[Dipi's Corner] Mari melihat sisi-sisi kehidupan kita dengan santai...

Bls: [Dipi's Corner] Mari melihat sisi kehidupan dengan santai...

ada banyak pria yg suka memuji wanita yg d lihatnya. Wah kamu cantik, duh manisnyaa, waw mengagumkan, dan ucapan2 pujian lain secara spontan sehingga kadang2 membuat para wanita ini kikuk dan salah tingkah,,
Pujian pria biasanya hanya sebentuk basa-basi saja, tetapi jika benar2 pria itu menyenangi wanita yg di pujinya tersebut, ia akan berusaha mengenalnya lebih jauh dgn berbagai cara
 
Bls: [Dipi's Corner] Mari melihat sisi kehidupan dengan santai...

ada banyak pria yg suka memuji wanita yg d lihatnya. Wah kamu cantik, duh manisnyaa, waw mengagumkan, dan ucapan2 pujian lain secara spontan sehingga kadang2 membuat para wanita ini kikuk dan salah tingkah,,
Pujian pria biasanya hanya sebentuk basa-basi saja, tetapi jika benar2 pria itu menyenangi wanita yg di pujinya tersebut, ia akan berusaha mengenalnya lebih jauh dgn berbagai cara

=b=

Tidak gombal, dan terkesan serius. Tidak banyak omong tapi banyak bekerja.
 
Bls: [Dipi's Corner] Mari melihat sisi kehidupan dengan santai...

ada banyak pria yg suka memuji wanita yg d lihatnya. Wah kamu cantik, duh manisnyaa, waw mengagumkan, dan ucapan2 pujian lain secara spontan sehingga kadang2 membuat para wanita ini kikuk dan salah tingkah,,
Pujian pria biasanya hanya sebentuk basa-basi saja, tetapi jika benar2 pria itu menyenangi wanita yg di pujinya tersebut, ia akan berusaha mengenalnya lebih jauh dgn berbagai cara

Maknanya mendalam sekali nih. :D Seperti ada indikasi ultimate yang perlu diambil konsen nih :D. Beware ... Gadis.
 
Bls: [Dipi's Corner] Mari melihat sisi kehidupan dengan santai...

Makna Memberi

Ini ada cerita lagi dari saya.
Suatu saat, saya sedang berada di sebuah warung tenda tempat makan di Semarang. Ketika sedang asyik2nya merem melek menikmati sop kaki kambing kesukaan saya, tiba2 ada satu anak kecil, berpakaian lusuh mendatangai saya. Yap, dia mengemis. mengulurkan tangan meminta uang. Lalu saya dengan tanpa pikir panjang memberinya uang lembaran 5 ribuan. Dan dia pun berlalu, disertai dengan wajah sumringahnya.

Saya pikir itu akan selesai di situ. Ternyata tidak. Teman saya makan, seorang designer terkenal yang bermukim di Semarang, berkata kepada saya kalo yang saya lakukan itu adalah salah, tidak mendidik dan memberi efek yang lebih buruk kepada pengemis kecil itu. Katanya, saya menambah rasa malas buat mereka, saya hanya memberi uang yang akan dijadikan setoran oleh pengemis kecil itu kepada induk semangnya. Katanya lagi, mereka2 ini sengaja dipekerjakan oleh orang2 yang tidak bertanggung jawab dan mengeksploitasi habis2an anak2 itu. Oleh karenanya saya salah kalo saya memberi mereka uang.

Soal jaringan pengemis itu saya sudah banyak tau sebelumnya. Tapi bukan itu yang ingin saya bahas. Saya mau membahas perdebatan saya dengan teman saya itu.

Kalo bagi saya, memberi ya memberi. That's it. Saya tidak perlu dan tidak ingin tahu latar belakang si pengemis, saya tidak peduli dengan apa yang terjadi dibelakang saya. Yang saya tahu dan saya peduli adalah ada anak kecil berpenampilan lusuh dan meminta belas kasihan di depan saya. Yang saya tahu adalah di depan saya ada anak kecil yang identik dengan suatu penderitaan. Dan itu cukup bagi saya untuk sekedar memberi uang yang tidak seberapa itu. Apakah nanti uang itu akan disetorkan, atau akan dipergunakan untuk hal yang salah, itu lain soal. Tapi yang pasti di depan saya ada sosok yang dipenuhi penderitaan.

Debat perkembang ke arah yang lebih kompleks, ketika saya mengatakan tujuan saya memberi yang utama adalah saya berharap mendapatkan imbal balik berupa pahala dari Tuhan. Teman saya berkata saya egois karena hanya memntingkan pahala untuk diri sendiri tapi tidak mementingkan gimana efeknya buat si anak. Tapi saya berkata tidak. Saya ikhlas memberi, dengan tujuan membantu, dan itu terbukti dengan senyuman yang saya terima dari pengemis kecil itu. Ketika saya berharap pahala yang akan saya dapat, ya karena kemampuan beragama saya baru dalam taraf itu, baru dalam taraf memohon pahala, bukan taraf "tetap akan melakukan amal baik, walaupun misalkan surga dan neraka tidak ada". :D

Bagaimana dengan anda? Apa makna memberi buat anda2 semua? Jika anda berada di posisi saya di warung tenda itu, kira2 jalan apa yang akan diambil? memberi atau membiarkan? :D

Dijawab dengan santai saja, tidak perlu mencari nilai filosfis yang terkadang rumit untuk dipikirkan. :)

-dipi-
 
Bls: [Dipi's Corner] Mari melihat sisi kehidupan dengan santai...

Hmm.. bagiku cantik itu realtif karena setiap orang memiliki selera dan cara pandang yang berbeda dalam menilai sebuah arti kecantikan. Dan saya sangat percaya bahwa pada dasarnya setiap wanita itu cantik dan sempurna ketika dia mengenal arti kasih dan sayang.


Aku pribadi lebih memilih untuk akan tetap berbagi dengan saudara yang membutuhkan karena saya tau bagaimana rasanya menjadi lapar, susah dan terbatas. Dan akupun paling gak tega kalau melihat ada anak-anak dan orang tua yang memelas karena kelaparan.


wuih suka banget deh sama roomnya ka Dipi aku kasih reputasi yah
 
Bls: [Dipi's Corner] Mari melihat sisi kehidupan dengan santai...

Makna Memberi

Ini ada cerita lagi dari saya.
Suatu saat, saya sedang berada di sebuah warung tenda tempat makan di Semarang. Ketika sedang asyik2nya merem melek menikmati sop kaki kambing kesukaan saya, tiba2 ada satu anak kecil, berpakaian lusuh mendatangai saya. Yap, dia mengemis. mengulurkan tangan meminta uang. Lalu saya dengan tanpa pikir panjang memberinya uang lembaran 5 ribuan. Dan dia pun berlalu, disertai dengan wajah sumringahnya.

Saya pikir itu akan selesai di situ. Ternyata tidak. Teman saya makan, seorang designer terkenal yang bermukim di Semarang, berkata kepada saya kalo yang saya lakukan itu adalah salah, tidak mendidik dan memberi efek yang lebih buruk kepada pengemis kecil itu. Katanya, saya menambah rasa malas buat mereka, saya hanya memberi uang yang akan dijadikan setoran oleh pengemis kecil itu kepada induk semangnya. Katanya lagi, mereka2 ini sengaja dipekerjakan oleh orang2 yang tidak bertanggung jawab dan mengeksploitasi habis2an anak2 itu. Oleh karenanya saya salah kalo saya memberi mereka uang.

Soal jaringan pengemis itu saya sudah banyak tau sebelumnya. Tapi bukan itu yang ingin saya bahas. Saya mau membahas perdebatan saya dengan teman saya itu.

Kalo bagi saya, memberi ya memberi. That's it. Saya tidak perlu dan tidak ingin tahu latar belakang si pengemis, saya tidak peduli dengan apa yang terjadi dibelakang saya. Yang saya tahu dan saya peduli adalah ada anak kecil berpenampilan lusuh dan meminta belas kasihan di depan saya. Yang saya tahu adalah di depan saya ada anak kecil yang identik dengan suatu penderitaan. Dan itu cukup bagi saya untuk sekedar memberi uang yang tidak seberapa itu. Apakah nanti uang itu akan disetorkan, atau akan dipergunakan untuk hal yang salah, itu lain soal. Tapi yang pasti di depan saya ada sosok yang dipenuhi penderitaan.

Debat perkembang ke arah yang lebih kompleks, ketika saya mengatakan tujuan saya memberi yang utama adalah saya berharap mendapatkan imbal balik berupa pahala dari Tuhan. Teman saya berkata saya egois karena hanya memntingkan pahala untuk diri sendiri tapi tidak mementingkan gimana efeknya buat si anak. Tapi saya berkata tidak. Saya ikhlas memberi, dengan tujuan membantu, dan itu terbukti dengan senyuman yang saya terima dari pengemis kecil itu. Ketika saya berharap pahala yang akan saya dapat, ya karena kemampuan beragama saya baru dalam taraf itu, baru dalam taraf memohon pahala, bukan taraf "tetap akan melakukan amal baik, walaupun misalkan surga dan neraka tidak ada". :D

Bagaimana dengan anda? Apa makna memberi buat anda2 semua? Jika anda berada di posisi saya di warung tenda itu, kira2 jalan apa yang akan diambil? memberi atau membiarkan? :D

Dijawab dengan santai saja, tidak perlu mencari nilai filosfis yang terkadang rumit untuk dipikirkan. :)

-dipi-

huooooo~~
>8o>8o>8o


setuju 100%,,,,
kalau Daina ada diposisi mbak dipi, mudah mudahan dai bisa berpikir sama,,,
(pelajaran berharga kalau kalau pikiran Dai yang kolokan ini nggak sampai 'kesana')
:):)):))(

IKHLAS,,,, itu yang sulit banget dicari, yaaaa,,,
tapi keikhlasan itu ada pada mbak dipi,,,, CONGRATS!!!!!!! *tepuk tangan*
@-->@-->@-->
 
Bls: [Dipi's Corner] Mari melihat sisi kehidupan dengan santai...

^ tentang pengemis lusuh

Ak akan memberinya makan terlebih dahulu, kemudian memberinya uang
 
Bls: [Dipi's Corner] Mari melihat sisi kehidupan dengan santai...

Soal jaringan para pengemis, patut diacungkan jempol. Ambil hikmahnya aja, untuk soal segitu kumuhnya aja ada jaringannya, mosok kita engga bisa membangun jaringan lebih cantik lagi?
 
Bls: [Dipi's Corner] Mari melihat sisi kehidupan dengan santai...

Setuju.
Setelah beberapa hari mendekam di ii, aku melihat ii cukup punya potensi untuk lebih dari sekedar berkembang.
Dengan konten yang bagus, saya rasa ii bisa jauh lebih besar dari sekarang. Tinggal bagaimana orang2 di dalamnya berupaya.

Bagaimana dengan kalian? apakah punya keyakinan yang sama denganku? :D

Some writer might say that I'm a ruthless editor. But they all said that I'm a girl with a good intuition.
dan intuisi di atas itulah yang saya rasakan untuk ii sekarang. :)

-dipi-
 
Bls: [Dipi's Corner] Mari melihat sisi kehidupan dengan santai...

Aamiin, hati-hatilah dengan firasat orang mukmin (orang yang memiliki keyakinan). Artinya, firasat atau intuisi orang yang memiliki keyakinan pasti akan menjadi nyata.
 
Bls: [Dipi's Corner] Mari melihat sisi kehidupan dengan santai...

Setuju.
Setelah beberapa hari mendekam di ii, aku melihat ii cukup punya potensi untuk lebih dari sekedar berkembang.
Dengan konten yang bagus, saya rasa ii bisa jauh lebih besar dari sekarang. Tinggal bagaimana orang2 di dalamnya berupaya.

Bagaimana dengan kalian? apakah punya keyakinan yang sama denganku? :D

Some writer might say that I'm a ruthless editor. But they all said that I'm a girl with a good intuition.
dan intuisi di atas itulah yang saya rasakan untuk ii sekarang. :)

-dipi-

setuju
tentu dgn sedikit lebih serius lagi membangun kebersamaan d antara kita masyarakat ii
 
Last edited:
Bls: [Dipi's Corner] Mari melihat sisi kehidupan dengan santai...

duh, amin.. non dipi :)

II the best..
 
Bls: [Dipi's Corner] Mari melihat sisi kehidupan dengan santai...

Wah thread ini tenggelam..

Makna Sebuah Nasionalisme

Saya di-sms teman isinya begini "Orang kayak elu, punya rasa nasionalis juga? ah yang bener?". Eh buset, ternyata saya masih punya satu teman diantara ribuan teman saya yang punya pandangan sempit soal nasionalisme. Dia pikir rasa nasionalisme itu hanya didapat saat kita belajar PMP atau PPKN saat di sekolah, dan tidak didapat dari kehidupan yang bisa kita pelajari ini. Dan tentu saya punya rasa nasionalisme. Saya dulu menangis melihat Taufik Hidayat mendapatkan medali emas di olimpiade, saya merinding ketika mendengar Indonesia Raya di negara orang, saya marah ketika di salah satu episode serial tv West Wing menceritakan soal kedatangan presiden RI ke Amerika dan menceritakan soal kebodohan bangsa kita.

Eh,tapi nanti dulu, jangan-jangan saya memang salah menafsirkan arti dan makna sebuah nasionalisme. Jangan2 yang saya alami dari beberapa peristiwa di atas belum bisa disebut sebuah nasionalisme. atau memang jangan2 saya tidak punya rasa nasionalisme?

Saya bersekolah di Negeri yang saya cintai ini hanya setahun, saat kelas 1 SMA, sebelum dan sesudahnya saya bersekolah di luar karena mengikuti pekerjaan ayah saya sebagai pegawai rendahan di Departemen Luar negeri. Tapi bukan karena itu lantas saya tidak mengenal pelajaran mengenai Pancasila, pelajaran yang membahas soal sejarah bangsa ini yang ujung2nya bisa menimbulkan rasa nasionalisme. Saya beberapa kali belajar di sekolah khusus anak2 Indonesia, tapi saat itu tujuannya bukan karena ingin mengenal Indonesia, tapi lebih karena ayah saya tidak punya cukup uang untuk menyekolahkan saya di sekolah umum, bahkan karena hal ini saat setingkat SD saya pernah bersekolah lintas negara, dimana saya tiap hari harus pulang pergi Bratislava ke Vienna (austria) untuk bersekolah di sekolah khusus anak Indonesia, karena di Bratislava tempat ayah saya bekerja tidak ada sekolah khusus anak Indonesia yang lebih murah bayarnya daripada sekolah umum punya pemerintah Cekoslovakia (sekarang Slovakia).

Apa mungkin karena itu teman saya bisa dengan mudah beranggapan saya tidak punya jiwa nasionalisme? Lalu seperti apa nasionalisme kalau begitu? ah saya juga bingung. Tapi yang pasti saya mencintai negeri ini, sebagian dari aktivitas yang saya lakukan juga untuk kepentingan negeri ini, saya selalu penuh kebanggaan saat bertemu orang dan berkata "I'm an Indonesian" dan saya mau mati juga di negara ini.:)

Kalo sudah begitu, siapa yang peduli makna sebuah nasionalisme. :))

-dipi-
 
Last edited:
Bls: [Dipi's Corner] Mari melihat sisi kehidupan dengan santai...

banyak d antara anak bangsa yg salah persepsi ttg nasionalisme ini. Saat ak melihat adik2 mahasiswa d makassar dgn lantang dan berapi2 mencacimaki polisi, melemparinya dgn batu, merusak sarana umum, memblokir jalan raya sambil berteriak: MERDEKA !!!
ak jd berpikir, apa sih yg adik2 mahasiswa pelajari d bangku kuliah?
bukan krn apa2 tp ak jd kaget saat salah seorang d antara anak2 generasi penerus bangsa ini berkata kl karena nasionalisme merekalah sehingga bertindak seperti apa yg kita lihat d tayangan TV..

jadi, nasionalsme itu reaksi? Atau
Nasionalisme itu kesadaran akan eksistensi kita, seperti saat non dipi menitikkan airmata saat mendengar alunan indonesia raya d negara orang?
 
Bls: [Dipi's Corner] Mari melihat sisi kehidupan dengan santai...

nasionalisme.. bukan berarti ngebelain barang bajakan, loh :D

ntar pas ada sebuah band musik ngejiplak lagu luar abis-abisan.. eh dibelain dengan alasan, "cinta produk dalam negeri.." :D berarti produk dalam negeri, isinya maling, dong :D
 
Back
Top