Dipi76
New member
re: Mitologi Yunani (Re-Posting & Completing Edition)
Perang Argos-Thebes
Perang Argos-Thebes adalah perang yang terjadi dua kali selama dua generasi antara dua kota yang kuat, yaitu Argos dan Thebes. Perang pertama berlangsung tidak lama setelah selesainya petualangan para Argonaut dan setelah masa pemerintahan Oidipus di Thebes. Sementara perang kedua terjadi tidak lama sebelum Perang Troya dimulai.
Perang Argos-Thebes I
Perang ini disebut juga Perang Tujuh Melawan Thebes, karena pada perang ini pasukan Argos dipimpin oleh tujuh orang pahlawan Argos. Perang ini terjadi setelah berakhirnya masa pemerintahan Oidipus di Thebes, atau satu generasi sebelum Perang Troya. Kisah perang ini cukup populer pada periode Yunani klasik. Banyak lukisan dan patung kuno yang mengangkat tema perang ini.
Awal Mula
Setelah mengetahui bahwa dirinya telah membunuh ayahnya dan menikahi ibunya sendiri, Oidipus menjadi frustasi. Dia membutakan matanya sendiri, melepaskan jabatannya sebagai raja Thebes, dan memilih untuk hidup dalam pengasingan. Dia ditemani oleh kedua putrinya, Antigone dan Ismene. Antigone berperan sebagai pemandu jalan bagi ayahnya, sedangkan Ismene mengabarkan pada mereka jika ada berita penting di kota asal mereka, Thebes.
Sementara kedua putra Oidipus, yakni Eteokles dam Polineikes, lebih tertarik pada kekuasaan sebagai raja Thebes. Rakyat Thebes lalu memutuskan bahwa mereka berdua akan menjadi raja Thebes bergantian setiap tahun. Eteokles yang menjadi raja pada tahun pertama. Namun setelah satu tahun selesai, dia tidak mau menyerahkan tahtanya pada saudaranya. Eteokles ingin terus menjadi raja, maka dia pun mengusir Polineikes dari Thebes.
Polineikes pergi ke Argos dan meminta bantuan pada raja Adrastos.
Di Argos
Polineikes pergi ke Argos, dan di sana dia bertemu dengan Tideus, putra Oineus raja Kalidon. Tideus juga diusir dari Kalidon oleh Agrios karena telah membunuh paman atau saudaranya.
Kedua pangeran yang terbuang itu kemudian berselisih dan saling berkelahi. Adrastos, raja Argos, mendengar keributan dan melihat ke luar. Dia lalu mengetahui bahwa ada dua pria yang sedang bertengkar, yang satu memakai perisai bergambar singa, sedangkan perisai yang satu lagi berhiaskan gambar babi liar. Perisai Polineikes bergambar singa untuk melambangkan Sphinx yang pernah meneror kota Thebes, sementara gambar babi pada perisai Tideus melambangkan Babi Liar Raksasa yang pernah menyerang Kalidon.
Adrastos dengan segera mengenali mereka karena dia diberitahu peramal bahwa kedua putrinya akan menikah dengan singa dan babi. Polineikes dan Tideus menjadi tamu yang dijamu dengan baik oleh Adrastos. Mereka dinikahkan dengan kedua putri Adrastos. Polineikes menikahi Argeia, yang memberinya seorang putra bernama Thersandros, sedangkan Tideus menikahi Deipile, yang kelak menjadi ibu Diomedes.
Adrastos berjanji akan mengembalikan mereka sebagai penguasa tahta di kerajaan masing-masing, dan untuk mengembalikan Poleinekes sebagai penguasa, Adrastos harus menaklukan Thebes. Yang menjadi masalah adalah bahwa kakak ipar Adrastos, yaitu Amfiaraos, yang merupakan seorang peramal, tidak mau ikut pergi ke Thebes karena dia tahu Argos tak akan menang dan hanya Adrastos yang akan pulang hidup-hidup.
Amfiaraos adalah putra Oikles dan Hipermnestra, dan merupakan keturunan dari salah satu peramal terhebat, Melampos. Amfiaraos ikut serta dalam pelayaran para Argonaut, dan dia adalah orang kedua yang berhasil melukai Babi Liar Raksasa dalam Perburuan Babi Liar Kalidon.
Adrastos dan Amfiaraos pernah berselisih sebelumnya, yang berakibat pada lepasnya tahta dari tangan Adrastos. Pada akhirnya Adrastos kembali menjadi raja, dan mereka membuat kesepakatan bahwa jika ada perbedaan pendapat lagi, keputusan akhirnya diputuskan oleh Erifile, saudari Adrastos dan istri Amfiaraos.
Supaya Euripile memihak Adrastos, Polineikes menyuapnya dengan memberi sebuah kalung peninggalan Harmonia yang dibuat oleh dewa Hefaistos. Kalung tersebut sebenarnya terkutuk dan akan membawa sial bagi pemiliknya. Euripile pun terbujuk dan memutuskan bahwa Argos harus menyerang Thebes. Amfiaraos tak punya pilihan selain ikut berperang, namun Amfiaraos terlebih dahulu meminta pada kedua putranya, Alkmeion dan Amfilokhos, untuk membalaskan kematiannya pada rakyat Thebes juga pada ibu mereka.
Adrastos dan Amfiaraos lalu mengumpulkan pasukan Argos. Lima pahlawan Argos juga ikut serta bersama mereka, yakni Mekisteus (saudara Adrastos), Kapaneus (putra Hipponous dan Astinome), Hippomedon (sepupu atau keponakan Adrastos), Eteoklus (putra Ifis), dan Parthenopaios (putra Atalanta atau Talaos, dan merupakan saudara Adrastos). Mereka inilah tujuh pemimpin pasukan Argos. Sementara Polineikes tentu saja sudah pasti ikut bergabung. Tideus juga setuju untuk ikut serta karena Adrastos berjanji akan membantunya menaklukan kembali Kalidon.
Masa Perang
Pasukan Argos berhenti sejenak di Nemeia untuk mencari air. Di sana mereka bertemu seorang pengasuh dan bayi bernama Ofeltes. Pengasuh tersebut meninggalkan bayinya sebentar untuk menunjukkan letak mata air pada pasukan Argos. Pada saat itulah datang seekor ular berbisa dan menggigit sang bayi sampai mati. Amfiaraos melihat kejadian ini sebagai pertanda buruk bagi ekspedisi mereka. Pasukan Argos lalu melaksanakan pesta olahraga untuk memperingati pemakaman sang bayi dan di kemudian hari dikenal sebagai Pesta Olahraga Nemeia.
Ketika mereka tiba di Thebes, Adrastos mengirim Tideus ke dalam kota sebagai duta. Tideus meminta Eteokles untuk menyerah dan menantang para prajurit Thebes untuk berduel satu lawan satu. Para prajurit Thebes pun maju satu persatu dan Tideus menghabisi mereka. Eteokles kemudian menyuruh lima puluh prajurit untuk menyerang Tideus di luar kota Thebes. Tideus membunuh mereka semua kecuali Maion, yang disuruhnya untuk memberitahu raja apa yang terjadi.
Di Thebes, Teiresias sang peramal memberitahu bahwa Thebes akan kalah kecuali Menoikios putra Kreon mengorbankan dirinya untuk dewa Ares. Kreon tidak mau putranya dikorbankan dan melarang siapapun mengurbankan Menoikios. Namun Menoikios sadar diri, dia mendengar ramalan dan mengorbankan dirinya sendiri supaya Thebes bisa menang.
Dan perang pun dimulai. Ketujuh pemimpin Argos menyerang tiap-tiap dari tujuh gerbang Thebes. Tetapi pertahanan tiap gerbang dipimpin oleh pahlawan Thebes. Astakos, seorang bangsawan Thebes, memiliki empat putra dan kesemuanya tidak kalah hebat dibandingkan para pahlawan Argos. Keempat putra Astakos antara lain Amfidokos (Asfodikos), Ismaros, Leades, dan Melanippos. Selain mereka, ada juga Perklimenos, putra Poseidon.
Kapaneus adalah yang pertama berhasil menerobos tembok pertahanan Thebes. Namun dia malah menyombong bahwa Zeus sekalipun tidak bisa mencegahnya menaklukan Thebes, karena kesombongannya, Zeus langsung membunuh Kapaneus dengan petirnya. Di bagian Thebes lainnya, Melanippos berhasil mmebunuh Mekisteus, sedangkan Hippomedon ditewaskan oleh Ismaros, dan Eteklus dibunuh oleh Leades atau oleh saudaranya Megarios. Sementara Parthenopaios dibunuh oleh Periklimenos atau Amfidokos.
Tideus berhasil membunuh Melanippos, namun dia juga terluka parah dalam usahanya. Tadinya Athena hendak menyelamatkannya dan menjadikannya abadi karena Tideus adalah kesayangan Athena, namun Amfiaraos menipu Tideus dan berkata bahwa luka Tideus akan sembuh bila Tideus memakan otak Melanippos, dan Tideus menurut pada kata-kata Amfiaraos. Tidak lama kemudian Athena tiba dengan membawa obat dan dia kaget ketika melihat Tideus sedang malahap otak Melanippos. Athena merasa jijik dan membiarkan Tideus mati.
Periklimenos mengejar Amfiaraos, masing-masing menggunakan kereta perang. Zeus melihat bahwa Periklimenos hendak melemparkan tombaknya ke punggung Amfiaraos. Karena Amfiaraos adalah peramal kesayangannya, Zeus pun menolong Amfiaraos. Zeus membuat bumi terbuka dan menelan Amfiaraos beserta kereta perangnya.
Polineikes dan Eteokles berhadapan satu lawan satu. Dalam duel ini, mereka saling membunuh dan keduanya mati.
Pada akhirnya pasukan Argos dikalahkan, dan satu-satunya pemimpin Argos yang selamat adalah Adrastos. Dia berhasil kabur karena menunggang Arion, kuda yang sangat cepat. Adrastos lalu kabur ke kota Athena.
Tragedi Pasca Perang
Antigone adalah putri Oidipus dan Iokaste. Dia menemani ayahnya dalam pengasingan hingga ayahnya meninggal di Kolonos. Ketika mengetahui bahwa kedua saudaranya telah meninggal, Antigone dan Ismene sangat berduka.
Setelah perang, Kreon menjadi raja Thebes. Dia memberi pemakaman yang layak untuk Eteokles namun dia menyatakan bahwa Polineikes dan para pejuang Argos tidak boleh dimakamkan dengan layak karena mereka telah lancang menyerang Thebes. Kreon ingin mayat mereka dimakan oleh anjing dan burung hering.
Antigone meminta pada Kreon, yang merupakan pamannya, supaya mayat Polineikes boleh dimakamkan. Namun Kreon, yang kehilangan putra keduanya dalam perang, tetap keras kepala dan menolak permintaan Antigone. Bahkan Kreon mengancam hukuman mati pada orang yang berani memakamkan Polineikes atau para pemimpin Argos.
Meskipun diancam hukuman mati, Antigone tetap nekat untuk memakamkan saudaranya. Secara diam-diam Antigone mendatangi mayat Polineikes dan menguburkannya, sementara Ismene tidak ikut membantu karea terlalu takut. Dalam usahanya, Antogone dipergoki oleh anak buah Kreon dan kemudian dibawa ke hadapan Kreon. Sebagai hukumannya, Kreon memrintahkan bahwa Antogone harus dikubur hidup-hidup.
Putra ketiga Kreon, Haimon, ternyata mencintai Antigone. Haimon mendatangi kuburan Antigone dan bunuh diri di sana. Euridike, istri Kreon, mendengar kabar kematian putranya dan merasa sangat berduka. Euridike mengutuk suaminya sebelum akhirnya bunuh diri juga.
Adrastos, satu-satunya pemimpin Argos yang selamat, mencari pertolongan ke kota Athena. Di sana dia memohon pada Theseus, raja Athena, untuk membantu mengambil kembali jenazah para pemimpin Argos yang tertinggal di Thebes. Theseus setuju.
Pada awalnya, kota Athena meminta pada Thebes untuk mengembalikan jenazah-jenazah itu secara sukarela, namun Thebes tidak mau. Akibatnya Theseus memimpin pasukan Athena menyerang Thebes. Theseus tidak menjajah Thebes atau memperbudak penduduknya. Tujuan satu-satunya hanyalah mengambil jenazah para pemimpin Argos.
Adrastos kembali ke Argos dengan membawa jenazah rekan-rekannya. Pada upacara pemakaman, ketika jenzah para pemimpin Argos mulai dibakar, Evadne (istri Kapaneus) ikut melemparkan dirinya ke tumupukan kayu yang sedang terbakar.
Bersambung...
-dipi-
Perang Argos-Thebes
Perang Argos-Thebes adalah perang yang terjadi dua kali selama dua generasi antara dua kota yang kuat, yaitu Argos dan Thebes. Perang pertama berlangsung tidak lama setelah selesainya petualangan para Argonaut dan setelah masa pemerintahan Oidipus di Thebes. Sementara perang kedua terjadi tidak lama sebelum Perang Troya dimulai.
Perang Argos-Thebes I
Perang ini disebut juga Perang Tujuh Melawan Thebes, karena pada perang ini pasukan Argos dipimpin oleh tujuh orang pahlawan Argos. Perang ini terjadi setelah berakhirnya masa pemerintahan Oidipus di Thebes, atau satu generasi sebelum Perang Troya. Kisah perang ini cukup populer pada periode Yunani klasik. Banyak lukisan dan patung kuno yang mengangkat tema perang ini.
Awal Mula
Setelah mengetahui bahwa dirinya telah membunuh ayahnya dan menikahi ibunya sendiri, Oidipus menjadi frustasi. Dia membutakan matanya sendiri, melepaskan jabatannya sebagai raja Thebes, dan memilih untuk hidup dalam pengasingan. Dia ditemani oleh kedua putrinya, Antigone dan Ismene. Antigone berperan sebagai pemandu jalan bagi ayahnya, sedangkan Ismene mengabarkan pada mereka jika ada berita penting di kota asal mereka, Thebes.
Sementara kedua putra Oidipus, yakni Eteokles dam Polineikes, lebih tertarik pada kekuasaan sebagai raja Thebes. Rakyat Thebes lalu memutuskan bahwa mereka berdua akan menjadi raja Thebes bergantian setiap tahun. Eteokles yang menjadi raja pada tahun pertama. Namun setelah satu tahun selesai, dia tidak mau menyerahkan tahtanya pada saudaranya. Eteokles ingin terus menjadi raja, maka dia pun mengusir Polineikes dari Thebes.
Polineikes pergi ke Argos dan meminta bantuan pada raja Adrastos.
Di Argos
Polineikes pergi ke Argos, dan di sana dia bertemu dengan Tideus, putra Oineus raja Kalidon. Tideus juga diusir dari Kalidon oleh Agrios karena telah membunuh paman atau saudaranya.
Kedua pangeran yang terbuang itu kemudian berselisih dan saling berkelahi. Adrastos, raja Argos, mendengar keributan dan melihat ke luar. Dia lalu mengetahui bahwa ada dua pria yang sedang bertengkar, yang satu memakai perisai bergambar singa, sedangkan perisai yang satu lagi berhiaskan gambar babi liar. Perisai Polineikes bergambar singa untuk melambangkan Sphinx yang pernah meneror kota Thebes, sementara gambar babi pada perisai Tideus melambangkan Babi Liar Raksasa yang pernah menyerang Kalidon.
Adrastos dengan segera mengenali mereka karena dia diberitahu peramal bahwa kedua putrinya akan menikah dengan singa dan babi. Polineikes dan Tideus menjadi tamu yang dijamu dengan baik oleh Adrastos. Mereka dinikahkan dengan kedua putri Adrastos. Polineikes menikahi Argeia, yang memberinya seorang putra bernama Thersandros, sedangkan Tideus menikahi Deipile, yang kelak menjadi ibu Diomedes.
Adrastos berjanji akan mengembalikan mereka sebagai penguasa tahta di kerajaan masing-masing, dan untuk mengembalikan Poleinekes sebagai penguasa, Adrastos harus menaklukan Thebes. Yang menjadi masalah adalah bahwa kakak ipar Adrastos, yaitu Amfiaraos, yang merupakan seorang peramal, tidak mau ikut pergi ke Thebes karena dia tahu Argos tak akan menang dan hanya Adrastos yang akan pulang hidup-hidup.
Amfiaraos adalah putra Oikles dan Hipermnestra, dan merupakan keturunan dari salah satu peramal terhebat, Melampos. Amfiaraos ikut serta dalam pelayaran para Argonaut, dan dia adalah orang kedua yang berhasil melukai Babi Liar Raksasa dalam Perburuan Babi Liar Kalidon.
Adrastos dan Amfiaraos pernah berselisih sebelumnya, yang berakibat pada lepasnya tahta dari tangan Adrastos. Pada akhirnya Adrastos kembali menjadi raja, dan mereka membuat kesepakatan bahwa jika ada perbedaan pendapat lagi, keputusan akhirnya diputuskan oleh Erifile, saudari Adrastos dan istri Amfiaraos.
Supaya Euripile memihak Adrastos, Polineikes menyuapnya dengan memberi sebuah kalung peninggalan Harmonia yang dibuat oleh dewa Hefaistos. Kalung tersebut sebenarnya terkutuk dan akan membawa sial bagi pemiliknya. Euripile pun terbujuk dan memutuskan bahwa Argos harus menyerang Thebes. Amfiaraos tak punya pilihan selain ikut berperang, namun Amfiaraos terlebih dahulu meminta pada kedua putranya, Alkmeion dan Amfilokhos, untuk membalaskan kematiannya pada rakyat Thebes juga pada ibu mereka.
Adrastos dan Amfiaraos lalu mengumpulkan pasukan Argos. Lima pahlawan Argos juga ikut serta bersama mereka, yakni Mekisteus (saudara Adrastos), Kapaneus (putra Hipponous dan Astinome), Hippomedon (sepupu atau keponakan Adrastos), Eteoklus (putra Ifis), dan Parthenopaios (putra Atalanta atau Talaos, dan merupakan saudara Adrastos). Mereka inilah tujuh pemimpin pasukan Argos. Sementara Polineikes tentu saja sudah pasti ikut bergabung. Tideus juga setuju untuk ikut serta karena Adrastos berjanji akan membantunya menaklukan kembali Kalidon.
Masa Perang
Pasukan Argos berhenti sejenak di Nemeia untuk mencari air. Di sana mereka bertemu seorang pengasuh dan bayi bernama Ofeltes. Pengasuh tersebut meninggalkan bayinya sebentar untuk menunjukkan letak mata air pada pasukan Argos. Pada saat itulah datang seekor ular berbisa dan menggigit sang bayi sampai mati. Amfiaraos melihat kejadian ini sebagai pertanda buruk bagi ekspedisi mereka. Pasukan Argos lalu melaksanakan pesta olahraga untuk memperingati pemakaman sang bayi dan di kemudian hari dikenal sebagai Pesta Olahraga Nemeia.
Ketika mereka tiba di Thebes, Adrastos mengirim Tideus ke dalam kota sebagai duta. Tideus meminta Eteokles untuk menyerah dan menantang para prajurit Thebes untuk berduel satu lawan satu. Para prajurit Thebes pun maju satu persatu dan Tideus menghabisi mereka. Eteokles kemudian menyuruh lima puluh prajurit untuk menyerang Tideus di luar kota Thebes. Tideus membunuh mereka semua kecuali Maion, yang disuruhnya untuk memberitahu raja apa yang terjadi.
Di Thebes, Teiresias sang peramal memberitahu bahwa Thebes akan kalah kecuali Menoikios putra Kreon mengorbankan dirinya untuk dewa Ares. Kreon tidak mau putranya dikorbankan dan melarang siapapun mengurbankan Menoikios. Namun Menoikios sadar diri, dia mendengar ramalan dan mengorbankan dirinya sendiri supaya Thebes bisa menang.
Dan perang pun dimulai. Ketujuh pemimpin Argos menyerang tiap-tiap dari tujuh gerbang Thebes. Tetapi pertahanan tiap gerbang dipimpin oleh pahlawan Thebes. Astakos, seorang bangsawan Thebes, memiliki empat putra dan kesemuanya tidak kalah hebat dibandingkan para pahlawan Argos. Keempat putra Astakos antara lain Amfidokos (Asfodikos), Ismaros, Leades, dan Melanippos. Selain mereka, ada juga Perklimenos, putra Poseidon.
Kapaneus adalah yang pertama berhasil menerobos tembok pertahanan Thebes. Namun dia malah menyombong bahwa Zeus sekalipun tidak bisa mencegahnya menaklukan Thebes, karena kesombongannya, Zeus langsung membunuh Kapaneus dengan petirnya. Di bagian Thebes lainnya, Melanippos berhasil mmebunuh Mekisteus, sedangkan Hippomedon ditewaskan oleh Ismaros, dan Eteklus dibunuh oleh Leades atau oleh saudaranya Megarios. Sementara Parthenopaios dibunuh oleh Periklimenos atau Amfidokos.
Tideus berhasil membunuh Melanippos, namun dia juga terluka parah dalam usahanya. Tadinya Athena hendak menyelamatkannya dan menjadikannya abadi karena Tideus adalah kesayangan Athena, namun Amfiaraos menipu Tideus dan berkata bahwa luka Tideus akan sembuh bila Tideus memakan otak Melanippos, dan Tideus menurut pada kata-kata Amfiaraos. Tidak lama kemudian Athena tiba dengan membawa obat dan dia kaget ketika melihat Tideus sedang malahap otak Melanippos. Athena merasa jijik dan membiarkan Tideus mati.
Periklimenos mengejar Amfiaraos, masing-masing menggunakan kereta perang. Zeus melihat bahwa Periklimenos hendak melemparkan tombaknya ke punggung Amfiaraos. Karena Amfiaraos adalah peramal kesayangannya, Zeus pun menolong Amfiaraos. Zeus membuat bumi terbuka dan menelan Amfiaraos beserta kereta perangnya.
Polineikes dan Eteokles berhadapan satu lawan satu. Dalam duel ini, mereka saling membunuh dan keduanya mati.
Pada akhirnya pasukan Argos dikalahkan, dan satu-satunya pemimpin Argos yang selamat adalah Adrastos. Dia berhasil kabur karena menunggang Arion, kuda yang sangat cepat. Adrastos lalu kabur ke kota Athena.
Tragedi Pasca Perang
Antigone adalah putri Oidipus dan Iokaste. Dia menemani ayahnya dalam pengasingan hingga ayahnya meninggal di Kolonos. Ketika mengetahui bahwa kedua saudaranya telah meninggal, Antigone dan Ismene sangat berduka.
Setelah perang, Kreon menjadi raja Thebes. Dia memberi pemakaman yang layak untuk Eteokles namun dia menyatakan bahwa Polineikes dan para pejuang Argos tidak boleh dimakamkan dengan layak karena mereka telah lancang menyerang Thebes. Kreon ingin mayat mereka dimakan oleh anjing dan burung hering.
Antigone meminta pada Kreon, yang merupakan pamannya, supaya mayat Polineikes boleh dimakamkan. Namun Kreon, yang kehilangan putra keduanya dalam perang, tetap keras kepala dan menolak permintaan Antigone. Bahkan Kreon mengancam hukuman mati pada orang yang berani memakamkan Polineikes atau para pemimpin Argos.
Meskipun diancam hukuman mati, Antigone tetap nekat untuk memakamkan saudaranya. Secara diam-diam Antigone mendatangi mayat Polineikes dan menguburkannya, sementara Ismene tidak ikut membantu karea terlalu takut. Dalam usahanya, Antogone dipergoki oleh anak buah Kreon dan kemudian dibawa ke hadapan Kreon. Sebagai hukumannya, Kreon memrintahkan bahwa Antogone harus dikubur hidup-hidup.
Putra ketiga Kreon, Haimon, ternyata mencintai Antigone. Haimon mendatangi kuburan Antigone dan bunuh diri di sana. Euridike, istri Kreon, mendengar kabar kematian putranya dan merasa sangat berduka. Euridike mengutuk suaminya sebelum akhirnya bunuh diri juga.
Adrastos, satu-satunya pemimpin Argos yang selamat, mencari pertolongan ke kota Athena. Di sana dia memohon pada Theseus, raja Athena, untuk membantu mengambil kembali jenazah para pemimpin Argos yang tertinggal di Thebes. Theseus setuju.
Pada awalnya, kota Athena meminta pada Thebes untuk mengembalikan jenazah-jenazah itu secara sukarela, namun Thebes tidak mau. Akibatnya Theseus memimpin pasukan Athena menyerang Thebes. Theseus tidak menjajah Thebes atau memperbudak penduduknya. Tujuan satu-satunya hanyalah mengambil jenazah para pemimpin Argos.
Adrastos kembali ke Argos dengan membawa jenazah rekan-rekannya. Pada upacara pemakaman, ketika jenzah para pemimpin Argos mulai dibakar, Evadne (istri Kapaneus) ikut melemparkan dirinya ke tumupukan kayu yang sedang terbakar.
Bersambung...
-dipi-