~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

bagaimana menurut kalian novel pertama Dyna (daina) ini?


  • Total voters
    35
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Ari

________________________________________
______________________________

Mikia melompat tinggi ke udara,
teknologi yang terpasang di pakaian tempurnya menghilangkan gaya gravitasi disekelilingnya dan membuatnya seperti terbang,
aku melihat siluet energi berbentuk sayap kupu kupu di punggungnya ketika ia menembakkan bazooka nya bertubi tubi kearah kawanan zombie yang bergerak kearahnya,
jumlah mereka ratusan,

“Ada apa ini?” erang Ryo kesal, memasang panah besi nya yang terpacang kuat dilengannya, ia berlari menyerbu para undead itu,membantu Mikia melakukan pemusnahan,

Mikia tidak sempat mengelak ketika seekor ghoul yang terbang mengincarnya, dan pedang kembar Yudas membelah makhluk buas itu jadi dua,tepat ditengah.

“Hati hati,” ujarnya pada Mikia,
Mikia mengangguk, seperti tidak memedulikan gravitasi,
ia memanjat pada tembok bangunan dengan hanya menggunakan kaki mungilnya yang ramping,
menembakkan bazooka secara membabi buta dalam kerumunan mayat hidup dibawahnya,

Ketika Mikia jatuh dan kakinya berpijak dengan mantap ditanah,

Mayat mayat hidup itu hanya tinggal sepertiga dari jumlah mereka ketika pertama kali datang menyerang kami,
Mikia sangat berguna jika menghadapi musuh dalam jumlah besar,
Stamina nya tidak sekuat aku atau Ryo,tapi sebagai gantinya ia memiliki senjata raksasa dan spesialisasi pemusnah massal yang dapat memusnahkan banyak undead dalam satu kali serangan sebelum energinya sendiri habis terkuras dalam pertempuran.

“Bertempurlah memakai otak kalian,jangan hanya mengandalkan otot!”
Ujarku dengan nada memerintah seorang Kapten,
Kami bergerak bersamaan.

Para undead baru datang lagi, mereka ada dalam jarak 200 meter didepan kami,

Berpikirlah,Ari,ada banyak keuntungan bertempur tanpa ada orang dikota yang telah mati begini,
Aku menutup mataku dan menghimpun tenagaku sendiri,
kurasakan getaran lembut di sarung tanganku,pertanda senjataku sudah siap pakai.

Mengarahkan tinjuku pada jalanan beraspal,membenturkannya dalam satu kali serangan saja!

Dan musnahlah,
aku melompat kebelakang,meski hanya sedikit saja aku berhasil memancing keluar panas bumi dalam jumlah seperlunya,cukup untuk menghasilkan ledakan gas yang membuat para undead itu terpanggang seketika,
sistim yang mirip menggesekkan batu api pada pemantik,tapi hal ini perlu kontrol khusus yang hanya aku saja yang mampu melakukannya.

Juga membuat retakan dan jurang besar dijalan beraspal yang menghalangi jalan mereka untuk maju,

Bau daging yang terbakar tercium sangat tajam.
Mikia dan Ryo berlari kecil menghampiriku,

“Inilah kekuatan kapten kita” seru Yudas khidmat “Puji tuhan…”
“Ari! Sejak kapan kau…” Mikia menatapku tidak percaya “Kuat sekali…”
Aku menggeleng pelan, "Hanya berguna ditempat terbuka dan luas, hei,sekarang bukan waktunya untuk itu kan? Pertanyaanku adalah,kenapa ada banyak sekali undead disekitar sini sekarang?”

Teman temanku terdiam,bagiku jawabannya sudah pasti, Stast ada disekitar sini.

Jika stast ada disekitar sini,pasti Tasuku dan Daina juga.
tidak ada hal lain lagi yang menjadi incaran Stast selain...

“Tidaaaaakk!”

Suara Daina!
Aku memutar pandangan keseluruh penjuru,
mencoba mencari sumber suara itu
nyata,ataukah hanya ilusiku semata…?

Aku mendengar raungan Undead,
baik Mikia,Ryo,ataupun Yudas terdiam,ikut menajamkan telinga,pertanda aku tidak berkhayal,

“Itu mereka!” ujarku,tepat pada saat aku menyadarinya, kawanan ghoul terbang diatas kami,

“Serahkan padaku” Mikia berlari memancing perhatian para ghoul, Yudas mengikutinya,

“Tahu tidak?” celutuk Ryo “Kurasa Yudas naksir Mikia”

“Bodoh,”gerutuku pada Ryo sambil berlalu mencari arah teriakan Daina tadi,
Ryo tergesa gesa mengikutiku.


Aku tidak berani membayangkan apa yang kutemukan nantinya.


*********************************
*********************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Daina


_____________________________________
_____________________________


Hal terakhir yang kulihat dan kudengar sebelum kesadaranku mengabur adalah, teriakan yang sangat kukenal,
Suara kak Ari...

Dan seraut wajah tampan,
karya seni paling sempurna ciptaan tuhan yang sepertinya sangat bernafsu mengakhiri hidupku,

Detik berikutnya aku merasa cengkraman dileherku terlepas.
ada yang menubruk kami,pemangsaku yang tampan melepaskan aku,aku terpelanting dan jatuh keras sekali,
sakitnya...tapi itu lebih baik karena aku mulai bisa bernafas dengan benar.

Aku tidak sempat membagi penglihatanku,
Aku tidak tahu apa yang terjadi,
Pelan pelan aku membuka mata,
mencoba mencari sosok penyelamatku,
Dia sudah datang,rambut dan mata sehitam arang itu,aku sangat mengenalnya.
dia panik dan khawatir,dia marah,dia bersedih dan dia menderita karena melihat kenyataan yang sama dengan apa yang kulihat.

Aku ingin bilang padanya,kalau 'Aku tidak apa apa,hanya agak sulit bernafas…,'
dan meminta padanya agar hanya berkonsentrasi untuk menyelamatkan suamiku saja,
mengembalikannya menjadi Tasuku yang seperti semula,
dan kami bertiga bisa selalu bersama sama seperti sebuah keluarga,seperti dulu.

Mataku menutup dan membuka,berulang kali mencoba mencari sebuah rasa yang mulai pudar dan bersusah payah menghimpun kekuatan untuk bangun…

Dan mereka berdiri disana,berhadap hadapan,
Kakak beradik dengan takdir terkejam yang diputuskan akan menjadi ujian terberat bagi mereka berdua…

Yang paling menyedihkan adalah,pemangsaku yang kucintai itu,
dia tidak mengenali lagi bahwa laki laki didepannya memiliki darah yang sama dengan darah yang mengalir ditubuhnya.
saudara kandungnya.

Ia terpaku,matanya penuh keinginan membunuh.
nalurinya terus mendesak tanpa tawar menawar,
Sementara Kakaknya sendiri,terlihat hancur ketika membalas tatapan yang asing itu.


****************************
****************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Ryo

___________________________________
___________________________


Tak ada satupun yang terlewat dari pengamatanku,
entahlah apakah ini termasuk sebagai drama menyedihkan yang menjadi bagian dari lika liku kehidupan manusia?

Pria kuat itu berlari tak perduli ia menyongsong maut,
berharap melihat orang orang yang ia cintai dalam keadaan baik baik saja.

“Tasuku! Daina!” ia berteriak,
langkahnya terhenti tepat didepan langkahku yang juga berhenti disaat yang hampir bersamaan,

Kesedihan yang ia tahan semakin mempertegas laki laki macam apa ia sebenarnya,
disana, didepan kami,
berdiri adik kandung yang sangat ia banggakan dan ia lindungi dengan segenap perasaan,
dengan sebelah tangan yang mencengkram erat leher perempuan yang amat ia cintai, menatap dengan lapar,
bahkan sakit kuatnya tenaga makhluk itu,
tubuh si gadis sampai terangkat dan menggantung begitu saja dengan mudahnya.
Daina terlihat sangat menderita karena tidak bisa bernafas,dan tidak bertenaga.

Ari menerjang sekuat tenaga,
pedang nya menghantam lengan kokoh bagai besi itu,
membuat sang pemangsa terkejut dan mundur menjauhi buruannya, tubuh Daina terhempas ketanah dan ambruk begitu saja, Ari mendekati adik iparnya dengan panik mengguncangkan bahu mungil yang terkulai lemas itu.

“Daina…! Jawab aku Daina!” Ari memanggil manggil namanya berulang kali seperti orang gila,
Tak ada respon, aku berlari menghampirinya,menyentuh nadi, kucoba mencari denyut kecil dan lemah diantaranya,

“Hanya pingsan…” ujarku pada Ari,
Aku menunduk melindungi si kecil Daina dengan tubuhku sendiri,ketika serangan tak diduga datang,Ari menangkis tombak yang terbuat dari tulang itu dengan pedangnya,

“Bawa jauh jauh,Ar“ ujarku, mataku bertemu dengan mata bagaikan pahatan patung pualam terindah itu, mata sang pemangsa, “Jika tidak gadis ini bisa terluka,”

Ari mengerti maksudku,ia mendorong sang pemangsa yang kalap, vampir yang baru terlahir itu dipukul mundur dengan satu tendangan oleh Ari, tapi belum cukup sampai disitu.
Ari melompat dan memancing sang pemangsa menjauhi kami, cukup jauh dari tempat ku berada sekarang untuk memulai pertarungan. sementara aku mencoba menyadarkan Daina dari pingsannya

“Ukh…” Daina sepertinya bereaksi ketika aku akan menggendongnya meninggalkan tempat berbahaya ini,
syukurlah sepertinya tidak terlalu parah…

“Kak Ryo…?” ia mengenaliku, matanya berkedip kedip bingung
Baru saja aku hendak membuka mulut menjelaskan, tiba tiba saja Daina sudah duduk,
kepalanya berputar kekiri dan kekanan mencari sesuatu,

“Tasuku…!?” desisnya “Dimana Tasuku?!” ia menatapku memohon, memegangi kepalanya yang mungkin masih terasa pening karena benturan keras yang bahkan menyebabkan dahi nya berdarah.

“Sudahlah,Daina,kita tinggalkan tempat ini,cari wadah yang aman,”

“Tasuku ada dimana?!” ia bersikeras menarik lenganku dan melotot kearahku,
Aku jadi serba salah.

“Er…,yaa…Ari sedang mengatasinya,semua akan beres,”
Tanpa menjawab Daina bangkit berjalan tertatih tatih,

“Aku harus menghentikannya,kak Ryo! Mereka akan saling bunuh!”

“Daina,kau sedang terluka…”

Percuma saja,Daina tidak menghiraukanku,
Hm…! Pantas saja,satu keluarga dengan Ari,keras kepalanya juga sama…
Aku tidak punya pilihan lain selain mengikutinya,
Aku paling malas berdebat dengan wanita,
Karena aku bukan tipe yang akan menang jika adu mulut!

Tapi aku akan membantu Ari,
pilihan kali ini agaknya terlalu sulit baginya,
tapi jika ia sudah terdesak dan tidak sanggup lagi,aku hanya ingin ia tahu,
Bahwa aku akan selalu ada disini untuknya!

Aku hanya bisa menjaga kepercayaan kawan baikku sekarang,
menjaga gadis itu,
dan menjadi tameng baginya sementara ini.


************************
************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Ari

_________________________________
__________________________


Untuk apa kau bertempur selama ini?
Demi apa…? Demi siapa…?

Yeah,andai aku cukup beruntung bisa memilih sendiri takdir yang akan kujalani.



**********************
**********************


“Tasuku…” kupanggil namanya, tidak ada jawaban,
air liur menetes diantara taringnya yang besar dan mencuat dari mulut,
mutasi yang sangat parah dari vampir kelaparan.

Aku menutup kedua mataku,
dadaku bergejolak hebat,aku takut,
merasakan ketakutan yang paling besar dari apapun yang pernah kurasakan selama ini.
Didepanku adalah adikku,

Aku menyangkalnya,tapi tetap tidak bisa,
Sakit yang kurasakan,
Haruskah aku menyakitinya?!
Apa harus aku menyakitinya untuk menghentikannya?
Kalau dia tidak bisa berhenti…lalu apa?

“Tasuku…ini aku,ini kak Ari!”
Mata itu menatapku dan aku menemukan nafsu membunuh yang sangat besar yang terpancar didalamnya,
Dia adikku,
adikku,Tuhan…

Ketika aku berusaha mematrikan kenyataan itu sosok yang menjadi kebangganku selama ini sudah berada dibelakangku,
aku tidak tahu sejak kapan ia bisa bergerak secepat itu,
tapi reflek aku menunduk ketika lengan yang bermutasi kokoh bagai tombak itu siap menghujam tengkorak kepalaku.

Mundur beberapa langkah menjauhinya.
Betapa menyedihkan sekali kalau tubuhku di bor oleh adik laki laki yang selama ini menjadi alasanku untuk tetap hidup!

Air mataku mengalir,aku tertawa,
”Ha…ha…ha…” aku tertawa kesal,
kesal sekali rasanya,
“Tasuku! Kau ingin mati ditanganku?! Sama seperti ayah dan ibu?!”

Ia menggeram marah,matanya menampakkan sorot bahwa ia tidak mengerti apa yang kubicarakan,

“Aku menangisimu,bodoh!” umpatku tak berdaya “kau…tidak boleh…”
Aku maju dan menerjang Undead yang baru saja terlahir itu.
“kau tidak boleh jadi undead! Tasuku...!” seruku.
Adikku bereaksi sangat positif,
Dengan sangat agresif menyambut seranganku,
Dalam sekejap pedangku beradu dengan lengan yang menyerupai tombak itu,

Benar benar pertarungan yang seimbang,kesempatan datang disaat yang sama,
dan kami tersudut pada saat yang sama,

“Aku akan membawamu pulang! Aku tidak mau kehilanganmu,tasuku!”
“kau adalah adikku! Aku akan memberikan hidupku…” aku berteriak kesetanan, dan sang setan sebenarnya yang berada didepanku menampak wajah seperti tak merasakan apa apa.

“Apa saja! ambil lah apa saja dariku! Tapi jangan…”
Aku dan Tasuku sama sama terpukul mundur,
Tertekan oleh perasaanku sebagai kakak,
dalam jeda sesaat itu,aku mengambil nafas dan menghembuskannya dengan tak sabar,
berbisik sangat tersiksa.

“Jangan kau…” desisku putus asa “Asalkan jangan kau yang menjadi musuhku…!”
Tasuku bergeming,
aku tahu,tidak ada gunanya bicara padanya,
dia ada begitu dekat,tapi begitu jauh dimataku, suarakupun tak terdengar…

Berbagai bayangan berpendar dimataku,aku tidak bisa mengedip untuk membuat bayangan itu memudar,

“Graaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkhhhhh!!” ia mengeram murka kepadaku,kesal menemukan lawan yang seimbang,
dan rasa marah karena aku telah menggagalkan acara makan siangnya,

Sekali lagi aku memasang kuda kuda, pedang panjangku terhunus didepan tubuhku,
Aku meneguhkan hatiku tanpa harapan,

Buat dia pingsan,cukup buat dia pingsan,setelah itu aku akan membawanya pulang…

Jika harus membunuhnya aku tidak sanggup,Tuhan!

“Tasuku!” aku menyerangnya, menarik tubuh makhluk luar biasa tampan didepanku, menendang tubuhnya seperti bola keudara,
Tasuku sama sekali terkejut aku akan menyerangnya lebih dulu,
aku melompat setinggi mungkin,
menyambut saudaraku diudara dengan tinju bertubi tubi,
bergerak seperti angin memukul tubuhnya dengan ritme teratur diudara,
aku tidak menghitung lagi berapa puluh kali aku menyarangkan pukulanku ketubuh Tasuku,
aku melompat turun ketika ia jatuh berdebum ketanah.

Ia membuat lubang penuh retakan besar ditempatnya terhempas dengan sangat keras.

Apa aku berhasil?

Betapa terkejutnya aku ketika Tasuku masih bisa berdiri,
Taringnya mencuat keluar,dan pandangan matanya melotot semakin marah padaku,

Darahku membeku.
Undead baru seperti hewan liar,Tasuku,aku sangat yakin ia jenis vampir,
tapi ia sedang tidak terkendali,meski ia bisa bertempur sebaik ini,
dia tetap tak bisa menahan dirinya akan hasrat terhadap darah,
sebelum ia dapat menuntaskan rasa lapar yang menyiksa itu,justru disitulah letak kelemahan Undead yang baru terlahir,
Tasuku belum bisa menjernihkan pikirannya,bertarung dengannya tak ubahnya seperti menghadapi seekor banteng mengamuk,

Hah,apabila bertarung dengan undead yang sadar sepenuhnya seperti Stast the origin,pasti akan lebih sulit dari ini…
tapi jika aku bersungguh sungguh lebih dari ini,adikku bisa mati…

Tasuku berlari kearahku,rupanya ia mencium aroma darahku dan tidak kehilangan semangat,

Aku menghindarinya,ya…,cukup satu tusukan dikakinya saja…
Yang penting bisa menghentikan gerakannya sementara, lukanya pasti bisa cepat sembuh dengan mudah…

Mataku terbelalak,Tasuku menangkap pedangku dengan tangannya,
Belum habis keterkejutanku,ia menggunakan kakinya untuk menendang bagian perutku,
Aku membanting diri kesamping,
nalurikah?

“Sssshhh…” desisnya bagai ular, tidak bicara sepatah katapun,
Tapi ia juga terpikir akan strategi? Betapa cerdasnya…!

Tidak ada jalan lain,melawannya,atau aku sendiri akan mati…
Baik aku dan Tasuku sama sama bergerak maju,

Tubuhku berusaha keras mengikuti gerakan Tasuku yang sangat cepat, hingga aku hanya bisa menangkis serangannya,
berkali kali aku nyaris tertangkap,

Padahal jika aku bisa menyingkirkan perasaan yang menggangu ini mungkin aku dapat mengalahkannya dengan mudah, tapi…

Ia bertempur sangat baik memanfaatkan setiap jengkal tubuhnya yang dipenuhi racun itu,
makhluk evolusi baru dengan segala keindahan dan keliarannya,
tepat ketika cakarnya berhasil mengoyak coat pelindungku, pedangku menusuk lehernya,
mengoyak pembuluh darahnya dan darah mengalir keluar dari lukanya yang menganga,
Mengalir bersama hatiku yang menjerit…

“Aaaarrrkkkkkkk!!” ia mengeluarkan suara tercekik dan perlahan melemah saat darah yang tersisa ditubuhnya hanya tinggal sedikit,

“Bertahanlah Tasuku…!” seruku, aku mencabut mata pedangku dari lehernya dan semburat darah merah memercik kesegala arah.

Harapanku putus saat adikku terlihat tak bergerak lagi, kurasa aku akan menjadi gila…

“Kakak…kakak…” panggilnya, matanya berubah ubah…merah…biru…hitam…keemasan,kemudian merah lagi,
aku kehilangan kata kata,
inilah Tasuku…inilah adikku yang kusayangi…
satu satunya keberadaan yang memegang peranan penting dalam hidupku selama ini…

“Tasuku… bertahanlah…aku akan memanggil bantuan”

saat aku akan membopong adikku pergi,
Spontan aku menghindari semburan api yang menyambar kearah kami,
Aku hendak menarik tubuh Tasuku ketika sentakan yang tak kalah kuatnya merebut tubuh adikku,
makhluk itu besar,seperti elang yang mematuk kelinci buruannya dan membawanya pergi.

Aku dikelilingi api yang berkobar, ada apa ini?!

Api berwarna hitam...bukan api biasa,tetapi nyala yang mengandung racun...dipenuhi virus...
aku berlindung diantara coat yang kukenakan,menghalau nyala yang berkobar liar itu.

Dengan dikelilingi kobaran api,aku masih dapat melihat sosok didepanku,

Stast The Origin.
Aku sangat mengenali undead itu melebihi siapapun,

Dia dengan mudah membopong tubuh Tasuku yang lemas naik keatas hewan yang tak lain adalah kelelawar raksasa yang mencapit Tasuku erat pada cakarnya,
Chimera itu menunggu dengan patuh,
lalu Stast memperlihatkan sebuah belati berukir yang indah kepadaku, dan menggores lengannya sendiri…

Undead itu tampak sangat menikmati rasa sakit,
ia menyeringai seram kearahku,
dan darah kental perak kehitaman yang dipenuhi dengan virus itu jatuh menetes kewajah Tasuku yang terkulai dipangkuannya,

Lintah tua itu bermaksud membagi darahnya dengan Tasuku!
Seperti bayi yang dibimbing oleh insting,
Tasuku membuka matanya,bereaksi akan bau darah yang sangat ia nantikan,
merangkak meraih tangan Stast,
mulai menyesap darah yang merembes dari lukanya.

Kejadian itu begitu cepat,hingga aku mulai menyadari kepulan asap semakin lebar,
Kelelawar raksasa itu sekali lagi menyemburkan api dari mulutnya,
Menambah besar kobaran api yang akan segera membuatku jadi daging panggang jika aku tidak segera memikirkan cara untuk menyelamatkan diri,

“Kita akan segera bertemu lagi” ujar Stast seraya melempar senyuman mengerikan.

“Tasuku...!” teriakku marah, “Mau dibawa kemana dia,Stast?!”
Ia tidak memberikan jawaban,
Stast pergi bersama adikku,terbang tinggi diudara,menembus awan,

Tidak…tidak…tidak…!

Mikia dan Yudas tiba disaat yang terlambat untuk memadamkan api,

“Ari! Kau tidak apa apa?!” tidak kupedulikan Mikia dan Yudas yang menatapku khawatir,

Aku berlari diantara reruntuhan kota yang hancur itu,
seperti orang sakit jiwa, mencoba mencari tanda tanda keberadaan Stast maupun Tasuku.
Tapi mereka sudah tidak ada disana,
menghilang tanpa jejak.

Kemudian,
Daina telah berdiri dihadapanku,menatapku dengan marah,

“Mana Tasuku?!” ia bertanya padaku,sorot matanya memohon.

Aku tidak dapat menjawabnya sepatah katapun,
tidak bisa memberikan alasan apa apa,
juga tidak mampu membela diri,

“Tasuku mana,kak?!” Tanya Daina sekali lagi ia menyentakkanku,aku menatapnya dengan ekspresi hampa
“kenapa tidak menghentikannya?!” air mata Daina bercucuran.“pembohong!!”gadis itu berteriak teriak marah padaku,
“kau bilang akan melindunginya…kau bilang akan menolong kami!!! Kau berjanji…! Dasar pembohong! Pembohong!”

Daina memukul mukul dadaku, berteriak dan menangis,

“Kembalikan Tasuku…! Kembalikan dia padaku…!” isaknya.

Aku terdiam,betapa tidak mampunya diriku,
betapa kecilnya kekuatanku, betapa tidak berdayanya aku terhadap nasib.

Daina terisak beberapa lama sebelum tubuhnya oleh dan disangga oleh Ryo,
Ia pingsan dan tak kuat menahan beban teramat berat yang menimpanya,
Kesedihan beruntun,

Aku juga demikian,memaksakan kakiku tetap berpijak dibumi,
Tasuku… kemana dia akan dibawa? Apa yang akan terjadi padanya?

Membayangkan apa akan terjadi selanjutnya seperti menelan pil pahit saja.

Kuhampiri Ryo,dan Ryo memberikan Daina dalam gendonganku,

“Maafkan aku…” aku berbisik ditelinga Daina yang sedang tak sadarkan diri, tidak ada respon apa apa, hanya butiran bening yang meluncur melewati pipinya.
Kekecewaan,kesedihan,kemarahan,kehilangan,keterpurukan,semua berkumpul jadi satu didalamnya,
Wajar,wajarlah...

“Maafkan aku…” bisikku sekali lagi, "Maafkan aku...!"


Maafkan kegagalanku…


*****************************
*****************************
 
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

thanks all,,,,,atas kesediaannya mengikuti sampai sejauh ini,
dan dengan berat hati saya umumkan bahwa cerita tidak dapat saya lanjutkan lagi dengan alasan satu dan lain hal,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,






BERCANDAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!
BOHONG,KOK!!! BOHONNNGGG!!!
*nyerah setelah digebukin para 'ReaderS'*

nggak,lah,,,lanjut,,,,hehe,,,,
saya tidak akan menyerah semudah ituuu,,,
tadi cuman bikin kaget aja,,,fufufufufuuffuu~

******************

nasib yang tragis,
mulai saat ini,kita akan memasuki plot 'yang sesungguhnya'.
dimana inti cerita sebenarnya terlihat jelas disini,
dilema,persaudaraan,persahabatan,kebencian,dendam,pengkhianatan,kesetiaan,dan CINTA....

mohon perhatian kalian semua!!!
dan tetaplah bersama 'kami',yaaaaaaaaaaaaaa~

*********************

ok!!! NEXT!!!!
 
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

10:

Descendant Of The Death Master.
(Beginning)



_________________________________________________
_____________________________________

Mikia.


Rusia.
Markas besar Paladin,
Ruang perawatan khusus, pukul 12;53.

_______________________________________
______________________________


Dia adalah wanita yang sangat menarik,
entahlah kalau soal kecantikan,
tapi jika orang lain menatap wajahnya,mereka akan merasa tenang,

Muka bayi itu tertidur dengan selimut tipis menutupi badannya,
tidak ada tanda tanda ia akan bangun,

“Hei...,muka bayi,kenapa lama sekali bangunnya” iseng iseng aku mengusik poni gadis bernama Daina Amare itu,
Usianya mungkin tidak terpaut jauh denganku,
Tapi roman yang feminin dan keibuan,
rasanya akan sangat kontras sekali bila dibandingkan denganku (membuatku tertawa sendiri)

Ya,si kapten menyuruhku menjagainya,
sudah beberapa malam ini dia bermimpi buruk,dan belum sadar juga,
menurut dokter,apa,ya?
Dia mengalami trauma psikis yang hebat,dan mungkin ini adalah salah satu caranya untuk menyembuhkan diri? Entahlah.

Ah,bulu matanya bergerak.
Aku ingin mengusiknya lagi, tapi kuurungkan niatku melihat tidurnya yang pulas,
Dia sudah mengalami berbagai macam hal yang tidak menyenangkan,
Pasti sangat berat sekali baginya,

Kehilangan suaminya,setelah ia kehilangan seluruh keluarga,
Hanya dia yang berhasil dievakuasi beberapa hari yang lalu,
sedangkan suaminya,adik dari Ari,sekarang tidak diketahui keberadaanya.
Ari juga pastilah sangat menderita saat ini…
Menderita.

Sejak kecil aku hanya punya kakek,
ayah ibuku sudah meninggal sejak aku kecil sekali,
Jadi aku tidak ingat,

Huh,dulu,jika aku bercerita dengan seseorang pasti akan dikasihani,
Padahal aku sendiri tidak pernah menangis,

Jika aku bilang “aku tidak merasa sedih sedikitpun” pasti orang lain akan menatapku dengan sorot mata penuh tanda tanya,
Aku hanya disangka sebagai anak yang dingin,
Padahal,andai mereka tahu.Bagaimana bisa aku merasa sedih dan kesepian tanpa orang tuaku,
jika wajah mereka saja aku hampir tidak ingat?! Bodoh!

Tapi dia beda,ya…pasti sakit sekali,
Kehilangan orang orang yang dicintai,
kadang aku merasa sebagai anggota guardian Paladin,aku adalah orang yang lemah, karena aku tidak pernah merasakan kehilangan seperti yang mereka alami,

Hah! Kenapa aku memikirkan hal aneh lagi! Bodoh sekali aku ini!

“Tasu…ku…”
Aku tersentak kaget,saat tangan yang mungil gemetar menarik tanganku
Dia bangun!

“A…a…” jawabku terbata bata,andai tidak sepanik ini,aku pasti bisa berteriak memanggil seseorang!
Gadis itu bangun, dia duduk,menatap kesekeliling ruang perawatan dan kesehatan dimarkas Paladin kami, kemudian…


Dia menangis.
Air mata jatuh bercucuran dipipinya.


**********************
**********************
 
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(LANJUTAN)

Mikia

_______________________________________
_____________________________


“Daripada mengambil resiko akan menjadi skandal internasional, makanya lebih baik dia berada disini sementara” Ryo menjelaskan padaku, aku mengangguk angguk.

“Jadi itu alasannya,”

“Yaa,” jawab Ryo sambil asyik mengutak atik ponselnya sambil sesekali menoleh kearahku, “Jika ia sampai mendengar seluruh dunia saat ini menyudutkan posisi suaminya,itu pasti sangat menyakitkan,kan?” senyumnya padaku, aku membuang muka.
“Ari tidak masalah” sambung Ryo lagi “ia bisa menghadapi apapun, tapi…”

“Tapi kenapa? Aduh! Jangan membuat penasaran,dong!”
Ryo menertawakanku,duh,kenapa aku bisa suka pada orang ini,ya?
Cuma ganteng sedikit saja! (tapi dia memang ganteng,sih…)

“Tapi tidak demikian dengan Daina,dia hanya seorang wanita yang lemah,rakyat sipil,pula…kau tahu kan’ maksudku”
Yap,aku paham maksud Ryo.

“Eh…” ujarku lagi “Aku merasakan sesuatu diantara mereka”

Ryo menatapku curiga
“Apanya?” ia bertanya dengan tampang bego seperti biasanya.

Aku menghela nafas,kesal dengan ia yang selalu lambat menanggapi sesuatu. “Kau kan’ sahabat Ari! Masa begitu saja tidak sadar?!” bisikku serius “Cara Ari membicarakannya,caranya menatap, dan perhatiannya pada si…Daina itu, rasanya bukan sekedar perhatian kakak kepada adik iparnya!”

Ryo mendengarkanku dengan penuh perhatian,

“Aku bukan anak anak” lanjutku “Aku tahu apa maksudnya kalau ada laki laki yang menatapku demikian”

Ryo menggeleng gembira,dia tertawa lepas.
hah! baru dia seorang manusia yang paling tidak peka sedunia!

“Berarti ini jadi rahasia kita saja,ya?” jawabnya, “Ari jatuh cinta pada Daina jauh sebelum Daina menjadi kekasih adiknya, dia membawa Daina yang yatim piatu kerumahnya ketika gadis itu masih berusia belasan,dia hanya satu satunya yang selamat ketika invasi besar besaran terjadi di Thailand, Ari merawatnya, disekolahkan sampai selesai,lalu Daina yang menjadi asisten Tasuku,mereka saling jatuh cinta, Ari-pun mengalah...”

Ah,sudah kuduga,berbeda dengan Ryo,aku peka sekali urusan begini…
“Kelainan…” komentarku “Dasar laki laki,ternyata ada udang dibalik batu,yaaa”

“Yap,dan apesnya,Daina dan Tasuku malah saling jatuh cinta,bukannya jatuh cinta pada Ari seperti yang ia rencanakan semula” bisik Ryo

“Itulah,kenapa gadis yang dicintai dikumpulkan satu rumah dengan adik laki laki sendiri,Ari benar benar bodoh”

“Kalau aku jadi dia aku tidak akan sebodoh itu…!”balas ryo tak kalah ember.

“Tuhan mendengar kalian bergunjing,dasar domba tersesat…”
Yudas yang sedari tadi duduk bersama aku dan Ryo dilorong angkat bicara.
“Jika saudara kalian yang digunjingkan,kalian juga akan marah,kan?” katanya tajam.
Aku dan ryo berpandangan geli.

“Kau sendiri dari tadi pasang telinga juga,kan? Pastor gaul!” sahutku padanya,

“Aku menyesal sudah mendengar hal hal yang tidak perlu” ia menutup alkitab yang sedari tadi dibacanya dan menoleh kedepan, “Sebentar lagi kapten datang”

Benar saja, tak kurang dari semenit setelah Yudas mengatakan itu,Ari muncul tergesa gesa kearah kami.

“Sudah kuterima pesanmu” katanya pada Ryo “Bagaimana keadaanya?!”

“Lihat saja sendiri, dari tadi Cuma kami saja yang ada disini semuanya sedang keluar,” “Dokter sedang memeriksanya tapi mungkin sudah selesai” jawab Ryo.
Ari melangkah keruang perawatan tempat Daina diperiksa, aku dan Ryo mengikuti dibelakangnya.

Benar saja,Daina sendirian sekarang, duduk lesu dipinggir ranjangnya, dia masih mengenakan daster hijau yang biasa dipakai pasien rumah sakit, rambutnya agak berantakan karena tidak disisir dan terlihat lucu.
Aku dan ryo memperhatikan dibalik pintu.

“Mau apa kemari?!” ia berkata tajam pada Ari.
“Aku ingin tahu keadaanmu” jawab Ari tenang.
Daina kelihatan shock, ia mendatangi ari, memukul mukul dada pria tegap itu dengan marah sambil berteriak teriak,
wah,ini tidak boleh dibiarkan,pasti ada salah paham!

Aku berusaha keras menahan diriku yang selalu ingin ikut campur ini untuk tidak ikut masuk kedalam ruangan.

“Kenapa bohong padaku,kak?!” ia berteriak sambil menangis “Kenapa??”
gadis itu terisak, Ari menatapnya dengan sorot mata yang sangat dalam.

“Maafkan aku…” Kata Ari perlahan.
apa hanya itu yang mampu dia katakan?!
setidaknya dia juga menjelaskan,dong kalau dia juga telah berusaha keras!
Pantas saja gadis yang dia cintai tidak pernah menyadari perasaannya!

“Maaf? Kakak hanya bisa mengatakan itu…!”air mata Daina semakin deras. “Aku sangat menderita,kak…! Aku kehilangan Tasuku dan itu semua karena kesalahan kakak! Aku mencintainya! Aku…!”

Aku juga tidak menyadari apa yang kupikirkan,tubuhku bergerak sendiri.
Detik berikutnya,wajah semanis gula gula dihadapanku yang dipenuhi air mata tampak memerah di pipi kirinya,
Karena kutampar.

“Bagaimana sih kau ini?! Bukannya berusaha tetap hidup supaya bisa bertemu lagi dengan orang yang kau cintai,malah repot repot mencari alasan supaya bisa menyalahkan orang lain!”protesku.

Daina tertegun mencerna kata kataku.
Juga terkejut,karena kami belum saling mengenal satu sama lain.
aku benar benar orang asing baginya,

“Maaf aku ikut campur,tapi yang sedih bukan kau saja! Yang pernah kehilangan bukan kau saja! Kau itu istri! Dan dia!” aku menunjuk muka Ari “Dia adalah kakaknya,kan? Orang yang memiliki hubungan darah terdekat! Jika ada yang merasa paling menderita harusnya dialah orangnya,kan? Jika ada orang yang paling ingin melindungi Tasuku,pasti dia orangnya,kan?
Jangan bersikap seolah hanya kau saja yang bisa merasakan sakit,orang lain tidak!”kata demi kata meluncur begitu saja dari mulutku.

Daina memandangiku dengan mata berkaca kaca,
lalu kembali menangis.

“Bagaimana takdir bisa berpihak kepadamu jika kau tidak bangkit walau dengan merangkak sekalipun untuk mengubah nasib?!”
Aku memeluk gadis yang menangis itu,
“Disebut manusia,karena bisa gagal” bisikku lembut “dia hanya manusia,Daina,masih banyak kesempatan,yang harus kau lakukan sekarang adalah bertahan hidup demi Tasuku, jalanmu pasti masih panjang, dan disini,ada banyak teman yang bisa kau percaya…”

Daina menangis tanpa suara dipelukanku,
Aku mengerti, aku sangat mengerti kenapa gadis biasa sepertinya bisa dicintai oleh begitu banyak pria hebat,
memeluknya,menatapnya,
orang jadi ingin selalu berdekatan dan melindnginya, aku sendiri agak menyesal memukulnya barusan, mungkin aku agak terlalu keras.
Tapi anak ini kuat,
aku yakin.

“Kau keluar saja dulu!” perintahku pada Ari,
Lelaki gagah itu menyadari keberadaannya tidak berguna sekarang, dan menuruti kata kataku,ia berbalik menuju pintu keluar.

“Terima kasih,Mikia…” ia berkata padaku sebelum pergi,
diikuti wajah terpesona Ryo yang menatap kearahku sebelum akhirnya pintu habis tertutup (aku agak ge er,sih,)

Meninggalkanku berdua saja dengan Daina,
yang masih bersembunyi dalam pelukanku, memang kalau sesama wanita jadi lebih mudah rasanya,
Dan Daina benar benar anak yang manis!
Penurut,pula,membuatku semakin menyesal karena memarahinya barusan...

Tapi aku harus menenangkannya sekarang,
Dan aku yakin ia pasti bisa tabah menghadapi ini semua.
Tuhan tak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatnya,
Itu pasti.


**********************
**********************
 
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Ari

Lima menit setelahnya.

_______________________________________
_____________________________


Suasana yang tidak mengenakkan ini membuatku gelisah saat aku berjalan melalui koridor ruang perawatan,
Yudas dan Ryo menguntit rapat dibelakangku seperti dua buntut yang bergoyang goyang.

“Kalau begitu aku pergi duluan,kapten” tukas Yudas meminta diri.
Aku mengangguk mengizinkan.

“Selamat beristirahat” tukasku yang disambut senyum arif Yudas.
Aku melangkah beriringan dengan Ryo,
Tampaknya Ryo juga menyadari kegundahanku hingga dari tadi ia diam saja tidak berbicara sama sekali padaku.

Daina…
Aku hanya ingin melindunginya,
hanya ia yang terpenting bagi Tasuku,
yang jelas,dimanapun Tasuku berada sekarang, aku harus tetap menepati janjiku,

Aku akan melindungi Daina,karena Daina adalah hal paling berharga dalam hidup adikku.

Aku tidak masalah meski daina membenciku sekalipun,
yang jelas,aku akan selalu memastikan Daina baik baik saja dan tidak ada satu halpun yang membuatnya merasa tidak nyaman.
Hanya itu tugasku.

Yang Daina katakan benar, aku memang gagal, aku pembohong besar. Menolong adikku sendiri saja aku tidak mampu…
Ya,aku...

Bahkan aku juga tidak punya kekuatan apa apa guna menyembuhkan luka Daina,padahal aku ingin.

Aku menatap pepohonan yang rindang dibalik jendela, terus melangkah tanpa tahu apa yang harus kulakukan.

Aku merasa tidak mampu, aku menyesali kegagalanku.
Kenapa bisa seperti ini…
Dimana kau sekarang,Tasuku? Apa kau baik baik saja?
Tanyaku dalam hati, menepis angan angan seram yang selalu membayangiku.
Undead tidak pernah memiliki alasan yang tepat untuk membunuh sesamanya,
untuk satu hal itu,aku selalu percaya akan keselamatan adikku.
Tapi,bagaimana kalau Stast benar benar mewujudkan apa yang di dambakan,yaitu pewaris?!
aku tidak mampu menjelaskan alasan sebenarnya mengapa Tasuku dibawa pergi oleh Undead tua itu,
juga tentang masa depan suram yang mengancam kami berdua.
kuharap apapun itu, jangan sampai terjadi,
aku sekarang hanya bisa percaya pada adikku.

Aku ingat ketika aku berusaha menghentikannya kemarin,
bahkan mengayunkan satu pukulan saja rasanya sangat berat,

Apalagi jika aku dan Tasuku suatu saat harus berhadapan sebagai musuh.
Dua individu yang bertentangan,yang benar saja!

Untuk apa selama ini kau bertempur?

Pertanyaan itu kembali muncul dipermukaan,
mengusikku.


Aku menatap cemas kepada koridor kosong di sekelilingku.


************************
************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

daiana keren banget, demi cintaku pada ibu, karangan kamu benar2 hebat!!!
selalu itu yang misa ucapkan kalau membaca setiap chapternya!

misa baca karangan kamu lagi dari awal, benar-benar hebat.
dai tau, misa baca dari tadi siang sampai jam 6 malam sekarang, tanpa henti, suer!
YA AMPUN!! dari mana sih kamu bisa dapat ide dan daya imajinasi sehebat itu, wkakwkawkakwa
misa benar2 takjub, membacanya misa benar2 masuk dalam cerita itu! dari sekian banyak novel karangan teman2 misa, novel daiana yang membuat misa kadang tertawa dan merasa tegang sendiri, serius, ingat, misa tertawa sendiri dan tercengang sendiri!! kwakwkaw
akhir2 ini misa suka kembali baca novel2, benar2 karangan kamu hampir setara dengan pengarang2 yang misa sukai!
misa akan mendukung daiana, dari vote 'bagus' misa vote jadi 'sangat bagus'
daya imajinasi kamu keren.

ehiya, misa suka bagian saat mereka bertiga berkumpul, apalagi saat 'daiana' dan tasuku mau nikah, hebat!! terlebih, misa suka ke perasaan kakak Ari, dia benar2 keren, merelakan kesayangannya untuk orang yang sangat disayanginya, kereeenn!!

satu kata yang misa suka dalam tahun ini untuk menyebutkan hal-hal yang misa suka yaitu "menakjubkan!"
wawkakwkawkakwa, duuhh, pengen banyak koment, tapi ntar malah pusing

lanjut dai!!!!!!

oiya, ehem, misa akan mem'Paku' thread daiana, misa pengen karya daiana yang hebat ini dibaca sama warga2 ii bahkan orang selain warga2 ii.
jika dibolehkan, tapi tanpa ijinpun, misa akan tetap memPAKU thread daiana, kwakwka, habisnya, karya daiana harus dibaca!

lanjut!!
 
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Daina


Sebulan kemudian,markas besar paladin,
Ruang perawatan.

________________________________________
_______________________________

Kukemasi pakaianku,
mulai hari ini aku sudah bisa keluar dari ruangan membosankan ini,
aku membetulkan letak bantal dan melirik kearah buffet kecil disudut kamar.
meraih karangan bunga Tulip kuning yang ada diatasnya.

Dari kak ari.

Ya,rencana nya aku akan tinggal di mansion khusus sekarang,
gedung besar yang berada di sebelah barat markas utama,nanti aku akan tinggal bersama kak Ari,Nona Mikia dan para guardian–begitulah mereka menyebut diri mereka-yang lainnya.

Nona Mikia bilang,lebih aman aku tetap berada disini,kalau aku ditinggal disuatu kota,mungkin akan ada invasi mendadak lagi,dan mungkin aku tidak akan seberuntung kali kemarin,
setidaknya aku tetap hidup hingga saat ini.

Kubaca lagi kartu ucapan yang terselip manis diantara Tulip-Tulip kuning itu.

Hanya ada kalimat “Ingin segera melihatmu tersenyum seperti dulu” yang tertulis diatas kartu berwarna putih bergaris silver ditepiannya,
Bukan ucapan ‘Semoga cepat sembuh’ atau semacamnya,
benar benar khas kak Ari, tidak pasaran, hm…

Aku tersenyum membaca pesan singkat itu,
Cukup untuk membuatku lupa sesaat akan kejadian buruk yang menimpaku,

“Tasuku…” gumamku seorang diri “Aku merindukanmu…”
Ragaku di penuhi kerinduan,dan tidak ada satupun jawaban atas pertanyaanku,
Banyak yang telah kulakukan dalam satu bulan belakangan,tapi semuanya sia sia.
Aku membeberkan semua kejahatan Robert Clarken,
aku juga menempuh jalur hukum,tapi tidak ada satupun yang mau mendukungku,

Pengadilan,hukum…tidak ada yang bisa menentangnya…
Bahkan kekuasaan manusia busuk itu semakin bertambah,
para petinggi diseluruh negara memujanya,rela menyembah kakinya hanya dalam waktu dua minggu,

Dia benar benar menguasai dunia hingga tak ada lagi satupun tempatku mengadu.
hanya disini tempatku berada,tempat yang paling aman,
Aku menutup mataku.

Kak Ari selalu melindungiku,
Saat aku merasa semua orang sama saja dan tidak satupun yang mau membela Tasuku,
setelah banyak hal yang dilakukan Tasuku untuk mereka.
Tapi aku tahu kak Ari selalu ada dibelakangku meskipun secara diam diam,
Menyokongku dengan segenap kekuatan,

Dan sekarang, dia mengusahakan agar aku tidak mendengar berbagai berita dari luar yang semuanya menyudutkan Tasuku.
walau aku sama sekali tidak pernah bicara lagi padanya setelah sekian lama,
tapi aku bisa merasa aman karena tahu dia didekatku,
Aku akan gila jika saja aku sendirian menanggung semuanya.

Nona Mikia juga telah banyak membantuku,karena juga hampir selama satu bulan ini, aku mengalami goncangan psikis berat yang membuatku selalu mengigau tidak karuan lima sampai sepuluh menit setelah aku mulai menutup mata dan tertidur,
Sekarang keadaanku lebih baik, tidak separah dulu,
Aku yakin,
Tasuku masih hidup dan kami akan bertemu lagi,perasaanku tidak pernah salah tentangnya, karena kami saling mencintai makanya aku tahu.
Karenanya,aku percaya, dimanapun ia berada kini, ia telah mengikatku dengan sangat kuat bersama api cintanya yang tidak akan pernah padam,

Dia akan kembali padaku,sejauh apapun kami berpisah,
kami pasti akan bertemu lagi dan bersatu kembali,
karena aku terlahir hanya untuk Tasuku,
Aku percaya padanya,dan aku yakin pada perasaanku ini.

“Daina kau masih disana…?”
Kepala nona Mikia muncul dicelah pintu.
Aku tidak menjawab melainkan menampakkan diri dihadapannya pertanda aku masih ada disini.

“Masih ada…beberapa barang lagi yang perlu kubereskan” sahutku kalem, menunjuk tumpukan pakaian ganti yang belum selesai kujejalkan kedalam koper yang juga berukuran mini.
Nona Mikia menghampiriku dan dengan cekatan ikut melipat baju bajuku, memasukkannya kedalam tas.

“Kubantu,ya! Berdua lebih baik daripada sendirian” katanya santai,
Aku ingin menolak,tapi rasanya senang juga, dan akupun membiarkannya membantuku.

Nona Mikia menoleh pada buket bunga yang membungkus rapi Tulip-Tulip kuning yang kuletakkan diatas bantal tempat tidurku.

“Ari,yaaa…?” katanya heran sambil menarik kartu ucapan yang tergeletak disamping buket bunganya,

“Iya” jawabku “Kakak yang mengirimkannya tadi pagi,dia orang yang sangat baik”

Nona Mikia tertawa hambar, “Kenapa harus Tulip kuning,sih” gumamnya.

Aku menyela “Memangnya kenapa kalau Tulip kuning?!”

Nona Mikia nyengir lebar “Tapi dalam bahasa bunga,arti Tulip kuning itu lambang ‘Cinta Tanpa Harapan’, kan’? masa Daina tidak tahu…” katanya sambil tertawa renyah.

Aku menggeleng gelengkan kepala seperti orang bodoh,“Benarkah? Aku baru tahu…”

“Mengirim Tulip kuning untuk orang yang baru sembuh dari sakit itu sama sekali tidak tepat, dasar kapten…” imbuhnya lagi “Sama saja dengan mengaku,kan…”

Aku mengedip ngedip-semakin tidak mengerti-akan arah pembicaraan ini.
“Ada apa dengan kak Ari?” tanyaku.
Nona Mikia seperti tersadar akan sesuatu, ia mengibaskan tangannya cepat cepat.

“Hanya gurauan,tidak penting,kok,mungkin dia juga pasti tidak tahu soal itu,lagian apa yang kau harapkan? Ari tahu apa soal bunga?” candanya.
Aku tertawa, nona Mikia benar…
tapi menurutku Tulip kuning bunga yang lucu dan cocok denganku,
aku tersenyum senyum sendiri.

“Ng…Nona Mikia…” panggilku ragu ragu “Ada yang ingin kubicarakan…”
Nona Mikia berhenti melipat syal rajutku dan menatapku dengan tatapan tajam.

“Kenapa panggil Nona,sih? Bukankah sudah kukatakan panggil Mikia saja…? Daina aneh,ah…” protesnya, aku menunduk malu.

“Iya…maafkan aku,Nona…eh,maksudku,Mikia” sahutku tersipu.

“jangan sungkan ya,Daina,kita kan bersahabat sekarang” katanya dengan wajah sok penting,aku tertawa lagi.

“Hei…,” tegurku,kembali pada pokok pembicaraan,“apa kak Ari marah padaku,yaa? Kami tidak ada bertemu lagi sejak hari itu, dia hanya menyuruh kak Ryo untuk menjengukku sesekali,dan tidak pernah menemuiku lagi…” keluhku pada...Mikia.
Mikia mengangguk angguk dan kelihatan senang

“Mana mungkin marah,Daina…” sanggahnya “Justru Ari yang kelihatannya bertanya Tanya apa Daina masih marah padanya…,kurasa ia hanya sungkan bertemu denganmu,dia punya salah,ingat?!”
Aku termenung.

“Salahku juga,Mikia…” sanggahku cepat “Aku…aku juga bersalah pada kak Ari,aku hanya bisa marah marah saja tanpa melihat kenyataannya,kak Ari juga sudah berusaha, tapi aku tidak mau tahu pada apa yang telah ia lakukan, dan aku menyalahkannya,padahal posisi kami sama…”

“Kalau aku punya kesempatan bicara padanya…aku ingin minta maaf…”
Aku menunduk sedih,”bagaimanapun,kalau Mikia kemarin tidak mengingatkanku,aku pasti tidak akan sadar sekarang,”
Mikia menggenggam tanganku,

“Sudah pasti,itulah artinya sahabat,kan?” katanya padaku.
Aku ikut tersenyum bersamanya.
“Ari,yaa, dia kadang pergi jauh berhari hari melaksanakan misi, kau tahu kan’ misi untuk kapten itu misi tingkat S yang sulit dan sangat jarang selesai dalam waktu singkat, nah,kau beruntung sekarang dia sedang nganggur karena baru saja menyelesaikan misi,tapi dia itu bukan tipe yang suka tidur seharian menghabiskan waktu luang yang jarang ada, dia seperti tupai, tidak bisa diam,kita tidak bisa menangkapnya di mansion, dia jarang ada disana”

Aku mendengarkan setiap kata yang diucapkan Mikia,
kedengarannya sangat berbeda dengan kak Ari yang kukenal selama ini,
kalau kumpul bersamaku dan Tasuku,biasanya kak Ari tidur seharian,dan hanya bangun untuk mengobrol panjang lebar dengan Tasuku,
dua beradik yang bersantai sepanjang hari tanpa perduli hal lain.

Jadi inilah dia saat sedang bekerja?
dalam hati aku gembira bisa mengetahui sisi serius kak Ari yang tidak pernah kutahu selama ini.

“Kalau kau ingin bertemu kapten sebenarnya gampang saja” Mikia melanjutkan.
Aku mendongakkan kepala tidak paham,

“Caranya?”
Mikia mengedipkan matanya padaku,

“Aku tahu tempat dimana kau bisa menemukannya”bisiknya padaku.

“Benarkah Mikia?!” aku sangat senang mendengarnya,
melihat wajahku yang berbinar binar, Mikia tidak bisa menahan diri untuk tidak mencubit pipiku dengan gemas,

“Daina tembem!” serunya sambil terus mencubiti pipiku. "Anak baik...Daina benar benar anak yang baik!" ia menjerit jerit tanpa mempedulikan aku yang tersiksa karena pipiku di tarik tarik tanpa ampun dengan segenap perasaan olehnya.
Aku bersusah payah melepaskan diri, dasar Mikia,kadang dia suka seperti ini…

“Aku bantu kau menyelesaikan pindahanmu dulu, kita urus itu nanti!” katanya membuat keputusan.

Aku menyetujui kata katanya dan kami mulai melipat kembali baju bajuku serta merapikan barang barangku yang tersisa.



***************************
***************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(LANJUTAN)

Dyna

__________________________________
___________________________

“Ini bisa dimakan?!”
Kak Ryo muncul meraup telur dadar yang baru saja matang dan menyuapnya, mulutnya megap megap kepanasan.

“Ryo! Jangan makan seenaknya bodoh!” sembur Mikia padanya.
Saat ini aku sedang memasak bersama Mikia,benar saja kami tak menemukan kak Ari di mansion,
Mikia kemudian mengajakku melakukan kegiatan ‘Anak perempuan’ yang layak menurutnya,yaitu memasak bersama.

“Lumayan juga ada Daina disini” kak Ryo berkomentar “Dapur mansion ini nyaris tak pernah dipakai para Guardian”

“Kalian…seperti tinggal diasrama,yaa” kataku.

“Kami berbeda dengan para prajurit biasa” kata Mikia, “Kami tidak tinggal di barak,dan bisa melakukan apa saja disini,sudah seperti rumah sendiri,apa ya istilahnya? kami di istimewakan,lah...” ia tertawa lagi

“Elit,mungkin?”
Kak Ryo mendengarkan percakapan kami sembari ikut mencicipi masakanku,

“Jangan dihabiskan begitu! itu akan diberikan daina untuk Kapten...”

“Hah?” aku bengong mendengar ucapan Mikia yang sibuk menegur kak Ryo, “Aku apa?” ulangku.

“Memberikan makan siang untuknya,
makanya para koki disini yang biasanya bertugas mengurus makanan kami kularang menyiapkan makan siang untuk Kapten,
kurasa akan ada alasan yang tepat bertemu Ari kalau kau bilang mengantar makan siangnya,kan?” Mikia mengurut dagu,“kuberitahu,yaa” katanya padaku kemudian “Ari paling sebal kalau waktu latihannya diganggu”
Aku mengangguk angguk,

“Ari tak akan marah pada Daina,kok,tapi dia akan marah pada orang yang memberi instruksi konyol yang mengganggu latihannya” tukas kak Ryo,Mikia melotot.

“Mau bagaimana lagi,dia pasti tidak akan kembali cepat, mungkin malah sampai malam… kasihan Daina kan’ ingin bicara padanya”

“Memangnya latihan apa?” tanyaku.
Mikia dan kak Ryo saling berpandangan.

“Macam macam,kami latihan Martial Art bersama,tapi biasanya kalau dia sendirian dia pasti latihan menembak,
begitu-begitu bisa lupa diri,lho. Begitu sadar sudah subuh”
Kak Ryo menjelaskan padaku.

“Aku boleh melihat kalian berlatih kapan kapan?” tanyaku sangat tertarik. ”Pasti akan sangat hebat,yaa”

Mikia tersenyum,
“Boleh saja” jawabnya riang.

Tasuku tersayang…,aku bersyukur sudah punya teman baik disini,
Aku ingin segera bertemu denganmu,
Bertemu dan bercerita yang banyak,
ingin melihatmu menatapku dengan penuh cinta saat kau mendengarkanku bercerita,

Tasuku sayang…walaupun kau sedang tidak ada disisiku,tapi aku selalu menantikanmu,selalu berdoa semoga kau baik baik saja dimanapun kau berada,

Tasuku,suamiku tercinta,
Saat kita bertemu kembali nanti,aku akan bercerita tentang hal hal yang kualami sekarang, termasuk perasaan sangat kehilangan yang kurasakan,
Teman teman disini sangat baik hingga aku lupa untuk merasa kesepian,
Aku tahu mereka selalu berusaha untuk menghiburku,
Tapi aku tetap tidak bisa menyingkirkan rasa rindu yang mengigit setiap detik,
rasa rinduku terhadapmu,

Tenanglah Tasuku,hari ini aku akan mencoba bicara pada kak Ari,kuharap dia tidak marah padaku,kuharap kami bisa berdamai,
Tasuku juga pasti akan sedih kalau tahu kami,aku dan kak Ari bertengkar lama lama,kan?!
Tenang saja,sebentar lagi kami akan berbaikan,kok…aku dan kak Ari…

Jadi cepatlah kembali,yaa,
Kembalilah padaku,Tasuku…



Aku bisa saja tertawa,
tapi jauh didalam hatiku menangis.



***************************
***************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Ari



Tempat latihan tembak,
Fasilitas utama Paladin.
_______________________________________
___________________________________


Mengarahkan moncong senjataku pada target yang bergerak gerak,
Burung burung berisik beterbangan,
Papan target yang bergerak gerak dan sudah diatur sedemikian rupa ini muncul dari balik pohon dan semak semak,
lalu tenggelam dan menghilang beberapa detik,
Aku memastikan targetku,
Dan memulai latihanku hari ini.

Dor! Dor! Dor!
Hening kemudian.
Sasaranku tidak pernah meleset, aku tersenyum puas.

Tapi masih belum cukup!
Dengan hanya kekuatan segini,masih kurang…masih kurang!

Aku harus jadi lebih kuat lagi agar dapat membawa Tasuku kembali…
Seperti dulu lagi.

Krak!

Bunyi berkeretakan ranting yang terinjak,reflek aku menoleh kearah dimana suara itu berasal.

“Kak…ini aku”
Mataku tertumpu pada sosok mungil berkulit putih dengan rambut ikal spiral tergerai hingga punggungnya yang nyaris tergulung gulung dibeberapa sisi mirip Maria Antoinette itu,

“Daina...?”
Daina mendekat panik, “Jangan ditembak,yaa” ucapnya ragu ragu,ia mengangkat tangannya dengan canggung,
Aku tertawa lirih.

“Ada apa kemari?”
Daina serta merta berlutut diatas rumput,mengeluarkan kotak bekal.setelah sebelumnya menghamparkan alas duduk,tanpa menjawab pertanyaanku.
membuatku heran,tapi dia memang selalu seperti itu,
kemudian ia duduk melonjorkan kaki disana.

“Makan!” katanya padaku.
Aku ikut duduk disebelahnya,suasana diantara kami sangat kikuk,
aku melirik gadis disebelahku, ia sama sekali tidak menatapku dan mengalihkan perhatiannya pada keadaan disekelilingnya,

Syukurlah Daina tipe yang mudah dialihkan perhatiannya,
Aku tidak ingin ia memergokiku sedang menatapnya.

“Bunga yang kakak berikan…” ujarnya membuka pembicaraan saat aku sedang makan,
“Indah sekali,terima kasih,ya,kak”

“kau menyukainya?” aku bertanya hati hati

“Suka sekali,aku senang…” jawabnya seraya tersenyum manis sekali,
Jantungku mulai tidak karuan.

“Syukurlah kalau suka”
Jangan! Kuharap dia jangan menanyakan hal itu!

“Kakak tahu apa artinya Tulip kuning,tidak?”

Ah! Aku mengutuk diriku sendiri, harusnya aku memakai otak,bukan memakai hati, umpatku pada diriku sendiri.

“Mana aku tahu?!” dustaku “Memang artinya apa?”
Daina menatapku geli.

“kata Mikia,artinya cinta tanpa harapan”
Mikia brengsek! Awas ya dia! Kenapa mesti dikasih tahu,sih…

Suasana antara aku dan Daina sedikit lebih santai,aku merasa lebih nyaman begini,bicara langsung dengannya dan memastikan ia dalam keadaan sehat.

Daina menatapku penasaran, “Kakak,aku boleh Tanya tidak? Tapi kakak jangan marah,ya” pintanya,

“Mau tanya apa? Iya deh aku janji tidak marah” sungutku,

“Kakak pacaran dengan Mikia,ya?”Daina bertanya tanpa basa basi.
Aku tersentak.

“Daripada aku pacaran dengannya,lebih baik aku gantung diri” jawabku. "Bulat sok tahu,jangan menebak nebak urusan orang dewasa"
walau senyumku mungkin terlihat seperti mengejek,tanganku mengusap ubun ubun Daina.
Kecanggungan diantara kami terasa mulai mencair,dan obrolan pun mengalir seperti biasanya.

“Iya,ya,mana mau Mikia dengan orang bermulut pedas menyebalkan sepertimu,kalau dia dengar,kakak tidak usah repot repot gantung diri karena dia yang akan menggantungmu” balas Daina.

“Jangan katakan padanya apa yang kubilang barusan” aku memperingatkan.

“Tidak janji…” Daina membuang muka,
Aku merengut pura pura.

“Hei…”
Kami bicara bersamaan,

“Kau duluan,” aku mempersilahkan.

Daina menatapku gelisah,
“Kak,aku mau minta maaf…,yang kemarin”

“Yang mana?”

“Itu…aku sudah membentak kakak,mengatakan kakak pembohong,padahal aku yang paling tahu kalau kakak sudah berusaha melakukan yang terbaik,aku benar benar jahat pada kakak,aku…” Daina meneruskan kata katanya “Aku minta maaf,karena sudah marah marah tidak jelas pada kakak…maaf,ya”
Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari gadis ini,

Jangan,Daina...,
jangan berwajah memelas dan memohon maaf seperti itu,
aku paling tidak tahan kalau kau berwajah seperti itu,
Aku mendengar nuraniku berbisik.

“Maksudku,aku…tidak merasa kalau kau punya salah apa apa,jadi aku tidak tahu harus bagaimana” jawabku jujur,
Sungguh aku tidak tahu bagaimana menghadapinya,
Jika berhadapan dengan perempuan ini,aku lumpuh.

“Itu artinya…aku dimaafkan?” Daina mengangkat wajahnya,

“Terserah kau saja,aku juga tidak begitu paham tapi sepertinya begitu” ucapku asal saja,

“Kakak baik,deh! kakakku yang paling hebat sedunia...!”seru Daina sambil memelukku,Darahku tersirap.
"Syukurlah,aku punya saudara seperti kakak"
masa' iya dia sepolos ini?!
yah,kuakui dia memang agak lemot,tapi se-lemot apapun dia,
biar bagaimana juga aku tetap laki laki...!

“Eh,apa masakanku enak?!” tanyanya padaku,kembali duduk disebelahku.

“Oh? Jadi ini masakanmu?” aku tidak begitu terkejut.
Daina membusungkan dada dengan bangga.

“Lumayanlah,buat pemula”

“Asyikk!” Daina melonjak kegirangan “Baru kali ini dipuji kakak!”
Ia menyandarkan kepalanya dibahuku,

“Kalau nanti Tasuku pulang…” katanya “Dia akan tahu kalau aku sudah lebih pandai memasak”

“Ya, itu pasti” janjiku,menyemangatinya.
dia membuatku selalu optimis bahwa hal tersebut bukanlah mimpi.

“Aku akan jadi lebih tegar,kak, jika kakak menemukan Tasuku, aku ingin menjadi kekuatanmu dan membawanya kembali pada kita…” ucap daina bersungguh sungguh.

“Kita berdua akan membawanya kembali” ujarku.

Aku tidak bohong,
saat inipun Paladin sedang melakukan pencarian terhadap Stast dan gerombolannya,
Daina pun pasti mengetahui hal itu.

Kami sangat mengantisipasi kemunculan Stast diberbagai tempat,
hanya saja undead tua itu selicin belut,
Sangat sulit menemukan dimana sarangnya,
Namun,jika dia berhasil menghindar dari kejaran paladin selama beberapa dekade,
Bukan tidak mungkin ia akan tertangkap suatu saat.

Aku kembali memikirkan apa yang dikatakan si Undead generasi kedua,
tentang rencana membangkitkan raja Terror yang lebih segalanya dari Stast The Origin,
Sang pewaris yang akan menurunkan malapetaka tanpa ada yang mampu mencegahnya,

Paladin tahu rencana itu,dan akan menempuh segala cara untuk menghentikan terwujudnya semua rencana gila kaum undead.
Menemukan Tasuku,merebutnya kembali,atau mengalahkannya,jika tidak bisa,terpaksa harus membunuhnya,
Itulah yang ditekankan oleh Alexander boraknitchov,pimpinan kami,
Ia tahu Tasuku adalah adikku yang sangat kusayangi,tapi tugas tetap tugas,

Aku malas memikirkannya,
Membunuh Tasuku,itu hanya pilihan terakhir,
salah satu pilihan dari banyak pilihan lainnya, lagipula,Tasuku bukan tipe manusia yang akan menjadi raja terror macam Stast The Origin,kurasa,
Aku mengenal adikku dengan sangat baik,
Dia adalah orang yang tulus dan baik hati,
Kemungkinan Tasuku dibunuh juga ada,tapi sangat kecil,karena mereka sangat membutuhkan Tasuku, mereka mungkin akan menahan Tasuku disisi mereka, tapi tidak ada alasan Undead menghabisi nyawa Undead,
Stast tidak akan membunuh Tasuku,makhluk yang serupa dengannya,
Tapi saat ini pasti mereka sedang berjuang membujuk Tasuku agar mau menuruti kemauan mereka,
aku berlomba dengan waktu.

Yang jelas apapun yang terjadi,menemukan Tasuku secepat mungkin,
itulah prioritasku saat ini,
Sebelum para makhluk abadi itu benar benar merenggutnya dari sisiku dan Daina untuk selama lamanya.


****************************
****************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Tasuku.


Dua minggu sebelumnya,
Disuatu tempat di Centralia,Amerika serikat,
Rumah persembunyian Stast the origin,

__________________________________________
_____________________________

Siapa aku?
suara siapa yang saat itu memanggilku?
kenapa begitu jauh? aku tidak bisa mendengarnya...tidak bisa...
aku ingin mendengarnya...

"Tasuku...Tasuku...Tasuku..."

siapa?
kenapa selalu menyebut nama kecilku?!
siapa kalian...?!!






Kesadaranku mengawang diantara gelap dan terang,
Kesunyian macam apa ini yang tengah kurasakan?

Aku sadar,aku tahu aku merasa,
Tapi mataku terasa sangat berat untuk dibuka.

“Kau sudah bisa bangun,pangeranku?”
Aku tersentak kaget,
Merasa asing akan segalanya,
dan melompat bangun dengan sangat cepat-aku sendiri kaget mengetahui betapa cepatnya reflekku-aku menyeringai memperlihatkan gigi gigi taringku yang mulai memanjang,bermutasi secara perlahan.

“Tenang,my lord…”pria dihadapanku berkata lembut,suaranya tak lebih dari bisikan,
Tapi ajaibnya,entah kenapa aku merasa mempercayai.

“Siapa…kau?” tanyaku, kepalaku sangat sakit dan berdenyut denyut,
Ingatanku bercampur aduk.

Pria itu menjilati tangannya yang kelihatannya terluka, tersenyum padaku.
Bau darah yang menetes dari lukanya membuatku terhanyut sesaat, aroma yang manis, tapi berbeda,

“Kau bukan manusia!” seruku seraya mundur.
Aku memperhatikan keadaan disekitarku, tempat dimana aku berada.
Ini sebuah rumah besar, dengan arsitektur kuno dan antik yang bercitarasa tinggi,
Menandakan betapa mewah selera orang yang menata ruangan itu sendiri.

“Kau juga sama,” ia menatapku dengan tatapan tajam menusuk,
warna matanya merah semerah darah, “Bukan manusia” .
ia berambut hitam dengan wajah menarik seorang pemuda berusia diakhir Dua puluhan tahun,
mengenakan sweater putih rajutan yang bagian lengan bajunyanya agak kepanjangan,
kuperhatikan luka ditangannya yang berangsur angsur sembuh,
“Kau minum sedikit hari ini, memang kalau minum darah Undead rasanya tidak seperti meminum darah manusia, menyenangkan,tapi darah yang telah terkontaminasi virus tidak memberimu kekuatan seperti yang kau inginkan agar tetap bertahan hidup”

aku menatapnya tanpa menjawab dengan tatapan menyelidik.

“Kau sudah siap untuk ‘hidangan utama’ eh?”
Aku mengerinyitkan alis,tiba tiba saja ingatanku kembali.

Aku ingat,batinku dalam hati,
Aku kehilangan kendaliku atas virus ini, ketika virus itu akhirnya mengambil alih tubuhku sepenuhnya,setelah itu,
hanya warna merah yang terpikir dikepalaku.

Daina! Bagaimana keadaan Daina saat ini?

“Aku harus pergi… ketempat Daina…istriku” gumamku berkali kali,kupaksakan menyeret tubuhku supaya bergerak.
kepalaku sakit sekali!

Sial! Apa Daina baik baik saja?!
Daina….Daina…

Aku terjelepak dilantai batu yang dingin,kepalaku berdenyut hebat,bukan,otakku…
Sakitnya seakan aku akan gila,

“Sudah jadi seperti ini,kasihan sekali,” orang itu menghampiriku. Aku dapat melihat kakinya yang telanjang tanpa alas,
Ia membantuku berdiri,membopongku seperti ayah pada anak laki lakinya,
“Dengar,kan,putra mahkota kami, bagi kita,tidak ada jalan kembali…” ia mendudukkanku diatas ranjang sutera yang indah,tempatku ‘tertidur’ sedari tadi.

“Siapa…kau?” aku memandangi wajah dengan senyum semanis madu kekanak kanakan bagai malaikat yang ikut duduk termenung disampingku,mengulang pertanyaanku sebelumnya.

“Aku sudah lupa siapa namaku…” jawabnya sendu “Aku punya banyak nama, Raja terror…,Raja kegelapan…, sang lalim, yang terkutuk,dan yang terkuat diantara mereka yang abadi” ia seperti tenggelam diantara nama nama itu sendiri.
“Kau bisa memanggilku Stast, tapi jangan tanyakan artinya,karena aku sendiri sudah lupa artinya”

Bagiku itu cukup jelas untuk menjawab rasa penasaranku
“Stast…The Origin…” aku spontan menambahkan
Ia tertawa mendengarnya,
Tapi aku sama sekali tidak merasa nyaman mendengar nama itu,
karena aku mengetahui dengan benar siapa dia,
juga sering kali mendengar cerita tentangnya,tidak hanya itu, aku juga menggunakan darahnya sebagai bahan utama penelitianku.

Namun,baru kali ini aku bertemu dengan vampir, sang undead yang konon memiliki hidup abadi,Stast The Origin,
satu satunya yang tersisa dari ratusan prajurit yang dijadikan bahan percobaan virus undead puluhan tahun silam.

Dia benar benar tidak bertambah tua, dongeng seram yang menjadi kenyataan dan menebarkan terror di muka bumi,

“Vampir kuat yang memiliki kekuatan mengendalikan undead lainnya, sejarah pertama yang menorehkan darah…”

“Dalam riwayat menyedihkan umat manusia yang ingin mencoba untuk menjadi Tuhan” ujarnya menyambung kata kataku,

Dan musuh yang diceritakan kakakku berkali kali,

Aku ingin sekali dapat membencinya, tapi aku tidak tahu apa itu perlu atau tidak?
Bahkan aku sekarang bukan lagi manusia…

“Stast ini memang kuat,tapi tapi tidak sebanding denganmu”
Aku menoleh penuh tanda tanya, apa maksudnya?

“Aku…harus pergi! Aku tidak mau berada disini,Aku tidak sama dengan kalian!!”
Aku mencoba berdiri,tapi kakiku terasa kaku, sekujur tubuhku kaku,

“Masih belum paham,ya?!”
Belum habis rasa keterkejutanku karena Stast The Origin,
Muncul lagi seorang wanita,
lagi lagi vampir,
manyeruak masuk kedalam kamar.

“Stast! Apa lagi yang kau tunggu?! Membujuknya sedikitpun kau tidak mampu!”
Vampir bernama Stast itu tersudut diujung ranjang,
“Bruce binasa,Stast! Aryanov Gabriel lah yang menghancurkannya ketika kita sedang pergi! Ya,Aryanov Gabriel yang itu,musuh terkuat kita!”
ia berteriak teriak lantang,udara di sekelilingku bergetar samar.

Dengan banyaknya jumlah vampir yang kutemui,
tahulah aku bahwa aku sedang berada dalam sarang mereka.

Dia juga menyebut nama kakakku berkali kali,
Wajahnya nampak sangat mengerikan dengan mata merah melotot kearah Stast.
Penampilan tenang yang kulihat sebelumnnya berganti menjadi seraut wajah yang menegaskan kekejaman yang tersimpan didalamnya.
Namun Stast tetap bergeming ditempatnya.

“Lakukan sesuatu,Stast!” desak si vampir betina,“Dan kau!” si vampir betina berpaling kearahku, “Kau seharusnya sudah tahu kau ini apa...!”

Denyut dikepalaku semakin keras, “Akh…” aku bertumpu pada kekuatanku yang hanya tersisa sedikit,
Memejamkan mataku kuat kuat.

“Ferina? Korbannya?”Tanya Stast keras keras,aku tidak mengerti apa maksudnya.

“Cih!” si vampir betina membalikkan badannya dengan kesal,gerakan anggun dan kejam, ia melangkah keluar dari kamar itu,

Aku masih berkutat dengan rasa sakit ketika pintu kembali terbuka dan si vampir betina datang lagi,
kali ini bersama seorang wanita yang menangis menghiba hiba,
mendorong wanita tak berdaya itu kedepanku, terjerembab di hadapanku.

“Jangan bunuh aku… jangan bunuh…”
Aku menatap marah kearah Stast dan vampir perempuan itu,tapi tubuhku tidak bisa bergerak seperti yang kuinginkan.

“Apa apaan ini? Kalian menumbalkan manusia kepadaku?!” ujarku sengit, “Aku tidak mau membunuh! kalian gila!”

Stast menatapku tertarik,“Tapi rasanya akan sangat menderita…” bisiknya membujuk, “Sekarang saja terasa amat sakit,kan? Kau itu tidak bisa mati,dan jika ditahan, sampai hari kiamat pun kau akan tetap merasakan sakitnya”

Rasa sakit dan rasa lapar yang tidak tertahankan lagi,
Pikiranku kacau balau,bukan menahan rasa sakit ini, yang paling sulit adalah menahan nurani dalam diriku agar tetap pada tempatnya,
Aku terpesona pada aroma darah segar didepanku, seratus kali lebih menerbitkan selera daripada darah Stast barusan,
memberi tanda bahwa tubuhku membutuhkannya.

Aku berusaha menolaknya,tapi insting itu tetap menarikku,
Tuhanku!

“Kontrol yang lebih baik dariku,”komentar Stast “Aku tidak pernah bertahan lebih dari tiga detik saat aku selapar dirimu”

“Tunggu apa lagi?! Makan saja wanita manusia itu!”

“Tidak!” teriakku keras

Si vampir betina dengan tidak sabar mendekati mangsa yang tidak berdaya itu, mangsanya tidak sempat mengelak,kemudian telingaku mendengar bunyi berkeretak tulang yang dipatahkan.

Dan potongan kepala berlumur darah dilemparkan kearahku.
tergeletak tepat didepan kakiku.
Gairahku membuncah,

Aku mau...apa?!
dan selanjutnya aku tidak bisa lagi menahan kebinatangan dalam diriku keluar.
Menerjang onggokan daging yang telah mati itu,

Aku ingin muntah,tapi alih alih rasa mual,yang kudapati adalah kenikmatan,
apalagi saat cairan hangat dan basah itu mengalir melalui tenggorokanku,
begitu kuat,begitu nyaman,dan begitu najis pada diriku sendiri dan perbuatan hina ku,
nista,jahanam,meski atas alasan apapun,
aku merasa hidup,itulah yang kurasa telah kudapat,hidup setelah merenggut hidup orang lain...

Aku kecewa pada diriku sendiri.

Jika aku yang sekarang ada didekat Daina…jika Daina melihat keadaanku saat ini…

Aku menatap tanganku yang basah dipenuhi darah segar,
tidak hanya tangan,bahkan seluruh pakaianku,juga kemeja longgar yang terpasang di badanku,basah oleh darah,

Dahaga itu terpuaskan,hilang beserta satu nyawa yang telah kurampas, meninggalkan kenyataan bahwa 'Tidak ada jalan kembali' adalah realitaku sekarang.

Stast dan perempuan vampir itu menatapku kagum,
aku melihat dua pasang mata Undead yang menatap lapar pada genangan darah berceceran dilantai.

Tapi tampaknya tak ada satupun yang berani mengusikku pada saat aku sedang makan.

“Apa yang kalian inginkan dariku…?” tanyaku pada Stast,
Aku pastilah terlihat kacau sekali,dengan darah segar yang melumuri sekujur tubuhku.
Stast dan vampir perempuan itu tidak menjawab,
Mereka berlutut dihadapanku,membuatku semakin bingung,

“Jadilah Raja kami”

Apa?!

“Raja?! Raja kalian?!” aku terbelalak,
Setelah semua kejadian yang kualami,apa lagi ini?!

“Tidak! Kalian pasti salah,Kalian salah!” bantahku.“mana mungkin aku ini menjadi raja kalian? Mana bisa?!” “aku punya orang orang yang kucintai…dan aku ingin kembali pada mereka”

“apa kau yakin mereka masih membutuhkanmu?” tanya Stast.

Aku terdiam,
“Aku…ingin bertemu Daina…dia istriku, aku harus bertemu dengannya,aku ingin tahu apa dia baik baik saja” ucapku ragu,

Stast terdiam “Wanita yang nyaris mati ditanganmu kemarin?!”
Bagaikan petir menyambar,
aku terperangkap dalam kekalutanku sendiri,

“Kau tahu?! Bagaimana keadaannya??”cecarku panik, ”Dia masih hidup,kan’?” tubuhku yang awalnya bertenaga setelah menyantap korban barusan kembali terasa lemas

“Aku tidak tahu” jawab stast dingin “Aku membawamu pergi sebelum Aryanov Gabriel membunuhmu”

Kakak…?!
Aku meraba dadaku,jantungku telah berdetak kembali, aku masih ingat samar samar,ya, pedang kakak…pedang kakak yang menembus leherku…

“Jadi,kakak juga ada disana...?” aku tersenyum pahit. "Aku memang seharusnya tidak ada..." sesalku,
bahkan satu satunya kakak yang kumiliki dan kukagumi didunia ini pun,
berkali kali kusakiti...

“Tubuh kita memiliki keistimewaan regenerasi yang cepat,tapi kalau tubuh kita tercerai berai sebelum kita sempat beregenerasi, serangan telak keotak, atau jantung, habislah semuanya” Stast menjelaskan. “ingat itu baik baik”

“Aku sudah tidak perduli lagi dengan hidupku” aku kembali duduk menenangkan diriku,“aku hanya ingin bertemu Daina,aku ingin memastikan apakah Daina baik baik saja”

Tubuhku mungkin saja bisa sembuh dengan cepat,tapi bagaimana dengan hati kami?!
hatiku,kakakku...
dan Daina...

“Kau gila?! Gadis itu ada di markas besar paladin! Stast melihat Aryanov Gabriel membawanya, kalau kesana sama saja bunuh diri!” dengus si vampir betina.

“Baiklah,kau dan aku,kita akan pergi bersama”

“Stast!”

“Harus punya kebijaksanaan jika ingin menyusup kesana, dalam hal ini, hanya aku dan kau yang memenuhi syarat” Stast berkata kepadaku “Mungkin jika kau melihat kenyataannya dengan mata kepalamu sendiri,kau akan berubah pikiran”

Aku membuang muka,“Aku tidak sudi membunuh dan meminum darah manusia lagi,aku tidak akan pernah mau melakukannya lagi”

Stast tersenyum sinis,“Tawaran kami tadi bukan pertanyaan yang harus kau jawab sekarang,”
Ujarnya mengakhiri pembicaraan diantara kami bertiga.

Bukan pertanyaan yang harus kujawab sekarang,tapi tetap saja,
aku harus tetap menjawabnya jika aku sudah siap.


*******************************
*******************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(LANJUTAN)



Tasuku

______________________________________
_______________________________


“Kak!apa ini?”

“Jangan bermain main dengan itu! Bahaya,kan!”
Kak Ari menangkap tangan Daina yang memegang pistolnya dengan cepat,
“Jika meledak ditanganmu bagaimana?” katanya dengan wajah khawatir.

Daina tersenyum manis “Kakak mencemaskanku?!” ia tertawa,tawa malaikat yang dulu selalu ditujukannya padaku,

Aku mengintip dari celah dedaunan, dari kejauhan aku menatap pasangan yang berbahagia itu,
Daina tampak sehat tidak kurang suatu apa.
Aku mendesah lega.

“Bagaimana?! Apa kau puas sekarang?!” aku tidak menjawab pertanyaan Stast disampingku,
asyik memperhatikan Daina yang sekarang berputar putar diantara rerumputan,melakukan gerakan seperti menari.

Entah bagaimana caranya Stast berhasil membawaku menyelinap,
Tapi tidak dapat masuk kedalam markas Paladin,

Aku dan Stast hanya dapat melihat dari kejauhan,
di dalam hutan buatan tempat latihan para Guardian dan prajurit Paladin,
Kawasan ini bebas Undead, bahkan Rusia sendiri adalah negara kuat yang bebas dari undead karena disinilah markas besar Paladin,
Stast membawaku masuk ke Negara ini entah dengan cara apa.

“Sama seperti menyelundupkan obat terlarang, kemungkinan kita lolos amat kecil,jadi kita sekarang bertaruh” jawab Stast enteng ketika kutanya.

Dan akhirnya kami bisa sampai kemari,rupanya Undead tua ini amat ingin membantuku hingga rela melakukan ini semua.

Walau aku menyadari hutang budi ini tetap harus kubayar suatu hari nanti.
Ah,Daina terpeleset,
aku hendak bergerak kearahnya ketika sentuhan tegas Stast mengunci bahuku.

Kak Ari menangkap tubuh mungil Daina dengan gesit.
Tentu saja sangat mudah menahan tubuh mungil dan ringan itu,
meraihnya dalam pelukannya,
kakakku sendiri bahkan gemetar karena terkejut.

“Kubilang hati hati,kan! Kau akan membunuhku kalau sampai kau kenapa-kenapa” tegur kak Ari memperingatkan.

Daina juga kaget, seperti biasa,Daina memang ceroboh.
ia memeluk kak Ari dan menarik nafas,
seperti biasa juga,Daina selalu bergantung pada orang lain ketika ia berbuat kesalahan.
Cengeng dan penakut,tapi sangat manis hingga membuatku jatuh cinta berkali kali padanya,

“Ups…aku terjatuh…” katanya mencelos.
Kakakku balas memeluknya, mendekapnya semakin erat,

“Jangan lakukan hal yang berbahaya lagi,ok?” ia memastikan.
Aku memalingkan wajahku,
Tidak ingin melihat hal yang kulihat,
kecemburuan yang aneh muncul dalam hatiku,betapa bodohnya,
aku betul betul pria salah paham yang menyedihkan.
kakak mencemaskan Daina,alasannya karena aku,
menjaga Daina demi aku, walau aku tahu perasaan lain yang mendorongnya memberikan perhatian lebih pada Daina.
walau aku tahu perasaannya,aku percaya padanya,
Tapi,tapi...
Siapapun yang melihat keadaan kami sekarang,sudah tentu sangat bisa memilihkan mana yang lebih cocok untuk Daina,
pilihannya sangat jelas,jawabannya sudah ketahuan.

“Kau sudah puas?” Stast mengulangi pertanyaannya.
Aku memberikan jawabanku dengan cara menjauh dari tempat itu dengan cepat.

Meski aku lega Daina baik baik saja,aku tetap tidak bisa menahan rasa cemburu dalam dadaku, sakit,perih,aku sangat sakit.
Kak Ari memang yang terbaik,
jika bersamanya Daina pasti bahagia, jika bersamaku,Daina mungkin akan kehilangan nyawa nya,mati sia-sia bersamaku.
aku yang mencintai Daina dengan segenap perasaan tentu tidak mau hal semacam itu terjadi,
aku harus merelakannya,harus melepaskannya,

Tapi,akan dikemanakan perasaanku ini?!
Apa yang harus kulakukan dengan perasaanku sendiri??
Dimana tempat untuk hatiku?!
Aku…tidak tahu…
Tidak tahu…
Dan aku harus belajar untuk menjadi tega,tidak memiliki rasa penyesalan sekalipun.
melupakan Daina,melupakan segalanya,
bagaimana cara melupakannya? tentu dengan menjalani hidup sebagai makhluk abadi yang tidak punya masa lalu dan tidak mengenal masa depan!
Tidak ada jalan pulang...
tidak ada lorong kembali...

Bagaimana dengan kakak?! membuang segalanya,berarti membuang posisi kami sebagai kakak beradik,saudara.
dan membuang semua kenangan kami sejak masa kanak kanak hingga sekarang?!
Disatu sisi aku tidak sanggup menjadi musuh kakakku sendiri,orang yang kuakui,kusayangi,kuhormati,darah dagingku...
Aku juga ingin lari dan menghilang karena disisi lain obsesiku akan Daina membuatku amat menderita,penderitaan yang lebih menyakitkan dari kematian!

Aku terjebak dalam penderitaan dan dilema ini selama lamanya,
seorang diri.



*******************************
*******************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

weeeeeeeeeeewww, amare-chan, sueeeeeeeer keren bangetttt lanjutannya
misa sampe tercengang dan terharu sedih membacanya, ughhh siip
sebenarnya banyak sekali dugaan-dugaan lanjutannya, tapi misa gak bisa menduga dan gak mau menduga, karna ceritanya pasti akan sangat lebih seru dari apa yang misa bayangkan, cerita dai emang kereeeeeeen!!!

uggghhh, kasian tasuku apalagi pas ngeliat k ari ma daiana, tapi itulah serunya cerita roman yang menggambarkan suatu ambisi, huaaahh, manthap daiii

lanjut dai, dan tetap semangaaaaaaat!!!!!!
 
Back
Top