…aku jatuh cinta…padanya…” aku berbisik resah.
Akhirnya aku mengakui apa yang kuelakkan selama ini.
Aku memang cinta padanya.
Aku memang menginginkannya.

Bodoh! Aku benar benar bodoh memiliki pikiran semacam itu padanya.
betapa bodohnya aku,
sesaat aku berpikir untuk membuatnya menerima kehadiranku dengan cara apapun.

Daina bukan wanita seperti itu hingga bisa kuperbuat sesukaku!
dilanda rasa penyesalan yang teramat besar justru sesaat setelah aku sadar, setelah aku menemukan jawaban yang benar dari semua pertanyaanku.
Apa yang ingin kulindungi sesungguhnya.
Apa alasanku bertempur selama ini.

Aku menggenggam kuat ponselku saat mengirimkan pesan singkat pada Ryo.
aku berniat tidur ditempat lain mulai sekarang.

sungguh menyesali semua ini...
Tasuku...Tasuku...
pasti ia tahu aku melarikan diri dari 'apa' selama ini?
dia tahu...karenanya ia diam saja?
makanya ia mengikatku sangat kuat dengan janji yang mengombang ambingkan perasaanku...?
bahkan menitipkan Daina padaku...
menyerahkan Daina yang ia cintai dalam beban tanggung jawabku,
semua ini didalam perhitungannya!
dia tahu...aku akan bertahan seperti ini meski sesakit apapun?
mengerikan,hitung-hitungan mengerikan dari orang paling mengerikan,

Kalau benar demikian.betapa dinginnya dia,
adikku yang sangat berarti bagiku,
satu satunya saudaraku yang kusayangi,

serta satu satunya kelemahanku didunia ini...



Benar benar jalang...,
aku merasakan hal-hal terlarang yang tidak seharusnya kurasakan...



*********************************
*********************************
 
Last edited:
Back
Top