20 Caleg Stres Ke RS Jiwa
BOGOR (Pos Kota) – Stres mulai melanda para caleg yang gagal melangkah ke kursi parlemen. Mereka mendatangi rumah sakit jiwa untuk memeriksakan kejiwaannya.
Di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi (RSMM) Bogor, misalnya. Jumlah caleg yang datang ke rumah sakit jiwa tertua di Indonesia ini terus meningkat.
Jumat (10/4) atau sehari pasca pencontrengan jumlah caleg yang berkonsultasi baru lima orang, maka pada Senin (13/4) ini, angkanya naik menjadi 20 orang. Bahkan ada dua di caleg itu harus menjalani rawat inap.
Dr. Abdul Farid Patuti, Kabag Hukum, Organisasi, dan Humas RSMM, mengakui angka pasien gangguan jiwa pasca Pemilu meningkat sangat drastis, hingga 300 persen. ”Sehari bisa mencapai 30 orang.”
Di antara mereka banyak kalangan caleg yang gagal dalam Pemilu. Setidaknya dua puluh keluarga caleg sudah melakukan tindakan antisipatif dengan memesan kamar di RS tersebut terlebih dulu. “Ada yang mau boking kamar VIP, tapi kita tolak. Kita sarankan melewati tahapan didiagnosa dulu, baru ditentukan langkah berikutnya,” ujar Dr. Abdul Farid Patuti.
Seorang caleg yang tidak ingin identitasnya disebutkan mengaku datang ke RSMM karena kejiwaannya terbebani oleh kegagalan dalam Pemilu. Sejak mengetahui hanya mendapatkan 14 suara hingga Minggu petang, dia gelisah, takut, sulit tidur, dan tak nafsu makan.
"
Hasil pemeriksaan, masih dibilang bagus. Tapi selama pikiran masih terbebani, katanya saya bisa stres dan mengakibatkan kegilaan," ujarnya. Selama kampanye, lelaki 3 anak itu mengeluarkan Rp30 juta buat maju sebagai caleg DPRD Kab Bogor.
IDENTITAS DIRAHASIAKAN
Informasi, saat ini sudah ada dua caleg yang menjalani rawat inap di RSMM. Namun, untuk dua orang yang dirawat itu Farid menyatakan pihaknya belum bisa memastikan apakah mereka itu benar berstatus caleg.
”Orang masuk rumah sakit jiwa itu nggak enak. Seperti masuk penjara. Hal ini disadari betul keluarganya. Makanya identitas dan asal mereka, selalu kabur,” ungkap Farid.
Mengenai identitas lima orang caleg maupun parpol yang menjalani rawat jalan, Farid juga menolak untuk memberitahu dengan alasan privasi pasiennya.
Fenomena yang terjadi di RSMM itu ternyata belum terlihat di RS Suharto Heerjan atau RS Grogol. Rumah sakit ini menyatakan belum menerima pasien gangguan jiwa dari mantan caleg yang gagal dalam Pemilu 2009. ”Mungkin seminggu lagi kita lihat,” tutur Ratna Mardiati SpKJ, Direktur RS Suharto Heerjan, Senin (13/4).
Menurut Ratna, memang tidak menutup kemungkinan bakal muncul pasien baru mantan caleg yang gagal.
Senada dengan Ratna, Ketua Forum Jejaring Kesehatan Jiwa Indonesia, Dr Pandu Setiawan, juga mengaku belum mendapat laporan caleg yang sakit jiwa gara-gara gagal meraih kursi legislatif. Namun ia mengingatkan agar keluarga caleg mulai waspada.
Menurut Pandu, seringan apapun, caleg yang gagal akan menderita sakit jiwa. Entah itu langsung menyerang ke psikis dan fisik atau mengubah pandangan politiknya. Misalnya caleg yang gagal tersebut tiba-tiba ngomongnya ngelantur, menjelek-jelekkan lawan dan mencaci maki proses Pemilu. ”Itu bentuk ekspresi kestresannya.”
Ketua Komite Medik RSJ Soeharto Heerdjan, Dr. Gerald Mario Semen, SpKJ, menjelaskan pihaknya tidak mempersiapkan kamar khusus caleg. “Yang jelas ada kelas III, II, I, dan VIP. Tergantung caleg kuat bayar yang mana. Kalau calegnya kere ya kelas III, “ kelakarnya.
ANGGOTA KPPS GANTUNG DIRI
Di Karawang, seorang anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Desa Rengasdengklok Utara, kemarin, gantung diri di pohon jambu depan rumahnya.
Diduga Idas Rosadi, 57, Kampung Cikangkung RT 02/ 02 Desa Rengasdengklok Utara, itu stres terlilit masalah ekonomi keluarga.
(yopi/inung/anis/iwan/ok)