~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

bagaimana menurut kalian novel pertama Dyna (daina) ini?


  • Total voters
    35
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Ryo.

______________________________________________
___________________________________


“Boraknitchov memerintahkan kita untuk melenyapkan para vampir” bantah Yudas.

Aku tidak yakin,
“Dr. Tsaraniakova Gabriel!” teriakku memanggil namanya,
tidak ada jawaban.

“Itu kau,bukan?” itu pasti dia,aku pasti tidak mungkin salah mengenali orang.

“Manusia lancang…”
kini aku sadar siapa yang berdiri dibelakangnya.

“Stast…the origin…” Yudas langsung bereaksi saat nama itu kusebutkan.
Stast tersenyum kejam pada kami,sementara adik dari kapten kami, menampakkan wajah tanpa ekspresi yang dingin.seperti kehilangan perasaannya.

“Seenaknya menyebutkan nama…raja baru kami…” dia memberi aksen lembut pada saat menyebut ‘Raja kami’.
yang benar saja…,Ari belum tahu tentang ini…?!

“Kita harus membunuhnya…” kata Yudas.

aku mengutarakan penolakan dan ketidaksetujuanku pada Yudas,
mencari jalan lain yang kusadari memang buntu.

“Kalau tidak dilakukan,dia akan membunuh kita” Yudas memasang posisi pertahan,"membunuh atau dibunuh."
walau ia tetap menunggu,namun ia bertahan pada pendiriannya,bahwa yang ada dihadapan kami adalah musuh.

Aku tahu akupun tak punya pilihan lain. Aku bisa merasakan aura pembunuh dimata pemuda pirang itu yang ditujukan pada kami.

“Apa yang dia lakukan padamu,Dr.Gabriel? Apa dia mencuci otakmu?!” kataku,“Ari…daina…semuanya menunggumu…semuanya ingin kau kembali…”
tak' kuharapkan jawaban darinya,juga tak ingin jawaban,
aku hanya ingin tindakan,atau apa saja yang meyakinkanku bahwa 'ia bisa dipercaya',
aku sangat menghormati sahabatku,Ari,tentu saja.

Raja undead yang baru itu bergerak maju selangkah demi selangkah,

“Aku tidak pernah lagi…” untuk pertama kalinya ia merespon kata kataku,“Merindukan apa yang telah kubuang…”
dan dia telah berada di belakangku,dan itu dilakukannya hanya dalam sekejap,sepersekian detik, aku melompat menghindarinya,
Yudas tidak tinggal diam, dia bergerak cepat untuk menolongku,tapi Stast maju kearah kami tak’ kalah cepatnya.

Aku terdesak,menembaki kedua undead itu dengan pistol laser milikku,
tapi dengan kedua raja undead dengan gerakan dan kecepatan luar biasa,aku tidak bisa bertahan lama…

Jarakku sangat dekat dengan Dr.gabriel sekarang, aku cukup tahu diri merasa bahwa dia tidak mungkin seceroboh itu,
tapi aku tidak akan melewatkan kesempatan yang ada.
saat moncong pistol laserku menempel tepat dibahu kanan nya.
tembakan sinar itu membumihanguskan sasaran lebih parah dari yang kuduga jika dari jarak dekat.

Setengah dari tubuh Dr.Gabriel terpental jatuh diatas tanah, menyisakan potongan menjijikkan yang berdiri kaku tanpa bergerak.

Masa secepat ini?

Seulas senyuman terpancar disudut bibir Stast The Origin.
ketika aku menoleh lagi, potongan tubuh yang ada didepanku hampir menyelesaikan proses regenerasinya dengan sempurna. Cepat!

Yang lebih membuatku ngeri lagi,tubuh bagian atas yang terpenggal dan menjadi onggokan basah penuh darah itu melakukan hal yang sama!
sedetik kemudian,Dr.Gabriel…menjadi dua bagian,tubuh yang serupa,sempurna,tanpa cacat,dan terpisah!

Aku tidak pernah sengaja membandingkan kemampuanku dengan Ari,
tapi aku begitu ingin tahu reaksinya bila ia melihat hal ini…
seram...,seram sekali,aku sama sekali tidak pernah membayangkan mimpi buruk macam ini menimpaku,setelah berbagai kengerian yang kuanggap mudah dan tugas sebagai Paladin yang kujalani,
berhadapan dengannya,aku serasa benar-benar berhadapan dengan dewa kematian yang sesungguhnya.

Aku melompat mundur,Yudas disebelahku.
raja baru kaum yang bangkit dari kematian itu memandang dingin,penuh keinginan melenyapkan,hanya punya tujuan menghancurkan,terang terangan ia mengundang kami kedalam kegelapan abadi miliknya.


“Kemampuan yang mengerikan…” ujar Yudas “Kini aku tahu,Messiah dan Solomon bertarung melawan makhluk seperti ini…”
aku mengerti,aku sangat mengerti perasaan Yudas, ini juga hal yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya.

Undead terkuat...,dan manusia yang menantang segala keterbatasan,
hanya menunggu waktu,sampai kami menjadi mangsa-nya,
salah perhitungan,yeah,benar...
aku gemetar,
untuk pertama kalinya seumur hidupku aku merasa takut akan hayatku yang kemungkinan besar berakhir ditangannya...

"Bagaimana ini?" hatiku berbisik rapuh,
Kalau seperti ini,sih, tidak akan ada habisnya,tidak bisa dibunuh…
"Aku takut mati..."


Untuk pertama kalinya,aku jujur pada diriku sendiri.

*******************************
*******************************
 
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

(Lanjutan)

Ryo


____________________________________________
____________________________________


“Bagaimana? Mau mencobanya? Bertarung sampai akhir?” Tanya Yudas padaku.

“Kenapa tidak Tanya Tuhanmu kita harus melakukan apa…” aku berkomentar acuh,
Yudas membuang pedang kembarnya ketanah.
mencabut pedang lain berbentuk salib kembar-dia membawa beberapa macam senjata-yang tidak pernah kulihat ia gunakan selama ini,
aku hanya pernah melihat Yudas menggunakan pedang ganda berbentuk bulan sabit, dia selalu membawa banyak pedang,tentu saja itu tak membatasi gerakannya.
jika Yudas sampai mengeluarkan senjata terbesarnya,berarti keadaan sudah benar-benar parah.

“Atas nama tuhan…” ia mengucap doa “Matilah kau,makhluk yang tak dicintai!”

Kedua pedang Yudas beradu dengan lengan Dr.Gabriel yang telah bermutasi. Aku menerjang Dr.Gabriel yang satunya lagi-bisa bisanya ia memiliki kemampuan mengerikan membelah diri-dan ia menangkisku,tentakel hitam penuh lendir beracun yang keluar dari dalam mulutnya membuatku kehilangan banyak waktu untuk membidik dengan sempurna.

Yang paling menyebalkan,Stast The Origin duduk bersantai menonton kami berkelahi dengan makhluk tak senonoh penjelmaan dari adik sahabat baikku sendiri!
aku membidik tentakel merepotkan itu,
makhluk tampan dihadapanku memuntahkan semua tentakelnya bersama darah keperakan menjijikkan,benda mirip daging panjang itu menggeletar dan mengeluarkan asap putih.
Dr.Gabriel menyeka darah belepotan disekeliling mulutnya,memperlihatkan gigi taringnya padaku,

Aku melihat lidahnya tidak ada lagi,tapi sedetik kemudian,daging merah jambu tumbuh,menggantikan bagian yang hilang.
tahulah aku terdiri dari apa mulanya tentakel itu.
kupaksakan diriku menoleh pada bagian yang terpotong itu, tubuhku tidak dapat menahan debaran luar biasa,tertekan,tidak mau kalah…
firasatku jadi kenyataan,
tentakel itu kini berkembang membentuk tubuh baru, Dr.Gabriel yang baru.
perasaan cemasku menjadi jadi,aku menembaki tubuh yang baru saja terbentuk itu,hingga terpenggal jadi beberapa bagian.
tapi sama saja, bagian yang terpisah akan membuat wujud baru dengan kekuatan yang terbagi rata dan sama besarnya.

Aku mengintip pertarungan Yudas, mataku terpana,Yudas juga tengah bertempur dengan tujuh-delapan makhluk yang sama,
dia tak tertandingi,mengerikan,betapa hebat kekuatan yang telah menaklukkan beberapa pejuang terbaik kami,
mustahil,sangat mustahil bagi manusia biasa dengan tenaga dan energi yang terbatas untuk menang darinya,
aku tertawa dalam hati,
aku bukan tandingannya.

Kehabisan akal,aku maju dengan segenap kekuatan yang tersisa. Namun aku terkesiap,tak sempat menghindari,
sinar berputar putar menyeruak diantara kami semua,
Laser!

Robert Clarken,seharusnya aku tahu...
ia berdiri beberapa meter dari kami, memegang alat pengendali meriam laser raksasa yang terpasang dipuncak gedung Domain Of World,
jangkauan serangannya amat hebat dan tepat,dapat mencapai seluruh penjuru kota, hanya dengan menekan tombol sasaran,

Alat persenjataan canggih yang akhirnya digunakan untuk tujuan yang keliru.
aku menatap tanganku yang terserempet laser raksasa mematikan itu.
sebelah lenganku terpotong…
aku nyaris menggigit lidahku karena menahan sakit luar biasa.

“Bangsat!” maki ku “Harusnya aku tahu…” aku melihat mata bergairah Dr.Gabriel saat ia melihat darah segar yang menetes dari lenganku,
tapi pengendalian diri sang raja undead yang baru rupanya sangat kuat.
aku tersungkur menahan rasa sakit membakar dilenganku.
Ia mendatangiku, secepat halilintar,tombak yang terbuat dari tulang kokoh itu bersiap melubangi tubuhku.

Siluet yang kukenal,Yudas,
ia meninggalkan arena pertarungannya sendiri dan memilih menghadang Dr.Gabriel dari depan, menahan tombak tulang besar itu dengan pedang salib kembar nya,
dan menyelamatkan nyawaku,untuk sementara. Yudas kuat,dia juga penuh perhitungan dalam setiap gerakannya,
tapi tetap saja,sama sepertiku,ia manusia biasa yang punya keterbatasan.
sejak awal kami hanyalah sekelompok manusia yang melawan segala keterbatasan…

Aku ingin sekali berpaling dari pemandangan yang selalu takut untuk kulihat,
jarak yang terlalu dekat,Yudas juga sama sepertiku,mulai kepayahan…
dan kecepatan lawan yang tiada bandingannya,

Tombak itu menghujam dadanya.

Menembus rusuknya sangat dalam hingga bunyi tulang patah berkeretak itu terdengar hingga kedalam gendang telingaku.
Lalu ujung tombak itu keluar,hingga mencuat di sisi lain,berlumuran darah,
kejadiannya begitu cepat hingga aku tidak sempat berpikir apa apa lagi…!

“Tuhanku…” aku mendengar rekan seperjuanganku berbisik mesra memanggil penciptanya saat ia jatuh, kami mungkin tidak memeluk agama yang sama,tapi…
tapi aku begitu ingin berdoa…berdoa untuknya!

“Yudas…!” aku menyerukan namanya.

Pewaris,sang pewaris berhati iblis yang mengambil nyawa rekan rekan seperjuanganku,
aku bahkan masih bisa menatapnya membunuh dengan wajah dingin itu.

Tanpa penyesalan.

Lalu,Ari tiba pada saat bersamaan,
ikut menyaksikan pemandangan menyakitkan yang sama seperti yang kulihat sekarang.



*******************************
*******************************
 
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

@kk masykur
terima kasih!!! huwaaaaaaaaaaa!!! dai terharuuuuu!!! ^^
sekali lagi,terima kasih telah memacu gairah daina untuk terus berkaryaaaaa~
daina tidak akan menyerah,tentu sajaaaaa,,,,,
semangaaaaaaatttt!!!
^0^

@kaz
huaaaaaa,,,,,mohon maaf,kazzz,,,kemarin daina sakit sakitan,,,hiks,,,,
sekarang juga masih sakit sakitan,,,
tapi daina menjanjikan plot yang menarik,tentu sajaaaa~
stay here,,,,thanks!!!
kamu adalah segala yang terbaik dari yang terbaik yang berada disekitar daina,,,semangat daina selalu berasal dari sahabat sejati yang selalu mendukung daina seperti kamuuu,,,,
thanks for all....
^^

@guys~
huhuhuhuhhhuhuhhhuhuuuu~
sewaktu daina mengerjakan plot ini,daina selalu mendengarkan lagu-lagu dari Versailles philaharmonic quintet,terutama yang judulnya the revenant choir,,,,
yaaahhh,,,,,banyak plot dalam 'descendant' yang tidak akan tercipta tanpa grup musik yang satu ituuu,,,
mereka dewakuuuuu~

PS: kalau ada waktu,coba dengarkan,yaaaaaaaaaa~



 
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

12:

De Javu .

__________________________________________
________________________________


Ari.

_____________________________________________
_________________________________



“Mana mungkin aku jadi musuhmu? Jika aib itu adalah kau, lebih baik kita hancur bersama saja”







Tasuku menjauh dari kami,menjaga jarak
Tasuku,ya…Tasuku…tidak salah lagi…
Itu Tasuku!

Yudas terhempas membentur tanah.
Daina menjerit.
Aku berusaha menahan Daina yang berteriak ngeri seperti kehilangan akal sehatnya,
jika saja bisa,
aku tidak ingin melihatnya,atau berpura pura tidak melihatnya,
aku melihat belasan makhluk yang sama,
Tasuku, ada banyak sekali Tasuku!

Makhluk itu mendekat satu sama lain,dalam hitungan detik,seakan diberi perekat kuat, mereka menjadi satu,kini hanya ada satu dengan badan yang sepertinya induk bagi mereka,Tasuku didepanku,dengan sebelah tangannya berlumuran darah terjatuh berlutut sementara para kloningnya memaksakan diri mereka masuk dalam tubuhnya,dengan hanya menyisakan satu wujud yang pasti dihadapan kami.

bunyi-bunyian berkeretak tulang yang bersatu,
siapapun yang mendengarnya pastilah akan merasa ngilu...
wujud laki laki maha tampan yang memiliki darah yang sama denganku.

“Tasuku…”
Ia mengangkat kepalanyanya merespon panggilanku,bukan wajah penuh senyum,dan mata teduh seperti apa yang selama ini kami rindukan yang terlihat.

Tapi wajah penuh kebencian yang dingin.

Ketika ia berdiri,tulang tulangnya kembai mengeluarkan suara berkeretak,itu juga terjadi saat ia melakukan pelemasan otot otot yang kaku.
Stast melompat ringan,satu tangannya memeluk leher Tasuku.
amarah yang tak tertahankan menguasaiku,

“Dia bukan milikmu!” teriakku berang, “Tasuku,apa yang lakukan! Kita akan pulang!”
apa-apaan ini,dia seperti telah dicuci otaknya?!
meski mataku menyiratkan sejuta pertanyaan,Tasuku tidak serta merta memberikan jawabannya. Ia seperti tidak melihat kearah kami.
matanya nanar menatap gadis dalam pelukanku, yang juga balas memandanginya penuh pertanyaan.
Stast menjauh dari Tasuku,seperti ingin membiarkan pertanyaanku dijawab oleh Tasuku sendiri.
Untuk pertama kalinya ia bicara:

“kalian lihat aku jadi apa sekarang…?”
Ia bicara dengan nada sehalus beledu, matanya yang merah mengerjap tanpa ekspresi,

"Aku begini...,pilihankulah,keinginanku,dan tidak ada seorangpun yang bisa merubahnya,"

refleks aku menatap langit ketika melihat Tasuku menengadahkan kepalanya,
ada puluhan chimera yang terbang,lalu aku mempererat peganganku pada Daina,
untuk pertama kalinya,
untuk pertama kalinya aku merasa tidak bisa mempercayai adikku sendiri,walau dahulu sekali Tasuku pernah mengatakan padaku dengan mulutnya sendiri bahwa gadis yang ada diantara kami sekarang adalah harta karunnya yang paling berharga,
sekarang aku tetap tidak merasa bisa mempercayakan keselamatan Daina padanya,dan aku tidak tahu mengapa!

"Aku hanya menjalani hidup yang sudah seharusnya kujalani,jalan yang bersimpangan dengan kalian." kilahnya.

Kurasakan bahu Daina menggeletar dalam dekapanku,tidak bisa bersuara ataupun bicara,bahkan demi untuk menjawab pernyataan dari seseorang,yang kutahu paling ingin didengarnya didunia ini.

Tasuku berpaling kearahku, ,
mata kami berdua sejajar,lebur dalam situasi yang kian menegang

“Ari! Awas!” Ryo memperingatkanku, aku dengan segera aku menarik Daina hingga gadis itu tersungkur ditanah.

Laser!

Nyaris saja mengenai Daina, ”Tetap tiarap!” perintahku.
Clarken,dia juga ada disini,bajingan itu!

“Ha…ha…ha…” ia itu tertawa bengis “Kalian akan mati! Mati! Kita akan melihat siapa yang bertahan sampai akhir…ha..ha…”
orang itu terus berteriak-teriak kesetanan,aku tidak tahu apa yang telah merasukinya,tapi aku yakin sekali ia mampu berbuat apa saja untuk menyingkirkan kami!

Harus berbuat sesuatu...

“Cukup…!” Tasuku berbisik lirih. Ia berjalan pelan,maju mendekati Clarken.
Pendosa itu mundur ketakutan beberapa langkah,
merasakan ancaman atas dosa yang pernah diperbuatnya.

“Berhenti sampai disitu!” bentaknya.
Tasuku tanpa gentar menghampirinya, Clarken menekan tombol pengatur laser ,
aku sadar penuh apa yang hendak dilakukannya,
Tasuku!

Satu tembakan.

Cukup untuk memutuskan lengan adikku.ia berhenti,pandangannya lurus kedepan.

Lalu ia kembali berjalan dengan langkah pasti,seperti tidak terjadi apa apa…
Lengan itu kembali utuh.

Jarak 15 meter…
Sungguhpun aku tidak ingin melihat ini,ada sesuatu dalam diriku yang membiarkannya terjadi.

Jarak 12 meter…
Clarken berteriak ketakutan, ia membidik lalu menembakkan laser berkali kali!
Kali ini mengenai bagian kepala.

Aku terkesiap. Menutupi pandangan Daina,aku tidak bisa meninggalkan Daina disini,ada begitu banyak Chimera yang terbang dilangit,siap menerkam kapan saja...

Jarak 8 meter,laser itu menembus dada Tasuku,
luka itu menutup seiring ia melangkahkan kakinya dan ketika ia telah menyelesaikan beberapa langkah,luka itu sudah sembuh sepenuhnya dalam waktu kurang dari satu menit, sungguhpun kemeja putih longgar yang dikenakan adikku telah rusak sebagian,
Aku dapat melihat dengan jelas daging yang hancur berantakan digantikan oleh sel baru dalam waktu kurang dari satu menit.
Clarken hanya berjarak kurang dari lima meter sekarang…

Daina memberontak dan berlari dari lepas jangkauanku,ia menerobos arena maut itu dan berdiri diantara Tasuku dan Clarken,membentangkan kedua tangannya dan melindungi pria yang dicintainya,bahkan meski aku sendiri tahu,Tasuku tak’kan terluka dengan mudah,
Daina tidak bisa menahan perasaannya yang melihat Tasuku dilukai.

“Daina!” aku mengeluh pelan,
benar benar tidak bisa dihentikan…

Tasuku tampak sama terkejutnya denganku,

“Jangan…menyakiti Tasuku lagi!” katanya dengan wajah dipenuhi air mata berteriak pada Clarken.

“Kau tidak puas mengambil kebahagiaan kami? Kau tidak puas memberikan penderitaan sehebat ini pada kami berdua?”
Clarken tidak mendengarkan Daina,ia hanya memikirkan cara untuk meloloskan diri.

Tapi sekejap itu,aku melihat mata Tasuku menampakkan ekspresi kesakitan yang sama dengan Daina…

Aku menyadari kilatan tanda bahaya dimata Clarken, memperingatkan Tasuku lebih lambat dari dugaanku!
Clarken menyambar tubuh mungil Daina,mengarahkan alat peledak yang ia keluarkan dari saku jas nya kepada Tasuku…

“Gadis yang berarti untukmu,kan!” katanya mengancam. “Aku tidak akan mati sendirian…!” ia terbahak lagi seperti orang gila.

Aku sangat ingin merasa panik,tapi melihat Tasuku masih tetap berwajah tenang,entah kenapa ada harapan aneh yang membara dalam hatiku…

Daina sekarat nyaris tidak bisa bernafas karena tangan yang mencengkram lehernya, ia memandang padaku dan Tasuku bergantian…

“Caramu…” Tasuku berbisik, “Sudah tidak ada efeknya bagiku…”
Ketika kalimat itu selesai,tentakel yang melesat keluar dari telunjuk tangan kanan adikku melecut dengan cepat,kami tidak sempat menyadari apa yang terjadi,
Clarken berteriak teriak kesakitan, memegangi sebelah telinganya yang tanggal.
Ia melemparkan alat pengendali itu keatas pasir, dan Daina terduduk lemas setelah terlepas dari penyanderanya,

Tasuku menjulurkan lengan tentakel nya dan meraih tubuh Clarken hingga tubuh pria itu terlempar beberapa meter.

Aku menghampiri Daina dan memeluknya,menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya…

“Kasihani aku,Gabriel…” Pria itu hanya memohon untuk kematiannya…

“Kasihani aku…”

“Jangan bunuh aku…jangan ambil nyawaku…”

Tasuku terus melangkahkan kakinya semakin dekat,
semakin dekat!

“Jangan bunuh aku…aku akan mati…itu bukan sifatmu,kan! Bukan hal bagus,kan!”

Lengan Tasuku yang bermutasi kembali membentuk lengan manusia perlahan lahan,

“Mengasihanimu…?” ia balik bertanya,cara ia memandang teramat kejam,
Aku bahkan Daina pun tidak mengenalnya!

“Kau pikir siapa yang menciptakanku? Kau ingin memberlakukan seakan kau tuhanku…mengambil hidupku…dan menentukan takdirku dengan kejam…”
“Apa kau punya belas kasihan ketika melakukannya?”

Aku tidak percaya,
bagaimana mungkin adikku…adikku tidak memberi pengampunan bagi orang yang memohon padanya…?!

Itu bukan dia…kalau dia…
kalau dia yang dulu selalu penuh kasih dan berhati lembut,
apa aku ingat telah menghabiskan sepanjang hidupku memiliki pertalian darah dengan makhluk sadis semacam ini?
walau tahu begitu…aku tidak bisa menghentikannya…
atau tidak ingin menghentikannya…
kelemahanku sebagai manusia biasa,aku sama dengannya,kami ini sama saja,
kami dipenuhi dendam sejak awal,dendam kesumat dan sakit hati yang tidak akan berakhir kecuali semua ini terbalaskan,
aku juga kejam.

Sama kejamnya dengan adikku.

“Sekarang aku Tuhanmu…!” Tasuku mengangkat tangannya hingga bayangan nya menutupi pandangan musuhnya dari sinar matahari.
Ia menebaskan cakarnya,jari jari Clarken terlepas seketika,musuh yang tidak sebanding dengannya mengerang kesakitan.

“Untuk nafasku…” Tasuku kembali meregang menahan diri terhadap bau darah,
Pengendalian diri yang kuat!
Ia menebas sekali lagi,memotong bagian kaki kiri,

“Untuk ikatanku dan kakak…”
aku mendengarnya,sangat jelas,

Tasuku terhenti sejenak untuk melihat padaku,sejak kecil,jika ia ingin melakukan suatu keputusan besar dalam hidupnya,ia selalu melihat kepadaku,

"Kakak adalah keberuntunganku,kau selalu berada disampingku saat aku sedang mujur,kan?"

"kita hanya berdua bersaudara didunia ini..."

"makanya kita harus senantiasa saling menjaga."


Setitik ingatan masa lalu mengaburkan pandangan kami berdua,
lantas aku memalingkan wajah,
sudah kuduga ia tidak akan berhenti melakukan penyiksaan yang tidak berperi kemanusiaan tersebut,
betapapun orang yang ia perlakukan demikian pantas untuk hukuman mati,kemanusiaan bicara lain…

selesaikanlah,
setelahnya,setelah ini...
kita akan sama-sama mengingkari sumpah yang kita bangun diatas kasih sayang,kasih dan sayang yang membuat ujian terberat seperti cinta seorang gadispun tidak mampu menggoyahkan ikatan diantara kita,

kau yang minta,Tasuku,kau menyakitiku,teramat menyakitiku,
kau yang memberikan kertas yang kita bersama menulisinya dengan mimpi kita,lalu kau sendirilah yang membuangnya,merobeknya dan menguncinya didalam peti bersama hati manusiamu,
lalu kau serahkan kuncinya pada iblis untuk memenuhi ambisimu demi melupakan segalanya,

Aku menyadari bahwa aku terluka,tapi seseorang menggenggam erat tanganku,mengingatkanku bahwa aku masih memiliki sebuah tugas didunia,
masih ada yang harus kulindungi.

Tasuku menutup mata,mangsanya telah sekarat dan tidak berdaya lagi,
lebih kejam dari binatang,
hewan saja tak’kan mempermainkan mangsanya demikian sadis,

Dia begitu kejamnya,membunuh tanpa perasaan…
Hati kecilku berontak,tapi aku tidak sanggup mengatakan sepatah kata pun lagi,
mulutku terkunci.

“Ini,untuk bidadariku yang paling berharga diseluruh dunia,”

Dan hukuman bagai palu godam itupun turun,
sangat cepat seperti kilatan cahaya,
merenggut jantung Robert Clarken,menamatkan riwayatnya seketika,

Tasuku menggenggam jantung berlumur darah itu,meremasnya,dan darah segar memenuhi tangannya,ia lantas membuang organ yang telah hancur hingga sanggup membuatku mual itu,tanpa sedikitpun menunjukkan wajah berselera.

Bodohnya aku yang mengharap ia tetap seperti dulu,apa adanya…
Daina menyembunyikan wajahnya didadaku.
tidak sanggup melihat penjagalan sadis yang terjadi didepan matanya sendiri.

“Kau puas?” Stast The origin mendekat,dibelakangnya bertengger kelelawar raksasa,
“Kau yang memanggilnya? Tidak ingin menyelesaikan urusan dulu?”
Stast melihat kearahku,

Tasuku malah terus memandangi Daina,
saat ia memandangi gadis dalam pelukanku, ia masih berusaha menepis rasa lapar meluap-luap yang terlihat dari ekpresi wajahnya,ia juga menyeringai padaku,
seringaian yang tidak pernah kukenali sebelumnya,

“Siapa kau?” untuk pertama kalinya aku ragu dengan pengenalanku…

“Dewa” ia menjawab dingin, “Kita bukan lagi saudara kandung, ketika aku mengambil pilihan menjalani hidupku sekarang”

Aku tidak ingin mempercayai apa yang kudengar,tapi semuanya begitu jelas.
Daina mengangkat wajahnya,

“Tasuku…?” ia memanggil takut takut,

Tasuku kembali memandangnya,
“Jangan memanggilku dengan nama itu…hubungan kita juga sudah kuputuskan,aku tidak punya perasaan apa apa lagi padamu, jadi jangan mencariku lagi.”

Entah hanya perasaanku,yang jelas Tasuku tidak berani beradu pandang dengan Daina saat mengatakan kalimat tersebut,
malah sebaliknya, ia menampakkan ketidak-sukaan teramat sangat atas keberadaan Daina disini,sekarang.

Air mata Daina merebak,ia ingin mengatakan sesuatu,tapi suaranya seperti tertelan habis dalam tenggorokan.

“Selamat tinggal,kakak…Daina…” Tasuku meraih jubah yang diserahkan Stast menutupi pakaiannya yang tercabik dalam pertarungan,
untuk terakhir kalinya Tasuku berpaling,matanya sejajar dengan mataku

“Kuharap dipertemuan selanjutnya,di tidak akan ikut lagi,karena jika kita bertemu sekali lagi nanti,kita adalah musuh”
Aku mendengarkan sambil menunggu ia bicara sampai habis,
bicaralah,lanjutkan,aku sudah siap mental…batinku,

“Saat bertemu kembali nanti,kakak.Ayo,saling bunuh”
dan tubuh kelelawar raksasa itu terangkat,angin keras bertiup,
hanya beberapa detik setelahnya,dan rombongan besar Undead itu menarik semua pasukan mereka,seakan segalanya telah diatur dengan sedemikian rapih.

Ryo dibopong oleh Mikia,dari kejauhan tampak iring iringan mobil Paladin yang mengevakuasi korban,

Pukulan yang berat bagiku,shock yang kurasakan…
aku masih memeluk Daina erat,membayangkan kehilangan hebat yang kurasakan saat ini juga dirasakan olehnya,
kami sama.

Sempat terlihat olehku lengan Ryo yang terputus,aku berdiri menghampirinya,

“Tidak mati,kan?” tanyaku,

“Tidak sejelek nasibmu,kawan” Ryo tertawa pahit, “Dan Yudas”
Aku juga melihat tandu yang membawa jenazah Yudas Ignasius,rekan seperjuangan kami,kemuraman menyelimuti suasana,

“Misi berhasil?” tanyaku pada Mikia,yang menunduk cemas disamping Ryo.

“Kotanya hancur,tapi lebih dari setengah warga kota berhasil dievakuasi”
Aku lega mendengarnya,tapi itu setimpal,dengan banyaknya Guardian yang gugur, tewas sekaligus dalam misi kali ini,

Mereka tidak lemah,mereka sangat kuat,
manusia terpilih yang sanggup menantang keterbatasannya,
tetapi ‘apa’ yang menjadi lawan mereka tidak dapat di bayangkan orang waras dan sama sekali tidak manusiawi,

Nyala pekat membakar dalam hatiku,
“Kami akan segera bertemu lagi…” ujarku,sama seperti ketika ‘ia’ mengambil keputusannya, aku pun memiliki jalan yang berseberangan kini.
Daina mendengarkan ucapanku,dan aku yakin,wajah pucatnya saat ini menandakan ia mengerti apa artinya.

Meski menyakitkan,inilah kenyataan,aku yang selalu bersikap realis ini tidak bisa melihat ada harapan untuk membawanya kembali,
dadaku perih,aku ingin berteriak dan menangis,
bukan ini yang kami cita-citakan,bukan seperti ini mimpi kami...!

Kita kalah oleh takdir,

Tasuku...



********************************
********************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Stast.

________________________________________
_______________________________


“Tidak apa apa begini saja?”
Kami mengudara dan membelah angkasa, raja ku tak bergeming,matanya bertubrukan dengan bayangan langit…

“Dendam sudah terbalas,aku hanya harus melakukan apa tugasku” jawabnya.

“Harusnya kau bertarung dengan Aryanov Gabriel!” bentak Luciferina yang baru saja selesai dengan tugasnya dan menunggu kami menjemputnya.
“Aku sudah melakukan tugasku sebaik mungkin,dan aku tidak gagal! Tapi kenapa kau belum juga adu kekuatan dengan si Gabriel? Malah kabur seperti pecundang begini…”

Sang raja tidak membalas kata kata Luciferina,
ia seperti sibuk dengan pikirannya sendiri.

“Apa karena gadis itu?” Stast ini menyela,tahu sekali kalau hal itu tidak sopan…
Sang raja bereaksi pada ucapanku,

“Aku hanya sedang tidak ingin…!” bantahnya “Aku bosan disana”
Bosan? Hanya itukah alasan yang bisa dibuatnya?
klise sekali…

“Jika keberadaan gadis itu masalahnya,aku bisa membunuhnya untukmu” Luciferina menawarkan diri,tapi seperti yang sudah kuduga sebelumnya, sang raja sangat marah mendengar hal tersebut.
Ia kelihatan amat terganggu.

“Dia tidak ada hubungannya!” ia menyanggah cepat-cepat “Jika kalian mengurus hal lain selain apa yang perlu kalian urus dan apa yang kuperintahkan,kalian akan tahu hukuman seberat apa yang bisa kuberikan pada kalian”

Luciferina bungkam seketika.takut akan pemilik kekuatan maha besar dihadapan kami,
raja kami kuat,sangat kuat,melebihi aku,atau siapapun…

“Perluas daerah invasi ke negara negara besar lainnya,biarkan Paladin sibuk,aku akan memancing ketua mereka,Alexander Boraknitchov,masalah kakak…” ia berpikir sesaat,merasa janggal menyebut istilah ‘Kakak’ untuk tolak ukur sekarang,

“Ia akan selalu ada ditempat ketuanya bertugas, digaris depan… meskipun rencana invasi di Washington D.C tidak bisa dilanjutkan,aku sudah menduga invasi disertai pemberitahuan tidak akan berhasil penuh,kita hanya bisa menciptakan sedikit tentara dari kota yang separuh lebih warganya telah di evakuasi,
tapi kita bisa mengurangi kekuatan Paladin setengahnya,jadi kita tidak gagal, berikutnya, lakukan segera,aku hanya memberi waktu satu malam,untuk mengusai benua Asia,setelah kekuatan cukup terkumpul,barulah tujuan utama kita,Rusia…”
saat ia menjabarkan rencana yang tergambar didalam kepalanya,
matanya gelisah dan tidak sabar.
“Dahagaku muncul…” ia meraba tenggorokannya, “Sepertinya aku terlalu banyak bermain main hari ini?” ia menyeringai lelah.

“Segera kusiapkan korban nya setelah kita kembali” Luciferina menangguk patuh.

“Tentu,yang mulia…raja kami” aku menenangkannya seperti menenangkan anak balita yang cemas mainannya direbut.

Aku akan amat menantikan pertarungan agung selanjutnya.



***********************************
***********************************
 
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Mikia.



____________________________________________
____________________________________

Moskow,Rusia.

Dua hari setelah invasi di Washington D.C digagalkan.

_________________________________________________
_______________________________________



Aku duduk didepan monumen batu nisan besar itu,
kuletakkan bunga lily putih yang kubawa didepannya,mengeja kembali nama nama baru yang tertulis disana.

Yudas Ignasius, Evangelina Hertlock, Vladimir Romanesque.


Ada puluhan lebih nama yang berjejer,tapi hanya pahatan baru itu yang menarik perhatianku.
kubetulkan posisi dudukku,mencari sekedar rasa kenyamanan semu untuk mengobati sebagian kecil luka hati ini.

Ternyata lebih sulit dari yang kuduga.

“Kalau disini terus,kau bisa sakit” Ari mengingatkan ku.

Aku tersenyum hambar.

“Kau sendiri,sudah hampir satu setengah jam dibawah pohon itu” aku bicara tanpa melirik pohon beringin besar tempat Ari duduk bersandar,tak jauh dari tempatku berada.

“Tidak menemui Ryo?” Ari mengalihkan pembicaraan “Jangan sok kuat”

“Aku tidak sok kuat!” bantahku “Aku ingin tetap disini…”

Bagiku Yudas seperti kakak yang melindungiku…aku tahu yang merenggut kawan kawan seperjuangan yang kami sayangi adalah adik dari Ari…
Aku tidak ingin menyalahkan siapapun,ini adalah perang,kematian adalah hal yang lumrah,hari ini dan besok setelah mati pun takkan ada bedanya,
dan gugur dalam mempertahankan sesuatu yang diperjuangkan adalah kebanggaan,
tetapi aku begitu sedih saat ini…

“Aku minta maaf” lirih Ari,tapi aku tidak sanggup menatap wajahnya.

“Tidak ada yang perlu disesali,sejak awal kita semua sudah tahu resiko pekerjaan ini” jawabku sesak.

Aku tidak sanggup…apalagi harus memperlihatkan pada Ryo wajahku sekarang,
muncul perasaan cengeng dalam diriku,

“Inikah?” aku bertanya pada Ari “Inikah yang namanya perasaan kehilangan?!”
Air mataku menetes.
Ari menghampiriku,duduk disampingku tanpa melihatku.

“Menangis lah lebih keras,kalau kau sudah menangis,pasti akan lebih lega”

Aku takjub akan kata katanya,
tidak mampu kutahan perasaan sedihku yang meluap,
aku menangis seperti anak kecil yang baru saja kehilangan bola kaca kesayangannya yang retak.
Tersedu dan tersedan,
disaat yang tepat Ari meminjamkan dada nya,isak tangisku meledak makin keras,

“Aku akan menjaga nya…” kataku tertawa disela air mata yang membanjiri wajahku “Aku akan menjaga kakek…dan menjaga Ryo…” ujarku
“Bagiku,Paladin adalah keluarga,aku lebih baik kehilangan seluruh dunia ini daripada harus menanggung kesedihan kehilangan orang orang yang kucintai…”

Ari mengusap bahuku.
“Idealisme yang membuat bencana ini terjadi adalah idealisme semacam itu” ia berkata penuh ketegasan seorang pemimpin.

“Yang mampu menyelamatkan segala yang kita cintai adalah keyakinan kita terus berjuang untuk itu,tidak ada penawaran,tidak ada dispensasi,hanya berjuang untuk meneruskan perjuangan orang yang berarti bagi kita”

“Karena dendam tidak akan menghasilkan apa apa…,nasib yang sama mungkin besok atau lusa akan menimpamu...menimpaku...” "Menangislah selagi bisa"

Saat ia mengatakannya,aku sadar saat itu ia sendiri menahan gejolak emosi dalam hatinya,dan kata kata itu sekaligus ditujukannya kepada dirinya sendiri,
ia juga kehilangan,bahkan kehilangan lebih banyak dariku,
dan satu-satunya hal yang membuatnya bertahan adalah karena ia belum kehilangan dirinya sendiri,
ia pria sejati yang tegar dan menyembunyikan tangisan dibalik keacuhannya.

Aku terdiam mendengar kata katanya.“Dasar! kenapa kau jadi mirip kakek,sih!” protesku sambil menyeka air mata. “Kurasa,jika aku tidak terlalu akrab denganmu,aku akan jatuh cinta” komentarku menghina,
Ari mengangkat bahu.

“Aku hanya suka wanita yang lamban,” ia terlihat muram. “Kau terlalu pintar untukku”

Aku ikut tertawa,menghapus air mata di pipiku,hatiku jadi lebih tenang sekarang.

“Aku lebih baik mati daripada jatuh cinta padamu” balasku “Kenapa Ryo yang bodoh itu sama sekali tidak melihat sisi baikku,ya?!” aku berdiri didepan Ari seraya berkacak pinggang.
Ari melonjorkan kakinya dengan posisi sesantai mungkin.

“Saranku sih kau menemuinya saja diruang perawatan” ia menguap “Aku juga akan kesana,sama sama saja” ujarnya lagi ketika melihat wajahku yang merona merah.
Tahu aku amat gugup,jadi berusaha membantuku.

Dia pria yang amat baik dalam memahami isi hati wanita,sungguhpun orangnya yang bersangkutan mungkin tidak menyadari keistimewaannya ini.

“Hei…” tegurku,Ari yang tadinya menunduk, menoleh mengangkat wajahnya.

“Wanita lamban yang kau suka itu…Daina,ya?”
Ari terkesiap.

“Jangan membuat gosip macam macam,ini didepan makam” ia membuang muka menghindariku.

“Kau pikir aku bodoh,ya!” aku merasa agak kesal karena Ari seperti sengaja menutup-nutupi hal yang tentu saja sangat ketahuan,kan’…
Ari bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menjauh.

“Tunggu! Mau kabur kemana? Kau kan’ memegang rahasiaku! Wajar kan’ kalau aku memegang rahasiamu?”

“Ugh…tidak ada rahasia…!” ujarnya panik menyembunyikan ekspresi malu malu sambil berlari,aku mengejarnya.

Sambil berlari menuju bangunan utama markas,
aku masih sempat melihat kepada nisan besar yang berjejer di depan monumen itu,

Sayonara,kawan,
kita akan bertemu lagi ditempat yang indah suatu saat…



*******************************
*******************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

huwaaaaaaaaaaaaaaaaa,,,,
>_<
akhirnya banyak juga yang ter-update,,,,,, ^^
adegan diatas bukan indikasi Ari dan Mikia punya 'sesuatu' diantara mereka,lhoooo!!! *teriak teriak pake speaker*

cuman sekedar fanservice karena,,,,,,,diantara yang membaca Descendant,ada juga yang menyukai pairing mereka berdua,tapi penulis bodoh ini menegaskan,TIDAK ADA CINTA LOKASI DIANTARA MEREKA!!!! *gak ada yang nanya*

padahal pasangan terbaik adalah Ari X Ryo,,,,,hiks,,,, *bener2 minta mati nih anak*
(bawa bawa yaoi sepaket)

sukses membuat para pembaca muntah-muntah gara2 cerita nggak jelas ini??? hohoohhhoohohhooo,,,,,,
maafkan kalau belum terlalu banyak kemajuan tapi selanjutnya saya akan lebih berusahaaaaaaaaaaaaa,,,,,,,,,,,!!!!

nah,,,,
ada juga teman teman terdekat saya yang bilang gini : "kenapa Ari nggak dibikin lebih sexy lagi,sihhh?????"
(maxsudnya????)

*menemui ajal di bazooka Ari*

hahaaa,,,,,,,akhirnya,,,,,saya malah ngomong nggak jelas melulu,,,,
ya sudah!!!! saya mengaharapkan R E V I E W yang banyaaaaaaaaaaaakkkkk~
yang nge-repiw saya kawinin,dah!!!!!!
*ditendang*

repiww,,,yaaaaaaaaaaaa!!!!! m(-,-)m

*BERSUJUD*


TTD,,,,
author paling aneh sedunia,


.Daina Amare.
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Ryo.

Ruang perawatan.
Bangunan Markas utama Paladin.

______________________________________________
____________________________________


“Kau akan merasa lebih baik setelah ini” Michael Monroe,salah satu anggota Guardian yang sangat ahli dalam soal mekanik, menyentuh lengan Artificial yang dipasangnya ditubuhku,

“Bagus…” ujarku acuh tak acuh “Bisa menghemat tenaga,karena bisa digunakan sebagai senjata juga” jujur meskipun aku kagum dengan organ buatan ini,yang bisa kugerakkan lebih baik dari tangan asliku,
tetap saja aku merindukan tanganku,

“Jangan sedih begitu,bro” pria berkulit hitam itu meninju dadaku.
Aku tersenyum penuh rasa terima kasih.

“Tidak,justru ini lebih hebat dari yang kubayangkan,terima kasih Monroe” ujarku

“Lengan ini memiliki kabel yang tersambung langsung pada pembuluh darahmu-seperti cangkok mata-dan bisa kau gunakan sesuka hati, aku jamin kau tidak akan tahu perbedaannya jika terus mencoba dalam dua atau tiga hari setelah ini” ia menimpali.
aku terkesan dengan penjelasannya.

“Sekarang saja rasanya sudah nyaman sekali” ujarku menggerakkan tangan mekanikal–ku,laser mengilat berpendar dari dalamnya dan melubangi dinding ruangan pribadi Monroe,si mekanik tertawa setengah panik.

“Hei! Kira-kira,dong! Jangan digunakan disini…” ia menatap kesal padaku, aku tertawa.

“Bisa kupasang Bow-Gun juga?” tanyaku penasaran.
Monroe mengangguk.

“Mau dipasangi alat pencukur kumis juga bisa” ia mendelik.
Kami tertawa bersamaan.

“Tapi kekuatan yang besar juga bisa jadi bumerang bagi diri sendiri” Monroe mengingatkan.
“Kisaragi,didalam lengan buatanku ini,ada sebuah senjata rahasia,” katanya dengan mimik serius.

“Apanya?” ujarku malas.

“Bom bunuh diri berkekuatan besar”
kami diam membisu satu sama lain beberapa detik.

“Wow…” hanya itu tanggapanku.
Monroe tidak bercanda,aku tahu ia sedang serius kali ini, maka aku memutuskan untuk diam dan mendengarkan.

“Kendali-nya ada di otakmu sepenuhnya,” katanya lagi “Jangan lengah,saat kau menginstruksikan peledakan,perintah tidak akan berhasil jika lengan ini terpisah dari tubuhmu,seperti yang kubilang tadi,kendali penuh ada di otakmu,sama dengan saat kau memerintahkan anggota tubuhmu yang lain bergerak atau menghindar,
daya ledak bom ini terbatas,tapi kau bisa memusnahkan satu vampir hebat dengannya, tanpa tersisa,tanpa susah payah”

“Gunakan pada saat tidak ada harapan lagi,atau demi melindungi orang yang benar benar kau cintai” Monroe berkata tajam.
aku menunduk memandangi lengan artificial-ku.

“Kenapa kau pasang benda bahaya begini ketubuhku?” protesku.
Seperti yang sudah kuduga,Monroe ngambek.

“Kalau tidak mau,ya,sudah,lepaskan!” ia menarik lenganku paksa, dan aku melonjak mendorongnya.

“Bercanda,kok! Jangan diambil lagi,pelit!” semburku. “Lagipula aku tidak sebodoh itu sampai mau melakukan serangan bunuh diri segala…”
Monroe mengangguk puas mendengarnya.

“Selamat siang” Ari muncul di ikuti Mikia dibelakangnya.

“Hai…” Mikia menyapaku dengan jengah,kenapa sih dia begitu membenciku? aku salah apa sebenarnya?

“Bagaimana?” Ari menatap dengan penuh minat pada ‘Senjata’ terbaruku.

“Itu sangat keren…” jawabku menaikkan alis,bangga.

“Sama dengan kakekku…”imbuh Mikia “Tapi kalau kakek hampir seluruh tubuhnya adalah organ buatan” katanya.

“Masa?” aku dan Ari amat tertarik. “Kami tidak pernah lihat…”
Seakan hidung Mikia memanjang saking ia berbangga diri.

“Benar,kok! Iya kan’ Monroe?” katanya pada Monroe yang asyik mencari sesuatu di laci meja kerjanya.

“Benar,modifikasi dilakukan bukan hanya untuk menggantikan bagian yang hilang, tapi juga menambah kemampuan bertempur berkali kali lipat,” ia menjelaskan “Orang hebat,Boraknitchov, ia menempuh segala cara demi mendapatkan kemampuan dan tubuh yang sesuai untuk melawan undead”

“Sampai melakukan itu…” aku berpandangan dengan Mikia dan Ari.

“Berbahagialah orang yang ditakdirkan memiliki kemampuan bertarung alami yang melampaui manusia biasa, itu namanya anugrah ” Monroe menatap kapten kami tanpa terputus,
Biasanya Ari suka salah tingkah jika dipuji mengenai kekuatannya.
tapi kali ini dia mengangkat muka dengan ekspresi datar,
ia seperti mati rasa,
ia juga berkantung mata dan terlihat tidak bersemangat.

Wajarlah,setelah mengetahui kenyataan bahwa musuh yang harus ia hancurkan adalah adik kandung yang selama ini ia cintai,
sungguh ironis.

“Bisa ikut aku kemari?” Monroe memberikan kotak pipih panjang pada Ari. “Ada yang harus kita bicarakan,ini perintah langsung dari Boraknitchov” katanya lagi.
Ari menangguk,meninggalkan aku dan Mikia mengikuti Monroe menuju ruangan yang disekat di sebelah kami.

“Ah…” Mikia tampak semakin salah tingkah,apalagi jika kami hanya berduaan begini,
apa kutanyakan saja,ya?

“Aku pergi saja,ya? Aku ada urusan lain…” Mikia bersiap hendak melarikan diri.
kutarik tangannya. Ekpresi gadis dihadapanku tidak dapat ditebak.

“Mau kemana,sih? Menjenguk orang sakit kok setengah hati begitu?”
Mikia bertambah gelisah, aku tidak tahu apa yang salah…

“Kau benci aku,ya? Sejak dulu aku merasa…” tanyaku penasaran.

“Bukan!” Mikia tiba tiba meninjuku saking marahnya.

Memang membenciku!

“Maaf!” ia tersadar apa yang telah dilakukannya, menyentuh pipiku dibagian yang barusan ia pukul dengan keras,

“sakit,ya…?” katanya cemas.

Kaget sekali ia bisa secemas itu.

“Cuma segini,kok”jawabku sambil tertawa. “Soalnya selama ini kupikir Mikia membenciku,syukurlah ternyata salah”
Mikia menunduk,

“Aku tidak benci,kok!” katanya kesal, “Malah aku itu su…”
Mikia belum menyelesaikan kalimatnya,Ari dan Monroe telah kembali,
lengan kiri Ari terbungkus sarung lengan panjang hingga sebatas bahu dengan model yang keren.

“Flame maker-penghantar panas-khusus buatanku” Monroe memperkenalkan.
Ari menerimanya dengan santai,

“Sama dengan sarung tangan elektrik yang biasa kugunakan?” ia bertanya.

“Cara pakai nya sama dengan sarung tangan pembangkit arus magnet yang biasa kau gunakan,” kata Monroe “Membuat gesekan kecil pada jari yang memicu ledakan di udara,kau bisa melenyapkan musuh berjumlah banyak pada saat bersamaan,juga mampu beresonansi dengan pedangmu”

“Hanya saja,sangat sensitif,jadi berhati hatilah” ia menambahkan.

Ari mundur beberapa langkah.
aku melihat lengan yang terbungkus bahan khusus itu terbakar dengan nyala api membara.

“Lumayan” ia berpendapat.

“Kalian ini payah,jangan dicoba disini!" teriak Monroe. "aku sudah dengar kemampuan mengerikan 'musuhmu'...,jadi kurasa,harus segera dihancurkan sebelum ia beregenerasi dan membentuk wujud baru, dengan kata lain,ledakkan hingga hanya tersisa serpihan kecil daging yang mati dan tidak punya kesempatan regenerasi kembali” Monroe menjelaskan setengah kesal.
Ari memadamkan api-nya.

“Apa aku pakai itu juga,ya?” kata Mikia.

“Tidak bisa,nona,” potong Monroe,” ini di desain khusus, senjata kalian hanya cocok dengan satu orang yaitu kalian sendiri,setiap satu orang dapat mengusai satu macam senjata khusus sesuai kemampuan individu mereka,tanpa kontrol yang teliti sedetil mungkin pada kadar panas diudara,dan kemampuan perhitungan yang matang,mustahil menggunakannya dengan sempurna,salah-salah bisa membawa celaka”
Mikia cemberut.

“Tidak apa apa,sih,kau kan sudah ada sepatu yang membuat hukum gravitasi tidak berlaku lagi bagimu” kata Ari.

“Kau seperti seekor kupu kupu yang menari saat bertempur,nona” puji Monroe.

Mikia tersenyum malu “Huh,kalian Cuma membujukku saja!” katanya merajuk,

“Tidak,aku sependapat dengan Monroe…” imbuhku,lalu berpaling pada Ari, “Dan kau akan menang,Ar”
Ari menepuk bahuku.

“Kau menyaksikan Yudas tewas…” ujarnya padaku “Bagaimana adikku saat itu?”
Ia mencari informasi yang kira kira akan membantunya,
Dengan senang hati aku mengingat ingat,walau menakutkan, aku tetap berusaha mencari kata yang tepat untuk menggambarkannya.

“Makhluk itu indah…” aku memejamkan mataku, “Indah dan mematikan,”
“Ia tidak bisa dibunuh,jika kau memotongnya meski itu hanya sehelai rambutnya, ia akan membelah diri dan menjadi pasukan malaikat maut yang tidak pernah kau bayangkan,aku nyaris kehilangan nyawaku,”
Ari mengusap rambutnya sendiri dengan gelisah.

“Sulit membayangkan ia orang yang sama dengan yang pesta pernikahannya kita hadiri dua tahun lalu,eh?” tanyaku.
“Melawannya seperti berhadapan dengan dewa,mungkin?”
baik Mikia atau Monroe mendengarkan dengan serius,

“Sebelum kematiannya,Evangelina juga berkata ‘Harus punya tujuh nyawa jika ingin mengalahkannya’ ” Mikia bicara sambil memandangi lantai dengan cemas,

“Dia benar” jawabku.
Ari diam membisu seribu bahasa,ia berpikir sejenak.

“Apa dia juga yang membuatmu kehilangan sebelah lenganmu?” Tanya Mikia.

“Oh,bukan” jawabku, “Robert Clarken yang melakukannya, kadang aku bersyukur orang seperti itu sudah tidak ada lagi,keberadaannya merugikan…”
aku mendelik kesal.

“Aku akan menghadapi Tasuku” kata Ari. “Akan kulakukan yang terbaik”
aku merasa tiba saatnya untuk mengakhiri suasana yang tidak menyenangkan ini.

“Saling bunuh dengan adikmu?” aku memalingkan wajah.
Menunggu jawaban Ari.

“Dia yang membunuh setengah dari kawan kawan kita…” aku mengingatkannya.
Ari menggeleng.

“Waktu akan memutuskan,hukuman apa kiranya yang akan dia dapatkan dari perbuatannya,aku hanya melakukan tugasku”

Aku sangat puas dengan jawabannya,itulah sahabatku,
dia tidak mungkin membuang posisinya sebagai kakak, tapi dia juga tidak melepaskan tanggung jawabnya sebagai pejuang.

“Ah,iya,tadi kau ingin bilang apa padaku?” tanyaku pada Mikia. “ ’su…’ apa?”
Diluar dugaan Mikia meninjuku lagi,
ia menatap pada Ari dan Monroe,wajahnya merah sekali.

“Bodoh! Kau mempermalukan aku!” ia melangkah pergi dengan kesal,
Aku meringis memegangi pipiku yang ditinju tanpa mengurangi tenaga sedikitpun itu.

“Salah apa,sih aku? Kenapa dia marah begitu,padahal aku kan’ hanya bertanya!”
Dengusku sebal,

“Kau harus lebih mengerti perasaan wanita…” Monroe menasehatiku,
Ari memperlihatkan wajah prihatin.
apa,sih,
mereka selalu membicarakan hal yang tidak kumengerti,
oadahal aku kan’ Cuma sekedar ingin mencairkan suasana…
lain kali aku harus hati hati bicara padanya
kutekan pipiku,dua kali kena bogem Mikia,

Huh,kuat sekali dia…


**********************************
**********************************
 
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Daina.


___________________________________________
___________________________________



Memandangi jam digital diatas meja kecil itu,aku duduk dilantai tanpa bergeming,menatap setiap detik,berdetak seirama jantungku,
buah-buahan yang semula akan kumakan akhirnya tergeletak tanpa kusentuh sedikitpun diatas meja disampingku,
karena sejak tadi malam hingga siang ini,aku tidak nafsu makan,

Berharap waktu berhenti,atau setidaknya bisa kuputar kembali.
kakak benar,
harusnya aku tidak ikut,harusnya aku tidak pergi kesana, jika aku tetap disini aku tidak akan tahu kenyataan,
dan tentu saja aku memiliki kesempatan berbohong pada diriku sendiri.

“Jangan memanggilku dengan nama itu…hubungan kita juga sudah kuputuskan,
aku tidak punya perasaan apa apa lagi padamu, jadi jangan mencariku lagi.


Aku tahu lebih baik aku tidak mendengarnya,aku tidak ingin mendengarnya…
aku tidak menyesal bisa melihatmu lagi,aku senang bisa bertemu lagi,

Tapi kenapa?
kenapa harus dengan kebohongan semacam itu…?
tidak cukupkah kami terlukai dengan dusta yang dibuatnya sendiri!
aku mendekapkan kedua tangan ke telingaku.

Biar! Biar Tasuku berbohong,tapi aku tidak! Aku tidak mau ikut rencana ini!
aku tidak mau berpisah dengan cara ini! Aku harus bertemu dengannya…
bertemu dengannya,hanya berdua dan bertanya tentang perasaannya yang sesungguhnya padaku.

“Menangis lagi?”
Kakak muncul disampingku,bahkan aku tidak menyadari berapa lama dia ada dibelakangku,
aku membalikkan badan menatapnya dengan pandangan memohon.

“kakak…! aku…ingin bertemu Tasuku sekali lagi…” pintaku tanpa berbasa basi,hasratku menggebu,segala kerinduan memuncak,
aku ingin bertemu...
ingin bertemu!

Kak Ari tampak terkejut bukan main dengan permintaanku.

“Tidak.” jawabnya tegas “Walau apapun yang terjadi,aku tidak akan membawamu padanya untuk kedua kalinya.”
pemilik mata setajam mata pisau itu bereaksi memberikan penolakan,
seperti lubang hitam yang akan menyedotku kedalam.

“Dia tidak akan membunuhku,seperti kemarin,dia tidak akan melakukan apa apa karena aku ada disana! Dia mencintaiku!” bantahku berkeras.

"Lebih baik kau bersabar,serahkan semuanya padaku,setelah itu aku berjanji..." ia membujuk,tapi bujukan tertelan oleh kerasnya egoku sendiri,

"Harus aku sendiri yang bertemu dengannya,ada yang ingin kukatakan padanya!" cetusku memotong perkataannya.
kak Ari mengacak rambutnya sendiri.

“Kau pikir sedang berhadapan dengan apa,kemarin?”

“Tasuku! Suamiku,adikmu!”

“Itu bukan Tasuku!” kak Ari berteriak “Itu hanya orang gila yang kehilangan kewarasannya!”

Air mataku merebak.

“Tega-tega nya bilang begitu…?”

Kakak terdiam,menyadari apa yang baru saja terucap dari bibirnya,
wajahnya begitu putus asa,
putus asa.


***************************************
***************************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Ari.

____________________________________________
_______________________________

Ya,Tuhan,ia kembali menampakkan wajah seperti itu,
membuatku kebingungan,

Aku telah menyaksikan hal paling kutakutkan didunia ini,tapi,

Tapi membayangkan akan kehilangan Daina lebih menakutkan untukku,
aku hanya memiliki dia!
hanya dirinya saat ini!

Disaat aku telah menetapkan perasaanku padanya,mata serupa kristal berwarna cokelat pekat itu menatapku berkaca kaca, membuatku menderita.

“Kumohon,mintalah apa saja padaku,tapi jangan…” aku menunduk menghindari mata kami bertemu. “Kumohon jangan yang satu itu…” aku berbisik lirih,menyentuh bahunya dengan sikap menegarkan.
"Kau tidak boleh pergi dariku,kau tidak boleh menghilang!"

Aku tidak sanggup berdusta lagi,apalagi kepada diriku sendiri,
sudah cukup semua kebohongan ini,
aku tahu ini adalah dosa,aku tahu mencintainya adalah dosa,tapi untuk kali ini saja,
aku ingin menjaganya,karena aku tidak dapat membayanigkan dunia tanpa dirinya...

Maafkan aku,Tuhan,
maafkan aku,Tasuku...

Daina memperlihatkan wajah kebingungan,
"Aku tidak akan membiarkanmu pergi" ucapku seiring ego,
yang aku tahu,apapun yang kukatakan saat ini pasti akan kusesali seumur hidup,
paling tidak hanya sampai lima detik lagi.

Dan sekarang aku tidak dapat lagi bertahan untuk tidak merengkuhnya kedalam dekapanku.



*****************************
*****************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Daina.

____________________________________
_____________________________



Ia memelukku.
“Maafkan aku…lagi lagi aku membuatmu menangis…aku tidak berguna” ia bergumam sendiri.

Tiba-tiba saja nada suara kakak melembut,
aku tahu ia sebenarnya memang orang yang amat lembut,tapi apa pantas ia bertindak sampai seperti ini...?

“Kau benar,tapi aku melihatnya membunuh…aku melihatnya yang tidak memiliki kemausiaan sedikitpun,meskipun hukuman mati amat sangat pantas bagi orang yang yang ia bunuh,tapi dia juga memberikan penghukuman bagi orang orang yang tidak bersalah,teman temanku,orang sipil yang tidak berdosa… aku melihat begitu banyak kematian,menyaksikan kematian mereka dan menyadari bahwa dia lah yang harus bertanggung jawab atas semua ini…!”
“Karena dia adikku, aku ingin memaafkannya…hatiku iya,tapi keadilan dan nuraniku sebagai manusia tidak…!”

Saat mengatakannya,aku merasakan aliran bening dan hangat mengalir di wajahku,

Kak Ari menangis.

Pertama kali aku melihatnya menangis secara langsung.

“Tapi aku harus tetap menemuinya…” aku bersikukuh pada pendirianku.

“Jangan” lirih kak Ari ditelingaku.
aku ingin melihat wajahnya tapi dia membekapku di dadanya.

“Lepaskan aku,kak…terserah kakak mau membantuku atau tidak,aku akan tetap pergi,aku akan tetap menemuinya”

“Tidak boleh!” ia tidak sedikitpun merenggangkan dekapannya.

“Kak…aku susah bernafas…” “kenapa kakak jadi aneh begini,sih?! Aku tidak suka begini…aku tidak mau… kau seperti orang asing!”

“Aku akan mengabulkan apapun yang kau mau,menjadi kakak yang baik hati selama lama nya,menjadi keluarga,atau apapun! tapi kau tetap tidak boleh menyia-nyiakan nyawamu dengan pergi kesarang undead,aku belum gila untuk menurutimu pergi kesana! Kau lihat cara nya membunuh? Kau lihat apa dia punya perasaan?!”

Kak Ari melepaskan dekapannya,ia jatuh terduduk diatas sofa,gelisah sambil menutupi wajahnya dengan telapak tangan.

“Kau bisa mati…kau bisa terbunuh…”

“Aku tidak peduli…!”

“Aku peduli.”

Aku tersentak,aku tidak tahu kapan pastinya, tapi sudah sejak lama aku merasa aneh dengan kakak…

“Kenapa kakak? Ada apa sebenarnya?” aku merunduk agar bisa mengguncangkan tubuhnya,
ia tidak mau melepaskan telapak tangannya yang menutupi sebagian wajahnya.

“Jangan! Aku tidak mau melihatmu sekarang!”

Jelas aku tersinggung mendengarnya,

“Kakak marah padaku?! Justru lebih baik,kan? Kalau kakak tidak suka aku…aku akan pergi…”

“Bukan, bodoh!”

“Kalau begitu kenapa kakak tidak mau memandangiku?! Kenapa bersikap seolah aku makhluk asing?!” aku berteriak teriak. “Sejak awal aku sudah menerima begitu banyak kebaikan darimu,aku selalu takut aku tidak bisa membalasnya…” suaraku memelan.

“Kalau kakak tidak mau membantuku,aku harus minta bantuan siapa lagi?!” tanyaku putus asa.

Kakak masih tidak bergeming ,memalingkan wajahnya kearah yang tidak dapat kujangkau dengan penglihatanku,sementara tangan kirinya kembali mencekal pergelangan tanganku.

“Aku tidak akan membiarkanmu pergi” hanya itu kalimat yang ia ucapkan.

“Kau tidak menginginkanku disini” ucapku sembarangan,aku tahu ucapanku tidak dewasa,tapi aku sama sekali tidak bisa mengontrol emosi dan kekalutanku.

“Kau salah…kau boleh berada disini,” ia masih menyanggah,

“Aku ingin kakak ada bersamaku disana,kita berdua akan menghentikannya,hanya kita yang bisa”

“Dimana akal sehatmu?! Itu percuma!” ia berteriak padaku untuk pertama kalinya sejak pertengkaran kami bermula.
aku terdiam,Kak Ari menatap langsung ke mataku,


Deg!


Apa apaan ini?


“Jangan pergi…” kata kak Ari perlahan,ia memelukku lagi,
hatiku seperti dihujam,
pandangan itu,aku mengenalnya,
ini seperti pernah terjadi sebelumnya,hari dimana aku ditatap dengan cara yang sama.

Oleh Tasuku.

Kak Ari tidak memperdulikan keterkejutanku.
ia memandangiku,menahan tangan dan bahuku,

“Aku harus pergi…aku baru ingat ada urusan...” ujarku gemetar ketakutan,mengalihkan pembicaraan,tapi mata itu…
Mata itu menahanku tetap ditempatku meskipun nuraniku berkata aku harus menyingkir, kemudian kusadari pergelangan tanganku dicekal lebih erat lagi.

“Aku ingin pergi! Biarkan aku pergi! Aku tidak mau…!”
kubalikkan tubuhku,ia menarikku,kuat sekali,dan mendekapku dari belakang,bisa kurasakan nafasnya yang hangat di tengkukku,

Aku ketakutan,sangat ketakutan karena telah ditatap oleh pandangan macam itu,

Bukan karena itu pandangan kejam dengan sorot menuduh,
bukan karena itu sorot marah,

Tapi,karena sesuatu yang bergelora didalam sana tersampaikan dengan begitu telak kedalam dadaku,sampai terasa sakit.

Kuatnya perasaan yang ia alirkan dengan hanya melalui tatapan matanya yang tajam,membuatku menggigil karena mata hitam kelam itu,
jadi,inikah yang sejak tadi ia sembunyikan dariku?

“Ku...kumohon,kak! Le…lepaskan aku…” aku memohon dan meronta,tapi ia memegangiku semakin erat,aku merasa lemas karena hangatnya tubuhnya.

“Aku sudah mencintai Daina…bukan cinta seorang kakak…bukan yang seperti itu…” dia menekan kedua tangannya ke perutku,seolah memohon ampun.

“Cinta seorang laki laki yang bukan ‘kakak’…” ia menggenggam tanganku semakin erat. “Tasuku sudah tidak ada,jika Daina juga menghilang,aku…”
Suara baritone yang biasanya terdengar tegas,kini teramat lirih,
nafasnya...,
nafasnya seperti menghentikan nafasku,

Aku tidak mampu bicara…,tidak tahu harus bicara apa,
Tuhan,mengapa kau biarkan ia mengatakannya?

“Kakak…kau menyakitiku…!” aku memekik halus,

Kak Ari menyadari perbuatannya agak berlebihan,segera melepaskanku, aku terduduk merosot dilantai memegangi pergelangan tanganku yang memerah.
Panasnya masih terasa…
Kak Ari ikut berjongkok di sampingku,meraih tanganku yang agak sedikit sakit.
Menciuminya sebagai permohonan maaf,
melihat tindakannya,aku dalam sekejap merasakan,betapa selama ini ia menahan diri.

“Kenapa…” dalam perasaan yang frustasi ini,aku tenggelam “Kenapa bisa jatuh cinta…?”

“Sejak awal aku mengenalmu,aku sudah tahu akan perasaanku padamu, sebelum kau mengenal Tasuku,sebelum dia masuk dalam kehidupanmu,” kakak masih menempelkan pergelangan tanganku di pipinya ketika ia bicara.

“Percayalah padaku,aku tidak pernah sedikitpun memiliki niat untuk merebutmu darinya, tidak ada secuilpun dalam hatiku bersyukur atas apa yang ia alami,aku menyayangi Tasuku…dan kau juga,amat berarti bagiku,aku tidak sepicik itu sampai mengorbankan kebahagian adikku demi kepentingan pribadiku...”

“Aku tidak berharap kau membalasnya,tidak berharap apa-apa padamu,aku sendiri tahu perasaanku ini salah dan dosa,
aku hanya akan menjadi ‘saudara’ atau ‘keluarga’ dalam ingatanmu, aku hanya ingin kau tahu inilah alasanku mempertahankanmu sampai saat ini…,hanya kau yang kupunya…!”

Aku menatapnya tak percaya,
ia seperti tersadar dari mabuk,ingat akan apa yang barusan diucapkannya,
semburat rona merah padam menyebar di pipinya,

“Jangan dipikirkan,Daina…anggap saja aku tidak pernah mengatakan apa apa…”

“Jangan dipikirkan,ya” ulangnya,mengelus pipiku lembut.

Tapi aku menolak.
“Tidak akan sama lagi…” sahutku,

kak Ari tertegun,bimbang.

“Kita tidak akan sama lagi…!”Teriakku, aku menepis sentuhan lembut menghanyutkan itu dengan kasar,
detik berikutnya tanganku melayangkan tamparan keras tepat ke wajahnya,
aku memukul-mukul dadanya nya,kak Ari menahan pukulanku tapi tidak berusaha menghindarinya.

“Kita sudah hancur…!” aku berteriak “Aku,kakak,Tasuku…! Tidak akan bisa kembali seperti dulu…!”

“Aku bisa terima kalau kau ingin membunuhku,” kak Ari mengeluarkan pisau yang semula terletak diantara buah buahan diatas meja,benda mungil tajam yang sering kugunakan untuk mengupas buah,

“Lakukanlah,lebih baik kau membunuhku,daripada aku melihatmu mati ditangan adikku sendiri…!” ia menyerahkan benda tajam itu ketanganku.

Aku meraihnya,aku ingin membunuhnya,perasaanku bercampur aduk, aku ingin dia tidak ada…aku ingin kakak menghilang…!


Apa salahnya…?


Nuraniku tersentak,merenggut pikiranku yang kalap,
apa yang telah dia lakukan padaku…? Dia hanya…
hanya mencintaiku…
cinta yang lancang tetap saja cinta…

Aku melempar belati itu kesudut, menangis sejadi jadinya.
terjelepak di atas karpet, kesal…marah…kesal sekali…

Aku tidak bisa membencinya,walau aku ingin…aku tidak bisa membenci orang yang berkata ‘mencintaiku’ dengan bersungguh sungguh…

Kak Ari mengusap rambutku, kembali meraihku di dadanya.
hingga aku terbungkus dengan sempurna.

“Aku minta maaf…”
“Aku tidak pernah bermaksud melukai Daina ataupun Tasuku…” ada nada menyesal dalam setiap kata katanya.

“Harusnya aku berpikir dulu sebelum bicara,”

Ini pernah terjadi sebelumnya…Tasuku…selalu tidak henti henti nya meminta maaf jika aku sedang sedih,
aku membayangkan ia yang ada dihadapanku sakarang…

“Sekali lagi,jangan pergi,kumohon…jangan pergi…” mohonnya membuang harga diri,
ia menundukkan kepala sebagai tanda permohonan.
aku…aku melihat seseorang dalam pikiranku.

“Tasuku…” aku memanggil namanya, “Tasuku…Sayang…”
Aku memeluk sosok kokoh didepanku,menenggelamkan diriku diantara lengan yang besar dan kuat ini, aku melihat sinar mata dihadapanku memandang ragu,tapi sedetik kemudian,hanya bayangan mata biru dan rambut pirang yang kulihat,
dan sentuhan yang liar dan kuat terasa sangat manis di bibirku,menyambutku…
ini…berbeda dengan ‘ia’ yang biasanya menyentuhku dengan lembut.

Ia akan kembali,kan?!
kembali padaku...?!

“Tasuku…Tasuku!”
akh,apa yang…

Lalu balasan yang kuterima amat ganas…berbeda…rasanya berbeda…

Tasuku!

Aku terlonjak kaget.

Apa yang barusan kulakukan?
rasa rinduku pada Tasuku begitu menjadi jadi hingga batas antara kenyataan dan khayal jadi begitu buram.

Dan kemiripan mengerikan ia dan adiknya yang begitu nyata dalam beberapa hal,
aku menggigil,

“Aku…aku…” aku tidak dapat menjelaskannya,aku sangat marah pada diriku sendiri,dan marah pada kak Ari yang memiliki perasaan tidak lazim kepadaku,

Sebegitu perlunya kah? hingga ia tidak mampu menolakku barusan?!

Aku berlari keluar dari ruangan yang seakan menyekapku itu
aku tidak ingin melihatnya,

Lancang…! Lancang…!

Aku harus pergi dari sini,aku tidak boleh terus berada disini,
aku ingin bertemu Tasuku…
aku harus bertemu dengannya…
agar Tasuku tahu,betapa aku sudah melewati batas akhir kewarasanku karenanya...


Aku harus bertemu dengan Tasuku...!
harus!


********************************
********************************
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

uwooooooooooooooo!!! saya balik lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!!!! >_<
*ditimpukin kaleng*

balas repiw,ahhh,,,,
@kaz
thanks,,,,,,hihihhhihihihihiiiii,,,,,,,,
kawinin,nggak,yaaaa?????
*di sambit pake sendal jepit ama kaz*

akhirnya apdet juga,,,,, ^^;
sekali lagi mohon pengertiannya,karena saya harus menjaga kesehatan yang mudah sekali drop ini,,,,,

baiklah,kita ngomong tentang judul chapter kali ini,,,,,
diantara kalian ada yang tau "DeJavu"????
itu sebuah fenomena psikologis,dimana kita merasa hal yang terjadi saat ini seperti pernah kita alami sebelumnya, (atau memang pernah kita alami),
entah itu waktu dan tempat yang berbeda,atau orang yang berbeda atau orang yang sama,,,,, (membingungkan,ah!)

saya sendiri pernah mengalami,,,,, ^^;
tapi DeJavu yang pernah saya alami murni kebetulan,nggak ada hubungannya dengan time slip atau semacamnyaaaaa~
^0^

yaaaaaaaaaaaaaaiiiyyyyyy~
update berikutnya diusahakan cepat,janjiiiii,,,,,!!!!!
^-^;

nah,,,,,ngobrolnya sampai disini dulu,sekarang,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
REVIEW,PLEASE?????? *pasang kuping kucing supaya imut*
*dilempar ke kanal Venessia*


yah,akhir kata,
semangaaaaaaaaaaaaaaaaaattttt!!!!!!!!!!!
 
Last edited:
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

wedeeww......................................
Ari dah jujur mengenai perasaan ny dy...........
(sebenarnya gw dah tau dari kk gw dy bakal ngaku tapi gw diemin,haha)
tp klo mnurut gw dy trpaksa yah ngaku? krn mo nahan daina gtuw
hum,g ada yang egois dsini

nie dah hampir dua minggu g apdet,yak
lemot,sis gw kurang begitu sehat seh,g bisa be'jam2 depan pc kek dulu

hhaaaaa,review ckup mpe disini,lanjut,dah!
apdet! apdet! apdet!
 
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

moshi-moshi minna san~
baru pulang dari jepang,nihh~
*ditendang,dimasukin karung,trus dibuang kejurang ama para readers*


haaaahahhahahhahahaa!!!!
saya kembali!!! mau update!!! (akhirnyaaaaaaaa,,,,)
dah berapa lama saya nggak update??? dua minggu??? tiga minggu??? sebulan???
review pun menumpukk,,,,
pastinya sangat-sangat membuat kesal,,,
(ya,iya,lah! 'bersambung' nya disaat paling nggantung,lagi!!!)

yaaaahhh!!! dengarkan saya,kawan-kawaaaann!!! *menghiba mode ON*
alasan pertama adalah karena alasan kesehatan,tapi semua karena kebesaran Tuhan,saya bisa kembali lagi dengan sehat,latihan,dan membiasakan diri,sehingga sekarang bisa 'agak' terbiasa lama-lama didepan kompi,
apa boleh buat saya kan' harus menjaga bayi didalam perut saya ini,,, OOOPPSSS!!!! ah,sudahlah,,,,,

alasan kedua,
RE-VI-SI~
bagaimanapun,penulis bodoh dan amatiran ini ingin lebih memberikan 'kepuasan' kepada para pembacanya tercinta, (halah! lebaaaayyy!!!)
saya kabarkan,bahwa saya dengan selamat setelah melalui jalan tersulit,yaitu merevisi 50% cerita dari 6 bab kedepan yang telah selesai,
revisi yang saya maksudkan disini bukan 'mengubah jalan cerita' yang sudah ada, melainkan 'membetulkan' hal-hal yang agak berantakan,seperti diksi dan semacamnya,
diharapkan kedepannya tidak akan ada typo-typo-an alias salah huruf,salah tulis,dst,dsb,dll,
huaahhahahhahahahahaa!!! *nangis gak jelas*

okkkkk~
banyak2 terima kasih buat yang udah repot-repot bersedia me-review cerita saya yang payah iniiii,,,,,
buat yang review,saya do'a kan enteng jodoh!!!
yang nggak review,saya do'a kan mendapat ciuman dari Stast The Origin!!!
ehehehehhhheee,,,,BECANDA!!! (weeewwww!!! mau,donk!!! mauuuu!!!)

bab GaJe alias gak jelas sudah dimulai,,,,!!! tingkat lebay mencapai 200%!!!!!
*tepar dihajar massa*
kalau nggak malam ini,besok pasti dah update!!! janjiiiii~

akhir kata,
tanpa mengurangi rasa hormat saya,
dan sama sekali nggak ada unsur sok pamer atau sotoy atau alay atau sok bangga,
saya sungguh2 ucapkan terima kasih untuk semua yang telah bersedia menanti saya hingga selama ini,,,,,

love you all~


Daina Amarea Winata
 
Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ by:DYNA

Mikia.


Kediaman Mikia & Alexander Boraknitchov,
Lima belas menit setelahnya,

________________________________________
_________________________________


“Kau masih disini?” kakek menyeruak masuk kedalam kamarku,
Dimana aku sedang asyik membaca buku sendirian,
Ia meraih buku ditanganku, memperhatikannya sebentar,lalu melemparkannya lagi keatas pangkuanku.

“Bukannya ini masih jam kerja?” tanyaku.
Kakek malah terkekeh.

“Memangnya salah menengok cucuku sendiri…?” ia tersenyum lembut “Akhir akhir ini kakek terlalu sibuk dan lupa memperhatikanmu,” ia duduk disisi ranjang berbelahan denganku.
Mengurut keningnya yang menampakkan tanda tanda bahwa ia sudah sangat berumur dalam masa aktifnya yang sama sekali tidak bisa dikatakan singkat ini.

“Aku bukan anak kecil lagi” jawabku “Lagipula,aku mengerti kakek sibuk,aku tidak kesepian,kok!” aku sedikit membantah untuk meyakinkannya.
Kakekku menepuk bahuku dengan wajah arif.
Aku menunduk.

“Kenapa kakek tidak pensiun saja,sih? Aku khawatir,fisik kakek tidak sekuat dulu lagi…” lirihku.
Aku menundukkan wajah semakin dalam,takut-takut menatap wajah kakek saat aku menanyakan hal tersebut.

“Kau memikirkan kematian teman temanmu,Mikia?” Tanya kakekku,
Tentu saja aku kaget,dari mana kakek tahu,bahwa itu semua mengganggu pikiranku?

“Aku…”

Tidak bisa! Aku tidak mungkin mengatakan hal yang cengeng begini,
Tapi kakek mengerti,

“Akupun mengalami dilema yang tidak mudah saat kau menjadi salah satu dari Guardian” kakek bercerita,

“Kalau begitu,kenapa? Kenapa kakek biarkan aku?!”

“Aku percaya padamu,dan percaya pada generasi seperti kalian,yang kutitipkan mimpi mewujudkan perdamaian”

“Aku tidak takut mati” putusku, “Daripada kematian,aku jauh lebih takut kehilangan orang-orang yang berharga bagiku! Itulah alasanku bertempur”

“kalau begitu,jadikan alasan itu untuk bertahan hidup” kata kakek lagi,aku terdiam.

Kakek melanjutkan,
“Ini ambisiku,ambisi kita bersama, melindungi apa yang seharusnya kita lindungi, tabahkan hatimu,mungkin saja kau akan melihat lebih banyak kematian nantinya” ia menghela nafas. “Seperti aku menyaksikan kematian kedua orang tuamu,anak dan menantuku…”
Aku memeluk kakekku,

“Aku tidak pernah sedih karena hal itu,aku tidak ingat pada mereka” jawabku dingin, kakek malah tertawa.

“Maaf,aku lagi lagi lancang!” aku menepuk mulutku sendiri.
Lagi lagi aku bicara tanpa tahu perasaan orang lain,
Dasar aku ini…

“Masa depan yang cerah berawal dari masa lalu yang telah dilupakan,kau tidak akan dapat melangkah dengan baik jika belum dapat sepenuhnya melupakan kepahitan,kehilangan,dan kegagalan di masa lalu”
Aku menatap kakek yang menyuarakan nasehat yang biasanya bosan kudengarkan,

“Semua orang pernah mengalaminya,” kata kakek sambil mata beliau menatap keluar menembus jendela,melihat bayangan langit yang terbentang luas disana.

“Meskipun kakek tidak ada,tetaplah hidup,Mikia Boraknitchov, atau setidaknya bertahan hidup,” ia memeluk bahuku lagi dengan penuh kasih sayang.

“Jika kau pernah kehilangan, jangan gentar, tetap berdiri dan warisi tekad dan keberanian ini,lalu selamatkan sebanyak mungkin orang, jadilah kuat”
Aku merasa dadaku panas.
Sesuatu yang hangat mengalir.

“Nah,kemarikan tanganmu,kakek ingin memberikanmu sesuatu”
Aku menadahkan tanganku seperti meminta, menunggu dengan berdebar.
Kakek memberikan sesuatu yang ia genggam erat ketanganku.
Sebuah liontin perak yang bisa dibuka.
Aku membukanya.
Dan disana aku melihat foto kuno, foto yang diambil dari kamera antik yang berwarna hitam putih,entahlah,
Memotret dengan memakai kamera antik yang sudah jarang ada merupakan hobby kakek.
Liontinnya juga model lama…
Dia gemar mengoleksi barang barang yang ketinggalan zaman,
Tapi aku suka, sebab kakek juga terlihat antik sih, hahaaa,
Aku tidak sopan.

“Fotoku ketika masih kecil,dan kakek…” aku nyengir senang melihatnya.
Aku tidak bisa menyembunyikan ekspresi cemberutku sesaat kemudian.
“Tapi,kok kuno begini? Bukannya ada teknologi fotografi yang lebih canggih?” protesku.
Kakek berdehem.

“Jangan menolak permintaan orang tua!”lalu ia berpura pura sakit untuk membuatku luluh “Ugh…jantungku…”

Aku terkesiap.
“Eeehh…Iya! Iya! Aku senang! akan kusimpan! Jangan mati,dong”

lalu Kakek membusungkan dada dengan gaya sedikit narsis.
“Kau tahu,Mikia? Liontin ini turun temurun diwariskan keluarga kita untuk anak perempuannya, ibuku, lalu istriku,yaitu nenekmu, lalu menantuku yaitu ibumu,dan sekarang, kau” ia menatapku bangga. “Waktunya sudah tepat kau memiliki ini”

“Ya…ya…ya…” aku menanggapi dengan bosan.

“Aduhh…jantungku…”

“Hei! Jangan sedikit-sedikit begitu dong! Iya,aku dengaaaar!” aku membuka mataku yang semula setengah tertutup lebar lebar.

“Aku serius sekarang” kata kakek lagi, aku menghela nafas.
Kami tertawa bersamaan.

“Ini juga termasuk jimat keberuntunganku,” kakek tersenyum. “Selama dua puluh lima tahun aku selalu membawa bawa benda ini dalam setiap misiku,dan tidak pernah sekalipun kulepaskan,benda ini menyertaiku dalam setiap misi kesuksasan Paladin”
Bibirku membentuk huruf ‘O’ saat mendengar cerita itu.

“Tepat sejak aku bayi,ya? Sejak ayah dan ibu meninggal?” tanyaku.
Kakek mengangguk.
aku banyak tanya,ya?!

“Bawa dalam setiap misimu, doaku bersamamu,” katanya.
Aku berjanji dalam hati akan menurut.

“Berarti kalau kakek melepaskan benda yang mencatat setiap keberhasilan ini…kakek bakalan gagal terus dong?” candaku.

“Kau tidak bisa diajak bercanda…” gerutu kakek.
Kami tertawa lagi.

“Kalau aku gagal,itu artinya sudah takdir” ujar kakek disela tawa nya.

“Aku tidak setuju!” gumamku menggembungkan pipi dengan gaya agak merajuk, “Kakek harus tetap hidup untuk melihatku menikah nanti”

“Serius mau pada Kisaragi?!” Tanya kakek.
Aku terlonjak kaget,merasakan jantungku hampir copot.
Aku mendorong kakekku dengan kesal,melemparinya dengan bantal.

“Kenapa harus dia sih?!” aku balik bertanya sambil pura pura tidak paham.
Kakekku menatapku sedih,ugh…

“Padahal dengan si bocah Gabriel kau mau cerita…kenapa pada kakek tidak? Kakek kan’ bisa usahakan misi berdua khusus kalian…” tawar kakek.

Ah,Dasar Ari mulut ember!
Tapi mau tidak mau telingaku berdiri.
“Mi…misi…berduaan?” wajahku merah karena membayangkan yang tidak-tidak!

“Misi apa yang akan kita berdua lakukan?”


Deg!


Tubuhku membeku ditempat,seakan darahku berhenti mengalir.
Kakek tertawa nyaring sekali,membuatku makin gugup.

“Maaf,aku telah lancang masuk” Ryo berdiri didepan pintu kamarku. “Saya sudah mengetuk pintu, tapi tidak ada jawaban.” katanya lagi,dengan nada sopan.

“Pertemuan sudah akan dimulai.” ia menyampaikannya pada kakek,dan saat ia bicara,ia sama sekali tidak melihat kearahku,
Rasanya sangat menyebalkan,mengingat aku sulit sekali mengalihkan pandanganku darinya.

“Baik,kau mau disini saja,tuan putri?”

aku menjawab pertanyaan kakek dengan memperlihatkan ponselku.
“Aku mau menghubung Ari dulu,pasti Ryo lupa menghubunginya,”

Kakekku mengangguk.
“Ryo, jaga cucuku ya” celutuk kakek.
Wajahku dan Ryo pasti terlihat seperti habis tersambar petir sekarang.

“Hah?” Ryo mendelik penasaran padaku.
Bahkan meskipun wajah lugu-nya itu terlihat begitu inosen,tapi aku tetap kesaaaaal…

“Kalau tidak ada keperluan lagi,keluarlah kalian! Aku mau ganti baju!”
Aku melempar semua bantal ditempat tidurku agar kakek dan Ryo cepat cepat menjauh.
Kakek menutup pintu kamarku dan mengedip.
Kesal,sih,tapi aku senang juga…
Begitulah keluargaku,

Aku juga hanya punya kakek sebagai satu satunya keluargaku didunia ini,
Karenanya aku mengerti perasaan Ari,
Aku tidak ingin kehilangan,orang orang yang kucintai dan lebih berarti dari hidupku sendiri.
Aku menggenggam liontin pemberian kakek erat dan memeluknya dalam dadaku.
Berharap perlindungan Tuhan akan selalu menyertai orang orang yang berarti bagiku, dan berharap mereka selalu diberikan keselamatan dalam setiap langkah mereka.


Hanya itulah Harapanku.



*****************************************
*****************************************
 
Back
Top