Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ byYNA
(Lanjutan)
Tasuku
_________________________________
________________________
Stast tersenyum sinis saat mengucapkan kata 'Hidup Abadi',
didalam hatinya,entah dia sedang menertawakan apa.
atau mungkin juga ia sedang menertawakan frase 'Hidup Abadi' itu sendiri?!
“Kami dikarantina berbulan bulan,ditempat yang gelap dan lembab mirip penjara bawah tanah,benar saja,begitu diinjeksi dengan virus tersebut,
aku merasakan ada kehidupan dalam tubuhku yang telah mati,aku terlahir kembali menjadi baru dan tidak sama lagi,disisi lain pada saat bersamaan, aku merasakan kebutuhan yang lain," ia sedikit bergidik karena ingatannya pada saat itu mungkin terlalu kuat,
"Kebutuhan akan sesuatu yang gila dan tidak terkontrol, aku mati matian mempertahankan akal sehatku agar tetap berada pada tempatnya, agaknya itu berhasil tapi tidak bertahan lama”
Aku mengerti,
aku juga mengalaminya.
“Masa karantina selesai.Kami dibebaskan dan diperintahkan terjun ke medan perang untuk melihat seperti apa hasilnya.
Sungguh diluar dugaan,baik itu kecepatanku,indera penciuman, dan kecerdasan,semuanya mengalami perubahan drastis melebihi apa yang kubayangkan ketika aku masih manusia biasa,
Aku bagaikan terlahir kembali sebagai hewan,ya.
Hewan liar.
yang terbebas dari tubuh yang fana sebagai wadah.”
“Wadah…” aku mengutip,memandangi telapak tanganku, kuku kuku di jariku memanjang seketika,bermutasi seperti yang kuinginkan.
“Percayalah,” sambung Stast “Kau tidak akan pernah tahu betapa luar biasa mengerikannya saat-saat itu, aku benar benar terlahir kembali dan memulainya lagi”
“Tapi tidak ada hal yang bisa didapat dengan Cuma Cuma didunia ini, kekuatan menyingkap tabir pengetahuan diseluruh alam semesta, kenyataan bahwa manusia bisa memiliki hidup abadi,mewujudkan keinginan mereka menjadi seperti tuhan,Bayarannya setimpal dengan itu,
Hah, mungkin ini kutukan buat seluruh manusia yang mencoba bermain dengan takdir”
aku lebih menafsirkan kata kata itu sebagai kutukan yang diucapkannya sendiri,
“Setiap keajaiban yang dipaksakan,pasti menuntut hal yang seimbang sebagai imbalan,"
Ya,aku pernah mengatakannya,antara racun dan dan obat pun batasnya sangat tipis…
aku melanjutkan mendengar cerita Stast,
"Aku tidak memiliki kontrol lagi terhadap diriku sendiri sejak detik pertama aku melihat setetes darah, hanya setetes dan efeknya luar biasa,aku dapat membaui darah dimanapun aku berada,dan meninggalkan kemanusiaanku entah dimana,
Ketika aku sudah merasa cukup dengan mangsaku, ternyata teman temanku yang lain juga mengalami hal yang sama, mereka juga terperangkap dalam kanibalisme yang mengerikan, medan perang menjadi arena mimpi buruk seram yang seakan tanpa akhir, saat itu,barulah aku menyadari, bahwa aku bukan lagi manusia”
“Bukan lagi manusia…” aku kembali menirukan frase lain yang sama menyakitkan nya itu.
Stast sendiri pun tak dapat menyembunyikan kegetiran dalam setiap kata yang ia ucapkan.
“Hasil akhir yang mengejutkan juga menimbulkan reaksi beragam dari para peneliti, tapi pada dasarnya tidak ada yang menyetujui prilaku kanibalisme yang menjadi pada para prajurit yang telah di injeksi.”
“Aku yang belum tahu apa yang terjadi pada tubuhku,tapi kebutuhan akan darah itu nyata,sementara itu satu persatu teman temanku yang lain mulai kehilangan diri mereka sendiri,ada yang menjadi stress bahkan gila karena tak mampu menahan hasrat yang teramat besar terhadap darah segar dan naluri pemangsa mereka”
“Aku juga sakit,aku juga merasakan rasa bersalah yang luar biasa dalam diriku,memang,membunuh adalah hal yang lumrah dalam perang, tapi jika berubah menjadi makhluk entah apa yang memangsa manusia…itu adalah hal tidak bisa dibenarkan!
Berbagai macam cara kulakukan,baik itu memotong pergelangan tanganku sendiri maupun menggantung leherku sendiri,tapi hasilnya sama saja, aku sembuh dengan cepat,malah setiap darahku yang menetes keluar makin memperbesar kebutuhanku akan darah manusia”
“Lalu,palu keadilanpun telah diketuk,begitulah mereka menyebutnya,
akhirnya diputuskan pelarangan terhadap senjata biologis, dan perintah untuk memusnahkan semua senjata biologis yang ada,
tapi kami tidak bisa dibunuh, jadi kami dimusnahkan dengan berbagai cara yang ada,entah itu dipancung,dibakar,atau diledakkan disuatu tempat yang tidak diketahui siapapun secara bergiliran setiap harinya,"
"Aku tidak perduli bagaimana aku, aku bahkan tidak mau tahu kapan hidupku diputuskan berakhir,silahkan jika mereka mau membunuhku,karena mati adalah satu satunya hal yang tidak mampu kulakukan didunia ini.
ditengah kesedihan dan keputus asaan,aku teringat ibuku,adikku,dan tunanganku,Emelie,
aku telah berjanji kembali pada mereka…
ingatan akan keluargaku didesa menguatkan ku disaat saat terakhir”
Ada banyak kisah dalam hidupnya, tapi hanya kali ini,kisah ini,yang membekas paling kuat dihatinya,
“Lantas? Apa yang terjadi selanjutnya…?” tanyaku, sudut pandang Undead begitu dalam dan berbeda dengan manusia biasa dalam memaknai arti hidup,
Stast menerawang,memandangi langit tampak begitu indah kebiruan,
ia menatap langit yang maha luas dengan mata yang abadi itu,
mata yang telah ditakdirkan tidak akan pernah tertutup selamanya.
“Dan,setelah satu persatu teman temanku di eksekusi,tibalah waktunya pemusnahan bagiku,satu malam sebelum eksekusi,aku merencanakan pelarian diam diam dari penjara bawah tanah tempatku dikurung,
Mudah saja melarikan diri dari penjara primitif dengan mengandalkan kecerdasanku ini,dan aku berhasil kabur dari sana”
“Aku berusaha melarikan diri sejauh mungkin,sejauh mungkin membawa luka yang tidak sedikit baik jiwa maupun ragaku,aku berniat bertemu ibuku,adikku,dan Emelie meski hanya untuk sekejap saja,aku ingin memastikan mereka baik baik saja dengan mata kepalaku sendiri,sebelum mengucapkan selamat tinggal untuk selamanya”
Dalam hatiku berdenyut kuat,
perasaanku ketika ingin menemui Daina, ingin tahu keadaannya,
ingin melihatnya,rasa rindu yang menggebu,Stast juga pernah merasakannya,
merasakan hal yang sama.
“Aku sampai didesa tempatku dibesarkan,tapi bukan sebagai pahlawan,melainkan sebagai buronan paling dicari,penjahat paling berbahaya sekelas teroris yang menjadi incaran pemerintah diseluruh dunia,keberadaanku adalah aib,dan proyek rahasia yang menggemparkan itupun terbongkar”
“Tentu saja keluargaku menyambutku dengan hangat, mereka tahu bahwa aku bukanlah aku yang dulu lagi,tapi mereka tetap menerimaku dengan tangan terbuka, niatku hanya sementara berada disana,hanya untuk mengucapkan salam perpisahan,
Tapi sayang sekali,
Aku tertangkap tepat pada saat aku akan pergi dari sana,”
“Aku berhasil lari,tapi Emelie yang malang,ibuku,juga adikku semua ditangkap dengan tuduhan menyembunyikan buronan,makhluk berbahaya yang seharusnya dimusnahkan”
Ia tertawa,tawa melengking yang kejam, "Tentu kau tahu,apa konsekuensi-nya membantu buronan yang disejajarkan dengan teroris kelas dunia," ia mengusap dahinya,seperti menunjukkan bahwa ia sendiri tidak habis pikir dengan apa yang telah terjadi padanya.
“Karena dianggap membantuku melarikan diri,seluruh keluargaku dihukum mati,Emelie adalah yang terakhir dieksekusi…”
kami sama sama terdiam setelah Stast menyampaikan kalimat terakhirnya,
Aku terpekur sejenak mencoba menghayati makna apa yang terkandung dalam kisah hidup undead yang dikenal orang lain sebagai raja undead yang menebar rasa takut setiap kali namanya disebut.
Kesakitan macam apa,kesedihan macam apa yang telah ia rasakan,
“Jika aku adalah aib,lalu mereka yang dengan seenaknya menentukan takdir manusia itu apa? Ibuku,adik perempuanku,dan tunanganku…mereka salah apa? Nafas manusia ku yang terakhir lenyap sudah, mereka harus membayarnya…”
Aku menatap tajam langsung kemata merah menyala dihadapanku
“Bagaimana kau bisa hidup demikian sekian lama? Bagaimana kau bisa menyingkirkan rasa bersalah pada banyak orang yang nyawanya kau hilangkan?! Itu bukan impian,itu hanya ilusi yang diciptakan oleh kekuatan dan pengetahuan yang gila!”
“Aku dikhianati," balasnya, "Aku hanyalah alat bagi segelintir orang untuk mencapai tujuan mereka,dan setelah semua pengorbananku, aku harus dimusnahkan,enak sekali mereka”
Stast kembali menjawab “Setelah tahu bahwa semua hal yang kupercayai adalah palsu belaka, bagaimana aku bisa menghabiskan sisa hidupku dalam kedamaian?
Bukan salahku jika aku berpikir mereka harus memberikan bayaran yang setimpal atas apa yang mereka perbuat terhadapku”
“Tapi orang orang itu?! Orang orang yang kau jadikan tentara zombie mu?! Apa salah mereka?!”
“Korban itu tak terelakkan dalam setiap perjalanan mewujudkan ambisi, aku sendiri sudah tahu apa yang kulakukan ini salah, tapi dalam hal ini,akulah yang menjadi korban,aku hanya menuntut keadilanku,
keadilan menurut pandanganku,aku dendam pada dunia ini,
aku muak melihat kepalsuan,
tanpa itu semua,hatiku tidak akan puas,lukaku tidak akan pernah sembuh”
Aku tidak yakin apa yang kurasakan saat ini,
mendengar begitu banyak kegilaan,
tapi anehnya,aku setuju dengan pola pikir Stast yang selama ini kutolak,
aku memikirkan Daina,memikirkan kakakku,memikirkan mendiang orang tua kami
Memikirkan mimpi mimpiku yang kandas…
Lalu aku memikirkan Robert clarken,
Kebencian dalam darahku menggelegak, meledak dalam dendam.
“Kenapa kau menceritakan ini semua padaku…”
“Karena kita memiliki nasib yang hampir sama, tapi belum terlambat untuk membuang semua nya bagimu sekarang,aku kehilangan,karena aku terlalu memaksakan hidup bersama mereka,aku terlalu memaksakan kehidupanku yang jelas jelas sudah tidak dapat lagi dipersatukan dengan ‘mereka’ yang kucintai,aku juga menyadari kenyataan yang paling menyakitkan ku, bahwa keberadaanku di sisi mereka hanya akan menggiring orang orang yang berharga bagiku diambang kehancuran”
Dalam hati aku merenungi setiap ucapan Stast,keberadaan yang hanya akan membawa kehancuran bagi orang orang yang dicintai…
“Bukan salah kita…” gumamku, “ada banyak hal yang terjadi diluar kehendakku…”
Aku sudah tahu nasib yang sama pasti akan menimpa Daina jika berada disisiku,
makhluk bukan manusia yang tidak seharusnya ada.
Aku yang mencintai Daina,aku yang paling tidak menginginkan ia menderita karena aku,
aku harus menghilang dari hadapannya,sekarang juga!
“Jadi bagaimana keputusanmu?” Tanya Stast lagi.
Aku terdiam sesaat,
Tiba-tiba,
bayangan kakakku,melintasi batas imajinasiku sampai membuatku nyaris buta.
dia yang telah berkorban begitu banyak untukku,
apa aku lagi-lagi harus...
mengorbankannya...?!
Dalam kekalutan,
terngiang kembali ucapan Stast.
"Korban itu tak' terelakkan dalam setiap perjalanan mewujudkan ambisi"
******************************
******************************