April 2004
Sakit hati Langge terhadap Ebiet masih belum usai, meskipun bulan cinta itu
sudah lewat dua bulan. Selama dua bulan tersebut, Langge tidak henti-hentinya
melancarkan 'manuver' pendekatan terhadap Ebiet. Salah satu usahanya adalah belajar di
depan mata Ebiet, mengikuti les bimbingan belajar yang diikuti Ebiet, klinik mata
pelajaran, loncat-loncat kegirangan ketika hasil ulangannya yang bagus dipampang di
majalah dinding, dan sebagainya. Langge benar-benar belajar segiat mungkin.
Dua bulan ini pula Langge harus menelan rasa pahit ditolak wanita. Ebiet, yang
seolah-olah tidak pernah mempedulikan dirinya.
Sore itu, Langge mengunjungi pameran fotografi yang diselenggarakan oleh Keke
Tumbuan di MES 56.
“You know me therefore I am”
Begitulah judul pamerannya. Langge melangkah dengan gontai, menjelajahi
setiap jengkal dinding ruangan yang dipenuhi foto. Beberapa foto memiliki kertas kosong
di bawahnya, di mana para pengunjung dapat memberikan komentar akan foto tersebut.
Pameran foto ini mengingatkan pengunjungnya akan fenomena situs Friendster yang
sedang meledak di kala itu, dengan menampilkan foto yang berusaha memancing
kalimat, "
lho, ini kan temen gue? Kok dia kenal ini juga?" dan sebagainya.
Langge tidak begitu menikmati pameran, karena pikirannya melayang ke manamana.
Apalagi, ternyata hari pembukaannya adalah tanggal 3 April-kemarin, padahal
Langge ingin sekali bertemu teman-teman sesama penikmat fotografinya di malam
pembukaan. Langge telat sehari.
Awalnya Langge ragu, sebenarnya hari pembukaannya kemarin atau hari ini.
Tetapi mengingat hari ini adalah tanggal 4 April 2004, yang berarti dapat ditulis 040404(kata orang, tanggal bagus9), pastinya Keke membuka pamerannya hari ini. Alasan yang
simpel sebenarnya. Namun, Langge salah mengira-ngira. Keke Tumbuan mungkin jauh
lebih idealis daripada Langge.
Di saat pikirannya sedang melayang itulah Ia dikejutkan oleh suara perempuan,
lagi.
"
STALKER!" jerit perempuan itu.
Langge segera menengok ke arah suara yang mengucapkan kata berarti
penguntit itu.
"
Are you talking to me, Little Miss Sunshine?" tanya Langge. Beberapa detik
kemudian Ia sadar bahwa yang mengajaknya bicara tentu tidak dapat disebut Little Miss
Sunshine, melainkan seorang Ebiet. "EEEEH? ENAK AJA LU NGATAIN GUE
STALKER?!" Langge benar-benar tidak terima sampai-sampai ikut-ikutan menjerit juga,
meskipun bukan jerit secara harfiah.
"Ya lagian, tiap gue ngelihat ke suatu arah di sekolah, pasti ada lo. Sekarang? Ada
lo juga!"
"Eh, Non, mikir dong. Jangan memutarbalikkan fakta! Bisa aja lo yang ngikutin
gue tapi sok-sok gak tau! Sok-sok lugu! Apa-apaan tuh?" balas Langge.
"
Well, the truth is, Im not a stalker, and Im annoyed with your presence," ucap
Ebiet, dingin. Seperti biasanya, dan Langge sudah sangat terbiasa diperlakukan seperti
itu, terutama oleh Ebiet.
"
While the truth is, you cant always have what you want, and I love you. Why do
we meet here? Its written by the stars..." Mendengar kalimat gombal dari Langge itu,
Ebiet segera membenarkan posisi kacamatanya yang tebal itu dan buang muka. Beranjak
pindah dari tempatnya berdiri, yang ternyata, tangannya keburu ditahan oleh Langge.
"
I love you. I really, really love you." Langge meremas jemari Ebiet ketika
mengutarakan kalimat itu. Deg-degannya hilang sudah, Ia begitu lega, meskipun takut
ditolak. Bukan takut, tetapi Ia merasa yakin, akan ditolak oleh Ebiet. Bagaimanapun juga,
Ebiet memang jauh lebih pintar daripadanya. Ebiet juga sangat cantik. Langge kalah di
dalam segala hal kecuali dalam hal 'memanjat' dan
trespassing.
"
By the way, IQ gue 166 pas psikotes kemarin. Gue gak bego, for your info,"
terang Langge lagi, berharap Ia akan mendapat nilai lebih di mata Ebiet. Ebiet menatap
mata Langge dalam-dalam.
"
I had never said I didnt love you too."
Laki-laki itu menatap sekeliling. Indahnya kalimat itu disinari lampu yang
terpantul dari dinding ruangan yang juga berwarna jingga, warna yang paling Langge
sukai.
Sejak saat itu, Langge mati-matian memaksa Ebiet untuk menyebut bahwa 04-04-
04 merupakan tanggal jadian mereka berdua. Memang benar, setelah hari itu, Langge
dan Ebiet resmi berpacaran, meskipun Langge tidak meresmikannya. Langge hanya tahu
bahwa Ebiet menyayanginya, begitupun sebaliknya.
Begitu banyak hal yang kami lewati bersama, mungkin akan saya ceritakan. Ehm,
pasti akan saya ceritakan. Tapi, lain kali.