Bls: cerbung: ~DESCENDANT OF THE DEATHMASTER~ byYNA
12:
De Javu .
__________________________________________
________________________________
Ari.
_____________________________________________
_________________________________
“Mana mungkin aku jadi musuhmu? Jika aib itu adalah kau, lebih baik kita hancur bersama saja”
Tasuku menjauh dari kami,menjaga jarak
Tasuku,ya…Tasuku…tidak salah lagi…
Itu Tasuku!
Yudas terhempas membentur tanah.
Daina menjerit.
Aku berusaha menahan Daina yang berteriak ngeri seperti kehilangan akal sehatnya,
jika saja bisa,
aku tidak ingin melihatnya,atau berpura pura tidak melihatnya,
aku melihat belasan makhluk yang sama,
Tasuku, ada banyak sekali Tasuku!
Makhluk itu mendekat satu sama lain,dalam hitungan detik,seakan diberi perekat kuat, mereka menjadi satu,kini hanya ada satu dengan badan yang sepertinya induk bagi mereka,Tasuku didepanku,dengan sebelah tangannya berlumuran darah terjatuh berlutut sementara para kloningnya memaksakan diri mereka masuk dalam tubuhnya,dengan hanya menyisakan satu wujud yang pasti dihadapan kami.
bunyi-bunyian berkeretak tulang yang bersatu,
siapapun yang mendengarnya pastilah akan merasa ngilu...
wujud laki laki maha tampan yang memiliki darah yang sama denganku.
“Tasuku…”
Ia mengangkat kepalanyanya merespon panggilanku,bukan wajah penuh senyum,dan mata teduh seperti apa yang selama ini kami rindukan yang terlihat.
Tapi wajah penuh kebencian yang dingin.
Ketika ia berdiri,tulang tulangnya kembai mengeluarkan suara berkeretak,itu juga terjadi saat ia melakukan pelemasan otot otot yang kaku.
Stast melompat ringan,satu tangannya memeluk leher Tasuku.
amarah yang tak tertahankan menguasaiku,
“Dia bukan milikmu!” teriakku berang, “Tasuku,apa yang lakukan! Kita akan pulang!”
apa-apaan ini,dia seperti telah dicuci otaknya?!
meski mataku menyiratkan sejuta pertanyaan,Tasuku tidak serta merta memberikan jawabannya. Ia seperti tidak melihat kearah kami.
matanya nanar menatap gadis dalam pelukanku, yang juga balas memandanginya penuh pertanyaan.
Stast menjauh dari Tasuku,seperti ingin membiarkan pertanyaanku dijawab oleh Tasuku sendiri.
Untuk pertama kalinya ia bicara:
“kalian lihat aku jadi apa sekarang…?”
Ia bicara dengan nada sehalus beledu, matanya yang merah mengerjap tanpa ekspresi,
"Aku begini...,pilihankulah,keinginanku,dan tidak ada seorangpun yang bisa merubahnya,"
refleks aku menatap langit ketika melihat Tasuku menengadahkan kepalanya,
ada puluhan chimera yang terbang,lalu aku mempererat peganganku pada Daina,
untuk pertama kalinya,
untuk pertama kalinya aku merasa tidak bisa mempercayai adikku sendiri,walau dahulu sekali Tasuku pernah mengatakan padaku dengan mulutnya sendiri bahwa gadis yang ada diantara kami sekarang adalah harta karunnya yang paling berharga,
sekarang aku tetap tidak merasa bisa mempercayakan keselamatan Daina padanya,dan aku tidak tahu mengapa!
"Aku hanya menjalani hidup yang sudah seharusnya kujalani,jalan yang bersimpangan dengan kalian." kilahnya.
Kurasakan bahu Daina menggeletar dalam dekapanku,tidak bisa bersuara ataupun bicara,bahkan demi untuk menjawab pernyataan dari seseorang,yang kutahu paling ingin didengarnya didunia ini.
Tasuku berpaling kearahku, ,
mata kami berdua sejajar,lebur dalam situasi yang kian menegang
“Ari! Awas!” Ryo memperingatkanku, aku dengan segera aku menarik Daina hingga gadis itu tersungkur ditanah.
Laser!
Nyaris saja mengenai Daina, ”Tetap tiarap!” perintahku.
Clarken,dia juga ada disini,bajingan itu!
“Ha…ha…ha…” ia itu tertawa bengis “Kalian akan mati! Mati! Kita akan melihat siapa yang bertahan sampai akhir…ha..ha…”
orang itu terus berteriak-teriak kesetanan,aku tidak tahu apa yang telah merasukinya,tapi aku yakin sekali ia mampu berbuat apa saja untuk menyingkirkan kami!
Harus berbuat sesuatu...
“Cukup…!” Tasuku berbisik lirih. Ia berjalan pelan,maju mendekati Clarken.
Pendosa itu mundur ketakutan beberapa langkah,
merasakan ancaman atas dosa yang pernah diperbuatnya.
“Berhenti sampai disitu!” bentaknya.
Tasuku tanpa gentar menghampirinya, Clarken menekan tombol pengatur laser ,
aku sadar penuh apa yang hendak dilakukannya,
Tasuku!
Satu tembakan.
Cukup untuk memutuskan lengan adikku.ia berhenti,pandangannya lurus kedepan.
Lalu ia kembali berjalan dengan langkah pasti,seperti tidak terjadi apa apa…
Lengan itu kembali utuh.
Jarak 15 meter…
Sungguhpun aku tidak ingin melihat ini,ada sesuatu dalam diriku yang membiarkannya terjadi.
Jarak 12 meter…
Clarken berteriak ketakutan, ia membidik lalu menembakkan laser berkali kali!
Kali ini mengenai bagian kepala.
Aku terkesiap. Menutupi pandangan Daina,aku tidak bisa meninggalkan Daina disini,ada begitu banyak Chimera yang terbang dilangit,siap menerkam kapan saja...
Jarak 8 meter,laser itu menembus dada Tasuku,
luka itu menutup seiring ia melangkahkan kakinya dan ketika ia telah menyelesaikan beberapa langkah,luka itu sudah sembuh sepenuhnya dalam waktu kurang dari satu menit, sungguhpun kemeja putih longgar yang dikenakan adikku telah rusak sebagian,
Aku dapat melihat dengan jelas daging yang hancur berantakan digantikan oleh sel baru dalam waktu kurang dari satu menit.
Clarken hanya berjarak kurang dari lima meter sekarang…
Daina memberontak dan berlari dari lepas jangkauanku,ia menerobos arena maut itu dan berdiri diantara Tasuku dan Clarken,membentangkan kedua tangannya dan melindungi pria yang dicintainya,bahkan meski aku sendiri tahu,Tasuku tak’kan terluka dengan mudah,
Daina tidak bisa menahan perasaannya yang melihat Tasuku dilukai.
“Daina!” aku mengeluh pelan,
benar benar tidak bisa dihentikan…
Tasuku tampak sama terkejutnya denganku,
“Jangan…menyakiti Tasuku lagi!” katanya dengan wajah dipenuhi air mata berteriak pada Clarken.
“Kau tidak puas mengambil kebahagiaan kami? Kau tidak puas memberikan penderitaan sehebat ini pada kami berdua?”
Clarken tidak mendengarkan Daina,ia hanya memikirkan cara untuk meloloskan diri.
Tapi sekejap itu,aku melihat mata Tasuku menampakkan ekspresi kesakitan yang sama dengan Daina…
Aku menyadari kilatan tanda bahaya dimata Clarken, memperingatkan Tasuku lebih lambat dari dugaanku!
Clarken menyambar tubuh mungil Daina,mengarahkan alat peledak yang ia keluarkan dari saku jas nya kepada Tasuku…
“Gadis yang berarti untukmu,kan!” katanya mengancam. “Aku tidak akan mati sendirian…!” ia terbahak lagi seperti orang gila.
Aku sangat ingin merasa panik,tapi melihat Tasuku masih tetap berwajah tenang,entah kenapa ada harapan aneh yang membara dalam hatiku…
Daina sekarat nyaris tidak bisa bernafas karena tangan yang mencengkram lehernya, ia memandang padaku dan Tasuku bergantian…
“Caramu…” Tasuku berbisik, “Sudah tidak ada efeknya bagiku…”
Ketika kalimat itu selesai,tentakel yang melesat keluar dari telunjuk tangan kanan adikku melecut dengan cepat,kami tidak sempat menyadari apa yang terjadi,
Clarken berteriak teriak kesakitan, memegangi sebelah telinganya yang tanggal.
Ia melemparkan alat pengendali itu keatas pasir, dan Daina terduduk lemas setelah terlepas dari penyanderanya,
Tasuku menjulurkan lengan tentakel nya dan meraih tubuh Clarken hingga tubuh pria itu terlempar beberapa meter.
Aku menghampiri Daina dan memeluknya,menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya…
“Kasihani aku,Gabriel…” Pria itu hanya memohon untuk kematiannya…
“Kasihani aku…”
“Jangan bunuh aku…jangan ambil nyawaku…”
Tasuku terus melangkahkan kakinya semakin dekat,
semakin dekat!
“Jangan bunuh aku…aku akan mati…itu bukan sifatmu,kan! Bukan hal bagus,kan!”
Lengan Tasuku yang bermutasi kembali membentuk lengan manusia perlahan lahan,
“Mengasihanimu…?” ia balik bertanya,cara ia memandang teramat kejam,
Aku bahkan Daina pun tidak mengenalnya!
“Kau pikir siapa yang menciptakanku? Kau ingin memberlakukan seakan kau tuhanku…mengambil hidupku…dan menentukan takdirku dengan kejam…”
“Apa kau punya belas kasihan ketika melakukannya?”
Aku tidak percaya,
bagaimana mungkin adikku…adikku tidak memberi pengampunan bagi orang yang memohon padanya…?!
Itu bukan dia…kalau dia…
kalau dia yang dulu selalu penuh kasih dan berhati lembut,
apa aku ingat telah menghabiskan sepanjang hidupku memiliki pertalian darah dengan makhluk sadis semacam ini?
walau tahu begitu…aku tidak bisa menghentikannya…
atau tidak ingin menghentikannya…
kelemahanku sebagai manusia biasa,aku sama dengannya,kami ini sama saja,
kami dipenuhi dendam sejak awal,dendam kesumat dan sakit hati yang tidak akan berakhir kecuali semua ini terbalaskan,
aku juga kejam.
Sama kejamnya dengan adikku.
“Sekarang aku Tuhanmu…!” Tasuku mengangkat tangannya hingga bayangan nya menutupi pandangan musuhnya dari sinar matahari.
Ia menebaskan cakarnya,jari jari Clarken terlepas seketika,musuh yang tidak sebanding dengannya mengerang kesakitan.
“Untuk nafasku…” Tasuku kembali meregang menahan diri terhadap bau darah,
Pengendalian diri yang kuat!
Ia menebas sekali lagi,memotong bagian kaki kiri,
“Untuk ikatanku dan kakak…”
aku mendengarnya,sangat jelas,
Tasuku terhenti sejenak untuk melihat padaku,sejak kecil,jika ia ingin melakukan suatu keputusan besar dalam hidupnya,ia selalu melihat kepadaku,
"Kakak adalah keberuntunganku,kau selalu berada disampingku saat aku sedang mujur,kan?"
"kita hanya berdua bersaudara didunia ini..."
"makanya kita harus senantiasa saling menjaga."
Setitik ingatan masa lalu mengaburkan pandangan kami berdua,
lantas aku memalingkan wajah,
sudah kuduga ia tidak akan berhenti melakukan penyiksaan yang tidak berperi kemanusiaan tersebut,
betapapun orang yang ia perlakukan demikian pantas untuk hukuman mati,kemanusiaan bicara lain…
selesaikanlah,
setelahnya,setelah ini...
kita akan sama-sama mengingkari sumpah yang kita bangun diatas kasih sayang,kasih dan sayang yang membuat ujian terberat seperti cinta seorang gadispun tidak mampu menggoyahkan ikatan diantara kita,
kau yang minta,Tasuku,kau menyakitiku,teramat menyakitiku,
kau yang memberikan kertas yang kita bersama menulisinya dengan mimpi kita,lalu kau sendirilah yang membuangnya,merobeknya dan menguncinya didalam peti bersama hati manusiamu,
lalu kau serahkan kuncinya pada iblis untuk memenuhi ambisimu demi melupakan segalanya,
Aku menyadari bahwa aku terluka,tapi seseorang menggenggam erat tanganku,mengingatkanku bahwa aku masih memiliki sebuah tugas didunia,
masih ada yang harus kulindungi.
Tasuku menutup mata,mangsanya telah sekarat dan tidak berdaya lagi,
lebih kejam dari binatang,
hewan saja tak’kan mempermainkan mangsanya demikian sadis,
Dia begitu kejamnya,membunuh tanpa perasaan…
Hati kecilku berontak,tapi aku tidak sanggup mengatakan sepatah kata pun lagi,
mulutku terkunci.
“Ini,untuk bidadariku yang paling berharga diseluruh dunia,”
Dan hukuman bagai palu godam itupun turun,
sangat cepat seperti kilatan cahaya,
merenggut jantung Robert Clarken,menamatkan riwayatnya seketika,
Tasuku menggenggam jantung berlumur darah itu,meremasnya,dan darah segar memenuhi tangannya,ia lantas membuang organ yang telah hancur hingga sanggup membuatku mual itu,tanpa sedikitpun menunjukkan wajah berselera.
Bodohnya aku yang mengharap ia tetap seperti dulu,apa adanya…
Daina menyembunyikan wajahnya didadaku.
tidak sanggup melihat penjagalan sadis yang terjadi didepan matanya sendiri.
“Kau puas?” Stast The origin mendekat,dibelakangnya bertengger kelelawar raksasa,
“Kau yang memanggilnya? Tidak ingin menyelesaikan urusan dulu?”
Stast melihat kearahku,
Tasuku malah terus memandangi Daina,
saat ia memandangi gadis dalam pelukanku, ia masih berusaha menepis rasa lapar meluap-luap yang terlihat dari ekpresi wajahnya,ia juga menyeringai padaku,
seringaian yang tidak pernah kukenali sebelumnya,
“Siapa kau?” untuk pertama kalinya aku ragu dengan pengenalanku…
“Dewa” ia menjawab dingin, “Kita bukan lagi saudara kandung, ketika aku mengambil pilihan menjalani hidupku sekarang”
Aku tidak ingin mempercayai apa yang kudengar,tapi semuanya begitu jelas.
Daina mengangkat wajahnya,
“Tasuku…?” ia memanggil takut takut,
Tasuku kembali memandangnya,
“Jangan memanggilku dengan nama itu…hubungan kita juga sudah kuputuskan,aku tidak punya perasaan apa apa lagi padamu, jadi jangan mencariku lagi.”
Entah hanya perasaanku,yang jelas Tasuku tidak berani beradu pandang dengan Daina saat mengatakan kalimat tersebut,
malah sebaliknya, ia menampakkan ketidak-sukaan teramat sangat atas keberadaan Daina disini,sekarang.
Air mata Daina merebak,ia ingin mengatakan sesuatu,tapi suaranya seperti tertelan habis dalam tenggorokan.
“Selamat tinggal,kakak…Daina…” Tasuku meraih jubah yang diserahkan Stast menutupi pakaiannya yang tercabik dalam pertarungan,
untuk terakhir kalinya Tasuku berpaling,matanya sejajar dengan mataku
“Kuharap dipertemuan selanjutnya,di tidak akan ikut lagi,karena jika kita bertemu sekali lagi nanti,kita adalah musuh”
Aku mendengarkan sambil menunggu ia bicara sampai habis,
bicaralah,lanjutkan,aku sudah siap mental…batinku,
“Saat bertemu kembali nanti,kakak.Ayo,saling bunuh”
dan tubuh kelelawar raksasa itu terangkat,angin keras bertiup,
hanya beberapa detik setelahnya,dan rombongan besar Undead itu menarik semua pasukan mereka,seakan segalanya telah diatur dengan sedemikian rapih.
Ryo dibopong oleh Mikia,dari kejauhan tampak iring iringan mobil Paladin yang mengevakuasi korban,
Pukulan yang berat bagiku,shock yang kurasakan…
aku masih memeluk Daina erat,membayangkan kehilangan hebat yang kurasakan saat ini juga dirasakan olehnya,
kami sama.
Sempat terlihat olehku lengan Ryo yang terputus,aku berdiri menghampirinya,
“Tidak mati,kan?” tanyaku,
“Tidak sejelek nasibmu,kawan” Ryo tertawa pahit, “Dan Yudas”
Aku juga melihat tandu yang membawa jenazah Yudas Ignasius,rekan seperjuangan kami,kemuraman menyelimuti suasana,
“Misi berhasil?” tanyaku pada Mikia,yang menunduk cemas disamping Ryo.
“Kotanya hancur,tapi lebih dari setengah warga kota berhasil dievakuasi”
Aku lega mendengarnya,tapi itu setimpal,dengan banyaknya Guardian yang gugur, tewas sekaligus dalam misi kali ini,
Mereka tidak lemah,mereka sangat kuat,
manusia terpilih yang sanggup menantang keterbatasannya,
tetapi ‘apa’ yang menjadi lawan mereka tidak dapat di bayangkan orang waras dan sama sekali tidak manusiawi,
Nyala pekat membakar dalam hatiku,
“Kami akan segera bertemu lagi…” ujarku,sama seperti ketika ‘ia’ mengambil keputusannya, aku pun memiliki jalan yang berseberangan kini.
Daina mendengarkan ucapanku,dan aku yakin,wajah pucatnya saat ini menandakan ia mengerti apa artinya.
Meski menyakitkan,inilah kenyataan,aku yang selalu bersikap realis ini tidak bisa melihat ada harapan untuk membawanya kembali,
dadaku perih,aku ingin berteriak dan menangis,
bukan ini yang kami cita-citakan,bukan seperti ini mimpi kami...!
Kita kalah oleh takdir,
Tasuku...
********************************
********************************